Anda di halaman 1dari 124

Ira Widjiastuti,

Nanik Zubaidah
Departemen Konservasi
Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi
Ira Widjiastuti,
Departemen Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMERIKSAAN PASIEN DENGAN TRAUMA
PEMERIKSAAN
KLINIS
Diagnosa
dan rencan
perawatan
PILIHAN PERAWATAN TERGANTUNG
PADA :

1. Taraf pertumbuhan gigi (immature /


mature tooth)
2. Lama waktu saat terjadi trauma
sampai perawatan
3. Adanya kerusakan jaringa
periodontal yg menyertainya
4. Rencana perawatan restorasi dan
bahan restorasi yang akan
digunakan
Ad 1 : Taraf pertumbuhan gigi :

Kehilangan vitalitas gigi yg masih dalam


pertumbuhan (immature tooth) sangat merugikan
ok dentin masih tipis sehingga cenderung mudah
fraktur selama dan setelah prosedur apeksifikasi

Usahakan gigi tetap vital, minimal sampai


pertumbuhan gigi sempurna (mature tooth)

Perawatan saluran akar pada gigi yg telah


tumbuh sempurna menunjukkan tingkat
keberhasilan yg tinggi dibanding gigi yg masih
muda
Ad 2 : lama waktu saat trauma
sampai perawatan :

 24 jam setelah trauma terjadi reaksi


pertama jar. Pulpa bersifat
proliferatif pada kedalaman tidak
lebih dp 2 mm.
 Setelah 24 jam terjadi kontaminasi
bakteri yg akan berlanjut kearah
apikal sehingga pd saat ini gigi untuk
dipertahankan vitalitasnya makin
kecil.
Ad 3. Kerusakan jar.
Periodontal

Kerusakan jar. Periodontal akan


mempengaruhi suplai makanan ke
pulpa
Hal ini terutama pada gigi yg telah
tumbuh sempurna berpengaruh
dibandingkan gigi yg masih muda
Ad 4 : Rencana perawatan restorasi :
Disesuaikan dengan keadaan gigi yg
mengalami trauma, atau yg telah dilakukan
perawatan saluran akar
Bila dapat dilakukan penumpatan dengan resin
komposit melalui teknik etsa, sebaiknya vitalitas
gigi dipertahankan misalnya melalui perawatan
pulp capping atau pulpotomi
Bila membutuhkan restorasi mahkota selubung
bahkan mahkota pasak maka perlu dilakukan
perawatan saluran akar
Restorasi lain misalnya, Veneer baik secara
direct atau indirect
CATATAN :

Pada keadaan gigi goyang perlu


dipertimbangkan dilakukan
spilinting, untuk ini dapat
dilakukan dengan resin
komposit, yg pada keadaan
tertentu dapat dikombinasikan
dengan kawat splinting.
 Dapat terjadi pada semua usia, ok kecelakaan dsb
 Pada anak dapat berakibat pada gigi permanennya

 (1) Retak

 (2) Luksasi

 (3) Fraktur
 TRAUMA FRAKTUR
GIGI
JAR PENYANGGA
REMAJA
KECELAKAAN
PUKULAN
DIAGNOSIS
RENCANA PERAWATAN
EVALUASI
GIGI RETAK

 tidak goyang
 tidak tampak
Sensitif oleh karena daya
kunyah dan perkusi
 Ligamen periodontal
mengalami cidera dan
keradangan
GIGI RETAK

 Tes vitalitas pada pulpa :

 positif
 penyembuhan

 respon kurang baik atau


tidak memberikan respon
akan menyebabkan pulpa nekrosis
GIGI RETAK
 Gambaran Radiografi :

 tidak didapatkan kelainan

 Radiographs:

 occlusal
 periapical
 lateral view dari aspek mesial dan
distal
apabila diperlukan
GIGI RETAK

 PERAWATAN

 biasanya tidak memerlukan perawatan

 monitor keadaan pulpal selama

1 tahun
GIGI RETAK

 Patient Instructions:

diet lunak selama 1


minggu

 menggunakan sikat gigi


dengan soft bristle

 Kumur dengan
chlorhexidine
0.1% untuk mencegah
akumulasi plak
LUKSASI

 gigi mengalami pergerakan


ke
Labial/lingual /lateral
 EKSTRUSI
PDL mengalami kerusakanNo increased mobility

(Sebagian atau total)


Dapat terjadi fraktur tulang
alveolaris
LUKSASI

 Pemeriksaan klinis

Perpindahan tempat
palatal/lingual or labial

 Tes Percussion :

 usually gives a metallic


(ankylotic) sound

 Mobility test:
 goyang
LUKSASI

 Pulp Sensibility Test:

 Negatif kecuali apabila


pergerakan sedikit

 hasil tes vitalitas merupakan hal


penting utk respons penyembuhan
Luksasi
 Radiografi:

 pelebaran PDL

 Radiographs:

 occlusal
 periapical
 lateral view from mesial +
distal aspect of tooth in
question
LUKSASI
 PERAWATAN :

 reposisi + splint a bertujuan


agar terjadi penyembuhan
jaringan pulpa dan PDL
 cuci bagian yang terbuka
dengan larutan saline
sebelum reposisi
 local anesthesia
 reposisi gigi dengan tang
 stabilisasi gigi selama 4
minggu
LUKSASI

 Patient Instructions:

 diet lunak 1 minggu

Menyikat gigi dengan soft


bristle

 Kumur dengan chlorhexidine


0.1% to
FRAKTUR

 Klasifikasi Ellis and Davey dari


fraktur pada mahkota :
Class I – simple fracture
of crown pada enamel
Class II – fraktur mahkota
melibatkan enamel dan
dentin
Class III – fraktur mahkota
dengan
pulpa terbuka
Class IV – loss of entire crown
Fraktur Mahkota sampai akar
Fraktur akar
Luksasi
Avulsi
Fraktur processus alveolaris
Fraktur

 Enamel

 Enamel-Dentin

 Enamel-Dentin-Pulp

 Root Fracture
Fraktur Enamel

 fraktur enamel dengan


kehilangan struktur gigi
Fraktur Enamel

 Pemeriksaan klinis :
 kehilangan enamel
 belum mencapai
dentin

 Percussion test:
 taa
 dilakukan pemeriksaan atau
evaluasi kemungkinan terjadinya
luksasi atau fraktur akar
Fraktur Enamel

 Mobility test:
 normal
 Sensibility test:
positif
 tes negative
menunjukan kerusakan
jaringan
pulpa
Fraktur Enamel

 Sensibility test:

 monitor respon
pulpal
Respon negatif indicates
mempunyai risiko pulpal
necrosis
Enamel Fracture

 Radiografi :

 enamel lost is visible

 Radiographs:
 occlusal
 periapical
 recommended to rule out
possible presence of root
fracture or a luxation
injury
Fraktur Enamel

 Perawatan:

 apabila fragmen gigi ada


dapat lekatkan kembali ke
gigi

 grinding or restorasi
composite resin
tergantung
perluasan dan lokasi
fraktur
Fraktur Enamel-Dentin

 enamel + dentin tetapi


tidak melibatkan pulpa
FRAKTUR Enamel-Dentin
 Visual sign:

 kehilangan enamel
+ dentin

 Jaringan pulp
tidak terbuka

Percussion test:

 taa
Enamel-Dentin
 Mobility test:
 normal

 Sensibility test:
 positif

negative menunjukkan
kerusakan
pulpa
Enamel-Dentin

 Radiografi

 kehilangan struktur
enamel-dentin

 Radiographs:

 occlusal
 periapical
 recommended to rule out
displacement or possible
presence of root fracture
Enamel-Dentin-Pulp
Fracture

 (Complicated Crown
Fracture)

Melibatkan enamel +
dentin mengenai jaringan
pulpa
Enamel-Dentin-Pulp

 Visual sign:

 visible loss of enamel


+ dentin

 jaringan pulpa terbuka

 Percussion test:
 taa
Frakture Enamel-
Dentin-Pulp
 Mobility test:
 normal
 Sensibility test:
 positive
 test is important in assessing
risk of future healing
complications
Response yang tidak baik
indicates
increase risk of later pulpal
Necrosis
Enamel-Dentin-Pulp
Fracture
 Radiografi:
 gambaran kehilangan strutu gigi

 Radiographs:

 occlusal
 periapical
 recommended to rule out
displacement or possible
presence of luxation or root
fracture
Enamel-Dentin-Pulp
Fracture
 Perawatan:

 iJika penderita masih muda


dengan apikal yang belum
menutup sangat penting
untuk mempertahankan
vitalitas gigi dengan cara
pulp capping or partial
pulpotomy sambail menunggu
pertumbuh akar selesai
Enamel-Dentin-Pulp
Fracture
 Perawatan :

 Calcium hydroxide
compunds
+ MTA
in older patients with closed
apices + luxation injury
with
displacement, root canal
treatment is usually
treatment of choice
Crown-Root Fracture
without pulp involvement

 fracture meliputi:

 enamel
 dentin
 cementum
 with loss of tooth
structure
 but not exposing pulp
Crown-Root Fracture
without pulp involvement

 Pemeriksaan klinis:

 fraktur mahkota meluas sampai


dibawah gingival margin

 Percussion test:
taa
Crown-Root Fracture
without pulp involvement
 Mobility test:

 coronal fragment mobile

 Sensibility test:

 positive
Crown-Root Fracture
without pulp involvement
 Radiografi :
 apical extension of fracture
Biasanya tdk terlihat

 Radiografi:

 occlusal
 periapical
 recommended to detect fracture
lines in root
 cone beam exposure can reveal
whole fracture extension
Crown-Root Fracture
without pulp involvement
 Perawatan:

 Fragment diambil

• pengambilan coronal
crown-root fragment

• subsequent restoration of
exposed dentin above
gingival
level
Crown-Root Fracture
without pulp involvement

 PERAWATAN :

 Fragment removal +
gingivectomy
(sometimes ostectomy)

• endodontic treatment +
restorasi
mahkota pasak
• orthodontik
•Ekstraksi
Crown-Root Fracture with
pulp involvement

 fracture involving:

 enamel
 dentin
 cementum
 with loss of tooth
structure
 exposure of pulp
Sebelum Setelah perawatan
perawatan enameloplasty
Fraktur enamel
dan dentin

Pemilihan
warna
Pemasangan
rubberdam

Preparasi
Pemberian
calsium
hidroksida

Etsa asam
Penumpatan
resin
komposit

Setelah
perawatan
Liner kalsium
hidroksida

Penumpatan
Fraktur dengan
pulpa terbuka

Pulpotomi dg
kalsium hidroksida
dan pelapis Glass
Ionomer Cement
Gigi 11 dan 21 preparasi
mahkota jaket porselen

Gigi 21 preparasi vinir


indirek porselen
Sebelum perawatan Perawatan saluran akar
PERAWATAN GIGI FRAKTUR YG MENGALAMI
PERUBAHAN WARNA
PERAWATAN GIGI FRAKTUR YG
MENGALAMI PERUBAHAN WARNA

Setelah apeksreseksi Setelah perawatan bleaching


dan restorasi resin komposit
PENATALAKSANAAN
FRAKTUR AKAR GIGI

Nanik Zubaidah
Departemen Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga
Surabaya
FRAKTUR AKAR

Nama lain:
 Fraktur akar intra alveolar
 Fraktur akar horizontal
 Fraktur akar melintang
(Jarang terjadi dan sukar
dideteksi)
FRAKTUR AKAR

 Cedera yang luar biasa tetapi pola


penyembuhannya kompleks karena
melibatkan dentin, sementum, pulpa
dan ligamen periodontal
3 % dari seluruh cedera.
 Hasil dari pukulan horizontal
PEMERIKSAAN KLINIS


Gigi dengan fraktur akar :
 Goyang dan berpindah tempat
Rasa nyeri bila menggigit
Gejala ringan
Mobilitas dan perpindahan
tempat minimal atau (-)
Keluhan utama (-)
 Tidak berobat
PEMERIKSAAN KLINIS

Fraktur:
• Servikal
• Koronal Goyang Tx: SPLIN
• Pindah tempat
• Pulpa nekrosis

FRAKTUR AKAR : tx (-) dan


APEKS
observasi
MACAM FRAKTUR

FRAKTUR FRAKTUR
MAHKOTA MAHKOTA-
AKAR

FRAKTUR
AKAR
Klasifikasi Fraktur akar

FRAKTUR AKAR FRAKTUR


HORIZ ONTAL AKAR
(TRANSVERSE) VERTIKAL
FRAKTUR AKAR

MELIBATKAN : DENTIN, CEMENTUM DAN PULPA

0,5-7% Gigi
permanen
(11-12
tahun)
FRAKTUR AKAR HORIZONTAL

 Anak dewasa muda (>)


 Gigi anterior RA (Insisif )  trauma
langsung
 Gigi erupsi sempurna , pembentukan akar
lengkap  pukulan frontal
 Umum : 1/3 tengah
 Jarang : 1/3 apikal dan coronal dari akar
 Pendekatan interdisipliner/ multidisipliner
untuk rehabilitasi aesthetik gigi
FRAKTUR AKAR HORIZONTAL

 Mobilitas 
 Prognosis jelek
Sub klasifikasi

 Garis lokasi fraktur (servikal,


middle dan apikal
 Luasnya fraktur (partial/total)
 Jumlah garis fraktur (simple,
multiple and comminute)
 Posisi fragmen mahkota
(displaced and not displaced)
Klasifikasi posisi garis fraktur akar horizontal

Zone 1: meluas dari oklusal / incisal edge ke alveolar bone crest


Zone 2: Meluas dari alveolar bone crest sampai dibawah 5mm
Zone 3: meluas dari alveolar bone crest dibawah 5mm sampai apeks
akar

Zone ini sama pada crown fracture, Cervical root fracture,


middle/apical root fracture
ETIOLOGI
 Trauma fisik: jatuh, kecelakaan OR, serangan
 Kecelakaan  umum
 Gigi anterior: Trauma langsung
 Gigi posterior: Trauma tidak langsung
 Sebab lain:
 Parafungsional habits
 Traumatic oklusi
 Kerusakan gigi yang meluas (extensive tooth decay)
 Iatrogenik
R
I
W
A  Waktu dan tempat kejadian
Y  Alasan cedera
A  Cedera gigi sebelumnya
T  Rasa sakit spontanitas / sensitif
 Gejala cedera / Tanda cedera
C
E ( pingsan, sulit tidur, muntah, sa
D kit kepala)
E
R
A
D
X
PEMERIKSAAN Radiografi
KLINIS: Periapikal :
o Displacement dan
-Sudut (+) 15 0
o Mobilitas - Sudut (-) 15 0
o Jar.periodontal R
o perkusi dan / Three Angel E
Radiografis( 45 0, 90 N
palpasi 0
dan 110 0 )
o diskolorasi C
Pemaparan A
o Pulpa: tes Oklusal :
N
vitalitas, monitor, Conventional
periapikal bisecting A
pulse oximeter
angle
T
X
Teknik radiografi
Pemeriksaan klinis Fraktur Horizontal

 Gigi anterior + garis fraktur diatas crestal


bone:
 Mahkota sangat goyang
 Dislokasi

 Gigiposterior:
 Satu cusp kuat dan satu cusp goyang
 Gigi sensitif/ peka pada perkusi dan /atau
palpasi
 Transient Crown discoloration
PERAWATAN FRAKTUR HORIZONTAL

 Immobilisasi
 Interdiciplinary atau
 Multidiciplinary terutama untuk
rehabilitasi fungsi dan estetik gigi
PERAWATAN FRAKTUR AKAR
HORIZONTAL

Conventional:
Fraktur 1/3 servikal dengan alveolar bone
crest:
- Conventional reduction
- Stabilisasi
Jika OH baik:
- Fixasi permanen dengan resin komposit
- Reattachment segmen fraktur
PERAWATAN ALTERNATIF

 Crown lightening (periodontal surgery


 Orthodontic extrucion
 Intra alveolar transplantation of the fracture tooth (Surgical extrucion)

BIAYA MAHAL :
EXTRACTION
MANAGEMENT FRAKTUR AKAR

APICAL CERVICAL
THIRD THIRD

MIDDLE
THIRD
PENYEMBUHAN FRAKTUR HORIZONTAL (TRANSVERE) :

a. Penyembuhan dengan jaringan keras (jaringan kalsifikasi)


b. Penyembuhan dengan interposisi dari jaringan ikat
c. Penyembuhan dengan interposisi dari tulang dan jaringan ikat
d. Penyembuhan dengan interposisi dari jaringan granulasi
PENYEMBUHAN FRAKTUR AKAR
HORIZONTAL

 Keadaan Asymptomatis
 Tes pulpa (+)
 Perkembangan akar terus
menerus pada gigi immature
 Tanda perbaikan antara segmen
fraktur
 Tidak adanya apikal
periodontitis.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN DAN PROGNOSIS :

 Posisi dan mobilitas segmen korona setelah trauma


 Keadaan pulpa
 Posisi garis fraktur
 Waktu perawatan
 Komunikasi dengan lingkungan oral
 Umur
 Jenis kelamin
TINDAK LANJUT

Pemeriksaan klinis dan radiografi :
4 minggu, 6-8 minggu, 4 bulan dan 6 bulan,
1 tahun dan 5 tahun.

 Penggunaan sikat gigi lunak dan dicuci


dengan 0,1% khlorhexidine  mencegah
penumpukan plak dan debris serta
membantu mempertahankan OH yang Baik
FRAKTUR AKAR VERTIKAL

 Fraktur akar vertikal :


Fraktur gigi yang berjalansepanjang
panjang sumbu gigi atau
menyimpang dalam arah mesial/distal
 Px : usia tua
 Gigi posterior- iatrogenik
 Garis fraktur meluas melalui panjang
sumbu akar terhadap apeks
 Prevalensi : 2-5% mahkota/akar
FRAKTUR AKAR VERTIKAL
Fraktur akar vertikal
Gambaran radiografi
Fraktur vertikal
KLASIFIKASI

 Berdasarkanpada pemisahan fragmen


(Complete atau in complete) atau
 Berdasarkan posisi fraktur ke puncak
alveolar (Supraasseous dan intra asseous)
ETIOLOGI
PERAWATAN RESTORASI
 Restorasi besar
 Kedudukan kuat dari mahkota
 Restorasi intrakoronal (Inlay)
 Penempatan pin karena wedging action

PERAWATAN ENDODONTIK
 Gigi yang dirawat endodontik
 Penbuntuan saluran akar
 Penempatan pasak terutama di daerah
apeks
PENYEBAB LAIN :

 Penggunaan screw dan pasak:


 Tapered dan Threaded post (7%)
 Tapered dan paralel post
 Fraktur dengan tapered post (1/3 korona)
 Fraktur dengan parallel post (1/3 apikal)
 Tekanan dari sementasi pasak
 Tekanan hydrostatik dari semen
 Volume pasak dapat meluas dalam 3 dimensi sebagai hasil deposisi dari
produk korosi pada permukaan yang meningkatkan fraktur akar longitudinal
Pemeriksaan radiografi

 Unilateral ketebalan PDL sepanjang sisi fraktur akar


 Ciri khas: radiolusen diffuse sekitar akar gigi secara keseluruhan

 Gambaran lain:
 Luas garis fraktur
 Pemisahan fragmen
 Ruang disamping pengisian akar
 Gambaran double dari permukaan akar eksternal
 Kehilangan tulang vertical
PERAWATAN

 Penggunaan cyanoacrylate
 Glass ionomer cement dengan guided tissue
regeneration terapi
 Adhesive resin cement (4 META/ MMA TBB)
 Reposisi
 Fiksasi dengan wire dan Mineral Trioxid Aggregate
PERAWATAN DARURAT

1. Perawatan awal dari fraktur akar:


 Reposisi
 Stabilisasi
PERAWATAN DARURAT

 Reposisi dari perpindahan segmen koronal gigi 


lebih mudah jika segera dilakukan setelah
cedera.
 Reposisi yang rumit diperlukan pendekatan
orthodonsi yang mampu menggerakkan segmen
korona kedalam posisi yang diinginkan.
 Splinting segmen koronal gigi untuk memperbaiki
jaringan periodontal
 Stabilisasi dilakukan 4-6 minggu, kecuali lokasi
fraktur dekat dengan puncak tulang alveolar
splinting lebih lama (12 minggu)
 Hasil perawatan emergency harus dimonitoring
secara periodik
AKIBAT FRAKTUR AKAR

 Frakturakar : metamorfosis kalsium


(penyumbatan) pada 1 atau kedua segmen 
EPT tinggi / (-)
 EPT(-) , tidak ada bukti pulpa nekrosis (lesi
tulang lateral didaerah fraktur atau gejala
pulpitis irreversibel atau nekrosis)- Tidak
perlu perawatan saluran akar
 Sebagianbesar fraktur akar sembuh secara
spontan atau setelah terapi splint
PERAWATAN SALURAN AKAR


Perawatan sal akar apabila:
 Kelainan patologis (+)
 Nekrosis pulpa di bagian koronal -
lesi inflamasi di sebelah garis fraktur
 Prosedur perawatan endodontik
kompleks rujuk ke Spesialis
catatan :
 Fraktur akar gigi permanen tanpa
goyang tidak dirawat
PROSEDUR PERAWATAN UNTUK FRAKTUR AKAR
DAN NEKROSIS PULPA

 PSA (segmen korona dan apikal)


 PSA( segmen korona , tidak dilakukan
perawatan pada segmen apikal  jika
pulpa vital)
 PSA segmen korona (segmen apikal: bedah)
 PSA segmen korona dengan induksi jaringan keras daerah fraktur
(Apeksifikasi ), segmen apikal tidak dirawat
 Splin intraradikuler (pasak)
 Implan endodonsi
 Ekstrusi akar
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai