Anda di halaman 1dari 7

TUTORIAL 4A 

Kelompok     : 1
Fasilitator     : Henry Hartman drg.,Sp.KGA 

Step 1
1. Hot tooth : peradangan kronis pulpa berkembang menjadi serangan akut
2. Pulpektomi :Pengangkatan pulpa gigi
3. Ponstan : obat yang mengandung 500 mg per tablet salut selaput, termasuk golongan
NSAID/OAINS.
4. Tes transluminasi : pemeriksaan gigi fraktur yang tidak terlihat foto radiografi, dapat
juga untuk melihat orifis (dengan menggunakan sinar)
5. Alveolar crest : puncak tulang alveolar
6. Kalkulus : plak gigi yang menumpuk dan mengeras dalam waktu lama. 
7. Supplemental injection : suntikan tambahan yang dilakukan oleh dokter gigi ketika
pasien mengalami rasa sakit yang terlalu parah
8. Articaine : cairan anestesi lokal golongan amida, 
9. Sinus tract : yaitu cekungan, rongga atau saluran seperti rongga pada tulang yang
melebar untuk mengalirnya darah vena 
10. Septocaine : obat anestesi gabungan dari articaine dan epinefrin

Step 2
1. Apa yang menjadi keluhan utama dari pasien dan apa faktor penyebabnya? 
2. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan intraoral dan ekstraoral serta radiografi pada
kasus?
3. Mengapa setelah ditambal malah rasa linu bertambah parah ?
4. Apa yang menyebabkan rasa sakit pasien terasa hingga ke kuping?
5. Mengapa rasa sakit tidak kunjung hilang meskipun sudah minum obat ponstan,
padahal sebelumnya sempat hilang setelah minum ponstan?
6. Bagaimana penatalaksanaan darurat yang perlu dilakukan dokter gigi?
7. Mengapa pada pasien dapat terjadi hot tooth dan mengapa tidak bisa teranestesi?
8. Apa yang akan terjadi apabila keluhan pasien tidak segera ditangani dan
prognosisnya?
9. Apa yang menyebabkan gigi depan pasien terasa linu jika minum dingin dan minum
manis?
10. Apa diagnosis sementara pada kasus?
11. Bagaimana mekanisme kerja anestesi blok fisher dan infiltrasi bukal dan apakah
perbedaannya dengan supplemental injection (penggunaan articaine dan septocaine)

Step 3
1. Keluhan utama : nyeri berdenyut - yang kemudian menjadi kondisi darurat karena
ketika dilakukan perawatan gigi mengalami kondisi hot tooth sehingga tidak
teranestesi menggunakan anestesi blok fisher dan infiltrasi bukal dan digunakan
supplemental injection
penyebab : inflamasi kronis yang berkembang menjadi akut

2. Interpretasi Pemeriksaan = 
IO:
• Terdapat lubang di gigi 47 pada pada distoproksimal
•  sinus tract(-) • pembengkakan(-)
 • tes vitalitas (+) →  gigi masih vital
perkusi (+) → terdapat inflamasi di jar periodontal
 palpasi (-) → periapikal normal
 hasil probing normal
 tes transluminasi (-) → tidak ada fraktur 
• OH baik, kalkulus(-) 

 EO: TMJ normal; pembengkakan (-), pembesaran kel.limfe (-)

Radiografi sebelum pencabutan

 Mahkota: gambaran radiolusen mencapai pulpa


 M. periodontal: pelebaran sampai ke periapikal
 Lamina dura: dalam batas normal
 Alveolar crest: dalam batas normal
 Periapikal: dalam batas normal.
 Suspek radiografi : terdapat kelainan pada mahkota dan periodontal

Radiografi setelah pencabutan


 Mahkota : gambaran radiopak mencapai pulpa
 M. periodontal : pelebaran sampai ke periapikal
 Lamina dura : mengalami pelebaran
 Alveolar crest : terdapat resorpsi berbentuk vertikal
 Periapikal : dalam batas normal
 Suspek radiografi : terdapat kelainan pada mahkota, periodontal, lamina dura,
dan alveolar crest

3. Dikarenakan gigi pasien yang ditambal lubangnya sudah mencapai pulpa dan
pulpanya belum dilakukan perawatan sehingga pasien masih merasakan sakit yang
semakin parah, yang diakibatkan oleh makanan yang sering terselip diantara gigi yang
miring dengan sebelahnya dan menjadi karies dibagian proksimal yang mencapai
pulpa.

4. Karena inflamasi yang mencapai ke pulpa - menekan saraf c fiber - persarafan pada
gigi sama dengan telinga yaitu persarafan dari nervus trigeminus

5. Karena tubuh pasien lebih kebal dan lama kelamaan obat tersebut tidak efektif lagi
apabila dikonsumsi dalam dosis yang sama.

6. Penatalaksanaan :
1. Pasien diberikan obat anti nyeri terlebih dahulu
2. Pasien dianestesi dengan teknik yang tepat
3. Kemudian dilakukan pulpektomi 

7. Hot tooth dapat terjadi akibat gigi yang sudah mengalami pulpitis irreversible, dimana
ada mediator-mediator inflamasi yang merangsang nosiseptor, dan karena terjadi
secara terus menerus maka sedikit rangsangan pun menyebabkan rasa sakit pada
pasien serta lebih kebal terhadap anestesi. Dan gigi tidak bisa teranestesi karena
injeksi blok tidak terfokus pada pulpa giginya dan kurangnya cairan anestesi,
sehingga perlu supplemental injection yang fokus pada pulpa dengan tambahan cairan
anestesi.
8. Dapat menyebabkan gigi menjadi nekrosis kemudian dapat menyebabkan abses
periapikal sehingga gigi menjadi tanggal dan infeksi dapat terus menyebar 
9. Adanya saraf sensorik yang ada di bagian pulpa sehingga menimbulkan rasa linu
apabila meminum minuman dingin dan manis
10. Pulpitis irreversible
11. x

Step 4
Overview case :
Wanita 38 datang dengan keluhan sakit berdenyut 
Riwayat Dental: Gigi di belakang gigi tersebut telah lama tumbuh miring, sejak pasien masih
kuliah. Makanan sering terselip di antara kedua gigi tersebut. sehingga gigi dilakukan
pencabutan
setelah gigi dicabut - sakit bertambah parah terutama ketika malam hari, rasa sakit hilang saat
minum ponstan. 

Ketika pasien akan dilakukan perawatan pulpektomi dan dilakukan anestesi blok fisher dan
infiltrasi bukal - gigi masih linu dan sakit, sehingga prosedur dihentikan karena pasien
mengalami hot tooth, dokter mempertimbangkan untuk penggunaan supplemental injection.

Interpretasi Pemeriksaan IO, EO dan Radiografi


IO: 
• Terdapat lubang di gigi 47 pada pada disto proksimal
• Sinus tract(-)
• Pembengkakan(-)
• Tes vitalitas (+) →  gigi masih vital
perkusi (+) → terdapat inflamasi di jar periodontal
palpasi (-) → periapikal normal
hasil probing normal
tes transluminasi (-) → tidak ada fraktur 
• OH baik, kalkulus(-) 
EO: TMJ normal; pembengkakan (-), pembesaran kel.limfe (-)

Radiografi sebelum pencabutan

 Mahkota: gambaran radiolusen mencapai pulpa


 M. periodontal: pelebaran sampai ke periapikal
 Lamina dura: dalam batas normal
 Alveolar crest: dalam batas normal
 Periapikal: dalam batas normal.
 Suspek radiografi : terdapat kelainan pada mahkota dan periodontal

Radiografi setelah pencabutan


 Mahkota : gambaran radiopak mencapai pulpa
 M. periodontal : pelebaran sampai ke periapikal
 Lamina dura : mengalami pelebaran
 Alveolar crest : terdapat resorpsi berbentuk vertikal
 Periapikal : dalam batas normal
 Suspek radiografi : terdapat kelainan pada mahkota, periodontal, lamina dura,
dan alveolar crest

Diagnosis : Pulpitis irreversible

Hipotesis :
Pasien masih mengeluhkan rasa linu/sakit meskipun gigi sudah ditambal karena lubangnya
sudah mencapai pulpa dan pulpanya belum dilakukan perawatan, serta tetap terasa sakit
meski sudah mengkonsumsi obat ponstan karena tubuh pasien lebih kebal dan lama kelamaan
obat tersebut tidak efektif lagi apabila dikonsumsi dalam dosis yang sama. Pasien juga
mengalami hot tooth saat dilakukan perawatan, dikarenakan ada mediator-mediator inflamasi
yang merangsang nosiseptor, dan karena terjadi secara terus menerus maka sedikit
rangsangan pun menyebabkan rasa sakit pada pasien serta lebih kebal terhadap anestesi. Dan
gigi tidak bisa teranestesi karena injeksi blok tidak terfokus pada pulpa giginya dan
kurangnya cairan anestesi, sehingga perlu supplemental injection yang fokus pada pulpa
dengan tambahan cairan anestesi. Pasien perlu dilakukan perawatan karena dapat
menyebabkan gigi menjadi nekrosis kemudian dapat menyebabkan abses periapikal sehingga
gigi menjadi tanggal dan infeksi dapat terus menyebar.

Step 5 (Learning Issue) 


1. Jelaskan mengenai anatomi gigi 47, histologi dan fisiologi dari gigi!
2. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding yang sesuai pada kasus ?
3. Apa etiologi, faktor resiko, dan faktor predisposisi terkait kasus?
4. Bagaimana mekanisme kerja anestesi blok fisher dan infiltrasi bukal dan apakah
perbedaannya dengan supplemental injection (penggunaan articaine dan septocaine)?
5. Farmakodinamik dan farmakokinetik ponstan
6. Bagaimana patogenesis (karies mencapai pulpa) dan patofisiologi mengenai (rasa
sakit yang menjalar, rasa sakit pada malam hari)serta hot tooth pada kasus tersebut?
7. Bagaimana rencana perawatan dan tatalaksana pada kasus?
8. Bagaimana komplikasi dan prognosis sesuai kasus pada skenario?
9. Bagaimana KIE yang dapat diberikan oleh dokter kepada pasien di skenario?

Anda mungkin juga menyukai