Anda di halaman 1dari 43

RINGKASAN CARA MUDAH

MEMAHAMI FIQH UMROH


RINGKASAN CARA MUDAH MEMAHAMI
FIQH UMROH

Keutamaan Umroh Dan Haji

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫َْ لَ ُُ َجزَ ا ٌء ِإالَّ ْال َجنَّة‬ ُ ‫ارة ٌ ِل َما بَ ْينَ ُه َما َو ْال َح ُّج ْال َمْ ُْر‬
َ ‫ور لَي‬ َ َّ‫ْالعُ ْم َرة ُ ِإلَى ْالعُ ْم َرةِ َكف‬

“Antara umroh sampai umroh berikutnya adalah penghapus dosa yang


dilakukan antara keduanya, dan haji yang mabrur tidaklah ada balasannya
kecuali surga.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu]

]
Keutamaan Umroh Di Bulan Ramadhan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ضى َح َّجةً َم ِعى‬


ِ ‫ضانَ تَ ْق‬
َ ‫ع ْم َرة ً فِى َر َم‬
ُ ‫فَإِ َّن‬

“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.”


[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma
CARA MUDAH MEMAHAMI FIQH UMROH

Memahami fiqh umroh dalam waktu kurang dari 1/2 menit dalam 4 poin
berikut:

1. Ihram dari miqot (Ihram termasuk rukun, melakukannya dari miqot


termasuk kewajiban)

2. Thawaf sebanyak 7 putaran mengelilingi kakbah (termasuk rukun).

3. Sa’yu sebanyak 7 putaran antara Shafa dan Marwa (termasuk rukun).

4. Memendekkan atau mencukur rambut (termasuk kewajiban).

Dengan melakukan 4 poin ini saja umroh sudah sah meskipun tanpa
ditambahi dengan amalan-amalan lainnya. Akan tetapi untuk
kesempurnaannya insya Allah akan kami jelaskan dalam rincian berikut.
Waktu Melakukan Umroh

Waktu melakukan umroh adalah seluruh waktu dalam setahun.

Tempat Memulai Haji Dan Umroh

Tempat memulai Haji dan Umroh yang biasa disebut miqot (makani) adalah
tempat-tempat yang diwajibkan untuk memulai melakukan ihram di situ,

jika seorang yang berniat umroh atau haji melewati tempat tersebut tanpa
melakukan ihram (yaitu berniat mulai melakukan amalan-amalan umroh atau
haji) dan tanpa melaksanakan kewajiban-kewajibannya

maka wajib atasnya hadyu, berupa menyembelih seekor kambing dan


membaginya kepada fakir miskin Mekkah, tanpa mengambil bagian darinya
sedikitpun.
Adapun miqot-miqot itu ada lima:

1.Dzul Hulaifah (sekarang dinamakan Bi’r ‘Ali), miqot penduduk kota


Madinah dan yang melalui rute mereka).

2.Al-Juhfah, miqot penduduk Saudi Arabia bagian utara dan negara-negara


Afrika Utara dan Barat, negeri Syam (Lebanon, Yordania, Syiria, Palestina)
dan yang melewati rute mereka.

3.Qarnul Manazil (sekarang dinamakan As-Sail) dan Wadi Muhrim


(bagian atas Qarnul Manazil), miqot penduduk Najed, selatan Saudi di
seputar pegunungan Sarat, negara-negara Teluk, Irak, Iran dan yang
melewati rute mereka.
4.Yalamlam (sekarang dinamakan As-Sa’diyyah), miqot penduduk negara
Yaman, Indonesia, Malaysia, negara-negara sekitarnya dan yang melewati
rute mereka.

5.Dzatu ‘Irqin (sekarang dinamakan Adh-Dharibah), miqot penduduk


negeri Irak (Kufah dan Bashrah) dan yang melewati rute mereka.
Dan bagi orang-orang yang tinggal di Mekkah atau yang tinggal di
tempat-tempat yang terletak setelah miqot-miqot di atas, boleh bagi
mereka berihram untuk haji (baik tamattu’, qiron maupun ifrod) dari
rumah masing-masing tanpa harus pergi ke miqot lagi.

Adapun bagi penduduk Mekkah yang ingin melakukan umroh, mereka


harus keluar ke daerah halal terdekat, seperti Tan’im dan yang lainnya,
lalu berihram dari sana.
URUTAN AMALAN-AMALAN UMROH

PERTAMA: IHRAM DARI MIQOT

1. Ihram adalah berniat memulai pelaksanaan ibadah umroh atau haji. Tata
caranya sebagai berikut:

- Mendatangi miqot.

- Memotong kuku, memendekkan kumis, mencabut bulu ketiak dan mencukur


bulu kemaluan. Hal ini bukan termasuk amalan ihram, hanya saja apabila
seseorang mau melakukannya ketika ihram maka dilarang, oleh karena itu
hendaklah ia melakukannya sebelum ihram, kecuali jika ia berniat menyembelih
qurban maka tidak boleh melakukannya jika telah masuk tanggal 1 Dzulhijjah
sampai ia menyembelih.

- Tidak dibenarkan mencukur atau memotong jenggot.


- Mandi seperti mandi janabat

Mandi ini juga berlaku bagi wanita haid dan nifas, karena Nabi shallallahu’alaihi

wa sallam memerintahkan Asma’ binti Umais radhiyallahu’anha untuk mandi ketika

ia melahirkan di Dzul Hulaifah, sebagaimana dalam hadits Jabir yg masyhur (Hadits

tsb sekaligus sebagai dalil sahnya ihram wanita haid dan nifas, serta boleh

melakukan semua amalan haji dan umroh kecuali tawaf, harus menunggu suci

terlebih dahulu kemudian tawaf).

- Menggunakan wewangian pada tubuh (pada bagian tubuh yang tidak terkena

pakaian ihram) bila memungkinkan. Pakaian ihram tidak boleh dikenakan

wewangian.
ˉ Bagi yang miqotnya dilewati dengan kendaraan yang tidak mungkin
berhenti seperti pesawat, maka mandinya bisa dilakukan sejak dari
rumah atau sebelum naik pesawat maupun setelah berada di pesawat.

ˉ Mengenakan pakaian ihram yang terdiri dari dua helai (yang afdhal
berwana putih), yaitu sehelai disarungkan pada tubuh bagian bawah dan
sehelai lagi diselempangkan pada tubuh bagian atas dengan menutup
seluruh tubuh bagian atas termasuk kedua bahu. Diantara hikmah
mengenakan pakaian ihram tanpa dibedakan antara si kaya dan si miskin,
atasan dan bawahan, pemerintah dan rakyatnya adalah untuk
mengingatkan kepada kain kafan, bahwa setiap manusia hanya akan
membawa kain kafannya sampai ke kuburan
ˉ Bagi yang miqotnya dilewati dengan kendaraan yang tidak mungkin
berhenti seperti pesawat, maka pakaian ihramnya bisa dikenakan
menjelang naik pesawat terbang atau setelah berada di atas pesawat
terbang, meskipun jeda waktu yang agak lama dengan miqatnya agar
ketika melewati miqat dalam kondisi telah mengenakan pakaian ihram.

ˉ Adapun pakaian ihram wanita adalah pakaian yang menutup seluruh


auratnya yang sesuai dengan batasan-batasan syar’i. Wanita yang
ihram tidak boleh menggunakan cadar dan kaos tangan, dan jika ada
laki-laki asing hendaklah ia menutup auratnya tsb dengan
kerudungnya.
‾ Setelah mengenakan pakaian ihrom, lakukan sholat dua raka’at dengan
niat sholat sunnah wudhu’ atau sholat wajib jika bertepatan dengannya,
dan yang shahih tidak ada sholat khusus untuk ihram.

‾ Ketika masih berada di miqot, naik ke kendaraan lalu mulai berniat ihram
untuk melakukan umrah dengan mengucapkan

‫ع ْم َرة‬
ُ
“Labbaika ‘umrotan”

 Artinya: “Kusambut panggilan-Mu untuk melakukan umroh.” [HR.


Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu]
Lalu membaca talbiyah:

‫ ِإ َّن ْال َح ْم َد َوالنِِّ ْع َمةَ لَ َك َو ْال ُم ْل َك الَ ش َِري َْك لَ َك‬،‫ لَبَّي َْك لَ ش َِري َْك لَ َك لَبَّ ْي َك‬،‫لَبَّي َْك اللَّ ُه َّم لَبَّي َْك‬

 “Labbaika Allaahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik. Innal


hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syariika laka”

 Artinya: “Kusambut panggilan-Mu Ya Allah, kusambut panggilan-Mu,


tiada sekutu bagi-Mu, kusambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala
pujian, nikmat dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.”
[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu]
‾ Jika khawatir tidak bisa menyempurnakan seluruh rangkaian ibadah
haji atau umroh hendaklah membaca ucapan pensyaratan niat:

ُ ‫اللَّ ُه َّم َم ِح ِلي َحي‬


‫ْث َحَْ ْستَ ِني‬

“Allaahumma mahilliy haitsu habastaniy”

Artinya: “Ya Allah tempat berakhir amalanku di mana Engkau


menahanku.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah
radhiyallahu’anha]
‾ Faidah ucapan pensyaratan niat adalah jika seseorang terhalangi dari
menyempurnakan haji atau umrohnya, maka tidak ada fidyah dan
qodho’ atasnya. Ini bermanfaat terutama bagi wanita haid yang
melakukan umroh dan khawatir ditinggal rombongannya jika harus
menunggu sampai suci.

‾ Boleh bagi wanita untuk minum obat penunda haid selama tidak
membahayakannya.

‾ Berangkat ke Mekkah
‾ Memperbanyak ucapan talbiyah ini dengan mengeraskan suara
sepanjang perjalanan ke Mekkah.

‾ Berhenti mengucapkan talbiyah ketika menjelang thawaf (adapun


ketika haji, membaca talbiyah sampai sebelum melempar jamrah
‘aqobah pada tg. 10 Dzulhijjah).

‾ Mengucapkan talbiyah secara berjama’ah dengan membentuk


sebuah koor termasuk perbuatan bid’ah.
‾ Boleh memakai sandal, sepatu yang tidak menutupi mata kaki, cincin,
kacamata, walkman, jam tangan, sabuk, dan tas yang digunakan untuk
menyimpan uang dan barang-barang berharga lainnya.

‾ Boleh mencuci pakaian ihram atau mengganti dengan pakaian ihram yang
lain.

‾ Sebelum masuk Mekkah, jika memungkinkan untuk mandi kembali.

‾ Hendaklah senantiasa menjalankan printah Allah Ta’ala dan menjauhi


larangan-Nya seperti perbuatan syirik, kefasikan, kata-kata keji dan kotor,

berdebat untuk membela kebatilan, dan lain-lain.


LARANGAN-LARANGAN IHRAM

Larangan-larangan ihram ada


sembilan, yaitu:
4.Mengenakan penutup kepala yang
menempel (yang tidak menempel seperti
1.Memotong rambut (seluruh badan).
payung atau berteduh di bawah atap
tidak mengapa).
2.Memotong kuku.

5.Mengenakan pakaian yang


3.Menggunakan wewangian (adapun membentuk tubuh (yang diistilahkan
menggunakan wewangian sebelumnya oleh sebagian fuqaha dengan pakaian
dilakukan sebelum ihram). berjahit).
6.Membunuh hewan tanah 7.Akad nikah dan melamar atau
haram, bahkan diharamkan menikahkan dan melamar untuk
sekedar menakutinya atau orang lain.
membuatnya lari. Termasuk
dalam hal ini mencabut atau
8.Berhubungan suami istri.
merusak tumbuhan yang
ditumbuhkan Allah Ta’ala
9.Bercumbu antara suami istri,
(bukan yang ditanam manusia)
baik dengan perkataan maupun
di tanah haram.
perbuatan.
HUKUMAN-HUKUMAN BAGI YANG
MELANGGAR LARANGAN IHRAM
Hukuman bagi yang melanggar sembilan larangan di atas terbagi lima bentuk:

1.Melakukan pelanggaran nomor 1-5 maka hukumannya adalah membayar

fidyah berupa menyembelih seekor kambing atau memberi makan 6 orang miskin

(setiap orang dapat 1/2 sho’) atau berpuasa 3 hari. Boleh memilih .
2.Melakukan pelanggaran nomor 6 maka hukumannya hendaklah
menyembelih yang semisalnya dari hewan yang biasa digunakan untuk
zakat lalu bersedekah dengannya dan tidak boleh makan darinya sedikit
pun. Atau menakarnya dengan makanan dan membaginya kepada fakir
miskin, setiap orang mendapat 1/2 sho’. Atau berpuasa selama sejumlah
orang-orang miskin tersebut. Jika yang melanggar tidak menemukan
hewan yang semisalnya barulah ia diberi pilihan apakah memberi makan
ataukah puasa.
3.Melakukan pelanggaran nomor 7 tidak ada fidyah namun berdosa
jika dilakukan bukan karena lupa atau tidak tahu dan nikahnya
dihukumi sebagai nikah syubhat, harus diulang setelah ihram. Dan
hendaklah bertaubat kepada Allah Ta’ala.

4.Melakukan pelanggaran nomor 8 (berhubungan suami sitri),


apabila sebelum tahallul awwal (pada haji) maka hajinya tidak sah
dan wajib membayar fidyah dengan menyembelih seekor unta dan
dibagikan bagi fakir miskin di haram dan wajib mengqodho’ haji
tersebut di tahun depan. Apabila dilakukan setelah tahallul awwal
maka hajinya sah berdasarkan ijma’ dan baginya fidyah berupa
menyembelih seekor kambing.
Adapun dalam umroh, jika pelanggarannya dilakukan sebelum thawaf
atau sa’yu maka batal umrohnya, hendaklah melakukan umroh lagi
sebagai ganti, yaitu keluar lagi ke miqot dan wajib baginya fidyah
menyembelih seekor kambing. Jika dilakukan pada umroh setelah thawaf
dan sa’yu (yakni sebelum memendekkan atau mencukur rambut) maka
umrohnya sah dan wajib baginya fidyah.
5. Melakukan pelanggaran nomor 9, jika seorang bercumbu dengan
istrinya di selain kemaluannya, walaupun sampai mengeluarkan
mani, maka hajinya tidak batal, hendaklah dia menyembelih unta
jika hal itu dilakukan sebelum tahallul awal. Jika dilakukan
setelahnya, hendaklah menyembelih kambing. Bagi wanita sama
hukumanya dengan laki-laki kecuali jika ia dipaksa untuk
melakukannya.

Hukuman-hukuman di atas berlaku bagi orang yang sengaja


melakukannya baik karena butuh atau tidak. Adapun yang tidak tahu
hukumnya atau karena lupa maka tidak ada hukuman baginya, dan
hajinya tetap sah.
KEDUA: THAWAF SEBANYAK TUJUH PUTARAN
MENGELILINGI KAKBAH

Thawaf adalah rukun umroh yang kedua. Thawaf adalah ibadah


khusus mengitari kakbah sebanyak 7 kali, adapun thawaf dengan
mengitari selain kakbah adalah mengada-ada dalam agama.

Disunnahkan masuk Makkah di waktu siang setelah mandi, karena


Nabi shallallahu’alaihi wa sallam melakukannya, beliau menginap di
Dzi Tuwa, sholat shubuh dan mandi padanya, sebagaimana dalam

hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma dalam Ash-Shahihain.


Tiba di Masjidil Haram Makkah, pastikan telah bersuci dari najis dan hadats.
Disunnahkan untuk beristirahat sejenak sebelum memulai thawaf. Masuk
dengan kaki kanan dan membaca doa masuk masjid:

‫الر ِجيم‬
َّ ‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫طانِ ِ ُ ْالقَد‬
َّ ‫ِيم ِمنَ ال‬ َ ‫س ْل‬
ُ ‫اَّللِ ْالعَ ِظ ِيم َوبِ َو ْج ِه ِ ُ ْال َك ِر ِيم َو‬ ُ َ‫أ‬
َّ ِ‫عوذُ ب‬

“A’udzu billaahil ‘azhimi wa biwajhihil kariimi wa sulthoonihil qodiimi


minasy syaithoonir rojiimi”

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah-Nya
yang maha mulia dan kekuaasaan-Nya yang maha terdahulu, dari setan yang
terkutuk.” [HR. Abu Daud dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash
radhiyallahu’anhuma, Shahih Sunan Abi Daud: 485]
Kemudian membaca:

َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْفتَ ْح ِلى أَب َْو‬


‫اب َر ْح َمتِ َك‬

“Allaahummaftah liy abwaaba rohmatik”

Artinya: “Ya Allah bukakanlah pintu-pintu rahmat-mu.” [HR. Muslim


dari Abu Usaid radhiyallahu’anhu]

Keluar masjid membaca:


ْ َ‫اللَّ ُه َّم ِإنِى أَ ْسأَلُ َك ِم ْن ف‬
‫ض ِلك‬

Allaahumma inniy as-aluka min fadhlik”

Artinya: “Ya Allah aku memohon kepada-Mu anugerah dari-Mu.” [HR.


Muslim dari Abu Usaid radhiyallahu’anhu]
Dan bershalawat kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, lalu membaca,

‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم اع‬
َّ ‫ْص ْمنِي ِمنَ ال‬

“Allaahuma’shimniy minasy syaithoonir rohim”

Artinya: “Ya Allah aku memohon perlindungan kepada-Mu dari setan yang
terkutuk.” [HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahih Ibnu
Majah: 627]

Lafaz-lafaz do’a di atas berlaku umum di seluruh masjid. Tidak ada do’a khusus
untuk masjidil Haram, baik ketika haji dan umroh maupun tidak
 Melakukan idhthiba’. Caranya, selempangkan pakaian atas ke bawah ketiak
kanan dan membiarkan pundak kanan terbuka dan pundak kiri tetap tertutup.

 Idhtiba’ ini khusus bagi laki-laki dan khusus pada thawaf qudum dan thawaf
umroh. Adapun bagi wanita dan selain pada thawaf qudum dan thawaf umroh
tidak disyari’atkan.

 Segera menuju Hajar Aswad, menghadapnya, menyentuhnya dengan tangan


kanan dan menciumnya tanpa ada suara ciuman.

 Jika tidak memungkinkan, hendaklah menyentuhnya dengan tangan kanan dan


mencium tangan yang menyentuhnya.

 Jika tidak memungkinkan maka dengan tongkat dan sejenisnya lalu mencium
tongkat tersebut.
 Jika tidak memungkinkan maka cukup berisyarat kepadanya.

 Jika seseorang bisa menciumnya maka hendaklah dia membaca,


“Bismillahi Allahu Akbar” (Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar
radhiyallahu’anhuma dalam Sunan Al-Baihaqi).

 Jika berisyarat kepadanya hanya membaca, “Allahu Akbar”


(Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma dalam Shahih
Al-Bukhari) [Lihat At-Talkhis Al-Habir, 2/47]

 Lakukan thawaf sebanyak tujuh putaran mengelilingi kakbah. Mulai


dari Hajar Aswad dengan memposisikan kakbah di sebelah kiri, sambil
mengucapkan bacaan di atas ketika memulai thawaf.
 Dari Hajar Aswad sampai ke Hajar Aswad lagi terhitung satu putaran.

 Disunnahkan berlari-lari kecil dengan mendekatkan langkah-langkah


(raml) pada tiga putaran pertama (hal ini disunnahkan pada thawaf
umroh dan thawaf qudum pada haji) dan berjalan pada putaran keempat
sampai ketujuh.

 Raml dan idhthiba’ tidak disyari’atkan untuk wanita berdasarkan ijma’.

 Disyari’atkan sepanjang thawaf untuk memperbanyak dzikir dan doa,


namun tidak ada dzikir dan doa khusus yang disunnahkan selain bacaan-
bacaan yang telah kami sebutkan di atas.

 Tidak boleh mengeraskan suara ketika thawaf, termasuk ketika


berdzikir dan berdo’a saat tawaf, agar tidsk mengganggu kaum muslimin.

 Tidak ada do’a khusus ketika thawaf, kecuali ketika berada di antara dua
rukun, yaitu Rukun Yamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca:

‫ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan juga
kebaikan di akhirat, serta jagalah kami dari adzab api neraka.” [HR.
Ahmad dan Abu Daud]

 Disunnahkan setiap kali sejajar dengan Rukun Yamani untuk


menyentuhnya tanpa dicium, sambil mengucapkan, “Bismillahi Allahu
Akbar”. Jika tidak memungkinkan untuk menyentuhnya maka tidak
disyari’atkan untuk berisyarat kepadanya dan tidak pula mencucapkan
tasmiyyah dan takbir.

 Tidak menyentuh kakbah atau apapun selain hajar Aswad dan rukun
Yamani, karena tidak ada dalilnya.

 Disunnahkan setiap kali sejajar dengan Hajar Aswad untuk melakukan


sebagaimana ketika mulai pertama kali, sampai pun pada putaran
terakhir.
 Tidak disyari’atkan untuk mengusapkan tangan ke badan setelah
mengusap Hajar Aswad maupun Rukun Yamani.

 Bahkan tidak disyari’atkan untuk mengusap dan mencium selain


Hajarul Aswad dan mengusap selain Rukun Yamani dan tidak pula ada
bacaan tertentu ketika melewatinya.

 Menyentuh dan mencium Hajar Aswad dan menyentuh Rukun


Yamani hanya dilakukan ketika thawaf saja, kecuali menyentuh Hajar
Aswad juga disyari’atkan setelah selesai sholat dua raka’at thawaf di
belakang maqom Ibrahim ‘alaihissalam. Selain itu tidak disyari’atkan.

 Janganlah berdesak-desakan untuk mencapai Hajar Aswad atau


Rukun Yamani, agar tidak menyakiti kaum muslimin, karena mencium
Hajar Aswad dan menyentuh Rukun Yamani hukumnya sunnah,
sedangkan memuluskan dan tidak menyakiti kaum muslimin adalah
wajib.
Juga tidak boleh bagi wanita berdesak-desakan dengan laki-laki, melainkan
mereka berjalan di belakang kaum laki-laki.

Tidak boleh bagi wanita membuka wajahnya jika terdapat laki-laki asing,
hendaklah dia menutupi wajahnya dengan kerudungnya (bukan dengan niqob
atau kain yang menempel di wajahnya).

Tidak mengapa melakukan thawaf di belakang zam-zam dan di seluruh masjid


(termasuk di lantai atas dan atap), terutama ketika sangat ramai, namun lebih
dekat ke kakbah yang lebih afdhal. Dan ulama sepakat tidak boleh thawaf di luar
masjid.

Tidak sah thawaf di dalam kakbah atau dalam Al-Hijr, karena Al-Hijr termasuk
kakbah.
 Dan penamaan Al-Hijr tersebut dengan Hijr Ismail ‘alaihissalam tidak

benar karena ia dibangun setelah meninggalnya beliau oleh orang-orang

Qurays ketika mereka kekurangan harta untuk membangun kakbah,

demikian pula sangkaan bahwa Nabi Ismail ‘alaihissalam dikuburkan di

Al-Hijr adalah tidak benar.

 Jika tidak mampu thawaf sambil berjalan, tidak mengapa mengendarai

kendaraan atau digendong.

 Tidak disyari’atkan menyentuh Maqom Ibrahim, dinding kakbah dan

kiswahnya.

 Berdoa kepada kakbah adalah syirik besar.

 Tidak ada lafazh niat thawaf.


 Jika terjadi keraguan pada jumlah putaran thawaf, hendaklah diambil
persangkaan yang paling kuat, jika tidak memiliki persangkaan kuat
maka ambil hitungan yang paling sedikit, lalu menambah putaran
yang masih kurang.

 Jika telah dikumandangkan iqomah sholat hendaklah memutuskan


thawaf dan melakukan sholat, setelah sholat dilanjutkan kembali,
tanpa harus memulai dari awal kembali. Kecuali jika terpaut waktu
yang panjang maka hendaklah dimulai dari awal, sebab muwaalah
(dilakukan secara bersambung) adalah syarat thawaf.

 Jika batal wudhu’ maka boleh terus melanjutkan thawaf, karena tidak
ada dalil shahih dan tegas yang mengharuskan berwudhu’.Namun
lebih afdhal berwudhu’ kembali dan terus melanjutkan thawaf tanpa
harus memulai dari awal. Kecuali jika terpaut waktu yang lama maka
hendaklah mulai dari awal.
KETIGA: SA’YU SEBANYAK TUJUH
PUTARAN ANTARA SHAFA DAN MARWA
MARWA

Sa’yu adalah rukun pada haji dan umroh, dan tidak ada dalil
melakukan sa’yu selain pada haji dan umroh. Berbeda dengan thawaf,
boleh melakukannya kapan saja.
Jika telah mendekati Shafa hendaklah membaca:

‫للا‬ َ ‫صفَا َو ْال َم ْر َوة َ ِمن‬


ِ ‫شعَائِ ِر‬ َّ ‫ِإ َّن ال‬

“Innas shofaa wal marwata min sya’airillaah”

Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu termasuk syi’ar-


syi’ar Allah.” (Al-Baqarah: 158)

 Lalu membaca:

ُ ِ ِ‫أ َ ْبدَأ ُ بِ َما بَدَأ َ للاُ ب‬

“Abdau bimaa badaallaahu bihi”

Artinya: “Aku memulai (sa’yu) dengan apa yang dimulai oleh


Allah (yakni disebutkan dulu Shafa lalu Marwah).” [HR. Muslim
dari Jabir radhiyallahu’anhu]
 Masih di Shafa, jika memungkinkan untuk menaikinya, lalu menghadap Kakbah dan mengucapkan:

 ُ‫ش ْيء قَ ِدي ٌْر الَ ِإل َُ ِإالَّ للاُ َوحْ دَه‬
َ ‫علَى ُك ِل‬ َ ‫ لَ ُُ ْال ُم ْلكُ َولَ ُُ ا ْل َح ْمدُ يُحْ ِيي َوي ُِميْتُ َو ُه َو‬،ُُ َ‫ للاُ أ َ ْكَْ ُرالَ ِإل َُ ِإالَّ للاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِري َْك ل‬،‫ للاُ أ َ ْكَْ ُر‬،‫للاُ أ َ ْكَْ ُر‬
ُ‫اب َوحْ دَه‬َ َ‫ع ْْدَهُ َوهَزَ َم اْألَحْ ز‬ َ ‫ص َر‬َ َ‫أ َ ْن َجزَ َو ْعدَهُ َون‬

 Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada yang berhak diibadahi
kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan dan pujian, Dzat yang Maha
Menghidupkan dan Maha Mematikan serta Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang berhak
diibadahi kecuali Allah semata, yang telah menepati janji-Nya, memenangkan hamba-Nya dan
menghancurkan bala tentara kafir tanpa bantuan siapa pun.”

 Dibaca 3 kali, setiap kali selesai salah satunya, disunnahkan untuk berdoa kepada Allah Ta’ala sesuai
keinginan kita sambil mengangkat tangan, berdasarkan hadits Jabir radhiyallahu’anhu dalam riwayat
Muslim.
 Setelah itu berjalan ke Marwah, ketika
lewat di antara dua tanda hijau langkah  Tiba di Marwah telah dianggap
dipercepat. Setelah melewati tanda melakukan satu putaran (kembalinya ke
tersebut hendaklah kembali berjalan Shafa juga terhitung satu putaran).
seperti biasa.
 Berdiri di Marwah dan lakukan seperti
 Bagi wanita tetap berjalan seperti biasa yang dilakukan di Shafa.
meskipun pada dua tanda hijau
 Setelah itu kembali lagi ke Shafa dan
berdasarkan ijma’ ulama sebagaimana
seterusnya sampai 7 putaran yang
yang dinukil Ibnul Mundzir
berakhir di Marwah.
rahimahullah. Adapun berlarinya Hajar
 Boleh melakukan sa’yu di lantai atas
Ummu Ismail ‘alaihimassalam ketika
dalam keadaan beliau seorang diri,
sehingga aman dari fitnah.

 Boleh naik kendaraan dalam


melakukan sa’yu jika terdapat
masyaqqoh (beban yang berat).
KEEMPAT: MENCUKUR ATAU MEMENDEKKAN
RAMBUT

 Mencukur atau memendekkan rambut mendo’akan 3 kali untuk yang


termasuk kewajiban haji dan umroh. mencukur dan 1 kali untuk yang

 Setelah melakukan sa’yu, segera memendekkan saja, sebagaimana

mencukur atau memendekkan rambut dalam Ash-Shahihain dari Abu

secara merata. Hurairah radhiyallahu’anhu).

 Tidak cukup mencukur atau  Kecuali yang melakukan umroh untuk

memendekkan sebagian rambut, haji tamattu’, lebih afdhal baginya

namun harus seluruh rambut secara memendekkan, untuk kemudian

merata. mencukur pada tanggal 10 Dzulhijjah,


jika waktu umrohnya sudah mendekati
 Mencukur lebih afdhal dibanding
tanggal 10 Dzulhijjah.
memendekkan (karena Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam
 Bagi wanita hanya
memotong pada ujung-ujung  Dengan ini, telah masuk
rambutnya sepanjang ujung pada tahallul, yakni telah
jari. halal semua yang tadinya
diharamkan ketika ihram.
 Hendaklah tetap mencukur Selesailah rangkaian ibadah
atau memendekkan rambut umroh.
meskipun telah niat  Walhamdulillahi
berkurban dan telah masuk Rabbil’alamiin.
tanggal 1 Dzulhijjah.

Anda mungkin juga menyukai