Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi pada jaringan
pendukung gigi, yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme spesifik,
menyebabkan kerusakan progresif pada jaringan periodontal dengan pembentukan poket, resesi, ataupun keduanya (Kriswiharsi, 2011; Hartantyo RA, 2012). Periodontitis diawali dengan gingivitis yang tidak dirawat, yang mana akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi. Semakin lama jika dibiarkan, bakteri dalam plak gigi akan berkembang dan kemudian menghasilkan toksin yang akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Poket yang bertambahan dalam mengakibatkan semakin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak, berimbas pada gingiva yang semakin tidak melekat. Apabila tidak ditangani, akan menyebabkan gigi lepas dengan sendirinya (Suhanda DJ, 2015; Hartantyo RA, 2011; Tampubolon NS, 2005).
Periodontitis mempunyai gambaran klinis berupa akumulasi plak supragingiva
dan subgingivam inflamasi, adanya poket, hilangnya perlekatan periodontal, hilangnya tulang alveolar, dan abses. Gingiva biasanya menjadi sedikit bengkak dan berubah warna menjadi lebih pucat dan terjadi hilangnya stiplling pada penderita dengan kondisi kesehatan mulut yang buruk. Hal yang umum ditemui adalah perdarahan atau bleeding on probing (BOP), baik spontan maupun respon terhadap probing itu sendiri. Kehilangan tulang dapat berbentuk vertical atau horizontal dan kedalaman poketnya pun bervariasi (Novak et al., 2012).
Menurut AAP Classification of Periodontal Disease and Conditions tahun
1999, periodontitis dapat dikelompokkan menjadi (Neild-Gehrig JS et al., 2011):
1. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis berkembang secara lambat dan dapat
terjadi setiap saat, namun tanda awal dapat dideteksi saat remaja. Karena lambat, periodontitis ini menjadi signifikan secara klinis pada usia 35 tahun keatas. Gambaran klinis yang sering dijumpai adalah biofilm plak bakteri dan kalkulus subgingiva. (Hartantyo RA, 2011; Novak MJ et al, 2012) Gambar 3. Periodontitis Kronis
2. Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif adalah infeksi bakteri yang dikarakterisasi
dengan kehilangan perlekatan yang cepat. Penyakit ini lebih jarang ditemui daripada periodontitis kronis. Pada periodontitis agresif, jumlah kerusakan jaringan tidak sebanding dengan factor etiologi local yang ada. Periodontitis tipe ini sering dijumpai pada masa pubertas sampai usia 20 tahun dengan prevalensi berkisar antara 0,1-1% jumlah populasi. (Neild-Gehrig JS et al., 2011)
3. Periodontitis sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik
Periodontitis sebagai manifestasi penyakit sistemik adalah
kategori penyakit yang digunakan ketiks kondisi sistemik merupakan factor predisposisi dan infeksi bakteri dipertimbangkan sebagai gambaran kedua dari penyakit sistemik. Pada kategori ini, manifestasi klinis penyakit periodontal terjadi pada usia muda. (Neild-Gehrig JS et al., 2011)
4. Penyakit Periodontal Nekrotik
Penyakit ini adalah penyakit peridontal yang unik dan melibatkan jaringan nekrosis, dimana terdapat jaringan nekrosis dari jaringan gingiva dikombinasi dengan hilangnya perlekatan dan kehilangan tulang alveolar. Adapun gambaran klinis dari penyakit ini adalah margin gingiva yang ditutupi oleh selapis membran kuning atau keabuan, papila yang tumpul, serta perdarahan yang spontan. (Neild- Gehrig JS et al., 2011) 5. Periodontitis yang Berkaitan dengan Lesi Endodontik Penyakit ini adalah kategori penyakit periodontal yang melibatkan baik penyakit periodontal dan penyakit pulpa pada saat yang sama. Ketika penyakit periodontitis dan penyakit pulpa mempengaruhi gigi yang sama, maka biasanya dinamankan sebagai lesi endodontik- periodontal. Kondisi ini ditandai dengan inflamasi gingiva, peningkatan kedalaman probing, serta adanya perdarahan atau pus saat probing. (Neild-Gehrig JS et al., 2011)