PENDAHULUAN
Liken planus (LP) pertama kali dijelaskan oleh Erasmus Wilson pada tahun
gejala menonjolnya adalah bersisik tetapi tidak sama dengan psoriasis dan penyakit
Liken planus paling sering ditemukan pada ektremitas superior, kulit kepala,
berarti “pohon lumut” ; planus dalam bahasa Latin berarti “datar”) merupakan suatu
kelainan yang unik, suatu penyakit inflamasi yang berefek ke kulit, membran
lichenoidtampak seperti ketombe, beralur halus, kotoran yang kering dari tumbuh-
tumbuhan simbiosis yang dikenal sebagai liken. Walaupun morfologik ini mungkin
sulit untuk dibandingkan, liken planus merupakan suatu kesatuan yang khusus dengan
bentuk papul “lichenoid” yang menunjukkan warna dan morfologik yang khusus,
berkembang di lokasi yang khas, dan pola perkembangan karakteristik yang nyata.
Liken planus memiliki karakteristrik tersendiri yaitu berupa papul flat-miring
yang berwarna keunguan dengan predileksinya pada badan dan permukaan fleksor.
Etiologi pasti LP masih belum diketahui, tetapi itu mungkin dihubungkan
dengan penyakit sistemik lainnya seperti diabetes mellitus, penyakit kolagen, infeksi
umur antara 30 dan 60. Walaupun tidak ada pengecualian untuk kelompok umur,
penyakit ini tidak biasa pada usia yang sangat muda dan sangat tua.
1.1 Epidemiologi
berdasarkan ras walaupun variasinya sering terjadi. Kira-kira sebagian pasien dengan
lesi pada kulit memiliki lesi oral yaitu sekitar 25 %. Liken planus tidak memiliki
predisposisi yang kuat untuk setiap jenis kelamin. Beberapa penulis menemukan 60%
kasus LP pada wanita. Ini berarti wanita lebih banyak daripada pria dengan ratio 2:3
dan predominan terjadi pada orang dewasa di usia lebih dari 40 tahun. Pada daerah
Lichen planus, secara klinis merupakan lesi putih. Dimana secara klinis
menunjukkan suatu lapisan putih yang berupa anyaman homogen atau yang tidak
homogen yang tidak terkelupas. Lesi ini secara klinis mempunyai tipe erosi dan non
erosi. Dapat terjadi pada seluruh pemukaan rongga mulut dan erat hubungannya
dengan infeksi jamur atu virus. Lesi-lesi kulit dari lichen planus pada awalnya terdiri
atas papula-papula kecil, puncaknya rata, merah dengan tengah bengkak. Lesi-lesi
tersebut dapat membesar dan begabung menjadi plak yang lebih lebar. Papula sedikit
demi sedikit berubah warna menjadi ungu dan lichenifikasi permukaan terdiri atas
2
striae putih kecil. Lesi tersebut biasanya gatal dan dapat berubah warna menjadi
kuning atau coklat sebelum menghilang. Distribusi bilateral pada permukan fleksor
dari ekstremitas adalah hal yang biasa, kadang-kadang mengenai kuku jari. Pasien
dengan papula tertentu yang ungu, bersegi banyak, gatal pada kulit seringkali secara
Liken planus dimulai dengan adanya makula eritem dan papul keunguan
lesi yang multipel secara cepat dengan penyebaran awal hanya beberapa papul. Tanda
liken planus hanya ditemukan pada kulit dan membran mukosa. Morfologi lesinya
berupa, kecil, flat-miring, poligonal, papul yang mengkilat, dengan frekuensi yang
sering, tapi tidak selalu ada. Lesi liken planus biasanya didistribusikan secara simetris
dan bilateral pada ekstremitas. Liken planus predileksinya meliputi daerah fleksura
pada pergelangan tangan, lengan, dan pergelangan kaki, paha, punggung bawah, leher
Retikulum halus berwarna putih dengan lesi berupa sisik pada permukaan kulit,
Pada lesi intraoral dapat timbul keluhan rasa tidak nyaman sampai nyeri atau
terbakar ketika makan makanan pedas. Lesi-lesi oral pada liken planus memiliki 2
tipe : 1. Tipe non erosif ; a. Striae, lesi berupa banyak garis-garis atau papula-papula
putih halus yang tersusun dalam suatu jaringan mirip jala. ; b. Atrofik, akibat dari
atrofi epitel dan terutama tampak sebagai bercak-bercak mukosa yang merah, tanpa
3
ulserasi. Tipe striae seringkali dijumpai di tepi lesinya. ; 2. Tipe erosif ; a. Plak, lesi
berupa bercak putih padat yang mempunyai permukaan yang licin, sedikit tidak
teratur, dan asimetris. Lesi tersebut umumnya dijumpai pada mukosa pipi dan lidah.
Pasien tidak akan menyadari adanya lesi ini. ; b. Erosif, bila permukaan epitel sama
sekali hilang dan mengakibatkan ulserasi. Mukosa pipi dan lidah adalah daerah yang
umum terkena. Pada awalnya timbul vesikel atau bulla, yang akhirnya tererosi dan
menjadi ulserasi. Lesi-lesi yang matang mempunyai tepi-tepi merah tak teratur,
melingkar yang sering terdapat di perifernya. Keadaan ini sangat sakit dan dapat
Pada umumnya banyak variasi secara klinik penyakit liken planus yang
dikategorikan menurut : (1) bentuk lesi, (2) morfologi yang terlihat, atau lokasi.
1. Bentuk Lesi
lain dari anuler liken planus terjadi ketika lesi membesar dengan
Erosi dan Ulserasi. Bentuk ini menunjukkan lesi-lesi yang erosif, yang
kemudian menjadi ulkus pada selaput lendir yang telah terkena LP.
4
Atropik. Bentuk ini jarang terdapat, tetapi pernah dilaporkan bersama
paling sering ditemukan. Terdiri dari papul yang distribusinya luas pada
LP. Papul merupakan ciri utama dari LP dengan distribusi yang khas
kepala yang bersisik dan terlihat seperti bekas luka pada alopesia.
daerah yang sering terkena paparan sinar matahari seperti wajah, leher
Liken planus vesiko-bullosa. Vesikel dan bula pada LP pasti ada, akan
5
Liken planus aktinik. Nama lain variasi ini adalah liken planus
2. Lokasi variasi
kulit kepala secara tipikal terlihat seperti gabungan papul keratotik yang
folikuler
lesi LP yang terdapat pada telapak tangan dan tumit serta adanya lesi
perubahan warna di tempat lain. Bentuknya terdiri dari papul atau nodul
adalah eritem dan erosi pada lidah ; kadang-kadang ada plak putih
dengan rasa nyeri dan tidak nyaman. Deskuamasi dan erosi pada vulva
RONGGA MULUT
Foregut juga berkemban menjadi rongga hidung, gigi, kelenjar liur, hipofise
anterior, tiroid dan laring, trakea, bronkus dan alveoli paru. Pada minggu
7
ketiga dan keempat masa embrio, ektoderm dan endoderm tumbuh dengan
pesat dan membentuk lekungan besar pada daerah sevalo kaudal cakram
embrio yang lurus, satu pada regio membran bukofaringeal dan satu lagi pada
Disini membran terletak pada dalam suatu lekukan yang dikenal dengan
mulut) dimulai pada minggu ke-3 intra uterin. Mula-mula masih terbentuk
terjadi pula proses invaginasi pada lapisan endoderm yang disebut Primitive
Digestive Tract. Selanjutnya POC dan PDT saling mendekat hingga bertemu
tersebut akhirnya pecah dan terjadilah hubungan yang sempurna antara POC
dan PDT.2
8
2.1.1 Lidah
Kemudian tonjolan lateral lidah berfusi membentuk 2/3 anterior lidah dengan
Buds pada lidah . Mula-mula dibentuk papilla filiformis tanpa ada induksi
syaraf sehingga tidak ada taste buds. Saat umur 54 hari dibentuk Papilla
Circum Vallatae, lalu Papilla Foliatae Fungiformis yang diinduksi oleh chorda
Rongga mulut merupakan sebuah bagian tubuh yang terdiri dari : lidah
bagian oral (dua pertiga bagian anterior dari lidah), palatum durum (palatum
keras), dasar dari mulut, trigonum retromolar, bibir, mukosa bukal, ‘alveolar
ridge’, dan gingiva. Tulang mandibula dan maksila adalah bagian tulang yang
anatomis oleh pipi, palatum keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk
dinding bagian lateral masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian
eksternal dari pipi, pipi dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya,
9
pipi dilapisi oleh membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang
tidak terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan
jaringan ikat tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis oris
dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada bagian
internal.
Secara anatomi, bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan
bibir bagian bawah. Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian
superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi
vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi
vermilion sampai ke bagian komisura pada bagian lateral dan ke bagian mandibula
jaringan subkutan, serat otot orbikularis oris, dan membran mukosa yang tersusun
dari bagian superfisial sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan
bagian yang tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi. Epitel-epitel pada
bagian ini melapisi banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna yang khas
pada bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga menunjukkan terdapatnya
banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan kelejar sebasea juga terdapat pada
bagian kulit pada bibir, namun struktur tersebut tidak ditemukan pada bagian
vermilion.
Permukaan bibir bagian dalam dari bibir atas maupun bawah berlekatan
dengan gusi pada masing-masing bagian bibir oleh sebuah lipatan yang berada di
bagian tengah dari membran mukosa yang disebut frenulum labial. Saat melakukan
proses mengunyah, kontraksi dari otot-otot businator di pipi dan otot-otot orbukularis
oris di bibir akan membantu untuk memosisikan agar makanan berada di antara gigi
bagian atas dan gigi bagian bawah. Otot-otot tersebut juga memiliki fungsi untuk
rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut.
Struktur palatum sangat penting untuk dapat melakukan proses mengunyah dan
bernafas pada saat yang sama. Palatum secara anatomis dibagi menjadi dua bagian
yaitu palatum durum (palatum keras) dan palatum mole (palatum lunak). Palatum
durum terletak di bagian anterior dari atap rongga mulut. Palatum durum merupakan
11
sekat yang terbentuk dari tulang yang memisahkan antara rongga mulut dan rongga
hidung. Palatum durum dibentuk oleh tulang maksila dan tulang palatin yang dilapisi
oleh membran mukosa. Bagian posterior dari atap rongga mulut dibentuk oleh
palatum mole. Palatum mole merupakan sekat berbentuk lengkungan yang membatasi
antara bagian orofaring dan nasofaring. Palatum mole terbentuk dari jaringan otot
yang sama halnya dengan paltum durum, juga dilapisi oleh membran mukosa . 2
2.2.2. Lidah
Secara embriologis, lidah mulai terbentuk pada usia 4 minggu kehamilan. Lidah
tersusun dari otot lurik yang dilapisi oleh membran mukosa. Lidah beserta otot-
otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang menyusun dasar dari
12
rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian yang lateral simetris oleh septum
median yang berada disepanjang lidah. Lidah menempel pada tulang hyoid pada
dan intrinsik yang sama. Otot ekstrinsik lidah terdiri dari otot hyoglossus, otot
genioglossus dan otot styloglossus. Otot-otot tersebut berasal dari luar lidah
(menempel pada tulang yang ada di sekitar bagian tersebut) dan masuk kedalam
jaringan ikat yang ada di lidah. Otot-otot eksternal lidah berfungsi untuk
menggerakkan lidah dari sisi yang satu ke sisi yang berlawanan dan
menggerakkan ke arah luar dan ke arah dalam. Pergerakan lidah karena otot
dibentuk menjadi massa bundar, dan dipaksa untuk bergerak ke belakang mulut
untuk proses penelanan. Selain itu, otot-otot tersebut juga membentuk dasar dari
Otot-otot intrisik lidah berasal dari dalam lidah dan berada dalam
jaringan ikat lidah. Otot ini mengubah bentuk dan ukuran lidah pada saat
berbicara dan menelan. Otot tersebut terdiri atas : otot longitudinalis superior,
otot longitudinalis inferior, otot transversus linguae, dan otot verticalis linguae.
Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar
lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual,
yaitu lipatan membran mukosa yang berada pada bagian tengah sumbu tubuh dan
13
terletak di permukaan bawah lidah, yang menghubungkan langsung antara lidah
lateral lidah, lidah ditutupi oleh papila. Papila adalah proyeksi dari lamina propria
yang ditutupi oleh epitel pipih berlapis. Sebagian dari papila memiliki kuncup
perasa, reseptor dalam proses pengecapan, sebagian yang lainnya tidak. Namun,
papila yang tidak memiliki kuncup perasa memiliki reseptor untuk sentuhan dan
berfungsi untuk menambah gaya gesekan antara lidah dan makanan, sehingga
sampai saat ini, yaitu : 1. Papila filiformis. Papila filiformis mempunyai jumlah
hal tersebut menyebabkan warna keputihan atau keabuan pada lidah. Papila jenis
mempunyai jumlah yang lebih sedikit dibanding papila filiformis. Papila ini
adalah jaringan ikat. Papila ini memiliki beberapa kuncup perasa pada bagian
foliata. Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung
lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung kuncup perasa. ; 4.
sedikit, namun memiliki ukuran papila yang paling besar dan mengandung lebih
14
dari setengah jumlah keseluruhan papila di lidah manusia. Dengan ukuran satu
sampai tiga milimeter, dan berjumlah tujuh sampai dua belas buah dalam satu
lidah, papila ini umumnya membentuk garis berbentuk menyerupai huruf V dan
membagi lidah menjadi dua bagian, yaitu lidah bagian rongga mulut (dua pertiga
anterior lidah) dan lidah yang terletak pada orofaring (satu pertiga posterior
lidah). Mukosa dari lidah yang terletak pada orofaring tidak memiliki papila,
15
Gambar 2.3. Penampang Lidah 2
bolus atau gumpalan makanan yang telah dikunyah atau encer secara sengaja
kemudian secara reflex mengaftikan dalam urutan yang sesuai otot-otot yang
16
terlibat dalam proses menelan. Menelan adalah reflex yang paling rumit di
tubuh. Pada proses menelan terjadi pengaktifkan berbagai respons yang sangat
terkoordinasi dalam suatu pola tuntas atau gagal spesifik dalam suatu periode
waktu. Menelan dimulai secara volunteer tetapi sekali dimulai maka gerakan
orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari
bolus makanan harus diarahkan ke dalam esophagus dan dicegah untuk masuk
makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran
masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di
pintu masuk laring atau glottis. Bagian pertama trakea adalah laring, atau
voice box yang dilintangi oleh pita suara. Sewaktu menelan, pita suara
glottis tertututp. Bolus juga mendorong suatu lipatan kecil jaringan tulang
melalui faring dan tahap ketiga jalannya bolus melalui esophagus keduanya
dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole
hyoid dan laring dan dengan demikian membuka hipofaring dan sinus
gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari
18
Peristaltik dibantu gaya berat, menggerakkan makanan melalui esophagus
BAB III
3.1. Definisi
menajdi putih merupakan suatu kelainan mulut yang paling sering dijumpai.
leukoplakia berarti hanya bercak putih yang tidak dapat hilang dengan
digosok.
19
Retensi dan produksi keratin meningkat oleh epitel berlapis gepeng
mukosa terdapat penyebab yang paling sering dari bercak putih rongga mulut.
mekanis yang kronik dan faktor-faktor lain. Biopsi bercak putih menunjukkan
yang abnormal dan ukuran dan sejumlah bentuk mitosis yang meningkat.
Lesi mulut yang terdapat pada 30-40 % penderita dengan liken planus
kulit tampak pada mukosa bukal, lidah, gingival dan bibir. Kurang lebih pada
25% kasus hanya terdapat lesi mulut saja. Lesi mulut ini dapat mendahului
bentuk lesi kulit selama beberapa tahun. Lesi mukosa bukal dan labial yang
khas terjadi sebagai jalinan seperti renda baik dari papula hyperkeratosis
retikular yang berwarna putih (striae Wickham) dan bentuk seperti plak
berwarna abu-abu atau lesi anular pada dorsum lingua. Pada mukosa bukal,
asal mula lesi pada daerah posterior dan menyebar ke arah anterior. Pada
rasa seperti logam atau rasa tidak enak yang ringan. Adakalanya terjadi erosi
superfisial lesi bulosa dan ulserasi yang dalam, kronik, dan nyeri. 1
Oral Lichen Planus (OLP) adalah penyakit yang umum dijumpai dan
diseluruh belahan dunia, mayoritas terjadi pada dekade usia kelima dan
keenam, dan risikonya dua kali lipat pada wanita dibandingkan pria.
20
Oral Lichen Planus (OLP) adalah penyakit inflamasi kronik pada
3.2 Etiologi
dimediasi oleh sel T dimana sel CD 8 memicu terjadinya apoptosis dari sel
malaria, obat anti inflamasi non steroid (NSAID), anti hipertensi dihubungkan
dengan reaksi likenoid oral, obat lain yang dilaporkan menyebabkan reaksi
likenoid oral adalah diuretik, penisilamin dan beta bloker ; Bahan gigi seperti
bahan yang paling sering digunakan untuk bahan perawatan ortodontik dan
studi terkontrol, proporsi manusia yang terinfeksi HCV lebih tinggi pada
dengan LP memiliki risiko lima kali lipat lebih besar terinfeksi HCV
dibanding kelompok kontrol. Namun, hal ini tidak terlihat pada kasus yang
terjadi di Inggris maupun Eropa Utara. OLP yang terkait HCV diasosiasikan
dengan HLA kelas II alel HLA-DR6 pada pasien Italia tetapi tidak pada
pasien Inggris, hal ini dapat menjelaskan sebagian alasan bahwa heterogenitas
dalam terjadinya oral liken planus seperti yang dilaporkan dalam beberapa
3.3 Patofisiologik
sitokin TH1 merupakan kunci dan penanda awal terjadinya LP, yang
diinduksi secara genetik, dan adanya polimorfisme genetik dari sitokin yang
lebih jauh akan tertarik oleh adhesi molekul interseluler (ICAM-1 dan
22
VCAM), regulasi ke atas dari protein matriks ekstraseluler membran dasar
epitelial, termasuk kolagen tipe IV dan VII, laminin dan integrin, dan
kemungkinan oleh jalur sinyal CXCR3 dan CCR5. Sitokin disekresi oleh
keratinosit misalnya TNF-α dan interleukin (IL)-1, IL-8, IL-10, dan IL-12
yang juga kemotaktik untuk limfosit. Sel T kemudian akan berikatan pada
nuklear mediator inflamasi kappa B (NF), dan inhibisi dari jalur pengontrol
OLP dapat muncul sebagai lesi kecil, putih, panjang seperti tali dan
keratotik seperti leukoplakia. Lesi atrofik dan erosi adalah bentuk yang
Bagian yang paling umum muncul lesi adalah mukosa bukal, lidah
(terutama pada dorsum), gingiva, mukosa labial, dan tepi vermilion dari bibir
bawah. Sekitar 10% dari pasien dengan OLP memiliki lesi yang hanya
deskuamasi, tipe LP gingival yang paling umum, yang muncul dapat berupa
23
plak ataupun papula kecil, putih, panjang seperti tali dan bertambah banyak,
Lesi pada palatum, dasar mulut, dan bibir atas jarang terjadi. LP yang
terisolasi pada satu tempat dalam rongga mulut selain di gingiva juga jarang
terjadi, namun pada beberapa pasien pernah terlihat adanya lesi yang terisolasi
pada bibir atau lidah saja. Lesi likenoid juga dapat terisolasi (lihat bawah).
OLP dapat secara klinis terlihat berbeda, namun pada banyak kasus
erosi dapat menyerupai lupus eritrematosa. Pada kasus yang jarang dimana
lesi putih tidak dapat terlihat dalam bentuk erosif atau terulserasi, maka lesi
ini dapat sulit untuk dibedakan secara klinis dari penyakit vesikuloerosif
karsinoma.6
24
Gambar 3.2 Sebuah wilayah lebih luas dari erosi atrofi halus mukosa 4
3.4 Diagnosa
OLP yang berupa lesi putih yang umum mungkin akan mudah
didiagnosis dengan benar apabila terdapat lesi kulit ataupun lesi ekstraoral
subyektif dan, pada setengah dari beberapa kasus, terdapat korelasi buruk
membran dasar epitelial atau badan sitoid (Russel bodies), atau keduanya
Diagnosa akhir liken planus oral, terutama pada kasus penyakit erosif,
25
anestesi lokal yang sesuai, wedge elips seharusnya didapatkan memanjang
artifaktual yang sering mereka sebabkan di dalam spesimen. Selain itu, lesi
dilakukan dengan dua biopsi yang terpisah, namun juga ditangani melalui
dalam tepi jaringan lesi hingga beberapa milimeter ke dalam mukosa yang
dikeluarkan, jaringan tersebut dapat di bawah ke meja atau kasa steril dan
basal dan keratinosit yang mengalami degenerasi yang disebut badan kolloid
atau Civatte. Rete ridge mungkin tidak ada atau memanjang dengan gambaran
yang runcing atau “gigi gergaji”. Infiltrat seperti pita limfosit kecil segera
epitelial-jaringan ikat. Sayangnya, ciri ini tidak spesifik untuk liken planus
oral dan dapat terlihat pada beberapa kondisi yang lain, seperti reaksi
amalgam likenoid, reaksi obat likenoid, reaksi kayu manis mukosal, lupus
korelasi cermat lingkungan klinis dengan hasil dari pemeriksaan biopsi rutin.
besar dokter gigi dan dokter tidak akrab dengan stomatitis ulseratif kronis,
tahun 1990 yang dapat menyerupai ciri klinis liken planus oral. Stomatitis
bersirkulasi menjadi antigen nuklear dalam epitel skuamosa lurik yang disebut
sebagai p63. Untuk alasan ini, stomatitis ulseratif kronis juga telah
dewasa yang lebih tua, dan beberapa pasien juga telah datang dengan lesi kulit
erosif atau bullosa. Secara intraoral, lokasi yang paling sering terpengaruh
adalah lidah, diikuti dengan mukosa labial atau bukal dan gingiva. Serupa
dengan liken planus oral erosif, lesi terlihat sebagai ulserasi dangkal, tidak
teratur namun striae keratotik perifer, jika ada, biasanya berbentuk lebih kecil
menyarankan mengenai atau sesuai dengan diagnosa liken planus oral, namun
mereka tidak spesifik terhadap liken planus saja. Sebagian besar lesi
memperlihatkan pita linear yang tidak teratur dari deposisi fibrinogen pada
zona membran basalis, suatu ciri yang dibagi dengan bentuk mukositis
likenoid lain, penyakit graft versus host, lupus eritematosus dan stomatitis
7
ulseratif kronis. Ciri yang membedakan dari spesimen pasien stomatitis
ulseratif kronis adalah penemuan tambahan dari deposit IgG yang menekan
immunofluorescent rutin dan langsung pada semua kasus liken planus oral
28
erosif. Walaupun stomatitis ulseratif kronis telah dijelaskan sebagai penyakit
autoimun yang jarang atau bahkan langka, sejumlah kasus yang menyerupai
penyakit autoimun yang lain seperti pemfigoid atau pemfigus) dan permulaan
dini perawatan yang efektif untuk pasien lebih dari sekedar pembenaran biaya
skuamosa.
Untuk pasien dengan liken planus oral erosif yang dicurigai, diagnosa
kondisi lain dan yang secara potensial lebih serius. Tergantung pada
epitelial, karsinoma sel skuamosa, reaksi likenoid terhadap obat, benda asing,
amalgam, atau bahan kontak yang lain (seperti penyedap rasa kayu manis
Seharusnya juga dilihat bahwa liken planus oral, bentuk retikuler dan erosif,
superfisial, biasanya kandida albikans. Pada sebagian besar kasus, hal ini
keratin dan substansi ini dengan mudah tersedia pada papula dan striae
“rasa terbakar” yang ringan dari mukosa yang terpengaruh, bahkan pada liken
menutupi pola seperti jaring klasik dari striae keratotik. Pemeriksaan sitologis
khas dari liken planus oral yang mendasari dan membantu mengurangi gejala
dan ekstraoral secara klinis, riwayat medis, dan faktor lainnya. Pada kasus
membutuhkan perawatan aktif. Luka mekanis atau iritan seperti tepi restorasi
atau gigi tiruan yang tidak nyaman harus diberi perhatian serius dan perlu
Perawatan Obat
31
mengenai penggunaannya. Pasien harus diberi peringatan mengenai
pentingnya mengikuti instruksi yang ada, terutama pada instruksi obat yang
Kortikosteroid Topikal
dapat digunakan sebagai obat kumur untuk pasien dengan keterlibatan oral
yang difus/ menyebar atau pada kondisi dimana sulit untuk mengaplikasikan
medikasi pada bagian tertentu di dalam mulut. Tidak terdapat data yang
definitif untuk membuktikan steroid topikal dengan bahan adesif lebih efektif
obat kumur atau bentuk lain) beberapa kali dalam sehari, untuk menjaga agar
obat tetap berkontak dengan mukosa selama beberapa menit, dan pasien harus
pada pemakaian dengan jangka waktu lama, terutama pada penyakit yang
32
sudah kronis, sehingga membutuhkan follow up berkala dan penanganan yang
lebih hati-hati. Supresi adrenal lebih sering terjadi pada pemakaian steroid
sebagai obat kumur. Beberapa efek samping yang serius dapat muncul dari
perbaikan klinis OLP, walaupun dua jenis obat ini memiliki efek yang hampir
efektifitas tanpa efek samping secara klinis pada beberapa studi klinis tanpa
Saat ini, terdapat laporan yang menunjukkan kanker oral pada OLP yang
33
yang memuaskan namun retinoid memiliki efek samping dan kurang efektif
Obat Sistemik
tidak berhasil, terdapat OLP rekalsitran, erosif atau eritrematus, atau pada OLP
yang menyebar hingga kulit, genital, esofagus, dan kulit kepala. Prednisolon
40-80 mg tiap hari biasanya cukup untuk mendapat respon perbaikan; toksisitas
dibutuhkan, pada dosis terendah, dan untuk jangka waktu terpendek yang
(5-7 hari) kemudian dihentikan, atau dosisnya dapat dikurangi 5-10 mg/ hari
secara gradual selama 2-4 minggu. Efek samping dapat diminimalkan apabila
pasien dapat menoleransi total dosis yang sama pada hari lainnya.
Bedah
Reseksi direkomendasikan pada plak yang terisolasi ataupun erosi yang tidak
menyembuh, karena dengan prosedur ini dapat diambil spesimen jaringan untuk
34
terlokalisasi, namun hanya beberapa data yang mendukung hal tersebut. Graft
jaringan lunak dapat diberikan pada OLP erosif, dan OLP simptomatik akan
hilang secara menyeluruh dengan perawatan graft gingival setelah follow up 3.5
Cryosurgery telah digunakan secara khusus pada OLP erosif yang resisten
terhadap obat, tetapi lesi ini dapat berkembang pada bekas lesi yang telah
sembuh ataupun sembuh dalam bentuk jaringan parut. Laser juga telah
digunakan untuk merawat OLP; laser karbon dioksida digunakan pada lesi
multisentrik atau area yang sulit dijangkau, dan laser eksimer 308 nm dengan
dosis rendah terbukti cukup menjanjikan pada tiga kali percobaan, namun perlu
bukti lebih lanjut untuk membukti efektifitasnya pada OLP, sebagaimana pada
3.6 Prognosis
rutin ataupun mengeluh sakit gigi yang mungkin saja dijumpai adanya lesi liken
planus oral memiliki prognosis yang baik. Dalam hal ini walaupun lesi tersebut
dapat menjadi kanker mulut kemungkinannya adalah sangat kecil. Oleh karena
ataupun panik akan keadaan mulutnya. Hal ini perlu dijaga sebab umumnya lesi
lichen planus dapat tinggal di dalam mulut selama berbulan bahkan bertahun.4
35
BAB IV
RESUME
Rongga mulut adalah pintu awal masuknya makanan ke dalam tubuh kita.
Karena itu rongga mulut memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Sebagai salah satu bagian dari sistem pencernaan
epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati
yang berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-
menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium. 2)
Membran basal, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan
lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastis. 3) Lamina propria, Pada lamina
propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita rasa. Selain
ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan elemen-
elemen penghasil sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil. Kelenjar ludah
yang halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan
mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar. Disamping itu lamina propria
ini sebagian besar terdiri dari serabut kolagen, serabut elastin dan sel-sel fibroblast
36
serta sel-sel daerah yang penting untuk pertahanan melawan infeksi. Jadi mukosa ini
rongga mulut salah satunya adalah Oral Lichen Planus (OLP). OLP adalah penyakit
yang umum dijumpai dan hanya mempengaruhi lapisan epitelium skuamosa berlapis.
Penyakit ini terdapat diseluruh belahan dunia, mayoritas terjadi pada dekade usia ke
lima dan ke enam, dan risikonya dua kali lipat pada wanita dibandingkan pria. Belum
diketahui pasti penyebab dari OLP ini, diduga yang banyak berperan dalam
pathogenesis penyakit ini adalah reaksi imunologis yang melibatkan sel T dan CD8.
Gambaran klinis yang dapat terlihat dari OLP ini adalah berupa lesi putih
garis halus, berwarna keputihan yang saling bersilangan disebut sebagai striae
Wickham terkadang dapat terlihat pada permukaan atau bagian tepi papula dan plak
dengan bagian atas yang rata. Perubahan kuku yang distrofik terjadi pada beberapa
pasien dan wanita dapat memiliki keterlibatan vulvo-vaginal yang mungkin bersifat
simptomatik.
Liken planus oral biasanya terjadi pada orang dewasa berusia pertengahan,
dan wanita terpengaruh lebih sering dibandingkan pria. Hal tersebut cukup jarang
terjadi pada masa kanak-kanak. Oleh karena gambaran klis OLP menyerupai lesi pra
imunofluoresensi.
37
OLP merupakan kondisi kronis yang lebih umum yang seringkali menetap
selama beberapa tahun, jika tidak selama beberapa dekade. Seperti dengan sebagian
besar bentuk penyakit autoimun, tidak ada penyembuhan untuk liken planus oral.
Tujuan utama perawatan adalah untuk mengurangi lama dan keparahan penyakit
adanya penyakit. Seperti yang telah disebutkan, pasien dengan liken planus oral
oral mungkin membantu mengurangi periode “kekasaran” jaringan yang terlihat. Hal
pasta gigi atau formula obat kumur tawar dan menghaluskan/ memperbaiki gigi,
restorasi, atau protesa yang tajam atau patah. Dalam kasus kandidiasis yang tumpang
tindih, terapi antifungal akan sesuai untuk mengurangi gejala yang berhubungan.
Perawatan liken planus oral erosif yang simptomatis sangat berdasarkan pada
(Diprolene) 0.05 persen dan klobetasol (Temovate) 0.05 persen. Untuk pasien
dengan penyakit simptomatik yang menyebar atau pasien yang memiliki keahlian
manual yang terbatas, kemungkinan akibat kondisi yang mendasari seperti artritis,
larutan kortikosteroid encer mungkin merupakan pilihan yang efektif untuk formulasi
gel. Pilihannya termasuk salep deksametason (Decadron), 0.5 mg/5 ml dan sirup
38
prednisolon (Prelone), 15 mg/ 5 ml. Pasien seharusnya diinstruksikan untuk
Suatu variasi medikasi yang lain telah digunakan dalam merawat liken planus oral,
levamisol), dan PUVA (psoralen oral dan ultraviolet A berdosis rendah) atau terapi
biasanya lebih mahal dibandingkan terapi kortikosteroid topikal tanpa bukti jelas
efektifitas yang lebih baik. Saat ini, penggunaan mereka seharusnya disimpan untuk
pasien liken planus oral erosif yang terbukti sukar sembuh terhadap perawatan
patologis oral dan maksilofasial) atau spesialis medis, yaitu, dermatologis. Pasien
dengan keadaan umum sehat yang datang untuk pemeriksaan rutin ataupun mengeluh
sakit gigi yang mungkin saja dijumpai adanya lesi liken planus oral memiliki
prognosis yang baik. Dalam hal ini walaupun lesi tersebut dapat menjadi kanker
mengandung sel-sel premalignan, sehingga pasien tidak cemas ataupun panik akan
keadaan mulutnya. Hal ini perlu dijaga sebab umumnya lesi lichen planus dapat
39
DAFTAR PUSTAKA
Faring, Esofagus dan Leher. Dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/anatomironggamulut/hapter%20II.pdf
Agustus 2014]
Agustus 2014]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1156/1/fkg-ameta.pdf
41