JURNAL REVIEW
Disusun oleh :
FitryzaRahmisari 160112140051
MustafidIlmi 160110090095
Pembimbing :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Ada tiga jenis utama keganasan hematologis, yaitu leukimia, limfoma, dan
tumor sel plasma. Leukimia adalah gangguan hematologis yang disebabkan oleh
sel-sel darah putih yang belum matang atau abnormal di dalam sirkulasi darah.
Sel leukemia bermultiplikasi atau menggandakan diri dalam ranah sel HP yang
jumlah sel darah (sitopenia), dan kematian akibat infeksi, pendarahan, atau
keduanya.
berhubungan dengan radiasi pengion dalam dosis besar, bahan kimia tertentu
(benzena), dan infeksi oleh virus spesifik (contoh, virus Epstein-Barr, virus
Lesi oral terlihat sebagai bagian dari leukemia akut dan karena itu
merupakan indikator diagnostik yang penting dari penyakit ini. Lesi tersebut dapat
gingiva spontan, peteki, mukosa yang terlihat pucat, infeksi herpes, dan
candidiasis. AML adalah proliferasi klonal sel myeloid yang belum matang. Hal
ini terlihat dengan adanya kegagalan sumsum dan sitopenia. Gejalanya meliputi
Laporan kasus ini mengacu pada pasien dengan AML yang menunjukkan
terdapatnya pembesaran gingiva, ekimosis palatal, dan temuan lain yang terkait.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
mengunjungi dua dokter gigi dengan keluhan utama bengkak, pendarahan gingiva
yang terasa sakit yang sudah berkembang selama lima bulan. Pasien memiliki
kebiasaan mengunyah tembakau dan menghisap rokokganja sejak usia lima belas
tahun.
Tampak pembesaran yang tidak lembut dan mudah digerakkan pada kelenjar
dan lingual (gambar 2.1 dan 2.2) pada kedua rahang terlihat bengkak, tampak
kaku dan beku, stippling hilang, dan konsistensi kenyal. Warna biru kehitaman
cenderung ungu gelap terlihat pada marginal gingiva dan papilla gingiva yang
di mulut, kerapuhan, dan pendarahan gingiva. Mukosa palatum keras dan lunak
menampakkan area ekimosis yang luas (gambar 2.3). Menariknya, gingiva bagian
labial terlihat hampir mendekati normal dengan tampilan yang sedikit mengkilap
dan kaku (gambar2.4). Faktor lokal tidak proposional dengan tingkat keparahan.
7
untuk kasus ini berdasarkan pada tingkat keparahan dan luasnya perubahan
gingiva tanpa adanya faktor lokal yang berarti, seperti plak mikroba pada gigi atau
darah perifer memperlihatkan kenaikan total jumlah sel darah putih (white blood
8
mm3 dan sel darah merah (red blood cells – RBC) tampak bentuk tipe mikrosistik
dan hipokromik. Perbedaan jumlah WBC menunjukkan lebih dari 30% sel blast,
AML, jenis M2, atau leukemia myeloblastik akut dengan maturase sel. Hasil tes
kemoterapi, dimana tidak direspon oleh pasien. Pada beberapa minggu setelahnya,
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Leukemia
putih” pada tahun 1874, merupakan keganasan yang menimpa sel darah putih dari
sumsum tulang (Greenberg, 2003). Menurut Saito, dkk (2013) leukemia adalah
penyakit hematologis yang disebabkan oleh peningkatan abnormal sel darah putih
peningkatan sel-sel darah putih yang belum matang atau abnormal di dalam
sirkulasi (Krasteva & Deliverska, 2013). Leukimia muncul dari stem sel
fungsi normal leukosit. Sel leukemik selanjutnya dapat menginfiltrasi organ tubuh
kegagalan sumsum tulang, penurunan jumlah sel darah (sitopenia), dan kematian
3.1.2 Etiologi
penyakit leukemia, dapat menjadi salah satu etiologi leukemia. Penyakit genetik
dengan dosis lebih dari 1 Gy dapat meningkatkan resiko leukemia. Pasien dengan
terhadap bahan kimia tertentu dan obat-obatan juga dapat meningkatkan resiko
3.1.3 Epidemiologi
Leukemia lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Rasio pria :
wanita adalah 3:2 untuk leukemia akut dan 2:1 untuk leukemia kronis. Leukemia
merupakan sepuluh besar kanker yang paling sering terjadi di dunia. Penyakit ini
11
dapat menyerang semua usia, namun prevalensi sering pada usia lebih dari 40
prognosis buruk apabila terjadi pada pasien lebih dari 30 tahun. Sebaliknya,
khususnya pada usia lebih dari 65 tahun. Insidensi leukemia pada Korea Selatan
2011 adalah 5,7 per 100.000 orang (Chang Lim & Sung Kim, 2014).
3.1.4 Klasifikasi
dan lapisan sel hematopoietik primer yang terkena (myeloid atau limfoid).
Leukemia akut memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat dengan jumlah sel
darah putih yang belum matang dalam jumlah sangat banyak, interval waktu
waktu yang lama untuk menimbulkan gejala (Varkesh, dkk, 2013). Empat
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda
dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemi juga merusakproduksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk
sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
kembali),delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah
tidak terkendali dan menjadiganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempatdari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang
normal. Kanker ini juga bisamenyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
Penyakit,2005)..
perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
2003)..
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm 3) biasanya
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis
3.1.7 Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
1997).
2. Pemeriksaan Penunjang
dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic
gap) . Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total
sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh
3.1.8 Perawatan
1. Kemoterapi
yaitu terapi induksi, yang bertujuan untuk membunuh sebagian besar sel-
sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang (Mayo Clinic Staff,
leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
(Bakti, 2006).
diberikan pada dosis yang lebih rendah (Mayo Clinic Staff, 2008). Pada
memasuki otak dan sistem saraf pusat (Hoffbrand dan Pettit, 1996).
dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60%
18
menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan
dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP
masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat
di masa yang akan datang (Sudoyo dkk, 2007).. Fase berikutnya yaitu
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari
angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang
dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10% (Price dan Wilson. 2006)..
terapi dan prognosis (Bakti, 2006). Salah satu sistem penderajatan yang
rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
2. Radioterapi
sel sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini
20
bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan
sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker (Anonim. 2008).. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-
yang sesuai (Bakta dan Suastika, 1999). Pada penderita LMA transplantasi bisa
dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan
pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
4. Terapi Suportif
2) infeksi,
3) pendarahan,
4) splenomegali, dan
Sklavounou dkk dan Gleeson melaporkan bahwa lesi pada mukosa oral
merupakan tanda awal dari penyakit sistemik yang belum terdiagnosa. Ini berarti
bahwa mukosa oral mempunyai fungsi yang penting dalam mendeteksi penyakit
sistemik karena mukosa oral mempunyai fungsi yang penting dalam mendeteksi
penyakit sistemik karena mukosa oral juga berperan sebagai barometer dari
karena
(1) mukosa oral mendapat vaskularisasi yang cukup sehingga mudah terpengaruh
(2) mukosa oral sering mengalami epitelisasi dalam waktu yang singkat,
(Dean et al, 2003). Sklavounou dkk, Dean dkk dan Wu dkk melaporkan bahwa
manifestasi oral leukemia lebih sering ditemukan pada pasien leukemia akut pada
inisial leukemia di rongga mulut pada pasien LMA sama dengan pasien LLA
Keluhan oral ini mendorong pasien untuk mencari pengobatan ke dokter gigi
(Gleeson, 1997). Hou dkk dan Dean dkk melaporkan bahwa penemuan lesi oral
sebagai gambaran klinis leukemia akut oleh dokter gigi sangat berguna sebagai
merujuk pasien ke dokter Ahli penyakit dalam sehingga pasien dapat mengobati
penyakitnya lebih awal dan waktu ketahanan hidupnya menjadi lebih lama. Selain
itu, dokter gigi juga berperan penting dalam hal mengobati keluhan oral yang
ditimbulkan oleh penyait ini dan mengurangi komplikasi yang timbul akibat
Menurut Yanif dan Marom, tanda dan gejala oral leukemia sering
bervariasi. Meskipun demikian terdapat dan gejala oral yang paling sering
ditemukan diantarnya:
1. Perdarahan Oral
untuk mencari pengobatan ke dokter gigi. Dari kasus perdarahan oral ini,
1984).
et al, 1984). Pada kasus leukemia yang tidak diobati atau yang belum
menimbulkan perdarahan bila tidak ada trauma dan gangguan pada proses
dengan melihat perubahan pada mukosa oral yang mengalami peteki dan
ekimosis. Menurut Gleeson dkk dan Bressman dkk pasien leukemia akut
yang memiliki tanda dan gejala berupa peteki, ekimosis dan perdarahan
1984).
2. Infeksi Oral
komplikasi oral. Komplikasi oral yang paling sering terjadi adalah infeksi,
berspektrum luas dalam jangka waktu yang panjang. Infeksi virus biasanya
1997).
26
3. Ulserasi Oral
adanya respon protektif dari leukosit sehingga mukosa oral mudah terjadi
iritasi dan trauma (Little et al, 1997). Ulserasi pada mukosa oral dapat
sel-sel leukemik atau akibat penurunan respon imun lokal (Hou et al,
1997).
yang meluas, tidak teratur, berbau, dan dikelilingi oleh batas mukosa yang
pucat; akibat anemia dan penurunan respon inflamasi (Mehta and Gupta,
1999).
Infeksi ini melibatkan mukosa intra oral dan bibir. Lesi sering diawali
sehingga menimbulkan ulser yang luas yang luas disertai batas mukosa
yang berwarna putih. Kadang-kadang lesi ulser ini terlihat tidak spesifik
4. Limfadenopati Servikal
terlihat pada pasien leukemia akut maupun kronik (Cawson and Odell,
yang membengkak akan terasa lunak dan sakit bila dipalpasi pada
tegas, keras dan tidak nyeri pada saat dipalpasi (Supardiman, 1997).
5. Hiperplasia Gingiva
sering ditemukan pada pasien leukemia monositik akut (M5) dan leukemia
darah putih untuk melawan infeksi gingiva karena bentuknya yang tidak
stimulus inflamasi yang dapat berasal dari akumulasi plak dan bekuan
(Siddiqui, 1997).
dan gingiva cekat. Pada papilla interdental terlihat seperti masa yang
lunak tetapi mudah menjadi perdarahn spontan akibat iritasi yang ringan,
leukosit yang belum matang pada inflamasi kronik dapat juga terlihat
sel-sel leukemik yang meluas dari lapisan sel basal epitel ke dalam
2006).
leukemik ke nervus V dan VII. Gangguan pada nervus V dan VII pernah
obat yang sering dipakai untuk pengobatan leukemia aku, khususnya ALL
(Derossi et al, 2003). Manifestasi neurologi oral yang dapat terjadi berupa
sel ganas yang terlokalisasi pada sistem saraf pusat maupun di sekitar saraf
pertahanan tubuh dan kadar trombosit di dalam darah, keadaan ini menyebabkan
yang paling umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap
purpura atau ekimosis yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukemia akut pada
saat didiagnosis. Kelainan rongga mulut pada leukemia akut pada umumnya
berupa perdarahan gusi dengan ekimosis, pembesaran gusi dan ulkus. Sedangkan
pada leukemia kronik dapat terjadi kelainan rongga mulut meskipun keadaannya
tidak separah leukemia akut. Kelainan yang terjadi berupa ulser mukosa,
33
Manifestasi oral lain yang dapat terlihat pada penderita leukemia yaitu
margin gingiva yang terjadi oleh karena bertambah besarnya ukuran sel-sel yang
terjadi karena bertambahnya fungsi kerja tubuh. Selain itu, penurunan mekanisme
dan merupakan aspek perawatan dental yang menantang bagi dokter gigi. Hal ini
leukemia.Namun seorang dokter gigi tidak boleh ragu untuk melangkah dalam
dokter gigi ialah merawat pasien tersebut dengan rasional dan tanpa menimbulkan
tindakan dental mana yang boleh dilakukan sesuai dengan keadaan leukemia
pasien. Oleh sebab itu, sebelum memulai perawatan dental, dokter gigi harus
Berdasarkan hal ini, dokter gigi selanjutnya dapat menentukan penatalaksaan dan
pengelolaan yang lebih cermat agar terhindar dari bahaya komplikasi akibat
Langkah yang dapat dijadikan pedoman oleh dokter gigi dalam melakukan
Leukemia
Lesi oral sering menjadi tanda dan gejala pada pasien leukemia
Oleh sebab itu, biasanya pasien sering mencari pengobatan dental karena
gingival. Paien yang memiliki tanda dan gejala tersebut harus dievaluasi
dengan teliti. Pemeriksaan klinis pasien yang memiliki tanda dan gejala
menurun) dan juga riwayat keluhan oral mereka. Leukemia akut biasanya
Dokter gigi harus menanyakan kepada pasien mengenai faktor lokal yang
dan menilai apakah lesi oral tersebut sesuai dengan faktor lokal yang
jumlah neutrofil dan trombosit. Pasien juga sering menunjukkan tanda dan
dokter gigi harus segera merujuk pasien ke dokter ahli penyakit dalam
ditegakkan dan pada saat akan memulai kemoterapi. Hal yang harus
terkena infeksi, oleh karena itu mengevaluasi rongga mulut sebagai pintu
beresiko tinggi adalah pasien dengan penyakit leukemia yang aktif. Pasien
ini memiliki jumlah sel-sel leukemik yang banyak di sumsum tulang atau
yang juga termasuk kedalam kategori ini adalah pasien yang berada pada
et al, 1984).
mudah mengalami infeksi dan perdarahan oral. Pada tahap awal penyakit,
sumsum tulang dan darah tepi dibanjiri oleh sel-sel leukemik yang
crisis harus ditangani dengan segera yang mana pasien perlu dirawat inap
flora oral gram positif dan negatif. Keterlibatan organisme anaerob harus
dental yang lengkap dan konsultasi antara dokter gigi dan dokter ahli
kemoterapi. Oleh karena itu, perawatan dental harus dihindari pada masa
dimulai, dokter gigi harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli
1984).
sedangkan pada prosedur dental tipe II, III dan IV diberikan antibiotik
profilaksis. Pada prosedur dental tipe V dan VI, sebaiknya pasien dirawat
1984).
keganasan dan perawatan dental pada pasien ini dapat dilakukan sesuai
Secara umum, infeksi dan perdarahan adalah hal yang paling sering
sangat mudah terjadi, khususnya pada pasien yang memiliki tanda dan
gejala akut atau yang digolongkan ke dalam pasien beresiko tinggi dan
septicemia dan sering terjadi pada pasien leukemia akut (Wardhany and
Meskipun telah ada persetujuan dari dokter Ahli Penyakit Dalam yang
tindakan dental harus ditunda sampai nilai neutrofil dan trombosit pasien
kesehatan rongga mulut pasien. Oleh sebab itu, tiap-tiap pasien diberikan
dental health education. Pasien dengan status hematologi yang cukup baik
menyikat gigi dan lidah menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang
halus dua sampai tiga kali sehari. Pasien yang status hematologinya
Pada pasien leukemia yang tidak memiliki gejala akut dan penyakit
hal yang dapat menjadi fokus infeksi yang mencakup tindakan ekstraksi,
pada mukosa mulut seperti tepi restorasi yang tajam, protesa lepasan yang
retensi dan stabilitasnya tidak baik lagi dapat diminimalisasi dengan cara
stabilitas protesa lepasan (Sonis et al, 1984). Disamping itu, sumber yang
posisi yang impaksi harus segera dirawat dengan cara merestorasi gigi
yang karies jika tidak ada keterlibatan pulpa dan jika karies sudah
gigi. Rstorasi yang menggantung diganti dengan restorasi yang baru. Pada
1984).
infeksi dan luka yang sukar sembuh. Meskipun demikian, dengan adanya
masalah oral yang paling sering dialami oleh pasien leukemia, yang paling
dan melakukan penekenan langsung. Dalam hal ini dapat digunakan gel
aspirasi atau smear sitologi, karena bila hanya dilakukan kultur saja,
segera diketahui karena flora normal dapat juga menjadi sumber infeksi
infeksi dapat berasal dari golongan basil gram positif dan negatif (Derossi
44
et al, 2003).
berkumur dapat mengurangi rasa sakit. Ulser yang terdapat pada mukosa
bukal dan dasar lidah dapat diobati dengan salap orabase yang akan
melindungi permukaan lesi dari iritasi, pemakaian empat sampai enam kali
dan infeksi. Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan larutan kumur
jamur dan anastesi topikal. Penggunaan larutan multi agen ini masih lebih
BAB IV
PEMBAHASAN
46
Leukemia dibagi menjadi dua, yaitu leukemia kronis dan akut. Leukemia
proliferasi yang tak terkontrol dari sel blast yang tidak terdiferensiasi. Onsetnya
tidak menentu dan cenderung tiba-tiba, dapat berkembang secara agresif dan cepat
pendarahan. Gejala tampak seperti flu dengan rasa sakit pada tulang, sakit sendi,
trombositopenia tampak dengan kulit yang peteki dan perdarahan pada palataum
bagian posterior dan pendarahan gingiva. Infiltrasi gingiva oleh sel leukemia juga
dapat terlihat sebagai hasil infeksi flora mulut normal pada neutropenia.
dan tampak perdarahan bula di dorsum lidah bagian anterior, bukal dan mukosa
Manifestasi oral dari pasien dengan leukemia terdapat pada semua subtype
insidensi infiltrasi gingiva terbesar (M5) sebesar 66,7% diikuti oleh leukemia
47
myelomonosistik akut (M4) sebesar 18,5%, dan leukemia myeloblastik akut (M1)
sebesar 3,7%. Pasien pada laporan ini didiagnosa dengan leukemia myeloblastik
papila interdental, margin gingiva, dan attached gingiva. Bentuk hiperplasia ini
merupakan bentuk yang paling parah, biasanya mahkota gigi pada bentuk ini
terinflamasi adalah bentuk paling umum dari pertumbuhan berlebihan gingiva dan
dihubungkan dengan faktor lokal seperti plak dan kalkulus. ANUG biasanya
tampak dengan nekrosis gingiva dan ulser punched-out yang melibatkan papila
interdental yang tertutupi oleh pseudromembran abu kehijauan. Hal ini juga
diiringi oleh aliran saliva yang terlalu banyak, metallic taste, dan malodor, tapi
tidak berhubungan dengan ekimosis. Lesi yang terdapat pada pasien HIV/AIDS
seperti lesi awal sarkoma Kaposi (Kaposi’s Sarcoma – KS) dapat dikira sebagai
menyerang bagian rongga mulut yang mana pun namun kebanyakan di palatum,
gingiva, dan lidah. Lesi KS muncul berupa disklorasi berwarna biru keunguan
atau merah keunguan yang dapat berkembang ke masa jaringan sehingga dapat
Infiltasi gingiva sel leukemia tidak tampak pada pasien tidak bergigi,
menunjukkan bahwa iritasi lokal dan trauma yang dihubungkan dengan adanya
gigi memainkan peran dalam pathogenesis kelainan ini. Ada banyak variasi dari
tampilan dan derajat keparahan dari pertumbuhan gingiva yang berlebihan ini.
Pasien ini mengalami perubahan gingiva di bagian palatal dan lingual sementara
gambaran permukaan yang mengkilap. Alasan yang mungkin untuk hal ini
juga memiliki area ekimosis yang luas di palatum diduga berasal dari kurangnya
platelet dan juga mengeluhkan pendarahan gingiva bahkan pada sentuhan ringan.
Infeksi dan anemia adalah penyebab utama dari kematian pada pasien
leukemia. Akut leukemia yang tidak ditangani berkembang secara agresif, dengan
kemungkinan terjadinya kematian dalam enam bulan atau kurang. Pada kasus ini,
pasien meninggal walaupun sudah ditangani dan dirujuk dengan cepat karena
Mulut.
manifestasi pertama dari penyakit leukemia menunjukkan bahwa dokter gigi harus
segera dan rujukan bila diperlukan. Mengingat keakutan dari penyakit ini,
diagnosis sedini mungkin dan merujuk pasien leukemia untuk penanganan lebih
lanjut harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari kondisi fatal
ini.
BAB V
KESIMPULAN
50
yang tinggi, diagnosis dini dan terapi medis yang sesuai sangat penting untuk
didapatkan. Dokter dan dokter gigi harus mengetahui dan memahami pentingnya
mengenali manifestasi oral dari kelainan sistemik ini. Disini kami melaporkan
kasus perubahan gingiva pada pasien dengan AML.Temuan klinis yang menarik
dari kasus ini adalah tampaknya perubahan yang parah dari gingiva bagian palatal
dan lingual dengan gingiva bagian labial yang tampak hampir normal.Pentingnya
DAFTAR PUSTAKA
Bressman E, Decter JA, Chasens AI, Sackler RS. Acute myeloblastic leukemia
with oral manifestation. Oral surg. 1982;54:401-3
Chang Lim, Hyun dan Sung Kim, Chang. 2014. Oral Signs of Acute Leukemia
for Early Detection. Journal of Periodontal & Implant Science (44): 293
Cho SY, Cheng AC, Cheng MCK. Oral care for children with leukemia.
HKMJ. 2000;6:203-8
Dean AK, Ferguson JW, Marfan ES. Acute leukemia presenting as oral
ulceration to a dental emergency service. Aust Dent J. 2003;48: 195-7
_______________________________________________________ : 429-48
Mansjoer, Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-III. Jakarta :
Mayo Clinic Staff. 2008. Treatments and Drugs. http://mayoclinic.com
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I. Jakarta:
Salemba Medika.
Parisi E, Draznim J, Stoopler E, Schuster SJ, Porter D, Sollecito TP. Acute
myelogenus leukemia: advances and limitations of treatment. Oral Surgery
Oral Medicine Oral Pathology 2002;93:257-63
Sonis ST, Frazio RC, Fang L. Principles and practice of oral medicine.
Philadelphia: W.B Saunders company. 1984: 324-338
Sudoyo, W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :
FKUI.
Udi R, Mediarty. Manifestasi klinis leukemia di mukosa mulut. Maj Ked Gigi.
2001;34:681-3
2002; 73:664-8