َُْ لَ ُُ َجزَ ا ٌء ِإالَّ ْال َجنَّة ُ ارة ٌ ِل َما بَ ْينَ ُه َما َو ْال َح ُّج ْال َمْ ُْر
َ ور لَي َ َّْالعُ ْم َرة ُ ِإلَى ْالعُ ْم َرةِ َكف
]
Keutamaan Umroh Di Bulan Ramadhan
Memahami fiqh umroh dalam waktu kurang dari 1/2 menit dalam 4 poin
berikut:
Dengan melakukan 4 poin ini saja umroh sudah sah meskipun tanpa
ditambahi dengan amalan-amalan lainnya. Akan tetapi untuk
kesempurnaannya insya Allah akan kami jelaskan dalam rincian berikut.
Waktu Melakukan Umroh
Tempat memulai Haji dan Umroh yang biasa disebut miqot (makani) adalah
tempat-tempat yang diwajibkan untuk memulai melakukan ihram di situ,
jika seorang yang berniat umroh atau haji melewati tempat tersebut tanpa
melakukan ihram (yaitu berniat mulai melakukan amalan-amalan umroh atau
haji) dan tanpa melaksanakan kewajiban-kewajibannya
1. Ihram adalah berniat memulai pelaksanaan ibadah umroh atau haji. Tata
caranya sebagai berikut:
- Mendatangi miqot.
Mandi ini juga berlaku bagi wanita haid dan nifas, karena Nabi shallallahu’alaihi
tsb sekaligus sebagai dalil sahnya ihram wanita haid dan nifas, serta boleh
melakukan semua amalan haji dan umroh kecuali tawaf, harus menunggu suci
- Menggunakan wewangian pada tubuh (pada bagian tubuh yang tidak terkena
wewangian.
ˉ Bagi yang miqotnya dilewati dengan kendaraan yang tidak mungkin
berhenti seperti pesawat, maka mandinya bisa dilakukan sejak dari
rumah atau sebelum naik pesawat maupun setelah berada di pesawat.
ˉ Mengenakan pakaian ihram yang terdiri dari dua helai (yang afdhal
berwana putih), yaitu sehelai disarungkan pada tubuh bagian bawah dan
sehelai lagi diselempangkan pada tubuh bagian atas dengan menutup
seluruh tubuh bagian atas termasuk kedua bahu. Diantara hikmah
mengenakan pakaian ihram tanpa dibedakan antara si kaya dan si miskin,
atasan dan bawahan, pemerintah dan rakyatnya adalah untuk
mengingatkan kepada kain kafan, bahwa setiap manusia hanya akan
membawa kain kafannya sampai ke kuburan
ˉ Bagi yang miqotnya dilewati dengan kendaraan yang tidak mungkin
berhenti seperti pesawat, maka pakaian ihramnya bisa dikenakan
menjelang naik pesawat terbang atau setelah berada di atas pesawat
terbang, meskipun jeda waktu yang agak lama dengan miqatnya agar
ketika melewati miqat dalam kondisi telah mengenakan pakaian ihram.
‾ Ketika masih berada di miqot, naik ke kendaraan lalu mulai berniat ihram
untuk melakukan umrah dengan mengucapkan
ع ْم َرة
ُ
“Labbaika ‘umrotan”
ِإ َّن ْال َح ْم َد َوالنِِّ ْع َمةَ لَ َك َو ْال ُم ْل َك الَ ش َِري َْك لَ َك، لَبَّي َْك لَ ش َِري َْك لَ َك لَبَّ ْي َك،لَبَّي َْك اللَّ ُه َّم لَبَّي َْك
‾ Boleh bagi wanita untuk minum obat penunda haid selama tidak
membahayakannya.
‾ Berangkat ke Mekkah
‾ Memperbanyak ucapan talbiyah ini dengan mengeraskan suara
sepanjang perjalanan ke Mekkah.
‾ Boleh mencuci pakaian ihram atau mengganti dengan pakaian ihram yang
lain.
fidyah berupa menyembelih seekor kambing atau memberi makan 6 orang miskin
(setiap orang dapat 1/2 sho’) atau berpuasa 3 hari. Boleh memilih .
2.Melakukan pelanggaran nomor 6 maka hukumannya hendaklah
menyembelih yang semisalnya dari hewan yang biasa digunakan untuk
zakat lalu bersedekah dengannya dan tidak boleh makan darinya sedikit
pun. Atau menakarnya dengan makanan dan membaginya kepada fakir
miskin, setiap orang mendapat 1/2 sho’. Atau berpuasa selama sejumlah
orang-orang miskin tersebut. Jika yang melanggar tidak menemukan
hewan yang semisalnya barulah ia diberi pilihan apakah memberi makan
ataukah puasa.
3.Melakukan pelanggaran nomor 7 tidak ada fidyah namun berdosa
jika dilakukan bukan karena lupa atau tidak tahu dan nikahnya
dihukumi sebagai nikah syubhat, harus diulang setelah ihram. Dan
hendaklah bertaubat kepada Allah Ta’ala.
الر ِجيم
َّ ان َ ش ْي
ِ ط ِ طانِ ِ ُ ْالقَد
َّ ِيم ِمنَ ال َ س ْل
ُ اَّللِ ْالعَ ِظ ِيم َوبِ َو ْج ِه ِ ُ ْال َك ِر ِيم َو ُ َأ
َّ ِعوذُ ب
Artinya: “Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah-Nya
yang maha mulia dan kekuaasaan-Nya yang maha terdahulu, dari setan yang
terkutuk.” [HR. Abu Daud dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash
radhiyallahu’anhuma, Shahih Sunan Abi Daud: 485]
Kemudian membaca:
الر ِج ِيم
َّ ان َ ش ْي
ِ ط ِ اللَّ ُه َّم اع
َّ ْص ْمنِي ِمنَ ال
Artinya: “Ya Allah aku memohon perlindungan kepada-Mu dari setan yang
terkutuk.” [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahih Ibnu
Majah: 627]
Lafaz-lafaz do’a di atas berlaku umum di seluruh masjid. Tidak ada do’a khusus
untuk masjidil Haram, baik ketika haji dan umroh maupun tidak
Melakukan idhthiba’. Caranya, selempangkan pakaian atas ke bawah ketiak
kanan dan membiarkan pundak kanan terbuka dan pundak kiri tetap tertutup.
Idhtiba’ ini khusus bagi laki-laki dan khusus pada thawaf qudum dan thawaf
umroh. Adapun bagi wanita dan selain pada thawaf qudum dan thawaf umroh
tidak disyari’atkan.
Jika tidak memungkinkan maka dengan tongkat dan sejenisnya lalu mencium
tongkat tersebut.
Jika tidak memungkinkan maka cukup berisyarat kepadanya.
Tidak ada do’a khusus ketika thawaf, kecuali ketika berada di antara dua
rukun, yaitu Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca:
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga
kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari adzab api neraka.” [HR.
Ahmad dan Abu Daud]
Tidak menyentuh kakbah atau apapun selain hajar Aswad dan rukun
Yamani, karena tidak ada dalilnya.
Tidak boleh bagi wanita membuka wajahnya jika terdapat laki-laki asing,
hendaklah dia menutupi wajahnya dengan kerudungnya (bukan dengan niqob
atau kain yang menempel di wajahnya).
Tidak sah thawaf di dalam kakbah atau dalam Al-Hijr, karena Al-Hijr termasuk
kakbah.
Dan penamaan Al-Hijr tersebut dengan Hijr Ismail ‘alaihissalam tidak
kiswahnya.
Jika batal wudhu’ maka boleh terus melanjutkan thawaf, karena tidak
ada dalil shahih dan tegas yang mengharuskan berwudhu’.Namun
lebih afdhal berwudhu’ kembali dan terus melanjutkan thawaf tanpa
harus memulai dari awal. Kecuali jika terpaut waktu yang lama maka
hendaklah mulai dari awal.
KETIGA: SA’YU SEBANYAK TUJUH
PUTARAN ANTARA SHAFA DAN MARWA
MARWA
Sa’yu adalah rukun pada haji dan umroh, dan tidak ada dalil
melakukan sa’yu selain pada haji dan umroh. Berbeda dengan thawaf,
boleh melakukannya kapan saja.
Jika telah mendekati Shafa hendaklah membaca:
Lalu membaca:
ُش ْيء قَ ِدي ٌْر الَ ِإل َُ ِإالَّ للاُ َوحْ دَه
َ علَى ُك ِل َ لَ ُُ ْال ُم ْلكُ َولَ ُُ ا ْل َح ْمدُ يُحْ ِيي َوي ُِميْتُ َو ُه َو،ُُ َ للاُ أ َ ْكَْ ُرالَ ِإل َُ ِإالَّ للاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِري َْك ل، للاُ أ َ ْكَْ ُر،للاُ أ َ ْكَْ ُر
ُاب َوحْ دَهَ َع ْْدَهُ َوهَزَ َم اْألَحْ ز َ ص َرَ َأ َ ْن َجزَ َو ْعدَهُ َون
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada yang berhak diibadahi
kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan dan pujian, Dzat yang Maha
Menghidupkan dan Maha Mematikan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah semata, yang telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya dan
menghancurkan bala tentara kafir tanpa bantuan siapa pun.”
Dibaca 3 kali, setiap kali selesai salah satunya, disunnahkan untuk berdoa kepada Allah Ta’ala sesuai
keinginan kita sambil mengangkat tangan, berdasarkan hadits Jabir radhiyallahu’anhu dalam riwayat
Muslim.
Setelah itu berjalan ke Marwah, ketika
lewat di antara dua tanda hijau langkah Tiba di Marwah telah dianggap
dipercepat. Setelah melewati tanda melakukan satu putaran (kembalinya ke
tersebut hendaklah kembali berjalan Shafa juga terhitung satu putaran).
seperti biasa.
Berdiri di Marwah dan lakukan seperti
Bagi wanita tetap berjalan seperti biasa yang dilakukan di Shafa.
meskipun pada dua tanda hijau
Setelah itu kembali lagi ke Shafa dan
berdasarkan ijma’ ulama sebagaimana
seterusnya sampai 7 putaran yang
yang dinukil Ibnul Mundzir
berakhir di Marwah.
rahimahullah. Adapun berlarinya Hajar
Boleh melakukan sa’yu di lantai atas
Ummu Ismail ‘alaihimassalam ketika
dalam keadaan beliau seorang diri,
sehingga aman dari fitnah.