Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SELULITIS

DOSEN PENGAMPU : Eliza Zhini Z., S.Kep., Ns, M.Kep

Disusun oleh :

Faustina Naben (2019030076)

Evanly Yubelina Sapulete (2019030073)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat “ TUHAN YANG MAHA ESA”, yang telah
memberikan rahmatnya serta kesempatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi para mahasiswa keperawatan, kami ucapkan terima kasih.

Lawang, 24 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
a. Latar belakang................................................................................................1
b. Rumusan masalah...........................................................................................1
c. Tujuan............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................................2


a. Definisi...........................................................................................................2
b. Klasifikasi......................................................................................................2
c. Anatomi Fisiologi...........................................................................................4
d. Etiolog............................................................................................................8
e. Patofisiologi...................................................................................................10
f. Manifestasi Klinis..........................................................................................11
g. Komplikasi.....................................................................................................11
h. Penatalaksanaan.............................................................................................12
i. WOC..............................................................................................................13
j. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................13
k. ASKEP Teoritis..............................................................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................................17


a. Pengkajian......................................................................................................17
b. Analisa Data ..................................................................................................22
c. Diagnosa.........................................................................................................22
d. Intervensi........................................................................................................23
BAB IV PENUTUP............................................................................................................24
a. Kesimpulan....................................................................................................24
b. Saran...............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Selulitis adalah peradangan pada jaringan kulit
yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam.
Selulitis sendiri mempunyai tiga karakteristik yaitu, Peradangan supuratif sampai
di jaringan subkutis, Mengenai pembuluh limfe permukaan, Plak eritematus, batas tidak
jelas dan cepat meluas.
Penyebab selulitis diantaranya adalah infeksi bakteri dan jamur, serta disebabkan
oleh penyebab lain seperti genetic, gigitan serangga dan lain – lain.
Untuk menghindari terkena selulitis biasa dilakukan dengan melembabkan kulit
secara teratur, memotong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati, mindungi tangan dan
kaki, merawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas limfadenopati agar dapat
memberikan manfaat untuk kita semua.

II. Rumusan Masalah


Bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien dengan selulitis ?

III. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien
dengan selulitis

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana
cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus
( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan
di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.
Selulitis merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan
karakteristik sebagai berikut :

 Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis.


 Mengenai pembuluh limfe permukaan.
 Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas.

2. Klasifikasi
Selulitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu selulitis sirkumskripta serous akut, selulitis
sirkumskripta supuratif akut dan selulitis difus akut.
 Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak
jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

2
 Selulitis Sikrumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh
bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam
mengontrol infeksi.
 Selulitis Difsus Akut
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s .
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai
spasiapharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut.Seringkali bilateral, tetapi bila
hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

3
3. Anatomi Fisiologi

Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang
terletak di bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari :
 Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).

4
 Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan
kaki.
 Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di
antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
 Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak
mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara
stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan
bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
 Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-
epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
 Sel kolumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.
 Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)

b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)


Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel
rambut.
 Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
5
 Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti
kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam
hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk
oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan
makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk
amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
c. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar,
dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan
dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan
getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada
beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan
pleksus profunda (terletak di subkutis).

Fisiologi kulit
a) Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
 fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
 kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
 panas : radiasi, sengatan sinar UV
 infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :


 Melanosit melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
6
 Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
 Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum merupakan perlindungan kimiawi
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
 Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.
b) Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel
epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
c) Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi
sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix
Caseosa.
d) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak
jumlahnya pada daerah yang erotik.
 Badan Ruffini di dermis dan subkutis peka rangsangan panas
 Badan Krause di dermis peka rangsangan dingin
 Badan Taktik Meissner di papila dermis peka rangsangan rabaan
 Badan Merkel Ranvier di epidermis peka rangsangan rabaan
 Badan Paccini di epidemis peka rangsangan tekanan
e) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na).
7
f) Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen
(melanosomes).
g) Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin
menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan
keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
h) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi
kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap
diperlukan.

4. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur, namun ada
beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu :
a. Infeksi bakteri dan jamur
 Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
 Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
 Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk
jarang.
 S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain
 Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
 Kulit kering
 Eksim
 Kulit yang terbakar atau melepuh
 Diabetes
 Obesitas atau kegemukan
8
 Pembekakan yang kronis pada kaki
 Penyalahgunaan obat-obat terlarang
 Menurunnyaa daya tahan tubuh
 Cacar air
 Malnutrisi
 Gagal ginjal

Faktor yang memperparah perkembangan selulitis :


 Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang pada
bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada
bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
 Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya infeksi.
Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah
immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.
 Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem immun
tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas
bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
 Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk bakteri
penginfeksi.
 Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
 Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko bakteri
penginfeksi masuk
9
 Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
 Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
 Malnutrisi
Selain pengaruh dari nutrisi yang buruk, lingkungan tropis, panas, banyak debu dan
kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.

5. Patofisiologi
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi   streptokokus dan
staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak menyerang kulit dan subkutan,
masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik  yang menyebabkan
terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang merupakan respon dari tubuh sehingga muncul nyeri,
pembengkakan kulit, lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat,
nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
10
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

6. Manifestasi Klinis
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak
merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba
dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil. Gejala lainnya
adalah :
 Demam
 Nyeri kepala
 Nyeri otot
 Tidak enak badan
 Malaise
 Edema
 Lesi

7. Komplikasi
 Bakteremia
 Nanah atau local Abscess
 Superinfeksi oleh bakteri gram negative
 Lymphangitis
 Trombophlebitis
 Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
 Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus melakukan
amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
11

8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan sediaan
per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
 Penderita berusia lanjut
 Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
 Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat dan
dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Pencegahan Selulitis :
Jika memiliki luka
a.    Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b.    Oleskan antibiotic
c.    Tutupi luka dengan perban
d.   Sering-sering mengganti perban tersebut
e.    Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal
a.    Lembabkan kulit secara teratur
b.    Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c.    Lindungi tangan dan kaki
d.   Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
12
9. WOC

10. Pemeriksaan Penunjang


Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk    melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab
seperti :
 Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi
eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
13
 BUN level.
 Creatinine level.
 Culture darah

B. ASKEP Teoritis

1. Pengkajian
a. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan limfadenopati keluhan utamanya yaitu klien mengatakan
nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti
ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwayat pemakaian obat.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit
kulit lainnya

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Berat badan : Biasanya normal
 Tinggi badan : Biasanya normal
14
2. Tanda-Tanda Vital
 TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
 Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
 RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
 Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
 Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda iritasi
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta
pendarahan
 Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi
terhadap sesuatu
 Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
 Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau benjolan
 Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
 Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
15
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil di
kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk
yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan
kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
 Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot

2. Diagnosa
 Nyeri akut
 Kerusakan integritas kulit
 Ganguan citra tubuh

3. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1  Nyeri akut  Pain level  Pain Management
 Pain control comfort  Lakukan pengkajian
level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
 Mampu mengontrol  Observasi reaksi
nyeri nonverbal dari
 Mampu mengenali ketidaknyamanan
nyeri  Gunakan teknik
 Mampu menggunakan komunikasi
teknik non farmakologi teraupetik
untuk mengurangi nyeri  Evaluasi pengalaman
 Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
nyeri berkurang dengan  Ajarkan teknik
menggunakan relaksasi
manajemen nyeri  Kolaborasi dengan
 Menyatakan rasa dokter dalam
nyaman setelah nyeri pemberian therapy
berkurang 
2 Kerusakan integritas  Tissue integrity  Pressure Management
kulit  Membranes  Anjurkan pasien
 Hemodyalis akses menggunakan
Kriteria Hasil : pakaian yang longkar
 Integritas kulit yang  Jaga kebersihan kulit
baik bisa diperbaiki agar tetap bersih
 Tidak ada luka/lesi pada  Monitor kulit akan
kulit adanya kemerahan
 Perfusi jaringan baik
 Nutrion Management
 Kaji secara verbal
dan non verbal
3. respon klien
 Body image terhadap tubuhnya
Gangguan citra tubuh  Self esteem  Jelaskan tentang
Kriteria Hasil : pengobatan,
 Body image positif perawatan,
 Mampu kemajuan dan
mengidentifikasi prognosis penyakit
kekuatan personal  Dorong klien
 Tidak terjadi mengungkapkan
pengurangan berat perasaannya
badan yang berarti

4. Implementasi
Implementasi merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengkajian sejauh mana pencapaian dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan kepada pasien.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. I
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Mitra Utama C1 No. 4A RT/RW 001/002
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 7 Agusustus 2017
Diagnosa Medis : Selulitis
Sumber Informasi
Nama : Ny. O
Hubungan dengan Klien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

II. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama Saat Masuk RS


Klien masuk RS pada tanggal 7 Agustus 2017, klien mengatakan bahwa ia merasakan
nyeri pada kaki kanannya, kaki bengkak sehingga menyebabkan klien sulit untuk berjalan, selain
itu klien juga mengatakan bahwa ia mengalami demam tinggi dan malaise.

17
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 7 Agustus 2017 klien mengatakan bahwa nyeri
pada kaki kanannya, nyeri bersifat hilang timbul dengan rasa tumpul namun terdapat nyeri tekan
pada kaki kanan klien, klien tampak meringis dan gelisah menahan nyeri tersebut. Selain itu
klien juga mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan untuk berjalan, klien mengeluh kesakitan
tiap kali berjalan, klien juga mengatakan bahwa ia membutuhkan bantuan orang lain untuk
berjalan. Kaki klien tampak bengkak, memerah dan berisi cairan, selain itu klien juga
menggunakan kursi roda sebagai alat bantu. Klien mengatakan bahwa ia mengalami demam
tinggi dan malaise,klien juga mengatakan bahwa badannya terasa panas saat diraba. Klien
tampak lemas, saat di palpasi badan klien terasa panas.
Adapun hasil pemeriksaan TTV klien yaitu :
TD : 110/70mmHg S : 38.5°C
N : 76x/i RR : 20x/i
Sedangkan hasil dari pengkajian nyeri yaitu :
P : Adanya pembengkakan kronis pada kaki kanan klien
Q : Tumpul
R : Kaki kanan
S:6
T : Hilang timbul
Adapaun hasil pemeriksaan fisik dari kaki kanan klien yaitu :
Inspeksi : Terdapat ketidaksimetrisan antara kaki kanan dan kiri klien dikarenakan
adanya pembengkakan pada kaki kanan, selain itu terdapat warna kemerahan disekitar
edema pada kaki kanan klien.
Palpasi : Adanya edema dan berisi cairan pada kaki kanan klien

18
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah jatuh 3 tahun yang lalu. Saat jatuh kaki pertama yang napak
adalah kaki kanan, lalu klien periksa ke dokter karena merasa nyeri, kesleo. Dokter hanya
mengatakan kesleo dan di beri obat. Sejak saat itu kaki sebelah kanan klien sering mengalami
nyeri. Saat nyeri klien hanya beli obat di apotek, minum jamu/herbal. Namun seiring berjalannya
waktu, rasa nyeri yang dialaminya semakin parah itulah mengapa pada 7 Agustus 2017 klien
datang ke RS untuk berobat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dahulu kakeknya pernah mengalami penyakit yang sama, klien
tidak mengetahui nama penyakitnya, namun tanda dan gejala yang dimilikinya sama persis
dengan kakeknya.

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien
-------- : Tinggal satu rumah

19
III. Pengkajian Saat Ini

1. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70mmHg S : 38.5°C
N : 76x/i RR : 20x/i
2. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :Bentuk bulat, rambut hitam sedikit ikal, kepala bersih tidak ada ketombe
namun sedikit berminyak.
Palpasi :Tidak ada massa, benjolan ataupun lesi
3. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :Sklera an ikterik dan conjungtiva an anemis
4. Telinga
Inspeksi :Daun telinga dan liang telinga bersih
5. Hidung :Hidung simetris, membran mukosa kering dan bersih, tidak ada alergi
6. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi :Mulut bersih, mukosa bibir kering, lidah dan gigih bersih
7. Leher
Inspeksi : Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
8. Thorax/Paru
Inspeksi :Bentuk normal, warna kulit sawo matang
Palpasi :Vocal remitus tidak teaba
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas vesikuler
9. Kardiovaskuler
Inspeksi :Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :Ictus cordis tidak teraba
Perkusi :Batas jantung kanan di RIC II LPSD dan batas jantung kiri di RIC IV
LMCS
Auskultasi :Bunyi jantung I dan II normal
10. Abdomen
Inspeksi :Perut normal dan tidak membuncit
Palpasi :Tidak ada massa ataupun nyeri tekan
Perkusi :Tympani (-)
Auskultasi :Bising usus 5x/i
11. Neuorologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E:4, V:5, M:6)

20
12. Kulit :Warna kulit sawo matang, adanya pembengkakan pada kaki kanan klien,
bengkak disertai warna kemerahan dan berisi cairan, turgor kulit kering, CRT 3 detik.
13. Ekstremitas :Adanya pembengkakan pada kaki kanan klien.

IV. Pola Nutrisi


1. TB : 160cm BB : 68kg Sakit : TB 160cm BB : 68kg
2. Frekuensi makan : 3xsehari Sakit : 3xsehari
3. Porsi makan : Normal Sakit :Normal
V. Pola Istirahat dan Tidur
1. Waktu tidur : 22.00wib Sakit : 22.00wib
2. Lama tidur : 6-7 jam/hari Sakit : 6-7 jam/hari
3. Kesulitan dalam tidur : Tidak ada Sakit : Saat nyeri pada kakinya timbul

4. Pola Aktivitas dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
 Makan / minum  √        
 Toileting   √       
 Berpakaian  √        
 Mobilitas di tempat tidur  √        
 Berpindah  √      
 Ambulansi / ROM  √      

5. Informasi Penunjang
1. Diagnosa Medik : Selulitis
2. Therapy Pengobatan : Ranitidine (2x1), Ondansentron (2x1), Dexketoprofen (2x1)
3. Pemeriksaan Diagonostik
 Laboratorium :
- Hemoglobin 12.5gr/dl (14-18 gr/dl)
- Leukosit 12.900 mm3 (5.000-10.000 mm3)
- Trombosit 450.000 mm3(150-400.000 mm3)
- Hematokrit 48% (40-48%)

21
B. Analisa Data
anggal Data Fokus Etiologi Problem
7/8/17 Ds : Pembengkakan  Nyeri akut
 Klien mengatakan bahwa ia kronis
merasakan nyeri pada kaki
kanannya
 Klien mengatakan nyeri bersifat
tumpul dengan frekuensi hilang
timbul
 Klien mengatakan terdapat nyeri
tekan pada kaki kanannya

Do :
 Klien tampak meringis
 Klien tampak gelisah
P : Adanya pembengkakan kronis pada kaki
kanan
Q : Tumpul
R : Kaki kanan
S:6
T : Hilang timbul
 Adapaun hasil pemeriksaan fisik
dari ekstremitas bawah klien yaitu :
Inspeksi : Terdapat
ketidaksimetrisan antara kaki kanan
dan kiri klien dikarenakan adanya
pembengkakan pada kaki kanan,
selain itu terdapat warna
kemerahan disekitar edema pada
kaki kanan klien.
Palpasi : Adanya edema dan berisi
cairan pada kaki kanan klien

7/8/17 Ds : Edema pada kaki  Hambatan


 Klien mengatakan bahwa ia sulit kanan klien mobilitas fisik
untuk berjalan
 Klien juga mengatakan bahwa ia
merasa kesakitan tiap kali berjalan
 Klien juga mengatakan bahwa ia
membutuhkan bantuan untuk
berjalan
Do :
 Kaki kanan klien tampak bengkak
dan berisi cairan
 Kaki kanan klien tampak memerah
 Klien menggunakan kursi roda

7/8/17 Proses infeksi Hipertermi


 Ds :
 Klien mengatakan bahwa ia
mengalami demam tinggi
 Klien mengatakan bahwa ia merasa
tidak enak badan
 Klien mengatakan bahwa badannya
terasa panas saat diraba
Do :
 Klien tampak lemas
 Saat di palpasi badan klien terasa
panas
 Adapun hasil pemeriskaan TTV klien
yaitu :
TD : 110/70mmHg S : 38.5°C
N : 76x/i RR : 20x/i

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d pembengkakan kronis


2. Hambatan mobilitas fisik b.d edema pada kaki kanan klien
3. Hipertermi b.d proses infeksi

22
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1  Nyeri akut  Pain level  Pain Management
 Pain control comfort  Lakukan pengkajian
level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
 Mampu mengontrol  Observasi reaksi
nyeri nonverbal dari
 Mampu mengenali ketidaknyamanan
nyeri  Gunakan teknik
 Mampu menggunakan komunikasi
teknik non farmakologi teraupetik
untuk mengurangi nyeri  Evaluasi pengalaman
 Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
nyeri berkurang dengan  Ajarkan teknik
menggunakan relaksasi
manajemen nyeri  Kolaborasi dengan
 Menyatakan rasa dokter dalam
nyaman setelah nyeri pemberian therapy
berkurang
2 Hambatan mobilitas  Self care : ADLs  Exchercise Therapy :
fisik  Mobility level Ambulation
Kriteria Hasil :  Pantau TTV sebelum
 Klien meningkat dalam dan sesudah latihan
aktivitas fisik  Ajarkan pasien
 Mengierti tujuan dari tentang teknik
peningkatan mobilitas ambulasi
 Bantu untuk mobilisasi  Latih pasien dalam
(walker) memenuhi
kebutuhan ADLs
secara mandiri

3. Hipertermi  Thermoregulation  Fever Treatment


Kriteria Hasil :  Pantau suhu sesering
 Suhu tubuh dalam mungkin
rentang normal  Pantau IWL
 Nadi dan RR normal  Pantau warna kulit
 Tidak ada perubahan dan suhu tubuh
warna kulit dan pusing  Kolaborasikan dalam
pemberian therapy

23

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada BAB sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan bahwa :
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. I dengan Selulitis, diperoleh data bahwa klien
mengatakan bahwa nyeri pada kaki kanannya, nyeri bersifat hilang timbul dengan rasa tumpul
namun terdapat nyeri tekan pada kaki kanan klien, klien tampak meringis dan gelisah menahan
nyeri tersebut. Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan untuk berjalan,
klien mengeluh kesakitan tiap kali berjalan, klien juga mengatakan bahwa ia membutuhkan
bantuan orang lain untuk berjalan. Kaki klien tampak bengkak, memerah dan berisi cairan, selain
itu klien juga menggunakan kursi roda sebagai alat bantu. Klien mengatakan bahwa ia
mengalami demam tinggi dan malaise,klien juga mengatakan bahwa badannya terasa panas saat
diraba. Klien tampak lemas, saat di palpasi badan klien terasa panas.
Adapun diagnosa yang muncul pada kasus ini adalah :
 Nyeri akut b.d pembengkakan kronis
 Hambatan mobilitas fisik b.d edema pada kaki kanan klien
 Hipertermi b.d proses infeksi
Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai dengan masalah
keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah keperawatan dilihat dari kebutuhan kondisi klien
saat pengkajian.
Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan antara lain adalah mengkaji nyeri secara
komprehensif sesuai dengan P Q R S T. Yang menyebabkan nyeri yaitu karena adanya
pembengkakan kronis pada kaki kanan klien. Adapun kualitas nyeri yaitu tumpul dengan sifat
nyeri tekan. Wilayah dari nyeri yaitu di kaki kanan klien. Skala nyeri yaitu 6 dengan waktu yang
bersifat hilang timbul. Selain mengkaji nyeri penulis juga telah mengajarkan teknik relaksasi
berupa nafas dalam untuk membantu klien mengatasi nyeri nya, mengukur Vital Sign klien, serta
mengajarkan teknik ambulasi pada klien.
B. Saran
Untuk perawat :
Hendaknya setiap memberikan asuhan keperawatan harus di dokumentasikan dengan
baik dan benar untuk mempertanggung jawabkan keadaan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan

24
DAFTAR PUSTAKA
Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.
Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definis &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
M. Gloria Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore : El
Sevier.
Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore : El
Sevier.

25

Anda mungkin juga menyukai