Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

hidayah-Nya lah laporan kasus Konservasi gigi dari kelompok 3 ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Makalah ini disusun dari kasus yang telah disetuji oleh penanggung jawab Blok

Elektif 20. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya laporan ini.

Kami menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas kuliah di Blok 20 yaitu

Blok Elektif. Dan tentunya kami selaku penyusun juga mengharapkan agar laporan ini dapat

berguna baik bagi penyusun sendiri maupun bagi pembaca di kemudian hari.

Laporan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penyusun Laporan

Kasus Konservasi Gigi memohon maaf apabila ada yang tidak berkenan dan salah dalam

penulisan kata.

Samarinda, November 2017

Hormat Kami,

Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1

CASE REPORT 3

CASE 1 3

CASE 2 4

DISCUSSION 5

DAFTAR PUSTAKA 8
CASE REPORT
Seorang pasien laki-laki berusia 53 tahun datang ke poli gigi Rumah Sakit Abdul Wahab
Sjahranie dengan keluhan sakit gigi kiri bawah belakang. Hasil anamnesa menunjukkan terdapat
rasa sakit spontan, cekot-cekot dan terlokalisir. Pemeriksaan klinis terlihat gigi karies profundal
dan keadaan gingiva sekitar gigi normal. Dilakukan beberapa tes vitalistas, yaitu: tes termal
dingin (+) dan tes kavitas (+). Sehingga didapatkan kesimpulan hasil dari pemeriksaan gigi
masih vital. Pada hasil radiografi menunjukkan tidak ada radiolusen pada daerah apical.
Diagnosanya adalah pulpitis irreversible pada gigi 36.
Pada tanggal 27 Maret 2009 dilakukan tindakan devitalisasi lalu pemberian eugenol dan
dilakukan tumpatan sementara
Setelah 3 hari dilakukan devitalisasi yaitu pada tanggal 30 Maret 2009, pasien datang kembali
dengan keluhan bengkak, kemudian dilakukan tes druk (+) dan terdapat abses sehingga di
diagnose kembali menjadi gigi nekrosis pulpa. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan open
cavitas dan pemberian antibiotic metronidazole oral.
Tanggal 1 April 2009 dilakukan perawatan saluran akar menggunakan Cresophate dan ditutup
dengan tumpatan sementara
Pada tanggal 8 April 2009, pasien datang kembali dan masih terdapat rasa sakit, sehingga
dilakukan tindakan insisi dan diberikan antibiotic metronidazole. Pada hari itu juga, pasien pro-
ekstraksi.
DISCUSSION
Berdasarkan hasil diagnose di dapatkan pulpitis irreversible pada gigi 36 dikarenakan
pada hasil pemeriksaan subjektif dan objektif didapatkan gigi 36 karies profundal terdapat rasa
sakit yang spontan, cekot-cekot dan terlokalisir serta tes thermal dingin (+) dan tes kavitas (+).
Pulpitis Irreversible adalah inflamasi pulpa yang tidak hilang walaupum etiologinya
dihilangkan (Dabuleanu, 2013). Pulpitis ireversibel dapat juga ditandai dengan gejala nyeri
spontan (tanpa stimuli eksternal) yang intermiten atau terus-menerus. Nyeri pulpitis ireversibel
dapat tajam, tumpul, setempat atau difus (menyebar) dan bisa berlangsung hanya beberapa menit
atau berjam-jam. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan dengan nyeri
periradikuler dan menjadi lebih sulit ketika nyerinya semakin intens. Aplikasi rangsangan
eksternal seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan. Aplikasi panas
pada gigi dengan pulpitis ireversibel dapat menghasilkan respons yang cepat; juga, kadang-
kadang dengan aplikasi dingin, responsnya tidak hilang dan berkepanjangan. Adakalanya,
aplikasi dingin pada pasien pulpitis ireversibel yang disertai nyeri akan menyebabkan
vasokonstriksi, menurunnya tekanan pulpa, dan diikuti kemudian dengan redanya nyeri.
Perawatan pulpitis irreversible untuk gigi dengan tanda dan gejala pulpitis ireversibel, indikasi
perawatannya adalah perawatan saluran akar atau ekstraksi gigi (Whalton & Torabinejad, 2008).
Sebelum perawatan saluran akar dilakukan devitalisasi pulpa terlebih dahulu. Devitalisasi
pulpa adalah proses mematikan vitalitas pulpa. Bahan yang digunakan adalah arsenic trioxide
dan formocresol. Bahan yang dianjurkan adalah yang mengandung formaldehid,
paraformaldehid atau cresol. Dengan cara :
1. anestesi pada gigi yang akan dilakukan devitalisasi
2. open cavitas untuk membuka atap pulpa
3. jaringan pulpa dikeluarkan
4. hentikan perdarahan dengan kapas steril
5. olesi kapas steril dengan formocresol lalu letakkan pada orifice selama 1 menit
6.

Pada tanggal 30 maret 2009 pasien datang kembali dengan keluhan rasa sakit dan bengkak
dilakukan tes druk (+) dan terdapat abses sehingga diagnosa kembali menjadi nekrosis pulpa.
Terjadi abses pada kasus ini kemungkinan diakibatkan karena perluasan infeksi ke jaringan
periapical

Pada tanggal 1 april 2009 pada pemeriksaan subjektif dan objektif tidak ada keluhan sehinga
dilakukan perawatan saluran akar, lalu pemberian

Anda mungkin juga menyukai