KRITIS
ADITYA NURAMINUDIN AZIZ, S.KEP., NS., M.KEP
FILOSOFI KEPERAWATAN KRITIS
Exigent
• Pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan pertolongan
segera. Yang termasuk dalam kelompok ini dalah pasien dengan obstruksi jalan nafas,
fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arest
Emergent
• yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan pertolongan secepat
mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam 9 kelompok ini adalah miocard
infark , aritmia yang tidak stabil dan pneumothoraks
Urgent
• yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan yang dilakukan
lebih panjang dari gawat darurat 2 akan tetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat
oleh karena dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
Minor
• atau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4, semua penyakit yang
tergolong kedalam yang tidak mengancam kehidupan
PERAN PERAWAT PERAWATAN KRITIS
Mendukung keputusan
Menghormati dan mendukung Ikut Membantu pasien dari pasien atau keluarga
hak pasien atau pengganti pasien membantu pasien/ mendapatkan yang tentang pelayanan
yang ditunjuk untuk pengambilan perawatan keperawatan yang akan
keputusan otonom keluarga yang diperlukan. diberikan ataupun proses
ketika perpindahan transfer ke
dibutuhkan RS lain yang memiliki
demi kualitas yang sama
kepentingan
pasien.
Bertindak sebagai
penghubung antara
pasien, keluarga pasien
dan profesional kesehatan
Menyediakan lainnya.
Melakukan
pendidikan bimbingan
Menghormati dan spriritual Memantau
nilai-nilai, dukungan untuk dan danmenjaga
keyakinan untuk membantu keluarga dalam kualitas
dan hak-hak pasien atau situasi perawatan pasien
pasien. keluarga dalam yang memerlukan
membuat tindakan segera.
keputusan.
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
1. Autonomi (otonomi)
2. Non maleficence (tidak merugikan)
3. Beneficience (kemurahan hati)
4. Justice (perlakuan adil)
5. Fidelity (setia menepati janni)
6. Veracity (kebenaran, kejujuran)
7. Confidenciality (Kerahasiaan)
8. Acountabillity (akuntabilitas)
AUTONOMI (FACILITATE AUTONOMY)
• Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup
individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab
terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
rencana pilihannya sendiri.
• Contoh : Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak
mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan
NON-MALEFICIENCE
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan
ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
Contoh perawat menjelaskan klien dengan penyakit jantung tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati
untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan jantung.
JUSTICE
• Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat
keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku.
• Contoh: tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik
dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai
FIDELITY
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi
janji-janji. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung
jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan perhatian/kepedulian.
Peduli kepada pasien merupakan salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien
merupakan komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam
kondisi terminal (Fry, 2011).
• Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh
mengingkari janji tersebut.
VERACITY
• Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya selama menjalani perawatan.
• Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika
kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi
penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
• Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.
CONFIDENCIALITY
• - Lisensi
• Perawat yang terlibat dalam keperawatn kritis harus memiliki lisensi sebagai standar bahwa perawat tersebut
dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap pasien yang ditangani. Lisensi ini dibutuhkan
pada keperawatan kritis diantaranya lisensi dari PPNI yang didapatkan dengan melalui ujian kompetensi,
lisensi pelatihan keperawatn gawat darurat (pelatihan PPGD) .
• - Tuntutan perkara
• Perawat dalam melaksanakan perawatn kritis harus memperhatikan segala prosedur yang ada. Ketika
perawat tidak dapat melaksanakan tugas dengan benar maka akan terjadi tuntutan atau masalah-masalah
hukum. Masalah hukum yang dapat dihadapi dapat berupa pidana atau perdata. Oleh karena itu perawat
kritis dalam melakukan keperawatan kritis harus bersikap baik pada pasien ataupun keluarga.
MASALAH ETIK DAN LEGAL
• Informed consent
• Implementasi dari informed consent terdiri dari tiga unsur yakni kompetensi, sukarela, dan
pengungkapan informasi. Kompetensi mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami informasi
mengenai perawatan medis atau perawatan yang diusulkan. Kemampuan pasien untuk memahami
informasi yang relevan merupakan prasyarat penting untuk partisipasi pasien dalam proses pengambilan
keputusan dan harus dievaluasi secara cermat sebagai bagian dari proses informed consent.
• Pasien memberikan informed consent harus bebas dari rasa tertekan (paksaan). Pasien kritis biasanya
tidak memiliki kapasitas mental untuk memberikan informed consent karena sifat penyakit atau
pengobatan yang dilakukan.
TREND & ISSUES KEPERAWATAN KRITIS
TREND KEPERAWATAN KRITIS
Keperawatan
Regulasi
Teknologi
ISSUE KEPERAWATAN KRITIS
Confidentiali Informed
Euthanasia Aborsi
ty Consent