Anda di halaman 1dari 44

Nanik

Zubaidah,drg,MKes,SpKG (K)
Departemen Konservasi Gigi
Universitas Airlangga
2018
REFERENSI
• Nisha Garg.Amit Garg (2010). Texbook of Endodontics, 2nd
Edition, Jaypee Brothers Medical Publishers (P)Ltd
• Greenwood, M., & Corbett, I. (Eds). (2012). Dental
Emergencies. Chicester, West Sussex: Blackwell Publishing
Ltd.
• Hargraves, K., & Cohen, S. (2011) Pathways to the Pulp 10th
ed. St Louis, Elsevier Mosby.
• Mitchell, Laura; McCaul, David A. Mitchell ; with contributions
from Lorna (2009). Oxford handbook of clinical dentistry (5th
ed.). Oxford: Oxford University Press.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu :
1. Memahami definisi kedaruratan endo-restorasi,
2. Mengidentifikasi kasus-kasus dalam kedaruratan
endo-restorasi,
3. Menentukan rencana perawatan dalam kedaruratan
endo-restorasi,
4. Memahami tahapan perawatan dalam kedaruratan
endo-restorasi,
5. Memahami prognosis perawatan dalam kedaruratan
endo-restorasi.
Sistematika Perkuliahan
1. Pendahuluan
2. Dental Emergency:
• Definisi
• Diagnosa
3. Diagnosa dalam Dental Emergency :
Pulpitis Reversible,Pulpitis Irreversible,
Nekrosis Pulpa
Sistematika Perkuliahan
4. Kedaruratan Restorasi
5. Kedaruratan Endodontik
6. Beberapa kondisi dalam Dental
Emergency :
a. Fraktur mahkota
b. Fraktur akar
c. Avulsi
d. Reffered pain
URGENCY
 Kedatangan pasien  Px dijadwal sesuai perjanjian
 Diagnosis  Drg masih dapat menanyakan
 Perawatan kepada px:
 Apakah sakitnya mengganggu
 Lama sakitnya
DILAKUKAN SAAT ITU JUGA
 Minum obat/tidak
Perawatan ?
Prognosis ?
• Penanganan masalah gigi, jaringan
penyangga serta restorasinya sesegera
mungkin / dalam waktu singkat.
• Berkaitan dengan rasa
nyeri/pembengkaan/estetik gigi penderita.
• Dibagi dalam : Kedaruratan Endodontik dan
Kedaruratan Restorasi
• Berdasarkan dx/vitalitas gigi dan rencana
perawatan
Vitalitas Gigi dan diagnosanya:
 Vital : Pulpitis Reversible
Pulpitis Irreversible
 Non Vital : Nekrosis Pulpa tidak/disertai kelainan
periapikal
 Rencana perawatan tergantung pada:
 Resistensi gigi
 Retensi restorasi
• Gejala :
Suatu fenomena permulaan dari suatu yang normal
ke arah indikasi suatu penyakit dan merupakan
sebagian informasi yang perlu dicari dalam
diagnosis

• Macam gejala :
 Subyektif : berdasarkan keterangan penderita
 Obyektif : berdasarkan hasil pemeriksaan
langsung pada penderita.
• Riwayat medis dan dental
• Pemeriksaan subyektif :
 Riwayat penyakit,
 Lokasi,
 Keparahan,
 Durasi,
 Stimulus
• Pemeriksaan obyektif :
 Visual,
 Palpasi,
 Perkusi,
 Tes vitalitas,
• Pemeriksaan Periodontium
• Pemeriksaan Radiografi
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF PEMERIKSAAN OBYEKTIF

INFORMASI DIAGNOSTIK

INTERPRETASI INFORMASI

DIAGNOSIS

RENCANA PERAWATAN
• Tumpatan yang lepas/rusak dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien
karena :
 Tepi restorasi yang tajam
 Hipersensitif gigi
 Tumpatan gigi anterior estetik buruk
pasien tidak percaya diri
• Tumpatan patah
• Gigi fraktur dengan dx pulpitis reversible
• Restorasi lepas
• Traumatik oklusi
• Pada umumnya penderita dapat menunjukkan
gigi yang sakit.
• Timbulnya rasa sakit kemungkinan disebabkan
oleh :
 Timbul karies sekunder di bawah tumpatan
 Traumatik oklusi setelah pembuatan restorasi
 Kebocoran restorasi
 Dentin terbuka karena tumpatan/restorasi yang
lepas/rusak
• Perawatan :
 Menghilangkan traumatik oklusi,
 Restorasi ulang dengan pemberian bahan protektif
untuk pulpa di bawah restorasi,
 Jika rasa sakit tidak hilang kemungkinan terjadi
Pulpitis irreversible.
• Rasa sakit secara spontan (tanpa stimulus)
dan berlangsung lama serta mengganggu
tidur
• Peka terhadap rangsangan termal
• Jika diikuti periodontitis akan peka terhadap
perkusi
• Perawatan
 Perawatan Saluran Akar lebih baik daripada
tindakan paliatif dengan pemberian sedatif (relief
of pain ) dan pemberian resep analgesik saja.
 Prosedur perawatan saluran akar diawali
dengan anestesi sudah memberikan rasa
nyaman pada penderita kemudian dilanjutkan
dengan ektirpasi dan preparasi saluran akar.
• Rasa sakit tanpa pembengkaan,
 Kemungkinan terjadi inflamasi pada jaringan
periapikal,
 Perawatan saluran akar pada gigi dengan
kematian pulpa sebagian, diawali anestesi akan
mengurangi rasa sakit selama preparasi saluran
akar.
• Pembengkaan setempat
 Debridemen dan drainase
 Untuk meredakan tekanan dan rasa nyeri serta
pembuangan iritan yang poten.
 Drainase dapat dilakukan melalui saluran akar
dengan menembus foramen apikal maupun
dengan insisi jaringan lunak.
INSISI DAN DRAINASE
Insisi dan Dresing
• Jika pembengkaannya progresif dan
menyebar cepat ke rongga-rongga
jaringan
 Drainase pembuangan iritan dengan insisi dan
pemberian drain
 Insisi ekstra oral jika perlu dilakukan
 Resep antibiotik
• Diagnosis serta penatalaksanaan
secara cepat pada rasa nyeri atau
abses, akibat :
 Inflamasi pada pulpa atau jaringan
periapikal,
 Cedera trauma : gigi fraktur atau avulsi
‘Flare up’
• Komplikasi terjadinya rasa nyeri maupun
pembengkaan setelah perawatan gigi.
• Iritasi dari sisa-sisa jaringan akibat irigasi yang
kurang sempurna, pengukuran panjang kerja
yang salah, pengisian saluran akar ‘over filling’
gutta point maupun pasta saluran akar masuk
ke periapikal.
• Komplikasi nyeri antar kunjungan perawatan
• Pemberian analgesik
• Debridemen dan ruang pulpa diisi kalsium
hidroksida serta ditumpat sementara
• Drainase dan pemberian antibiotik
• Perawatan ulang endodontik maupun
bedah apeks perlu dipertimbangkan jika
rasa nyerinya persisten.
• Adanya injuri traumatik
 Fraktur pada mahkota hingga akar gigi
 Rasa nyeri saat mengunyah.
• Jika pulpa tidak terbuka dan tanpa rasa nyeri,
restorasi komposit dengan pemberian liner
(sedatif) darurat restorasi
• Inflamasi dan keluhan spontan sebaiknya
dilakukan perawatan saluran akar
darurat endo
• Dibagi menjadi :
1.Fraktur horisontal
2.Fraktur vertikal
• Prognosis akar gigi yang mengalami
fraktur tergantung dari lokasi dan arah
fraktur.
FRAKTUR HORISONTAL
 1/3 servikal perawatan saluran
akar (di daerah alveolar crest)
 1/3 tengah apeksifikasi dgn MTA & PSA/exo
 1/3 apikal apek reseksi
FRAKTUR VERTIKAL
• Jika akar mengalami fraktur vertikal maka
prognosisnya kurang baik dan sebaiknya
dicabut.
• Tindakan darurat hemiseksi dapat
dilakukan pada salah satu akar gigi molar
yang mengalami fraktur vertikal.
Fraktur horisontal Fraktur vertikal
• Definisi : lepasnya gigi dari alveolar soket
secara utuh akibat cedera trauma
• Perawatan :
Gigi segera dibersihkan/dicuci dengan air yang
mengalir tanpa disikat
 Dikembalikan pada soketnya seperti semula
 Diletakkan pada vestibulum penderita (gigi
terendam di dalam saliva pada temperatur
tubuh)
 Dan segera ke dokter gigi
 Replantasi
 Fiksasi/splinting
 Perawatan endodontik ditunda untuk kunjungan
berikutnya
• Prognosis : untuk replantasi tergantung dari
lamanya avulsi (optimal selama 30 menit)
• Rasa nyeri daerah orofasial
 Inflamasi dari pulpa atau struktur penyangga gigi

• Nyeri dari gigi dapat beralih atau tersebar ke


struktur lain, dan sebaliknya nyeri dari non
dental dapat menjalar ke gigi
 Nyeri non dental mungkin berasal dari otot
pengunyah, mukosa hidung atau adanya sinusitis
konsul ke Sp THT

Anda mungkin juga menyukai