ABSTRAK
Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti inflamasi, obat, dan penyakit
sistemik atau dari bagian suatu sindrom. Salah satu sindrom tersebut adalah Jones Syndrom, dimana
Kondisi yang sangat jarang dijumpai dengan pembesaran gingiva yang terkait dengan gangguan
pendengaran. Dari laporan Kasus ini anak usia lima belas tahun mengalami pembesaran gingiva,
gangguan pendengaran, dan kehilangan tulang alveolar dan telah di diagnosis mengalami Jones
alasan fungsional dan estetik pasien. Pembesaran gingiva dapat berulang keberbagai permukaan
gingiva lainnya apabila pasien tidak menjaga kebersihan rongga mulut, dan pembedahan
KATA KUNCI
Pembesaran gingiva adalah suatu pertumbuhan gingiva yang berlebih yang disebabkan oleh
faktor lokal maupun sistemik.1 Menurut faktor etiologi dan perubahan patologis, ada beberapa
jenis akibat pembesaran gingiva termasuk pembesaran karena inflamasi, pembesaran gingiva
akibat obat, pembesaran akibat penyakit sistemik dan pembesaran akibat neoplastik.2 pembesaran
gingiva dapat timbul dari kelainan genetik. Menurut etiologi, gambaran klinis, dan pemeriksaan
histopatologi kelainan genetik ini terbagi ke dalam empat kategori utama yaitu pembesaran
ginggiva terkait genetik/keturunan (HGF), kelainan pembuluh darah, dan kelainan yang
berhubungan dengan gigi.1 Pembesaran gingiva terkait genetik (HGF), menunjukan kelompok
yang berbeda ditandai adanya pembesaran gingiva yang berasal dari kelainan yang diturunkan
melalui genetik atau bagian dari suatu sindrom. Salah satu dari kelompok sindrom yang
berhubungan dengan pembesaran gingiva adalah sindrom Jones yang ditandai adanya
Dari kajian pustaka ini tidak menunjukkan banyak kasus Jones sindrom.3 Naskah ini menyajikan
kasus berbagai jenis Jones sindrom yang melibatkan penulis untuk memilih diagnosis.
LAPORAN KASUS
Seorang pasien laki-laki berusia 15 tahun mengunjungi Departemen rawat jalan dari Periodontik,
Rama Gigi College, Kanpur, dengan keluhan utama gusi yang bengkak pada seluruh giginya dan
ketidakmampuan untuk mengunyah makanan. gusi pasien semakin membesar selama 3-4 bulan
terakhir dan merasakan sakit pada saat mengunyah dan menyikat gigi. riwayat medis pasien
menyatakan adanya keterbelakangan mental dan gangguan pendengaran yang progresif, Tidak ada
dari anggota keluarganya memiliki keterbelakangan mental, pertumbuhan gingiva yang berlebih
atau penyakit periodontal lainnya. Orang tuanya tidak ada riwayat gangguan pendengeran didalam
keluarganya. Riwayat lengkap menyatakan bahwa pasien mulai mengonsumsi gutka (bentuk
tembakau yang dikunyah) sejak 3-4 bulan yang lalu dan membeli hingga 2-3 paket per sehari.
Pemeriksaan ekstra oral memperlihatkan wajah yang simetris dan bentuk bibir yang tidak
beraturan Pemeriksaan intraoral memperlihatkan adanya pembesaran gingiva pada gigi anterior
rahang atas dan rahang bawah yang melibatkan bagian papilla interdental, gingiva marginal, dan
bagian dari gingiva yang melekat. bentuk gingiva membesar dengan tepi yang tegas dan berserat.
Gingiva sedikit mengalami kemerahan, memperlihatkan pendarahan kelas I. Plak dan kalkulus
menutupi lebih dari setengah bagian mahkota gigi (Gambar 1a dan 1b).
Gambar 1a: sebelum operasi pembesaran gingiva bagian depan b: sebelum operasi pembesaran
gingiva bagian samping
Pembesaran gingiva yang lebih parah pada bagian gigi posterior rahang atas kanan karena
sudah melebihi mahkota gigi premolar pertama dan gigi molar terakhir, Pembesaran gingiva ini
disertai konsistensi yang membesar dan berwarna kemerahan. Ciri khas adanya pembesaran
adalah bahwa terlihat ada jaringan yang membesar dekat mucogingival dan menutupi seluruh
bagian mahkota gigi posterior. Beberapa bagian dari jaringan yang melekat di daerah papilla
interdental dapat terlihat. Flap pada kasus pembesaran ginggiva dapat dibuka untuk melihat
jumlah kalkulus dan deposit plak pada permukaan gigi.
Pemeriksaan Radiografi panoramik menyatakan secara umum kehilangan tulang alveolar bagian
horizontal lengkung rahang atas dan bawah (Gambar 2a). Pemeriksaan darah rutin pasien
ditemukan normal. Setelah dilakukan scalling dan root planing pasien diamati 1 bulan ke depan
Untuk melihat penyembuhan dari pembesaran ginggiva. Tidak ada penyembuhan dari pembesaran
tetapi tanda-tanda peradangan berkurang (Gambar 2b). Kasus ini kemudian dirujuk untuk
dilakukan operasi, dan gingivectomy insisi eksternal bevel untuk menghilangkan pembesaran
gingiva (Gambar 3a dan 3b). jaringan yang telah di insisi kemudian dikirim untuk pemeriksaan
histopatologi. Penyembuhan pasca operasi dinilai baik dan pasien di intruksikan untuk menjaga
jaringan lunak yang telah di insisi bagian bukal dan interdental langsung disimpan dalam
larutan buffer formaldehid 10% dan dikirim untuk pemeriksaan histopatologi. Hasil dari
mikroskop bahwa sampel terlihat ada epitel parakeratinized berlapis acanthotic skuamosa dengan
rete ridges yang tipis dan meluas ke jaringan ikat. yang mendasari jaringan ikat menunjukkan
adanya gelombang padat yang berserat kolagen dan mengandung banyak fibrosit serta fibroblas.
Beberapa bagian dalam jaringan ikat menunjukan adanya infiltrasi sel-sel inflamasi yang kronis
karena bagian dari sel besar berinti banyak tersebar, dan bagian dari neovaskularisasi yang
memiliki sel darah merah dari lumen pembuluh darah. (Gambar 4) Berdasarkan hasil klinis,
radiografi, dan histopatologi, kasus ini di diagnosis sebagai pembesaran gingiva idiopatik dengan
Gambar 3a: gambaran setelah gingivectomy bagian depan b: gambaran setelah gingivectomy
bagian samping
Pasien dirujuk ke dokter umum untuk menghilangkan yang ada keterlibatan dari penyakit
sistemik. Oleh dokter kasus ini didiagnosis sebagai sindrom Jones. Pasien kemudian dirujuk ke
ahli bedah THT untuk mengevaluasi dari gangguan pendengarannya dan dokter telah
mendiagnosis bahwa pasien memiliki gangguan pendengaran yang progresif. Diagnosis akhir
dari kasus ini adalah pembesaran gingiva terkait dengan sindrom Jones.
Pasien ditinjau setelah 1, 3, dan 6 bulan untuk melihat. Periode pasca operasi baik dan
pasien memliki kebersihan rongga mulut yang baik. Setelah diamati tidak ada kekambuhan
untuk saat ini. Pasien kemudian dilakukan ke tahap pemeliharaan dengan perawatan selanjutnya.
pembesaran gingiva adalah peradangan dari gingiva yang ditandai penumpukan dan perluasan
dari jaringan ikat, dengan atau tanpa peningkatan jumlah sel. 4 Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti leukemia, obat, dan genetik. Kondisi genetik di mana jaringan gingiva membesar
5
secara spontan dan diidentifikasi sebagai kelainan (HGF). secara klinis pembesaran gingva
terjadi dengan lambat, jinak, berkeratin pada kasus yang parah dapat menutupi mahkota gigi.
Pembesaran gingiva ketika dipalpasi terasa menonjol dan tegas disertai warna yang kemerahan.
menyebabkan terjadi diastema atau keterlambatan erupsi gigi, dan menyebabkan perubahan pada
1
bagian bibir akibat adanya pembesaran gingiva. pembesaran gingiva dapat terjadi dari
gangguan multisistem pada sindrom yang terkait ialah sindrom Zimmermann-Laband dan
sindrom Rutherford.
Diskusi
sindrom Cross, sindrom Ramon, sindrom Schinzel-Giedion, sindrom Costello, sindrom Jones,
1, 6
dan sebagainya Jones syndrome adalah autosomal yang dominan dalam garis keturunan. Hal
ini terutama ditandai dengan adanya pembesaran gingiva yang disertai gangguan pendengaran
Namun, beberapa laporan, di mana HGF diakibatkan dari autosomal resesif, pembesaran gingiva
9-10
menunjukkan ada kondisi sistemik lainnya . Pada laporan kasus, bahwa pasien tidak memiliki
riwayat keluarga yang mengalami pembesaran gingiva, keterbelakangan mental, atau gangguan
pendengaran yang menduga adanya sindrom di diri pasien, diagnosis sindrom jones ditemukan
gingiva yang parah pada bagian posterior kanan rahang atas dan hampir tidak ada pembesaran
terlihat pada sisi kiri rahang atas dan rahang bawah bagian posterior. Aspek lain yang menarik
dari kasus ini adalah adanya kehilangan tulang secara horizontal. Hal ini mungkin disebabkan
adanya faktor lokal yang menyebabkan peradangan dan pengeropasan tulang. Ada beberapa
laporan dari pembesaran gingiva idiopatik terkait dengan periodontitis agresif dalam literatur.11
Diagnosis sementara kasus ini, kemungkinan efek buruk dari gutka telah dipertimbangkan.
pasien tidak sering mengkonsumsi gutka dan tidak terbiasa menempatkan gutka di bagian
posterior. Pasien tidak menunjukkan adanya lesi oral yang berhubungan dengan konsumsi gutka
dan juga tidak ada noda yang terlihat terkait dengan kebiasaan mengkonsumsi gutka. Bahkan,
konsumsi gutka sudah tidak ada hubungan dengan pembesaran gingiva hanya disetiap hasil
pemeriksaan periodontal terlihat apabila terlalu kebiasaan mengunyah gutka akan mengalami
Kesimpulan
pembesaran gingiva terkait dengan sindrom Jones adalah suatu kasus yang langka dan
laporan kasus yang menyampaikan diagnosis dan manajemen pasien dengan kasus
sindrom Jones. Perawatan kasus ini dengan dilakukan pembedahan dan tidak ada
Referensi
www.intechopen.com/books/gingival-diseases-their-aetiology-prevention-and-treatment/ [2]
2006. p. 373-390.
Clin Dent. 2014; 5: 260-263. [4] Takagi M, Yamamoto H Mega H, Hsieh KJ,
Shioda S,
tinjauan sistematis. J periodontal. 2006; 77: 753-764. [6] Jaju PP, Desai A,
153603. [7] Kasaboglu O, Tumer C, Balci S. herediter fibr- gingiva fibromatosis dan
kehilangan pendengaran sensorineural pada seorang pria 42-tahun sindrom Jones. Genet
[8] Gorlin R, Cohen M, Levi L. Syndromes kepala dan leher. 3rd ed. New York: Oxford
Press (Oxford Monograf pada Tenaga Kesehatan Genetika); 1990: p. 847-852. [9] Penyanyi
SL, Goldblatt J, Hallam LA, Winters JC. Herediter fibromatosis gingiva dengan modus
resesif warisan. laporan kasus. Aust Dent J. 1993; 38: 427-432. [10] Kharbanda P, Sidhu SS,
Panda SK, Deshmukh R. Gingi val fibromatosis: studi tiga generasi dengan pertalian darah.
Saripati Int. 1993; 24: 161-164. [11] Chaturvedi R. idiopatik fibromatosis gingiva terkait
dengan umum periodontitis agresif: laporan kasus. J Bisa Dent Assoc. 2009; 75: 291-295. [12]