Anda di halaman 1dari 34

KONSEP KEPERAWATAN

KRITIS
ADITYA NURAMINUDIN AZIZ, S.KEP., NS., M.KEP
FILOSOFI KEPERAWATAN KRITIS

• Pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan gadar/Kritis


dan tehnik gadar/Kritis berbentuk pelayanan Bio-psiko-sosio- spiritual yang
komprehensip ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang mengalami
masalah kesehatan yang bersifat urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses
kehidupan ataupun bencana
• Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hierarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak
meninggalkan prinsip holistic Bio- psiko-sosio-spiritual.
Critical care is provided in specialized units or departments, and importance is placed
on the continuum of care, with an efficient and as seamless as possible transition of
care from one setting to another
KEPERAWATAN KRITIS ADALAH KEAHLIAN KHUSUS DI DALAM ILMU
PERAWATAN YANG DIHADAPKAN SECARA RINCI DENGAN MANUSIA
(PASIEN) DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS MASALAH YANG
MENGANCAM JIWA
Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga pasien
mendapatkan kepedulian optimal (AACN, 2006)
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan
kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat (UGD)
dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk mengatasi
keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan
pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner Intensive Care Coronary Unit
(ICCU).
KEPERAWATAN KRITIS HARUS MENGGUNAKAN PROSES KEPERAWATAN
DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data yang dikumpulkan secara terus menerus pada


semua pasien yang sakit kritis di manapun
tempatnya
2. Identifikasi masalah/ kebutuhan pasien dan prioritas
harus didasarkan pada data yang dikumpulkan
3. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus
diformulasikan
4. Rencana asuhan keperawatan harus di
implementasikan menurut prioritas dan identifikasi
masalah ataupun kebutuhan
5. Hasil dari asuhan keperawatan harus di evaluasi
secara terus menerus.
6. Dokumentasi merupakan legal dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena dalam melalui
pendokumentasian yang baik maka informasi
mengenai keadaan kesehatan klien dapat di ketahui
secara berkesinambungan.
PRINSIP KEPERAWATAN KRITIS

Pasien kritis dibagi atas 3 rangkai kerja:


• 1. Prehospital, meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian resusitasi cardiac pulmoner ,
pengobatan gawat darurat, teknik untuk mengevaluasi, amannya transportasi, akses telepon ke
pusat.
• 2. Triage , yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase keadaan. Pasien-pasien
yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas utama. Pada  bencana alam dimana terjadi
sejumlah kasus gawat darurat sekaligus maka skenario pengatasan keadaan kritis harus dirancang
sedemikian rupa sehingga  pertolongan memberikan hasil secara maksimal dengan
memprioritaskan yang  paling gawat dan harapan hidup yang tinggi.
• 3. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkat kegawatan yang
berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas pelayanan  prioritas yang berbeda.
KLASIFIKASIKAN PASIEN KRITIS

Exigent 
• Pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan pertolongan
segera. Yang termasuk dalam kelompok ini dalah  pasien dengan obstruksi jalan nafas,
fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arest 
Emergent 
• yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan  pertolongan secepat
mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam 9 kelompok ini adalah miocard
infark , aritmia yang tidak stabil dan  pneumothoraks
Urgent 
• yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan yang dilakukan
lebih panjang dari gawat darurat 2 akan tetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat
oleh karena dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
ekstraserbasi asma,  perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
Minor 
• atau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4, semua  penyakit yang
tergolong kedalam yang tidak mengancam kehidupan
PERAN PERAWAT PERAWATAN KRITIS
Mendukung keputusan
Menghormati dan mendukung Ikut Membantu pasien dari pasien atau keluarga
hak pasien atau pengganti pasien membantu pasien/ mendapatkan yang tentang pelayanan
yang ditunjuk untuk pengambilan perawatan keperawatan yang akan
keputusan otonom keluarga yang diperlukan. diberikan ataupun proses
ketika perpindahan transfer ke
dibutuhkan RS lain yang memiliki
demi kualitas yang sama
kepentingan
pasien.
Bertindak sebagai
penghubung antara
pasien, keluarga pasien
dan profesional kesehatan
Menyediakan lainnya.
Melakukan
pendidikan bimbingan
Menghormati dan spriritual Memantau
nilai-nilai, dukungan untuk dan danmenjaga
keyakinan untuk membantu keluarga dalam kualitas
dan hak-hak pasien atau situasi perawatan pasien
pasien. keluarga dalam yang memerlukan
membuat tindakan segera.
keputusan.
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

• 1.Tujuan Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).


• 2.Pengkajian Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan
mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi
kegagalan.
•  Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi data,
menginterpretasikan data dan memformulasikan masalah atau diagnosa
keperawatan sesuai hasil analisa data
PENGKAJIAN

• Pengkajian awal didalam keperawatan  intensif sama dengan pengkajian


umumnya yaitu dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-
sosial-kultural-spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan
alat-alat bantu mekanik seperti Alat Bantu  Napas (ABN), hemodialisa,
pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan
terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut
DIAGNOSA

• Diagnosa keperawatan Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan


diinterpretasikan kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa
keperawatan  berdasarkan data yang menyimpang dari keadaan fisiologis.
Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan
yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat diukur dan
realistis. Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala
yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
PERENCANAAN

• Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah diprioritaskan.


Prioritas maslah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman hidup
(contoh: bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan  pertukaran gas, pola nafas
tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu dapat dilanjutkan dengan
mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan untuk meningkatkan
keamanan, kenyamanan (contoh: resiko infeksi, resiko trauma/injury, gangguan
rasa nyaman dan diagnosa keperawatan untuk mencegah, komplikasi (contoh:
resiko konstipasi, resiko gangguan integritas kulit)..
PERENCANAAN

• Perencanaan tindakan mencakup 4(empat) umsur kegiatan yaitu


observasi/monitoring, terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif.
Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari
keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan dan standar operasional prosedur.
• Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan  perencanaan ini adalah
untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah. Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi
pasien secara konstan terhadap status yang selalu berubah.
INTERVENSI

• Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap


klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan.
Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur
terntentu, tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan.
• Dalam tindakan perlu ada pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien
termasuk evaluasi prilaku. Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul
pertama kali untuk  pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam
jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat
kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
EVALUASI

• Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan


dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindkan
keperawatan dan sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian
ulang dalam upaya melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan.
• Evaluasi dapat dilakukan setiap akhir tindakan pemberian asuhan yang
disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk
menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan.
DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN KRITIS
MORAL ETIK
MORAL ETIK
• Etika adalah nilai moral dan norma
• Suatu tradisi kepercayaan yang menjadi pedoman, baik bagi
yang menilai benar dan salah suatu individu maupun suatu
perilaku manusia yang kelompok, dalam mengatur tindakan
didasarkan oleh nilai-nilai atau perilaku. Dengan kata lain,
individu dan social. pengertian ini disebut juga sebagai
sistem nilai di dalam hidup
manusia, baik perorangan maupun
bermasyarakat.
8 ASPEK ASAS ETIK KEPERAWATAN

1. Autonomi (otonomi)
2. Non maleficence (tidak merugikan)
3. Beneficience (kemurahan hati)
4. Justice (perlakuan adil)
5. Fidelity (setia menepati janni)
6. Veracity (kebenaran, kejujuran)
7. Confidenciality (Kerahasiaan)
8. Acountabillity (akuntabilitas)
AUTONOMI (FACILITATE AUTONOMY)

• Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab
terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
rencana pilihannya sendiri.
• Contoh : Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak
mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan
NON-MALEFICIENCE

• Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan


orang lain.(Aiken, 2003).
• Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus
dipasang side driil.
BENEFICIENCE

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan
ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
Contoh perawat menjelaskan klien dengan penyakit jantung tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati
untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
JUSTICE

• Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku.
• Contoh: tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik
dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai
FIDELITY

Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi
janji-janji. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung
jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian.
Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien
merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam
kondisi terminal (Fry, 2011).
• Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh
mengingkari janji tersebut.
VERACITY

• Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya selama menjalani perawatan.
• Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
• Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.
CONFIDENCIALITY

• Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.


Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien.
• Contoh : Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
ACOUNTABILLITY

• Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang


profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali
• Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama
teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis
obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,
dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.
TANGGUNGJAWAB LEGAL DALAM
KEPERAWATAN KRITIS

• - Lisensi
• Perawat yang terlibat dalam keperawatn kritis harus memiliki lisensi sebagai standar bahwa perawat tersebut
dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap pasien yang ditangani.  Lisensi ini dibutuhkan
pada keperawatan kritis diantaranya lisensi dari PPNI yang didapatkan dengan melalui ujian kompetensi,
lisensi pelatihan keperawatn gawat darurat (pelatihan PPGD) .
• - Tuntutan perkara
• Perawat dalam melaksanakan perawatn kritis harus memperhatikan segala prosedur yang ada.  Ketika
perawat tidak dapat melaksanakan tugas dengan benar maka akan terjadi tuntutan atau masalah-masalah
hukum.  Masalah hukum yang dapat dihadapi dapat berupa pidana atau perdata.  Oleh karena itu perawat
kritis dalam melakukan keperawatan kritis harus bersikap baik pada pasien ataupun keluarga.
MASALAH ETIK DAN LEGAL

• Informed consent
• Implementasi dari informed consent terdiri dari tiga unsur yakni kompetensi, sukarela, dan
pengungkapan informasi. Kompetensi mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami informasi
mengenai perawatan medis atau perawatan yang diusulkan. Kemampuan pasien untuk memahami
informasi yang relevan merupakan prasyarat penting untuk partisipasi pasien dalam proses pengambilan
keputusan dan harus dievaluasi secara cermat sebagai bagian dari proses informed consent.
• Pasien memberikan informed consent harus bebas dari rasa tertekan (paksaan). Pasien kritis biasanya
tidak memiliki kapasitas mental untuk memberikan informed consent karena sifat penyakit atau
pengobatan yang dilakukan.
TREND & ISSUES KEPERAWATAN KRITIS
TREND KEPERAWATAN KRITIS

Keperawatan
Regulasi
Teknologi
ISSUE KEPERAWATAN KRITIS

Confidentiali Informed
Euthanasia Aborsi
ty Consent

Anda mungkin juga menyukai