DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Anggota :
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Kasus II” sebagai salah satu syarat guna memenuhi proses pembelajaran di Fakultas
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
kepada kita semua dan semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.3 Tujuan
BAB 3 Pembahasan
4.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Boy, seorang anak berusia 2 tahun di bawa ibu ke poliklinik karena ada
ruam ruam kemerahan di tubuhnya yang mulai muncul sejak tadi pagi di wajah.
Sebelumnya Ray mengalami demam tinggi sejak 4 hari yang lalu. Ibu juga
mengatakan bahwa kakak Boy juga mengalami hal seperti ini 2 minggu yang lalu.
Dokter menanyakan apakah Boy mendapat imunisasi campak saat berusia 9 bulan
dan imunisasi MR pada bulan September kemarin. Menurut dokter penyakit ini
bisa dicegah dengan imunisasi karena ada beberapa penyakit yang dapat di cegah
penyabarannya melalui imunisasi.
1. Anamnesis
Nama : Boy
Umur : 2 tahun
Keluhan tambahan :
2. Pemeriksaan fisik
a. BB : 7 kg
b. TB : 75 cm
f. Lemak tipis
Etiologi Stunting
yang sering dikaitkan dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi dan
lingkungan. Lima faktor utama penyebab stunting yaitu kemiskinan, sosial dan
2010).
terjadinya stunting terutama pada awal kehidupan (Adair dan Guilkey, 1997).
Besarnya pengaruh ASI eksklusif terhadap status gizi anak membuat WHO
selama 6 bulan pertama sebagai salah satu langkah untuk mencapai WHO Global
Nutrition Targets 2025 mengenai penurunan jumlah stunting pada anak di bawah
bahwa bayi dengan berat lahir rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
menjadi stunting (Paudel dkk, 2012). Panjang lahir bayi juga berhubungan dengan
lahir yang pendek berisiko tinggi terhadap kejadian stunting pada balita
(Meilyasari dan Isnawati, 2014). Faktor lain yang berhubungan dengan stunting
membuktikan bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan
orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak
dan pendidikan orang tua yang rendah. Keluarga dengan pendapatan yang tinggi
akan lebih mudah memperoleh akses pendidikan dan kesehatan sehingga status
stunting pada balita usia 24-36 bulan (Nasikhah dan Margawati, 2012).
Etiologi Campak
Campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang
(RNA), jenis Morbilivirus yang mudah mati karena panas dan cahaya (Nelfrides,
2016). Penularan penyakit campak adalah dari orang ke orang melalui droplet
respiration atau dapat pula secara air borne sebagai nucleus droplet aerosol.
Keadaan gizi yang baik merupakan syarat utama kesehatan dan berdampak
terhadap kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk menurut World Health
menurut tinggi atau panjang badan (BB/TB) dengan z-skor BB/TB ,-3 SD dan ada
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi
kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi dab menderita penyakit
infeksi, sedangkan penyebab tidak tidak langsung gizi buruk yaitu ketersediaan
pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan
gizi buruk pada balita. Hal ini disebabkan karena konsumsi jumlah dan komposisi
zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan,
bersih dan aman sehingga akan berakibat secara langsung terhadap pertumbuhan
kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan dan penyakit pernapasan akut
(ISPA). Faktor kemiskinan sering disebut sebagai akar dari kekurangan gizi, yang
mana faktor ini erat kaitannya terhadap daya beli pangan di rumah tangga
Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan faktor yang
dapat berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. Hal ini dikarenakan bayi yang
saat balita. Faktor pendidikan Ibu erat kaitannya dengan pengetahuan Ibu
mengenai gizi sehingga akan berakibat terhadap buruknya pola asuh balita
dengan munculnya ruam di seluruh tubuh. Penyakit yang sangat menular ini dapat
menyebar melalui kontak lendir yang terinfeksi atau lewat air liur. Nama lain dari
dan terjadilah viremia kedua.
pada campak bersamaan dengan timbulnya antibodi serum dan penyakit menjadi
sendiri merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh tubuh yang mengalami
kekurangan kalori. Kwashiorkor merupakan gejal dari kekurangan gizi. Gizi yang
dimaksud ialah suatu gizi yang sebagian besar membentuk tubuh salah satunya
ialah protein. Pada kasus ditandai gejala yang terdapat pada marasmik serta
Pada keadaan marasmus yang menyolok ialah pertumbuhan yang kurang atau
terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya
jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan.
Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya
kebutuhan energi, akan tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial
lainnya seperti berbagai asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu pada
marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal,
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi
katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi
oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun kekurangan protein dalam diet
akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum yang jumlahnya sudah kurang
tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan
penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hati, sehingga kemudian timbul edema.
transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi
B. HEPATITIS B
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang
kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara
horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani
hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.
Penyakit infeksi virus hepatotropiky yang bersifat sistemik dan akut.
1. Etiologi
Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab hepatitis yaitu, virus hepatitis A,
B, C, D, E, G tapi pada anak umumnya menimbulakn masalah terutama
A,B dan C.
2. Manifestasi klinis
Umumnya asimptomatik pada bayi. Pada anak dan remaja dapat terjadi
gejala prodormal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, neusea, vomiting,
fatigue, malaise, batuk dll. Dapat timbul mendahului ikterus selama 1-
2minggu. Jika hepar sudah membesar, pasien dapat mengeluh begh pada
perut kakan atas.. demam 38-39°C sering pada hepatitis A.kadang
mencapai 40°C. urin berwarna gelap sepert the, feses berwarna tanah.
Denagn timbul gejala kuning/ikterus maka biasanya gejala prodormal
menghilang. Hepatomegali dapat disertai nyeri tekan. Splenomegali dapat
ditemukan pada 10-20% pasien.
3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penyakit ini dilakukan berdasarkan tipe virusnya.
4. Pencegahan umum
a. Perbaikan higienitas makanan
b. Perbaikan higienitas sanitasi lingkungan dan pribadi
c. Isolasi anak
Vaksin berisi HBsAg murni. Diberikan sedini mungkin setelah lahir.
Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C. Bayi lahir dari ibu HBsAg (+)
diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi
Hepatitis B. Dosis kedua 1 bulan berikutnya. Dosis ketiga 5 bulan
berikutnya (usia 6 bulan). Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian. Kadar
pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml. Produksi vaksin Hepatitis B di
Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997.
C. TBC (TUBERCULOSIS)
TBC adalah penyakit infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh. Dengan lokasi terbanyak
diparu yang bisa merupakan lokasi infeksi primer.
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat
menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi),
kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai
usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2
bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini
“berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi
perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah
suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
1. Tanda gejala
a. BB turun tanpa sebab yang jelas
b. Anoreksia dan gagal tumbuh, BB tidak naik secara adekuat
c. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas.
d. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan multipel.
e. Batuk >30 hari
f. Diare persiiten yang tidak sembuh
Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M.
tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal
dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh
Calmette dan Guerin. Imunisasi diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra
kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan
D. CAMPAK
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh
sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun
kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek
dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita
demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar
ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini
adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada
sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang
permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita
dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup,
dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi.
Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk
melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan
diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih.
1. Etiologi
virus morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium
kataral sampai 24jam setelah timbul bercak dikulit.
2. Manifestasi klinis
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala yang dibagi menjadi 3
stadium:
a. S. kataral(prodormal)
Berlangsung 4-5 hari.gejala mneyerupai influenza, yaitu demam,
malaise, batuk,fotofobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas:
timbulnya bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum,
dikelilingi oleh eritema,berlokasi di mukosa bukalis berhadapan
denagn molar bawah.
b. S. Erupsi
Gejala pada stadium kataral bertambah dan timbul enantem dipalatum
dulum dan palatum mole. Kemudian terajdi ruem eritematosa yang
berbentuk makula-papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam
mula-mula timbu dibelakang telinga, dibagian atas lateral
tengkuk,sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi
perdarahan ringan rasa gatal dan muka bengakak. Ruam mencapai
anggota bawah pada hari ke3. Variasi lain adalah black mesles, yaitu
morbili yang disertai perdarahan pada kulit, lutut, hidung dan traktus
digestuvus.
c. S. Konvalesensi
Gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang,
dan meninggalkan bekas dikulit berupa hiperpigmentasi dan kulit
bersisik yang bersifat patognomonik.
E. DIFTERI
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran
napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel
(tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan
dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat
berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain
itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan
tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan
selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu
bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan
bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun
panas. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphteriae. Difteri adalah radang tenggorokan yang dapat menyebabkan
kerusakan jantung dan tenggorokan tersumbat.
Menular melalui percikan-pecikan ludah penderika waktu batuk dan
bersin. Dapat juga melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang telah
dicemari oleh kuman-kuman penyakit tersebut.
1. Etiologi
Corynebacteriumdiphtheriae ,bkteri gram positif yang polimorf, tidak
bergerak, dan tidak membentuk spora.
2. Tanda gejala
a. Demam tinggi
b. pembengkakan pada amandel ( tonsil )
c. terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan
dapat menutup jalan napas.
d. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal
jantung.
3. Prognosis: tergantung ada tidaknya komplikasi terutama paru dan saraf
pada bayi dan anak-anak.
F. PERTUSIS
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus
Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka
menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk
diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan
umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah
dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga
kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
Pertusis (atau batuk rejan) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi tenggorok dengan bakteri Bordetella pertussis. penyakit radang pernafasan
(paru) yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Diebuat batuk 100 hari
karena lama sakitnya dapat mencapai 3 bulan lebih (100 hari). gejala penyakit ini
sangat khas, batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop” dan
diakhiri dengan muntah.
Pertusis menular melalui percikan-pecikan ludah penderika waktu batuk
dan bersin. Dapat juga melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan yang
telah dicemari oleh kuman-kuman penyakit tersebut.
1. Tanda Gejala
a. serangan batuk, diikuti dengan tarikan napas besar (atau “whoop”).
Penderita
b. adakalanya muntah setelah batuk.
c. hidung beringus
d. rasa lelah
e. kadang demam parah.
2. Etiologi
Bordetella pertusis adalah bakteri gram negatif, tidak bergerak, dan
ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasoparing dan
ditanamkan pada media agar Boerdet-gengou.
3. Manifes klinis
Masa tunas selama 7-14 hari. Penyakit ini berlangsung selama 6
minggu atau lebih dan terbagi menjadi 3 stadium:
a. Stadium kataralis
selama 1-2minggu. Menyerupai influenza. Ditandai dengan batuk
ringan, terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia, dan demam
ringan.
b. Stadium spasmodik
selama 2-4 minggu. Batuk semakin berat sehingga pasien gelisah
dengan muka mearh dan sianotik. Batuk terajdi paroksimal berupa
baruk-batuk khas. Serangan batuk panjang dan tidak ada inspirasi
diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan napas panjang dan
berbunyi melengking). Sering diakhiri muntah disertai sputum kental.
Anak dapat terberak-berak dan terkencing-kencing. Akibat tekanan
saat batuk dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
Tampak berkeringat, pembuluh darah leher dan muka lebar.
c. Stadium konvalensi
selama 2minggu. Jumlah dan beratnya serangan batuk berkurang,
muntah berkurang, dan nafsu makan timbul kembali.
4. Pencegahan dengan pemberian vaksin DPT.
G. TETANUS
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena
mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali
dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut)
bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher,
bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan
atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir.
Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang
tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang
sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu
antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga
dapat mencegah infeksi tersebut.
Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium
tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke
sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada
aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot.
Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi ,
narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun
frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di
sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat
berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam
waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal
tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun
tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat
perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan
umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak
imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap
interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga
dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya.
Penyakit infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf
dan otot. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium
tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke
sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada
aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot..
tetanus penularannya melalui tali pusat karena pertolongan persalinan yang tidak
bersih/steril, atau melalui luka.
1. Etiologi
Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora, tersebar ditanah,
mengeluarkan eksotoksin.
2. Manifesklinis
a. Lokal: nyeri, kaku dan spasme dari daerah yang terluka
b. Umum: trismus, kekakuan otot maseter, kekakuan otot wajah, kaku
kuduk, opistotonus, perut papan, kejang tonik umu, kejang rangsang
(terhadap visual, suara, taktil), kejang spontan, retensio urin.
c. Gejala
tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan
trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan,
rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang
secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Reaksi pasca imunisasi DPT adalah Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-
2 hari, diberikan anafilatik + antipiretik. Bila ada reaksi berlebihan pasca
imunisasi demam > 40°C, kejang, syok imunisasi selanjutnya diganti
dengan DT atau DpaT.
H. INFLUENZA
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan
oleh virus influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi
melalui udara pada saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular
selama 1 – 2 hari sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini
sulit dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk –
pilek biasa yang tidak berbahaya.
Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh
badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita
infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara
tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang tahun. Setiap tahun influenza
menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya pengobatan, biaya
penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen dari
sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa
influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza
menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga
penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang
menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila
penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung,
Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat
akibat influenza.
I. DEMAM TIFOID
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar
keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah
bening usus dan kemudian masuk kedalam darah sehingga meyebabkan
penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran kuman
kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya.
Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus.
Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua,
Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-
angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada saluran
pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput
lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan
limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar,
tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran,
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu
menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan,
dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa
oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus kedapur, dan
mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar.
Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan
manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah
dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun
dari penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian
vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang
mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang
kemudian.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu
lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai
diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya
asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab
lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi
dari makanan.
1. Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal.
Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan
otot.
Grover Z, Ee LC. Protein Energy Malnutrition. Nutr Defic. 2009 Oct; 56 (5):
1055–68.
Ubesie AC, Ibeziako NS, Ndiokwelu CI, Uzoka CM, Nwafor CA. Under-five
Protein Energy Malnutrition Admitted at the University of In Nigeria
Teaching Hospital, Enugu: a 10 year retrospective review. Nutr J.
2012; 11 (1): 43.
Yandi, RA. Seorang Anak Perempuan Usia Lima Tahun dengan Kwashiorkor. J
Medula Unila. 2016 Jan; 3: 127–32.
Masnjoer A, dkk. Penyakit Gizi Anak. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II.
FKUI. Jakarta. 2000; 512-19.