CHEEK BITING
Oleh :
19100707360804039
NIKE LASMUTIA
19100707360804102
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan oleh dosen
pembimbing Lab. Oral Medicine. Shalawat serta salam semoga selalu kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW , yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang
ini.
pemahaman kepada pembaca, Mungkin penulis tidak bisa membuat makalah ini
sesempurna mungkin. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan
dari para pembaca. Khususnya dari dosen yang telah membimbing penulis dalam
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1LatarBelakang....................................................................................1
1.2RumusanMasalah...............................................................................1
1.3TujuanPenelitian..................................................................................1
2.1Definisi...............................................................................................
22.2Etiologi.............................................................................................2
2.3Gambaran Klinis................................................................................2
2.4Perawatan...........................................................................................2
2.5Diagnosis Banding.............................................................................3
BAB IIIPEMBAHASAN......................................................................................5
BAB IVPENUTUP.............................................................................................8
4.1Kesimpulan.......................................................................................8
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Liken planus (LP) pertama kali dijelaskan oleh Erasmus Wilson pada
walaupun gejala menonjolnya adalah bersisik tetapi tidak sama dengan psoriasis
Liken planus paling sering ditemukan pada ektremitas superior, kulit
bahasa Yunani berarti “pohon lumut” ; planus dalam bahasa Latin berarti “datar”)
merupakan suatu kelainan yang unik, suatu penyakit inflamasi yang berefek ke
kulit, membran mukosa, kuku, dan rambut. Lesi yang tampak pada lichen planus-
morfologik ini mungkin sulit untuk dibandingkan, liken planus merupakan suatu
kesatuan yang khusus dengan bentuk papul “lichenoid” yang menunjukkan warna
dan morfologik yang khusus, berkembang di lokasi yang khas, dan pola
Liken planus memiliki karakteristrik tersendiri yaitu berupa papul flat-
permukaan fleksor.
4
Etiologi pasti LP masih belum diketahui, tetapi itu mungkin dihubungkan
Liken planus merupakan penyakit kulit yang gatal, mukokutaneus yang
pada umur antara 30 dan 60. Walaupun tidak ada pengecualian untuk kelompok
umur, penyakit ini tidak biasa pada usia yang sangat muda dan sangat tua.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
skuamosa berlapis yang mempengaruhi kulit, mukosa mulut, dan genital. Lesi
Berupa garis putih interlace halus yang tersusun dalam anyaman seperti
jala yang disebut “Wickham’s striae” (paling banyak ditemui dan mudah
dikenali dari LPO). Lesi ini biasanya tidak tetap berbentuk seperti lilin dan
berkurang selama beberapa minggu atau bulan. Lesi ini paling sering
ditemukan bilateral pada posterior mukosa bukal dan bersifat
7
Gambar 1
Lichen planus tipe retikular
2. Plak
Plak berwarna putih yang padat atau bercak yang mempunyai permukaan
halus sampai sedikit tidak teratur dan konfigurasi asimetris. Lesi ini
ditemukan pada mukosa bukal atau lidah. Pasien bisa saja tidak menyadari
keberadaan lesi ini. Biasanya sulit dibedakan karena menyerupai
leukoplakia. Lesi berwarna putih dan dapat timbul terutama pada mukosa
bukal posterior dan lidah.3,9
Gambar 2
Lichen planus tipe plak
3. Papular
Lesi berwarna putih yang sedikit lebih tinggi dari sekitarnya dengan
diameter 0,5-1 mm, biasanya terlihat pada mukosa mulut yang berkeratin.4
8
Gambar 3
Lichen planus tipe papular
4. Bulla
Gambar 4
Lichen planus tipe bulla
5. Atropik
Gambar 5
Lichen planus tipe atropik
6. Erosif
Gambar 6
Lichen planus tipe erosif
.
10
2. Biasanya terjadi degenerasi likuifaksi atau nekrosis pada lapisan sel basal
yang digantikan dengan pita eosinofilik.
Gambar 7
Pada pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya hiperkeratosis,
infiltrasi dari limfosit dan vakuolisasi lapisan sel basal disertai apoptosis
Gambar 8
Pada pemeriksaan histokimia terlihat adanya gambaran saw tooth dari retepeg yang umumnya
merata dan terjadinya pengurangan ketebalan dari epitel disertai infiltrasi limfosit T pada lapisan
dasar epitelium
11
Gambar 9
Pemfigoid bulosa
2. Pemfigoid sikatriksial
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti, akan tetapi diduga karena
akibat autoimun. Ditandai dengan adanya bula yang dapat berubah
menjadi sikatriks, terutama terjadi pada mukosa dan konjungtiva. Bula
yang berdinding tegang, bula yang pecah akan terbentuk ulkus yang
dikelilingi oleh eritema. Pada gingiva terlihat edema difus berwarna merah
terang. Pada 90% kasus lesi didalam rongga mulut terdapat di gingiva,
12
Gambar 10
Pemfigoid sikatriksial
Gambar 11
Lupus eritematosus kronis
4. Pemfigus vulgaris
Pemfigus vulgaris merupakan penyakit vesikulobulosa. Etiologi penyakit ini
belum diketahui, akan tetapi dipengaruhi oleh autoimun. Ditandai dengan adanya
vesikel yang mudah pecah, bula berdinding kendur, dan erosi disertai
pembentukan krusta yang dapat bertahan lama. Umumnya krusta memiliki tepi
yang tidak rata, kasar, dan sakit. Pemfigus vulgaris dapat meluas dan
menimbulkan rasa nyeri sehingga mengganggu penderita pada saat makan. Lesi
ini terdapat pada mukosa dan kulit. Pada pemeriksaan immunoflouresensi
terdapat IgG pada epidermis.3
13
Gambar 12
Pemfigus vulgaris
5. Leukoplakia
Gambaran klinis leukoplakia diawali dengan lesi putih bening tidak teraba, yang
kemudian menebal dengan pengerasan, dan bentuk permukaan yang bervariasi.
Ada yang berbentuk homogenus, bercak, nodul dan veruka. Warna putih dan
penebalan jaringan disebabkan oleh penebalan lapisan keratin permukaan
(hiperkeratosis) dan penebalan lapisan epitel dibawahnya (akantosis). 3,11
Gambar 13
Leukoplakia
Gambar 14
Kandidiasis pseudomembran (Thrush)
7. Hairy Leukoplakia.
Lipatan putih vertikal yang berorientasi sebagai pagar di sepanjang perbatasan
lidah. Biasanya memiliki permukaan bergelombang dan mempengaruhi
margin lidah hampir secara eksklusif. Lesi dapat juga ditampilkan sebagai
plak putih, agak tinggi dan tidak dapat dikerok.
Penyebabnya karena replikasi Eipstein-Barr virus (EBV) yang aktif.
Pengobatan dengan diberikan obat antiretroviral dan asiklovir.3,9,10
Gambar 15
Hairy Leukoplakia
2.6 Perawatan
7
BAB III
PEMBAHASAN
kebiasaan bruruk seperti menghisap- hisap pipi dan pada pemeriksaan intraoral
ditemukan lesi primer berupa plak dan berwarna putih, konsistensi kenyal, lokasi
di mukosa bukal sinistra, dipalpasi tidak sakit. Diagnosis tetap pasien ditegakkan
sebagai Cheek Biting sebagai suatu lesi lokal di dalam rongga mulut.
Cheek biting adalah suatu lesi akibat kebiasaan seseorang menghisap atau
Gambaran klinis dari cheek biting adalah, abrasi epitelium superfisial yang
umumnya terbatas pada mukosa labial bawah dan atau mukosa bukal di dekat
Etiologi cheek biting dapat berupa faktor psikogenik seperti stress atau
cemas, kelainan neuromuskular (Meisawati, 2011) selain itu kasus ini juga dapat
diakibatkan dari kebiasaan buruk, seperti menggigit pipi, dan juga dapat terjadi
diakibatkan trauma mekanis, seperti pemasangan piranti ortodonti. Pada kasus ini,
pasien menyampaikan bahwa kondisi seperti ini sering terjadi disaat pasien
mengalami stress dan ketika pasien sedang mengalami banyak pikiran, dimana
dari proses anamnesis diketahui bahwa pasien banyak pikiran. Pada laporan kasus
8
ini, pasien Pasien sedang banyak tugas sehingga pasien banyak pikiran dan pasien
Pada kasus Cheek biting dilakukan KIE kepada pasien bahwa kondisi yang
yang dialami pasien tidak berbahaya dan dapat hilang atau kembali normal jika
pasien, yaitu dimana menyikat gigi sebanyak 2 kali sehari dan kepada pasien
Anamnesis
Data pasien
Jeniskelamin : Perempuan
Suku/ras : Minang
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
permukaan garis yang menonjol, tidak sakit pada pipi bagian dalam sebelah kiri.
Pasien tidak menyadari mulai kapan permukaan garis tersebut timbul. Permukaan
garis tersebut tidak melebar dan tidak menggangu. Pasien mengakui sering
menghisap-hisap pipi.
9
Keluhan tambahan :tidak ada.
Riwayat sistemik
Golongan darah :A
banyak pikiran dan pasien juga sedang dalam pemakaian piranti orthodontic.
Pemeriksaan objektif
Tanda vital
Tekanandarah : 110/80
Nadi : 73/mnt
10
Suhu : 36,6OC
Respirasi : 20x/mnt
Tmj : Normal
Mata : Normal
Sirkumoral : Normal
Bibir : Normal
Mukosalabial : Normal
Frenulum : Normal
Lidah :Normal
regio 36-38
Dasarmulut : Normal
Palatum : Normal
Gingiva : Normal
Jaringanperiodontal : Normal
Kelenjarsaliva : Normal
Tonsil : Normal
11
Diagnosis klinis : Cheek Biting
akan tetapi salah satu hal yang dapat membedakan diantara ketiganya adalah
etiologi dari masing-masing kasus. Dimana linea alba merupakan variasi dari
struktur dan penampakan dari mukosa rongga normal. Lesi ini merupakan bentuk
penebalan pada epitel mukosa sebagai respon terhadap friksi atau gesekan
secara berulang. Linea alba merupakan garis putih keabu-abuan yang terjadi
Prognosis : Baik
Prognosis dari kasus ini dinyatakan baik karena, cheek biting dapat
sembuh jika factor penyebab dihilangkan dan pasien diberikan edukasi mengenai
Perawatan :
kronis, baik itu permukaan mahkota gigi yang tajam atau tepi protesa yang perlu
Pada kasusini, perawatan yang digunakan terdiri dari dua jenis perawatan, yaitu
12
Non Farmakologi
yang dialami pasien tidak berbahaya dan dapat hilang atau kembali
Farmakologi:
kali sehari
setelah makan
13
(Gambaran klinis pasien)
14
8
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut seperti faktor
rongga mulut yang selanjutnya disebut sebagai variasi rongga mulut., baik normal
maupun patologis. Variasi normal rongga mulut adalah suatu keadaan rongga
patologis rongga mulut adalah suatu keadaan rongga mulut dimana terdapat
kelainan di dalamnya, hanya saja kelainan yang ditemukan ini perlu di waspadai
belakang kemerahan yang umumnya terbatas pada mukosa labial bawah dan atau
6. Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. Burket Ilmu Penyakit Mulut :
7. Langlais RP, Miller CS. 1992. Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.
11
8. Greenberg, Martin S., Michael Glick. “Acute Pseudomembranous
2012.http://burketsoralmedicine.blogspot.com/2012/11/acute-
Aksara, 108-109.
Elsevier, 74.
11. http://fkgmantab.wordpress.com/2011/11/15/tumor-jinak-rongga-mulut/
12