Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkankan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas


RahmatNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat ikut memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
pembaca.

Kabere, 10 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

BAB II GINGIVITIS SECARA UMUM


2.1......................................................................Klasifikasi Gingivitis
......................................................................................................2
2.2..........................................................................Etiologi Gingivitis
......................................................................................................4
2.3...................................................Patogenesis Penyakit Periodontal
......................................................................................................7

BAB III CIRI KLINIS GINGIVITIS


3.1............................................................Ciri Klinis Gingiva Normal
......................................................................................................9
3.2......................................................................Ciri Klinis Gingivitis
....................................................................................................10
3.3..................................................Perbedaan Gingiva dan Gingivitis
....................................................................................................12

BAB IV PENATALAKSANAAN GINGIVITIS ......................................... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18
5.2 Saran .................................................................................................... 18
5.3 Resep Obat ........................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat
terjadi pada anak-anak , orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja.
Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingival berupa
perubahan wama, konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran,
perubahan bentuk, pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.
Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi gingivitis akut,
gingivitis kronis dan gingivitis yang berkaitan dengan plak bakteri. Secara umum
penyebab penyakit gingiva terdiri dari faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal yang
terjadi di sekitar gigi dan jaringan periodontal, misalnya plak bakteri, material
alba, debris makanan, stain dental, kalkulus, karies, impaksi makanan. Faktor
sistemik yaitu faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh yang dapat
mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal.
Patogenesis dari penyakit periodontal berupa inflamasi kronis karena
adanya interaksi pejamu bakteri subgingiva, mekanisme pertahanan periodontium,
stadium awal respon pejamu, dan mekanisme timbulnya gingivitis dan
periodontitis. Patogenesis penyakit periodontal dari gingivitis dan periodantitis
terjadi dalam empat tahapan yaitu lesi inisial, lesi awal, lesi mantap, dan lesi
lanjut.
Penatalaksanaan gingivitis dilakukan pengukuran keparahan gingival.
Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingival, indeks
pendarahan papilla, dan indeks titik pendarahan. Dokter gigi menjalankan
profesinya sebagai dokter gigi haras mendiagnosa gingivitis sedini mungkin dan
melakukan perawatan yang adequat. Perawatan inisial merupakan satu-satunya
prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan, perawatan inisial mencakup
prosedur-prosedur yaitu instruksi kontrol plak, penskeleran dan penyerutan akar,
perbaikan restorasi yang cacat, penumpatan lesi karies dan pemolesan.

1
BAB II
GINGIVITIS SECARA UMUM

Istilah gingivitis digunakan pada penyakit gingiva berupa inflamasi.


Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingiva berupa
perubahan warna, perubahan konsistensi, perubahan tekstur permukaan,
perubahan atau pertumbuhan size atau ukuran, perubahan kontur/bentuk
pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.
Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi bakteri. Pada
awalnya organisme streptokokus gram positif mendominasi. Tetapi, setelah 3
minggu, spesies batang gram positif khususnya Actinomyces, organisme gram
negatif seperti Fusobacterium, Veillonella dan organisme-organisme spirochaetal
termasuk treponema berkoloni menempati sulkus gusi.
Gingivitis dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, juga terjadi
pada masa remaja, dan gingivitis tidak mempunyai predileksi, terhadqp jenis
kelaminatau ras.

2.1 Klasifikasi Gingivitis


Secara garis besar gingivitis diklasifikasikan menjadi:
1. Gingivitis Akut
Gingivitis akut dibagi menjadi :
a. Gingivitis Ulseratif Nekrosis Akut / GUNA
(Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis IANUG)
GUNA terbagi lagi menjadi:
- GUNA dengan fajctor sistemik tidak dikenal
- GUNA yang berkaitan dengan H.I.V
b. Gingivostomatitis herpetis akut (Acute Herpetic Gingivostomatitis)
2. Gingivitis kronis
Gingivitis kronis terbagi lagi menjadi:
a. Gingivitis simpel / tidak berkomplikasi (Simple unicomplicated
gingivitis)
b. Gingivitis berkomplikasi (complicatedgingivitis)

2
c. Gingivitis deskuamatif (descuamative gingivitis)
3. Gingivitis yang tidak berkaitan dengan plak bakteri.
Klasifikasi Gingivitis menurut lokasinya
a. Gingivitis Lokalisata
Gingivitis yang hanya terdapat pada satu gigi.
b. Gingivitis Generalisata
Gingivitis yang hampir menyeluruh pada semua gigi rahang atas atau
rahang bawah.
c. Gingivitis Marginalis
Gingivitis yang terdapat pada daerah margin dan bisa mencapai daerah
attached gingiva
d. Gingivitis Dims
Gingivitis yang melibatkan gingiva margin dan attached gingiva serta
papila interdental
e. Gingivitis Papilaris
Gingivitis yang melibatkan papila interdental dan meluas ke marginal
gingiva yang berbatasan.

Gambar 1 : Gineivitis marginaiis karena plak (Robert P. Langlais dart


Crate 51 Miller, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut,
hal. 27)

3
Gambar 2. Papila-papila berkawah : Gingivitis Ulseratif Akut yang
Nekrosis (ANUG) (Robert P. Langlais dan Craig S.
Miller, Atlas Berwama Kelainan Rongga Mulut, hal. 27)

Gambar 3. Gingivitis Hormonal pada Wanita Pubertas (Atlas


Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim), (Robert
P. Langlais dan Craig S. Miller, Atlas Berwarna Kelainan
Rongga Mulut, hal. 27)

2.2 Etiologi Gingivitis


Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua
golongan yaitu:
a. Faktor lokal
b. Faktor sistemik

4
A. Faktor Lokal
Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan
periodontium
a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri
Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di
maksudkan dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang
berhubungan dengan permukaan gigi.
b. Faktor Pendorong /predisposisi
Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong :
- Materia alba
Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari
mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan
deskuamasi dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat
ke permukaan gigi maupun restorasi dan gingiva,
- Debris Makanan
Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris
makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat
tidak tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir
dan pipi.
- Stein Dental
Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada
permukaan gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein
seperti: stein hitam (black stein) stein hijau (green stein) dan stein
jingga (orange stein)
- Kalkulus
Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak
bakteri yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.
- Karies
Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah
ini mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak
lainnya.

5
- Merokok
Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal
beragam, terdiri dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu
menghisap rokok. Stein tembakau akibat merokok dianggap
mempermudah penumpukan plak.
- Impaksi makanan (food impaction)
Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit
tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi
perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap
periodontium
- Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)
Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan
yang terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak
proksimal yang terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik,
restorasi yang overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak
baik kedudukannya, dan piranti orthodonti.
- Kontrol plak inadequat
Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak
dan deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak
tersingkirkan dari perlekatannya.
- Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat
Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan
lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri
plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi
penumpukan plak.
- Trauma mekanis
Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga
lebih mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri
plak. Trauma mekanis ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi
yang salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku.

6
- Trauma kimiawi
Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara
lokal pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit
gigi maupun obat kumur yang keras serta obat-obatan yang bersifat
bisa menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.
Faktor lokal fungsional:
Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan
bemapas dari mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para
fungsional serta oklusi yang traumatik
B. Faktor Sistemik
Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi
tubuh, yang dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab
lokal. Faktor-faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin
(hormonal) meliputi : pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan
defisiensi nutrisi meliputi: defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta
obat-obatan meliputi : Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperplasia
gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi hormonal. Faktor-faktor
psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes Melitus,
gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-penyakit
yang melemahkan (debilatating disease)

2.3 Patogenesis Penyakit Periodontal


Patogenesis dapat diartikan sebagai proses terjadinya penyakit dari tahap
awal sampai akhir. Tahapan patogenesis penyakit pada penyakit periodontal
berupa inflamasi kronis.
a. Interaksi pejamu bakteri pada daerah subgingiva
Secara normal daerah subgingiva dan permukaan gigi yang
berdekatan dihuni oleh bakteri dalam jumlah dan jenis yang bervariasi dan
membentuk plak bakteri/plak gigi (bakterial plague/dental plague).
Beberapa menit setelah terdepositnya partikel, partikel akan terpopulasi
dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi

7
biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada partikel dan agen bakteri
dapat menyelubungi glikoprotein saliva.
Plak bakteri dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh pejamu
(host) tanpa menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan adanya
keseimbangan antara serangan bakteri plak dengan mekanisme pertahanan
pejamu. Apabila bakteri tertentu dari plak bertambah jumlah dan
menghasilkan faktor-faktor virulensi, keseimbangan tersebut akan
terganggu dengan akibat timbulnya penyakit. Penyakit dapat pula timbul
akibat menurunnya mekanisme pertahanan pejamu.
b. Mekanisme pertahanan periodonsium
Pertahanan periodonsium dibangun oleh berbagai faktor seperti
integritas permukaan, saliva, cairan sulkus gingiva dan leukosit pada
daerah dentogingival, yang dikelompokkan sebagai mekanisme protektif
non spesifik dan sistem imunitas yang merupakan mekanisme protektif
spesifik.
c. Stadium awal respon pejamu
Pejamu akan memberikan respon terhadap penumpukkan bakteri
atau produk-produknya di dalam sulkus gingiva. Reaksi inflamasi akut ini
berupa respon vaskular dan respon seluler.
d. Mekanisme timbulnya gingivitis dan periodontitis
Gingivitis dan periodontitis, merupakan bagian terbesar dari
penyakit yang melibatkan periodonsium, merupakan infeksi bakterial
kronis. Bentuk dan perluasannya dipengaruhi oleh interaksi pejamu
bakteri. Bakteri patogen periodontal dapat menimbulkan penyakit secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Patogenesis penyakit periodontal berupa inflamasi kronis (gingivitis dan
periodontitis) terjadi dalam empat tahapan yaitu lesi inisial (initial lesion), lesi
awal (early lesion), lesi mantap (esthabilished lesion) dan lesi lanjut (advanced
lesion), Ketiga lesi pertama adalah tahapan gingivitis, sedangkan lesi lanjut yang
disebut juga sebagai fase distribusi periodontal (phase of periodontal break down)
adalah tahapan periodontitis.

8
BAB III
CIRI-CIRI KLINIS GINGIVA NORMAL DAN GINGIVITIS

Ciri-ciri klinis gingiva normal lebih mudah dipahami apabila dikaitkan


dengan struktur mikrpskppisnya, Secara klinis gingivitis ditandai dengan adanya
inflamasi gingiva berupa perubahan warna, perubahan tekstur permukaan,
perubahan ukuran, perubahan kontur, pendarahan.

3.1 Ciri Klinis Gingiva Normal


Ciri klinis dari gingiva normal terdiri dari:
a. Warna gingival
Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink).
Warna gingiva dipengaruhi oleh pasokan vaskular, ketebalan dan derajat
keratinisasi epitel dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen.
b. Besar gingiva
Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel interseluler
serta vaskular. Jumlah elemen interseluler maupun pasok vaskuler pada
keadaan patologis menyebabkan pertambahan besar gingiva. Besarnya
gingiva merupakan gambaran yang umum dijumpai pada penyakit
gingival.
c. Kontour/bentuk gingiva
Kontour atau bentuk gingiva dipengaruh oleh bentuk gigi geligi
dan besar lengkung rahang, lpkasi dan besar area kontak proksimal
dimensi embasur gingiva dalam arah vestibular dan oral. Gingiva bebas
mengelilingi gigi seperti kerah baju mengikuti arah seperti busur
(arcatte/scalloped) pada pennukaan vestibular dan oral.
d. Konsistensi gingiva
Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku (firm) dan lenting (resilent).
Konsistensi gingiva cekat yang kaku disebabkan oleh papillanya banyak
mengandung serat kolagen dan melekat pada tulang alveolar, dan
berkonsistensi kaku karena adanya serat-serat gingiva.

9
e. Tekstur permukaan gigi
Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit
jeruk (stiplead/stipling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas
adalah licin. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur
seperti kulit jeruk, sedangkan bagian tepinya licin. Stippling timbul
sebagai adaptasi gingiva untuk menerima fungsi yang secara mikroskopis
disebabkan adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada
permukaan gingiva.

3.2 Ciri Klinis Gingivitis


Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan
konsistensi, perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk,
perubahan saku gusi, resesi gingiva, halitosis dan rasa sakit.
a. Perdarahan
Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma
mekanis, misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva
pada waktu probing merupakan tanda klinis gingivitis yang penting.
Pendarahan ini mudah terjadi karena inflamasi kronis menyebabkan
penipisan dan ulserasi epitel sulkus, dan pembuluh darah yang penuh
berisi darah menjadi rapuh dan terdesak oleh cairan dan sel radang
sehingga berada lebih dekat ke permukaan epitel sulkus.
b. Perubahan warna
Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental
dan gingiva bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan
warna pada gingiva cekat Akibat inflamasi kronis warna gingiva yang
normainya merah jambu akan berubah menjadi sedikit merah sampai
merah tua karena terjadinya proliferasi vaskular dan berkurangnya
keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh jaringan yang terinflamasi.
Terjadinya stasis venous menyebabkan warna gingiva menjadi merah
kebiru-biruan sampai biru, apabila vaskularisasi bericurang (berkaitan
dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif) warna gingiva terlihat
pueat atau hampir menyerupai warna normal.

10
c. Perubahan Konsistensi
Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan.
Konsistensi gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan
menggembung, serta berlekuk apabila ditekan. Hal ini adalah akibat
jaringan ikat gingiva diinfiltrasi oleh cairan dan sel-sel eksudai inflamasi.
Dalam tahap lanjut konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh yang
mudah koyak apabila diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan
karena degenerasi jaringan ikat dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis
berlangsung lama terjadi fibrosis dan proliferasi epitel sehingga
konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit.
d. Perubahan tekstur permukaan
Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya
tekstur seperti kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena
perubahan histopatologis yang terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur
yang demikian terjadi pada gingiva yang berkonsistensi lunak. Perubahan
histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur permukaannya adalah
bernodul-nodul.
e. Perubahan kontur/bentuk
Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan
dengan terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun
pembesaran gingiva ini juga bisa disebabkan oleh sebab-sebab lain
sebagaimana biasanya akibat pembesaran gingiva ini tepi giginya
membulat dan papila interdental menjadi tumpul.
f. Perubahan saku gusi
Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo
pocket) yaitu sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi
tanpa adanya migrasi epitel saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan
sulkus gingiva adalah pada saku gusi terdapat tanda-tanda inflamasi
gingiva. Kedalamannya bisa tetap, tetapi bisa juga bertambah apabila
terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi gingiva ke koronal.

11
g. Resesi
Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat
bergesernya posisi gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang
terinflamasi apabila gingivanya tipis terutama bila gingiva cekatnya
inadequate
h. Halitosis
Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita
gingivitis, dan keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien
untuk meminta perawatan. Penyebabnya adalah sisa makanan yang
tertinggal, dan eksudat radang. Halitosis yang disebabkan oleh gingivitis
harus dibedakan dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab lain seperti
kelainan pada saluran pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit
metabolisme seperti^ diabetes melitus dan uremia.
i. Nyeri Sakit
Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii
terjadi eksaserbasi akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena
penderita menyikat giginya hanya dengan tekanan yang lebih ringan dan
lebih jarang menyikat gigi, sehingga plak lebih banyak menumpuk dan
kondisi penyakit bertambah parah.

3.3 Perbedaan Gingiva Normal dan Gingivitis


Gingiva normal ditandai dengan adanya warna gingiva yang merah jambu
(coral pink), tidak adanya pendarahan, bentuknya yang seperti huruf V,
konsistensi yang kaku dan lenting, dan tekstur permukaannya yang seperti kulit
jeruk (stippling).
Penderita gingivitis terlihat warna gingiva yang merah pekat bahkan
terjadi pendarahan, bentuknya yang menggembung dan lunak, konsistensinya
yang lunak dan rapuh, teksturnya yang licin dan mengkilat terbentuknya
pembesaran gingiva, terbentuknya saku gusi, tersingkapnya akar gigi, terjadinya
halitosis, dan bahkan timbulnya nyeri sakit.

12
BAB IV
PENATALAKSANAAN GINGIVITIS

Sebelum melakukan perawatan gingivitis, dilakukan pengukuran


keparahan gingiva serta kaitannya dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, dan diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks.
Untuk mengetahui prevalensi dari gingivitis diperlukan indeks gingiva (gingiva
index) , indeks pendarahan papilla (papillary bleeding index), dan indeks titik-titik
pendarahan (bleedingpoint index).
Guna indeks gingiva adalah untuk menilai derajat keparahan inflamasi.
Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi geligi yang diperiksa : papilla
distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla mesiovestibular, dan tepi gingiva
oral. Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan meajumlahkan skor untuk keempat
sisi yang diperiksa falu dibagi empat. Jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa
dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa, maka diperoleh skor indek gingiva
untuk individu.
Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukankan dari skor
indeks gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Skors Indeks Gingiva Kondisi Gingiva


0,1 - 1,0 Gingivitis Ringan
1,1-2,0 GingtvitisSedang
2,1-3,0 GingivitisParah

Indek pendarahan papiia diketahui dengan cara pengamatan perdarahan


timbuf setelah prob diselipkan dari vestibular ke col sebeiah mesial dari gigi yang
diukur. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara
perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan mesiovestibular gigi. Prob
kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini
diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya. Setelah probing
pada semua gigi geligi selesai, dilakukan pencatatan skpr dengan kriteria sebagai
berikut:

13
0= Tidak terjadi pendarahan
1= Pendarahan berupa titik kecil
2= Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis
3= Pendarahan menggenang di interdental
Presentase jumlah permukaan dengan pendarahan dihitung dengan rumus:
Jumlah Permukaan Gigi dengan Pendarahan
Indek Titik Pendarahan= x100%
Jumlah Seluruh Gigi
Indeks titik-titik pendarahan sama dengan indeks pendarahan papilla yang
biasa digunakan diklinik, selain untuk pengukuran inflamasi gingiva dan
pelaksanaan prosedur hygiene oral juga sebagai media memotivasi pasien.
Dokter gigi menjalankan profesinya sebagai dokter gigi harus
mendiagnosis gingivitis sedini mungkin dan melakukan perawatan yang adequat,.
terutama bila kasusnya terungkap sedini mungkin, perawatan inisial merupakan
satu-satunya prosedur perawatan periodontal yang dibutuhkan.
Perawatan inisial mencakup prosedur-prosedur:
a. Instruksi Kontrol Plak
Pada sesi pertama dapat diajarkan cara menyikat gigi yang
benar. Penggunaan alat pembersih interdental belum dapat dilakukan
karena penggunaannya masih terhalang oleh deposit dan cacat
interproksimal yang belum tersingkirkan.
b. Penskeleran dan penyerutan akar
Apabila pada pasien dijumpai gingiva yang getas dan
terinflamasi di sekitar saku periodontal yang dalam, prosedur
penskeleran supragingiva untuk menyirigkirkan kalkulus subgihgiva
harus didahulukan. Dengan pefskeleran supragingiva, gingivitis akan
mereda dan dilanjutkan perskeleran subgingiva pada sesi selanjutnya
Pada permukaan akar dengan gingival yang tersingkap terdapat
sisa toksin bakteri, pada daerah ini harus dilakukan penyerutan akar
agar jaringan nekrose tersingkap.
c. Perbaikan restorasi yang cacat
Tepi restorasi yang cacat, dapat dideteksi dengan ujung
eksplorer yang halus, yaitu dengan menggeserkan eksplorer naik turun

14
sepanjang tepi restorasi. Apabila terdapat tepi restorasi yang mengeper
terdengar bunyi klik saat eksplorer digeser dari restorasi ke arah gigi
dan terasa ada hambatan.
Penyingkiran restorasi yang mengeper sedapat mungkin
digantikan dengan restorasi yang baru. Apabila restorasinya ingin tetap
dipertahankan agar perawatan inisal bisa cepat diselesaikan, bagian
yang mengeper harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy dan resin
yang mengeper dapat disingkirkan dengan skeler, kikir periodontal
atau finishing bur. Bila menggunakan bur arahnya adalah dari bagian
restorasi yang mengeper ke arah gigi.
d. Penumpatan Lesi Karies
Karies yang lokasinya dekat ke gingiva dapat mengganggu
kesehatan periodontal, meskipun tanpa adanya kalkulus ataupun
restorasi yang eacat disekitarnya. Penumpatan sebaiknya berupa
penumpatan tetap (permanen), namun pada keadaan tertentu
penumpatan sementarapun sudah memadai karena telah dapat
menyingkirkan tempat persembunyian bakteri.
e. Pemolesan
Setelah dilakukan penskeleran, perbaikan restorasi,
penumpatan lesi karies, lakukan pemolesan. Pemolesan dilakukan
untuk mengkilapkan mahkota gigi dengan aberasif yang dioles dengan
brush atau rubber cup yang diputar dengan mesin.

1. Kunjungan Pertama
Pada kunjungan pertama lakukan anamnesa untuk menentukan
keluhan utama pasien. Jelaskah kepada pasien bagaimana caira rhelakukan
kontrol plak. Hal tersebut mencakup sesuatu yang harus dilakukan
perawatan selanjutnya. Pada kunjungan pertama ini yang dilakukan adalah
memberikan penjelasan kepada pasien bahwa pasien telah menderita
penyakit gingiva dengan tanda-tanda klinis dari gingivitis, perubahan
konsistensi gingiva, perubahan tekstur permukaan, perubahan
kontur/bentuk, pembentukan saku gusi, terjadinya resesi gingiva, halitosis
bahkan bisa terjadinya nyeri sakit, jelaskan kepada pasien faktor-faktor

15
penyebabnya seperti plak bakteri, merokok, kalkulus, karies dan
perubahan pada gingiva sebaiknya dicatat indeks pendarahannya dan juga
indeks plak pada permukaan gigi dengan melakukan pewamaan plak
menggunakan disclosing solution. Indeks plak dihitung dengan ramus :
Jumlah Permukaan dengan Plak
Indek Plak = x 100%
Jumlah Seluruh Permukaan x 4

Langkah kedua dari perawatan ini adalah dengan menjelaskan


kepada pasien apa yang dapat dilakukan dokter gigi untuk mengatasi
masalah yang dihadapi pasien dan apa yang haras dilakukannya untuk
menunjang perawatan yang dilakukan dokter gigi dan menjamin
keberhasilan perawatan.
Langkah ketiga adalah mengajari pasien cara-cara menjaga
kebersihan mulut dengan alat pembersih yang sesuai, sehingga pasien
yang telah termotivasi untuk memelihara kebersihan mulut mampu
melaksanakannya.
Langkah keempat adalah melakukan penyingkiran kalkulus
subgingiva. Setelah semua prosedur dilakukan, diberitahukan kepada
pasien tentang keparahan plak setiap kali kunjungan, agar pasien tetap
menyikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur dan mengkonsumsi
gizi seimbang, dan tetap kotrol setiap minggu

2. Kunjungan Kedua
Kondisi gingiva diperiksa kembali dengan disclosing-solution
untuk kembali dilakukan kontrol plak. Kemudian dilakukan lagi scalling
untuk menyingkirkan deposit-deposit plak. Dan perhatikan indeks
perdarahan apakah terdapat penurunan, Penyingkiran kalkulus dapat
dilanjutkan dengan penskeleran subgingiva dan penyerutan akar. Setelah
semua permukaan gigi terbatas dari kalkulus maka permukaan gigi
dikilatkan atau dipolis. Bila ada karies yang dekat ke gingiva, maka
sebaiknya dilakukan penumpatan karies, dan perbaikan restorasi
yangcacat. (2'5,9)

16
3. Kunjungan ke Tiga
Gingiva diperiksa dan kontrol plak ditinjau kembali. Perhatian
khusus diberikan pada area-area dimana inflamasi tetap menetap. Hal ini
biasanya mengakibatkan dilakukan scalling kembali. Tiap kunjungan tetap
dihitung indeks pendarahan, dan papilla calculus indeks, agar diketahui
perubahan dari pendarahan dan oral hygiene.

4. Kunjungan ke Empat
Pada kunjungan keempat dilakukan pengukuran indeks pefdarahan
dan kalkulus indeksnya. Jika hasil akhirnya menunjukkan angka dibawah
5 % berarti tidak adanya inflamasi. Perawatan dihentikan dan instruksikan
kepada pasien untuk tetap menjaga kebersihan mulutnya dan dilanjutkan
untuk melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Gingivitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada gingiva yang
disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Gingivitis sendiri diklasifikasikan
menjadi beberapa bagiah. Untuk ttiembedakan gingiva normal dan gingivitis,
diperlukan suatu indeks gingiva dan indek titik pendarahan (Papillary Bleeding
Index) agar bisa dibedakan dan diketahui gingiva normal atau tidak.
Perawatan dari gingiva meliputi tiga komponen yang dapat dilakukan
bersama:
1. Kontrol plak adekuat
2. Menghilangkan plak dan kalkulus
3. Memperbaiki faktor-faktor retensi plak
Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak tidak
dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki, membuat mulut
bebas plak temyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk
mencegah rekurensi deposit plak.
Untuk penunjang perawatan gingivitis diberikan obat kumur untuk
mempercepat penyembuhan, dan pasien harus memperhatikan gizi seimbang

5.2 Saran
Penyikatan gigi dengan metode bass dianjurkan untuk kebersihan
gingivitis sehari-harinya bagi pasien dengan ataix tanpa penyakit periodontal.
Sikat gigi yang digunakan adalah yang bulunya lunak sampai sedang. Penyikatan
dilakukan pada permukaan vestibular dan oral rahang atas dan rahang bawah.
Instruksikan kepada pasien untuk tetap kontrol ke dokter gigi enam bulan sekali.

18
5.3 Resep Obat

Drg. Dwi Putri


Jl. Siteba No. 20
Telp. 0751 xxxxx
Sip. xxxxxxx
Kabere, 04 Januari 2021

R/Betadine gargle 150 ml


S2dd M. et. verp
___________________________

R/Becom C 500 mg
MF. Pulv dtd No X
S2dd Pulv I. PC
___________________________

Pro : ………….
Paraf drg.

Kurniati Idris

19
DAFTAR PUSTAKA

Dalimunte, S.H, Pengantar Periodontitis. Universitas Sumatera Utara Ed-1, 1996.


Medan

Langlais RP, Miller Cs, Atlas Berwarna Kelainan Rongga mulut yang Lazim.
Hipokrates, 1998. Jakarta

Leung W.K, Daniel. C, dkk. Toot Loss in Treated Periodntitis Patient


Responsible for Their Suportive Care Arragement. Journal of Clinical
Periodontologi, Ed-33, 2006. Hongkong

Anda mungkin juga menyukai