Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH ASKEP SELULITIS

DISUSUN OLEH

NAMA : YENI YULIYANTI

NIM : 20201314

MAPEL : KMB

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

AKPER KARYA BAKTI HUSADA YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya curahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
Makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul ‘Asuhan Keperawatan
Selulitis’ dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas dari Dosen Dian Novita
Kumalasari, S. Kep.,Ns. M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III.

Tidak lupa saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar kedepannya saya
dapat lebih baik dalam membuat makalah. Saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Batam, 3 April 2022

Yeni yuliyanti
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selulitis merupakan infeksi pada jaringan subkutan, terjadi pada orang orang
dengan imunitas normal dan kebanyakan diderita oleh anak-anak dan usia lanjut.
Selulitis memiliki tiga karakteristik yaitu peradangan supuratif sampai di jaringan
subkutis, mengenai pembuluh limfe dan permukaan, plak eritematus, batas tidak jelas
dan cepat meluas. Sebagian besar kasus selulitis disebabkan oleh bakteri
streptococcus dan staphylococcus yang masuk dari luka pada kulit, seperti luka
operasi, luka gores. Bila terjadi nekrosis jaringan maka perlu tindakan bedah untuk
mengangkat jaringan nekrotik tersebut atau disebut Debridement. (muttaqin, 2013)
Selulitis diseluruh dunia tidak diketahui secara pasti jumlah kejadiannya, pada
tahun 2006 sebuah studi melaporkan insidensi selulitis di Negara Bagian Utah,
Amerika Serikat sebesar 24,6 kasus per tahun. Data rumah sakit di Inggris
melaporkan kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, Selulitis
di tungkai menduduki peringkat pertama dengan 58.824 kasus. Di Indonesia sendiri
secara umum tercatat lebih dari 150.000 kasus pertahun menurut IDI, Banyak
penelitian yang melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki laki dan lokasi tersering
di ekstermitas bawah. (Blake K, 2016)
Lingkungan yang kurang bersih dan pekerjaan yang dapat meningkatkan
resiko trauma ektermitas dan infeksi dapat menjadi faktor predisposisi selulitis.
Penduduk perkampungan yang jauh dari daerah perkotaan dengan fasilitas kesehatan
yang kurang memadai rentan sekali terjangkit selulitis karena aktifitas yang beresiko
masuknya pathogen dan lingkungan kerja yang kotor. Keterlambatan penangan dapat
menimbulkan kecacatan akibat nekrosis jaringan atau bahkan kematian akibat sepsis.
(dr Laksmi Anggari Putri Duarsa, SpKK, 2014)

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum Makalah ini dibuat dengan harapan agar dapat bermanfaat dalam
proses pembelajaran mata ajar Keperawatan Integumen, sehingga mahasiswa
mampu memahami konsep teori Morbus Hansen serta dapat menyusun asuhan
keperawatan bagi klien dengan peradangan kulit Morbus Hansen secara tepat dan
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian selulitis
b. Mengetahui etiologi Selulitis
c. Mengetahui manifestasi klinis Selulitis
d. Mengetahui patofisiologi Selulitis
e. Mengetahui pathways klinis dari Selulitis
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Selulitis
g. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan Selulitis
h. Mengetahui komplikasi Selulitis
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Selulitis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Selulitis adalah infeksi bakteri pada kulit dan jaringan di bawah kulit. Hal ini terjadi
ketika bakteri masuk dari kulit yang terbuka (luka) dan menyebar. Hasilnya adalah infeksi
yang dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, ataupun hangat pada kulit.
Selulitis tidak menular antarmanusia. Seseorang dapat terkena infeksi ini apabila ia
mengalami cedera pada kulit (misalnya, goresan, sayatan, atau luka terbuka lain), lalu tidak
membersihkannya dengan baik sehingga bakteri dapat tumbuh.Bila terlambat ditangani,
infeksi dapat menyebar lewat kelenjar getah bening dan masuk ke aliran darah. Jika sudah
menyebar ke seluruh tubuh, selulitis bisa memicu komplikasi yang berakibat fatal.

B. Etiologi
Etiologi selulitis, yang dikenal juga sebagai penyakit cellulitis, paling sering adalah
Staphylococcus aureus, dan streptococcus grup A. Bakteri lain yang dapat menyebabkan
terjadinya selulitis di antaranya adalah streptococcus grup B, C, dan G, Pneumococcus,
Haemophilus influenza (pada anak), Escherichia coli, Cryptococcus neoformans, dan
Pseudomonas aeruginosa.

Penentuan etiologi selulitis penting untuk menentukan terapi penanganannya,


terutama pada pasien immunocompromised.

Etiologi Selulitis yang Disebabkan Pressure Ulcer

Pada pasien dengan selulitis yang disebabkan pressure ulcer, organisme yang
menyebabkan infeksi dapat berasal dari kulit maupun usus, antara lain: S. aureus,
enterococci, Pseudomonas aeruginosa, dan Bacteroides fragilis. Pseudomonas
aeruginosa merupakan etiologi paling sering pada pasien dengan penurunan imunitas.
[4]

Etiologi Selulitis yang Menyebar dari Infeksi yang Terlokalisasi

Selulitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus biasanya menyebar dari infeksi
yang terlokalisasi seperti abses, folikulitis, karbunkel, dan luka operasi. Selulitis juga
dapat disebabkan oleh pemasangan kateterisasi suprapubik.

Etiologi Selulitis Berulang pada Ekstremitas yang Umumnya Disertai Vena


Stasis
Streptococcus pyogenes menyebabkan selulitis yang cepat menyebar dan
menyebabkan limfangitis dan demam. Infeksi berulang yang disebabkan
streptococcus biasanya terjadi di ekstremitas dan biasanya disertai dengan vena stasis.

Etiologi Selulitis Periorbital dan Bukal pada Anak

Haemophilus influenza dapat menyebabkan selulitis periorbital dan bukal pada anak.

Etiologi Selulitis akibat Gigitan Hewan

Pada selulitis yang muncul di lokasi gigitan hewan, infeksi oleh Pasteurella
multocida, Capnocytophaga canimorsus, dan mikroorganisme lainnya dari mulut
hewan tersebut dapat menyebabkan necrotizing cellulitis. Gigi hewan seperti kucing
yang memiliki gigi taring yang tajam dapat menyebabkan luka yang dalam,
sedangkan gigitan anjing dapat menyebabkan crush injury.

Etiologi Selulitis akibat Gigitan Manusia

Berbagai streptococci, S. aureus, Eikenella, Corynebacterium, dan organisme


anaerobik: peptococci dan peptostreptococci, dapat menyebabkan infeksi akibat
gigitan manusia.

Etiologi Selulitis pada Luka Kotor atau Luka yang Tidak Didebridemen

Luka yang kotor atau yang tidak didebridemen dengan baik selama beberapa hari
setelah trauma atau operasi, atau setelah penggunaan jarum suntik, akan menyebabkan
selulitis anaerobik. Mikroorganisme penyebab selulitis anaerobik, umumnya adalah
Clostridium perfringens.[2,4,7]

Faktor Risiko

Pasien yang memiliki beberapa kondisi berikut, lebih mudah terkena selulitis:

 Gangguan imun: area yang terkena terapi radiasi, pasien immunocompromised,


pasien diabetes mellitus
 Edema dependen, seperti pada gagal jantung, gagal hati, operasi kelenjar getah
bening, limfedema
 Indeks Masa Tubuh Overweight
 Penggunaan alkohol dan merokok
 Kehamilan[2,7,8]

Faktor Risiko Selulitis Berulang

Pada selulitis berulang, terdapat tambahan faktor risiko yang berbeda dengan selulitis
primer, antara lain:

 Keganasan
 Prosedur pembedahan ipsilateral
 Insufisiensi vena[2]
C. Manifestasi klinik

Infeksi dan peradangan pada selulitis bisa menyebabkan beragam keluhan dan
gejala pada kulit, yaitu:

 Kulit berwarna kemerahan


 Bengkak
 Terasa lembut dan hangat jika disentuh
 Kulit melepuh
 Kulit bernanah atau berair
 Demam

Selulitis juga bisa ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening yang ada di
sekitar kulit yang terinfeksi atau munculnya bintik-bintik kemerahan di kulit.

D. Patofisiologi

Patofisiologi selulitis secara pasti belum diketahui. Walau demikian ,terdapat tiga faktor
yang berperan terhadap terjadinya penyakit kulit ini, yaitu faktor fungsi barrier/sawar kulit,
faktor bakteri, dan faktor host/inang.

Faktor Fungsi Barrier/Sawar

Kulit yang intak memiliki peran yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap
pathogen. Gangguan pada kulit yang mempengaruhi keutuhan kulit, misalnya luka
lecet atau luka bakar, merupakan salah satu mekanisme penyebab terjadinya selulitis.
Penyakit kulit lainnya seperti psoriasis, eksim, dan tinea pedis, juga merusak keutuhan
kulit sehingga berperan dalam terjadinya selulitis.

Faktor Host/Inang

Imunitas yang menurun, misalnya pada penyakit diabetes, kanker, penyakit ginjal
kronis, neutropenia, atau HIV, dapat memudahkan infeksi jaringan lunak meningkat.
[2]

Faktor Bakteri

Eksotoksin dimasukkan oleh streptococcus tipe-M 1 invasif merangsang agregasi


platelet dan neutrophil, terutama yang disebabkan oleh streptolysin O dan termediasi
oleh P-selectin platelet. Progresi klinis yang cepat dan kerusakan jaringan disebabkan
oleh stabilisasi glikoprotein IIb/IIIA yang menyebabkan agregasi platelet dan
neutrophil menyumbat pembuluh darah.

Pada kasus yang disebabkan Streptococcus grup A, kapsul polisakarida memiliki


peranan penting. Selain untuk melindungi streptococcus dari pemusnahan oleh
fagosit, kapsul polisakarida juga memiliki fungsi dalam pembentukan koloni. Selain
kapsul, streptococcus juga menghasilkan produk ekstraselular yang menyebabkan
toksisitas lokal dan sistemik. Produk tersebut termasuk streptolisin S dan O, toksin
yang menyebabkan kerusakan sel membran dan hemolisis.

Streptococcus juga menghasilkan SpyCEP, serine protease, yang berperan


menghambat pemanggilan neutrofil. Selain itu, streptococcus juga menghasilkan
toksin pirogenik yang dapat menyebabkan scarlet fever.

E. Pathways

F. Pemeriksaan penunjang

Jika telah mengalami adanya tanda sistemik, Maka untuk melakukan diagnosis
membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium:

1. Complete blood count, naiknya jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit,
sehingga mengindikasikan terjadinya infeksi bakteri
2. BUN Level

3. Creatinine Level

4. Kultur darah

5. Kultur pus pada luka selulitis

6. MRI, membantu dalam mendiagnosis selulitis yang parah dan ada atau
tidaknya abses pada kulit

G. Penata laksanaan medis dan keperawatan


Pengobatan yang tepat bisa mencegah penyebaran infeksi ke darah serta
organ lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (contohnya
cloxacillin). Bila infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Umumnya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik
Jika:

1. penderita berusia lanjut

2. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

3. demam tinggi.

Bila selulitis menyerang tungkai, usahakan tungkai dibiarkan pada posisi


terangkat serta dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Rawat inap di rumah sakit, Insisi serta drainase dalam keadaan terbentuk abses.
pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak
digunakan, infeksi ringan bisa diobati menggunakan obat oral pada pasien diluar
rumah sakit, analgesik, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian
kompres lembab hangat (Long, 2006 :

670).

Panduan penanganan pasien dengan selulitis yang digunakan untuk


menurunkan keterlambatan pada diagnosis, menurunkan porto perawatan, dan
administrasi pengobatan yang tak tepat, dan menaikkan manajemen selulitis
membutuhkan pendekatan multidisiplin, salah satunya wajib meliputi perawat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan profesional perlu mempertimbangkan
penyakit selulitis sebagai isu multidisiplin yg memerlukan lebih dari sekedar
pengobatan infeksi. Pengkajian keseluruhan buat mengelola perawatan pasien
secara efektif membutuhkan pengetahuan perawat yang baik perihal perawatan
pasien (Wingfield, 2012).
H. Komplikasi

Selulitis yang tidak segera diobati bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi
serius, yang meliputi: 

 Pembengkakan permanen: tanpa pengobatan, pasien selulitis bisa mengalami


pembengkakan secara permanen pada area yang terkena.
 Infeksi darah dan sepsis: kondisi yang bisa mengancam nyawa ini disebabkan oleh
bakteri yang masuk ke aliran darah. Ini adalah kondisi gawat darurat. Gejala sepsis
meliputi demam, detak jantung yang cepat, napas cepat, tekanan darah rendah,
pusing ketika berdiri, aliran urine berkurang, berkeringat, pucat, serta dingin.
 Infeksi di daerah lain: walau jarang, bakteri yang menyebabkan selulitis bisa
menyebar dan menginfeksi bagian tubuh lain seperti otot, tulang, atau katup
jantung. Jika sampai terjadi, maka orang tersebut harus segera mendapat
perawatan.
 Kerusakan jaringan yang parah (gangren).
 Amputasi.
 Kerusakan organ dalam yang terinfeksi.
 Syok.
 Kematian.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SELULITIS PADA NY. “K” DI


KAMAR I INSTALASI RAWAT INAP KELAS III SUNGKAI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SEKAYU

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Ny “K”
Umur : 54 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Kawin
Alamat : Tanjung Agung Selatan

Identitas Penanggung Jawab :


Nama : Ny. “S”
Umur : 31 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hub.Dg. Klien : Anak
Alamat : Tanjung Agung Selatan

Tgl. Masuk RS : 21-11-2013


Tgl. Pengkajian : 23-11-2013
No. Register : 16.81.10
Ruangan : Kelas III Sungkai
Diagnosa Medis : Selulitis
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengeluh kaki kiri bengkak.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 7 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien sudah mengeluh kakinya bengkak
kemerahan dengan timbulnya benjolan yang pecah mengeluarkan darah dan nanah,
klien juga merasakan nyeri pada kaki kirinya.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien melaksanakan operasi tanggal 25 November 2013 pada pukul 18.00 WIB di
antar oleh perawat ke Ruang Operasi dan kembali ke Rawat Inap Sungkai pada pukul
19.30 WIB di jemput oleh perawat Sungkai dalam keadaan belum sadar penuh karena
efek dari anastesi lokal yang diberikan saat operasi berlangsung.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengalami penyakit Asam urat sekitar ± 3 tahun yang lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami sakit seperti yang dialami klien
Penjelasan :
No Nama Umur Keterangan
1 Tn “Y” 54 Tahun Suami
2 Ny “K” 60 tahun Klien
6. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi

Kebiasaan sebelum masuk Rumah Kebiasaan setelah masuk Rumah


Sakit Sakit
Makan : 3 kali sehari Makan : 3 kali sehari
Minum : 8 gelas / hari Minum : 8 gelas / hari
Nyeri ulu hati : Ada Nyeri ulu hati : Ada
Mual : Ada Mual : Ada
Pantangan : Tidak ada Pantangan : Tidak ada
Diet : Tidak ada Diet : Tidak ada
Masalah :Tidak ada masalah Masalah :Tidak ada masalah
b. Pola eliminasi

Kebiasaan sebelum masuk Rumah Kebiasaan setelah masuk Rumah Sakit


Sakit
BAB : 1 x 1 hari BAB : 1 x 1 hari
Warna :Coklat kekuningan Warna : Coklat kekuningan
Konsistensi : Tidak ada Konsistensi : Tidak ada
BAK : 4 x 1 hari BAK : 3 x 1 hari ( + 600 cc )
Warna : Kuning bening Warna : Kuning bening
Pemasangan kateter : Tidak ada Pemasangan kateter : Tidak ada
Masalah :Tidak ada masalah Masalah : Tidak ada masalah

c. Pola istirahat / tidur

Kebiasaan sebelum masuk Rumah Kebiasaan setelah masuk Rumah


Sakit Sakit
Tidur siang : ± 2 jam (13.00 Tidur siang : ± 3 jam (12.00
WIB – 15.00 WIB) WIB –15.00 WIB)
Tidur malam : ± 7 jam (21.00 WIB Tidur malam : ± 9 jam (20.00
– 04.00 WIB) WIB – 05.00 WIB)
Masalah :Tidak ada masalah Masalah : Tidak ada masalah

d. Personal Hygine

Kebiasaan sebelum masuk Rumah Sakit Kebiasaan setelah masuk Rumah Sakit
Mandi : 2 x / hari Mandi : 2 x / hari (hanya di lap)
Pola sikat gigi : 3 x / hari Pola sikat gigi : 1 x / hari
Kebiasaan memotong kuku : setiap Kebiasaan memotong kuku : selama di
minggu rumah sakit belum memotong kuku
Kebiasaan mencuci rambut : 2 x / hari Kebiasaan mencuci rambut : 2x/ hari
Kebiasaan mengganti pakaian: 2 x / hari Kebiasaan mengganti pakaian:2x / hari
b. PEMERIKSAAN FISIK

1.                   Keadaan umum : Composmentis


Tanda-tanda vital
No Tanggal/Jam Vital Sign GCS
Pre Operasi
1 23 Nov 2013 / 15.00 TD : 90/60 mmHg 15
WIB Nadi : 90 x/m
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 37,0°C
2 24 Nov 2013 / 12.00 TD : 100/70 mmHg 15
WIB Nadi : 92 x/m
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 37,0°C
3 25 Nov 2013 / 05.00 TD : 90/50 mmHg 15
WIB Nadi : 88 x/m
Pernapasan : 24 x/m
Suhu : 36,4 °C

25 Nov 2013 / 12.00 TD : 110/60 mmHg


WIB Nadi : 91 x/m
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 37,0°C
Post Operasi
1 25 Nov 2013 / 19.30 TD : 80/50 mmHg 8
WIB Nadi : 87 x/m
Pernapasan : 27 x/m
Suhu : 37,0°C
26 Nov 2013 / 06.00 TD : 90/50 mmHg 8
WIB Nadi : 90 x/m
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 37,0°C
12
26 Nov 2013 / 12.00 TD : 90/60 mmHg
WIB Nadi : 90 x/m
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 37,0°C
14
26 Nov 2013 / 18.00 TD : 100/60 mmHg
WIB Nadi : 93 x/m
Pernapasan : 26 x/m
Suhu : 37,0°C
14
27 Nov 2013 / 06.00 TD : 100/60 mmHg
WIB Nadi : 91 x/m
Pernapasan : 27 x/m
Suhu : 36,0°C
14
27 Nov 2013 / 12.00 TD : 100/60 mmHg
WIB Nadi : 94 x/m
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 37,0°C
27 Nov 2013 / 18.00 TD : 110/70 mmHg
WIB Nadi : 93 x/m 15
Pernapasan : 24 x/m
Suhu : 36,5°C
28 Nov 2013 / 06.00 TD : 90/70 mmHg
WIB Nadi : 89 x/m 15
Pernapasan : 23 x/m
Suhu : 36,0°C
28 Nov 2013 / 12.00 TD : 90/80 mmHg
WIB Nadi : 92 x/m 15
Pernapasan : 24 x/m
Suhu : 37,0°C
28 Nov 2013 / 18.00 TD : 90/70 mmHg
WIB Nadi : 91 x/m 15
Pernapasan : 25 x/m
Suhu : 36,7°C
29 Nov 2013 / 06.00 TD : 90/60 mmHg
WIB Nadi : 85 x/m
15
Pernapasan : 22 x/m
Suhu : 36,0°C
29 Nov 2013 / 12.00 TD : 90/70 mmHg
WIB Nadi : 90 x/m
15
Pernapasan : 24 x/m
Suhu : 36,7°C
29 Nov 2013 / 18.00 TD : 90/70 mmHg
WIB Nadi : 87 x/m
15
Pernapasan : 24 x/m
Suhu : 37,0°C

1. Kepala
 Struktur : Simetris
 Rambut : Hitam
 Lain – lain : tidak ada masalah
Orientasi
Waktu : Baik, klien mengetahui hari dan kapan ia
di rawat di rumah sakit
Tempat : baik, klien mengetahui ia tinggal dimana
dan berada di mana sekarang
 Tremor : Ada (pada daerah luka klien sepanjang
tungkai kiri)
 Tics : Tidak Ada
 Kelumpuhan :Tidak Ada
 Kejang : Tidak Ada

2. Pendengaran / Telinga
 Struktur : Simetris
 Fungsi Pendengaran : Mampu mendengar dengan jelas
 Alat Bantu Dengar : Tidak Ada
 Serumen : Ada
 Lain – lain : tidak ada masalah

3. Penglihatan
 Schlera : Putih Jernih
 Konjungtiva : Merah Muda
 Visus : 6/6
 Alat Bantu yang dipakai: Tidak ada

4. Penciuman / Hidung
 Stuktur : Simetris
 Fungsi Penciuman : Mampu membedakan bau-bauan
 Secret hidung : Tidak Ada

5. Pengecapan / Mulut
 Keadaan gigi : Tidak utuh
 Keadaan Lidah : Kotor
 Faring : tidak ada radang
 Fungsi Pengecapan : Dapat membedakan rasa manis, asam,
asin
 Lain-lain : Tidak ada masalah

6. Tenggorokan/leher
 Inspeks
   Bentuk : Simetris
 Radang Tenggorokan : Tidak Ada
   Keadaan Jakun : Datar
 Kesulitan Menelan : Tidak Ada

7. Dada
        Struktur Dada : Simetris
          Irama Pernapasan : Reguler
          Bunyi nafas : Vesikuler (Tidak ada bunyi tambahan dan secret tidak
ada)
          Nyeri dada (Chest Pain) : Tidak Ada
          Bunyi Jantung : BJ 1 & 2 (BJ 1 = Lup (saat kontraksi) BJ2= Dup (saat
relaksasi))
          Palpitasi : Tidak Ada
          Edema : Ada

8. Abdomen
 Inspeksi
Asites : Tidak Ada
 Palpasi
Nyeri Tekan : Ada
Pembesaran hati : Tidak Ada
9. Kulit
Pre Operasi Post Operasi
  Inspeksi   Inspeksi
Warna : Pucat Jenis Luka : Luka excisi pembedahan
Kondisi Kulit : - Lokasi luka : Kaki kiri/ sinistra bawah
Nyeri : Ada Warna luka : Merah muda
Panjang luka : 23 cm
Kedalaman luka : Diantara lapisan
kulit epidermis dan subkutis
Nyeri : Ada

  Palpasi   Palpasi
Suhu : Normal Suhu : Normal
Turgor : Tidak elastis Turgor : Tidak elastis
Kelembaban : Kering Kelembaban : Lembab

10. etalia dan Anus


Kebersihan : Bersih
Struktur : Simetris
Edema : Tidak ada
11. Ekstremitas
Ukuran : Atas : Simetris
Bawah: Simetris
Fraktur : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Hematoma : Atas : Tidak ada
Bawah : Ada
Anastesi/kebas: Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
Prostesi/alat bantu : Atas : Tidak ada
Bawah : Tidak ada
 Persendian :
ROM : Atas : Aktif
Bawah : Pasif
Kekakuan : Atas : Tidak ada
Bawah : Ada
 Luka : Ada di bagian kaki kiri / Sinistra bawah
 Nyeri : Ada
 Skala nyeri :8
  Lokasi : Kaki kiri / sinistra bawah
 Durasi : Sepanjang hari
 Frekuensi: Hilang timbul
 Postur : tidak ada masalah
          Lordosis (-)
          Kyphosis (-)
          Scoliosis (-)

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.                   Laboratorium
Tanggal : 22 November 2013
Parameter Hasil Nilai Normal Ket
Pemeriksaan
Hematologi - CBC
(Perempuan dewasa)
Hematokrit 31 35-47 %
Hemoglobin 9,0 12,3-15,3 gr/dl
Leukosit 33100 5500-10000/mm3
Trombosit 225000 150-450 ribu /mm3
Hematologi – hitung jeni sel
Hitung jenis leukosit basofil 0 0-1  %
Hitung jenis leukosit eosingal 2 2-4 %
Hitung jenis leukosit batang 0 0-8 %
Hitung jenis leukosit segmen 88 50-70%
Hitung jenis leukosit limfosit 4 25-40 %
Hitung jenis leukosit menosil 6 2-8 %
Kimia klinik-faal ginjal
Asam urat perempuan : 60 th 2,2 25,7 mg/dl
Kimia klinik-gula darah
Glukosa sewaktu 101 ≤ 200 mg/dl
Kimia klinik-profil lipid
Total kolesterol 270 ≤ 200 mg/dl
Trigliserida 97 ≤ 200 mg/dl

                                                          Pemeriksaan EKG :


(Terlampir

A. PROGRAM PENGOBATAN

Tanggal Cara
No Nama Obat Dosis Obat
Pemberrian Pemberian
1 21 Nov 2013 Ceftriaxon 2x1 amp/5ml Iv
Ranitidin 2x1ml/5mg Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
2 22 Nov 2013 Cefepime 2x1amp/5ml Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Ondansentron 2x1amp/4mg Iv
Sucralfat 3x1stm oral
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
3 23 Nov 2013 Cefepime 2x1amp/5ml Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Ondansentron 2x1amp/4mg Iv
Sucralfat 3x1stm oral
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
4 24 Nov 2013 Cefepime 2x1amp/5ml Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Ondansentron 2x1amp/4mg Iv
Secralfat 3x1stm oral
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
Post Operasi Keterolac 3x1amp/30mg Iv
25 Nov 2013 Cefipime 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol Cifo 3x1/100mg Iv
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
26 Nov 2013 Cefipime(stop) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
Sucralfat 3x1stm ORAL
dulcolax 2x1 Rektal
IVFD RL Gtt 20 x/m IV
27 Nov 2013 Cefipime(stop) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
Sucralfat 3x1stm Oral
dulcolax 2x1 Rektal
IVFD RL Gtt 20x/m Iv
28 Nov 2013 Cefipime(IC) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
IVFD RL Gtt 20x/m Iv
29 Nov 2013 Cefipime(stop) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazone 2x1amp/1g Iv
Metrodinazole fls 3x1 100ml Iv
Keterolac 3x1ml/30mg Iv
Sucralfat sirup 3x1stm Oral
dulcolax 2x1 Supose
IVFD RL Gtt 20x/m Iv

A. DATA PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan takut kehilangan kaki kirinya dengan tingkat kecemasan ringan.
Klien dan keluarga dapat menerima keadaannya saat ini dan merasa yakin bahwa keadannya
akan kembali seperti semula.

A. DATA SPIRITUAL

Klien sebelum masuk rumah sakit suka beribadah (shalat wajib), namun setelah
masuk rumah sakit klien tidak pernah menjalankan ibadah seperti biasa melainkan klien
hanya berdo’a saja.

A. DATA SOSIAL

Selama klien di rumah sakit dapat berinteraksi dengan orang lain jika dimintai
pertanyaan.

B. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Nyeri
Invasi bakteri
Klien mengatakan nyeri pada
streptococcus beta
daerah luka di kaki bagian
haemolyticus
kiri

Peradangan jaringan di
DO :
bawah kulit (subkutis)
Klien tampak meringis
Klien tampak menahan nyeri
yang di deritanya
Mengiritasi daerah
TD : 90/60 mmHg
sekitar
Temp : 37OC
Pols : 90x/m
RR : 25x/m
Merangsang
Skala nyeri :8
reseptor nyeri dari
Frekuensi : Sepanjang hari sistem saraf pusat
Durasi : Hilang timbul
Lokasi : kaki kiri

mengeluarkan zat-zat
prostaglandin,
tradikinin, dan histamine

nyeri

2 DS : Pre operasi selulitis Ansietas


Klien mengatakan ia takut
kehilangan tungkai kaki
Informasi
kirinya setelah operasi
inadekuat
berlangsung nanti
Klien juga mengatakan ia
tidak pernah di operasi
Krisis situasi
sebelumnya, sehingga klien
dan kondisi
mengatakan benar-benar
merasa cemas untuk
melewati prosedur ini.
DO : Ansietas
Klien tampak cemas dan
takut
Tingkat kecemasan klien
ringan
TD : 90/60 mmHg
Temp : 37OC
Pols : 90x/m
RR : 25x/m
Pendidikan SD

Prioritas Masalah :
 Nyeri
 Ansietas

Diagnosa Keperawatan :
         Nyeri berhubungan dengan luka
         Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi
C. INTERVENSI
Nama : Ny. “K”
No. Med Rec : 16.81.10
Umur : 54 tahun
Dx Medis : Selulitis
Ruang Rawat : Sungkai K1
Alamat : Tanjung Agung Selatan
Pre op 23 Nov 2013 – 25 Nov 2013
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Nyeri berhubungan Tupan : 1. Observasi 1.      Untuk mengetahui
dengan luka di Nyeri tanda-tanda perkembangan
tandai dengan : berkurang/tidak vital secara fisiologis
ada peran tubuh
DS : Tupen : terhadap respon
Klien mengatakan Nyeri kenormalan dan
nyeri pada daerah berkurang/ abnormalan akibat
luka infeksi hilang setelah luka infeksi
dilakukan 2.      Data ini membantu
DO : tindakan dalam mengevaluasi nyeri
Skala nyeri 8 waktu 2 x 24 dan peredaan nyeri
2. Kaji skala
Klien tampak jam : serta
nyeri, lokasi,
meringis         Skala nyeri mengidentifikasi
karakteristik
Klien tampak 1(ringan) sumber-sumber
beratnya serta
menahan nyeri yang         Klien tidak lagi siklus nyeri
frekuensinya
di deritanya merasa nyeri 3.      Secara psikis
TD : 90/60        Klien tampak menguatkan
mmHg nyaman keyakinan klien
3. Yakinkan klien
Temp : 37OC         Klien tampak bahwa ada yang
bahwa perawat
Pols : 90x/m tenang membantu dalam
mengetahui
RR : 25x/m         TD : 120/80 mengahadapi
nyeri yang di
mmHg nyerinya tersebut
alami klien
        Pulse : 80 x/m
nyata dan
        RR : 20 x/m
perawat akan
        Temp : 36,5 ⁰C 4.      Dengan strategi ini
membantunya
sejalan dengan
dalam
analgetik dapat
menghadapi
menghasilkan
nyeri tersebut
peredaan yang
4. Ajarkan klien
lebih efektif
strategi
5.      Untuk melihat
tambahan
perkembangan dari
untuk
keberhasilan
meredakan
tindakan yang
nyeri,
dilakukan dan
management
penggunaan
nyeri
strategi yang
familiar dan dapat
di terima oleh klien
6.      Sarana terapi
5. Identifikasi dan mempercepat
dorong klien peredaan nyeri
untuk pada klien
menggunakan
strategi yang
menunjukkan
keberhasilan
pada nyeri
sebelumnya
6. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
lainnya

2. Ansietas Tupan : 1. Observasi 1. Untuk


berhubungan Klien tidak lagi tanda-tanda mengetahui
dengan kurang mengalami perkemban
pengetahuan kecemasan vital gan secara
tentang prosedur fisiologis
operasi yang di Tupen : peran tubuh
tandai dengan : Dalam waktu 1 terhadap
DS : x 24 jam klien respon
Klien selalu mengetahui kenormalan
menanyakan tentang prosedur dan
tentang prosedur operasi yang abnormalan
2. Kaji tingkat
operasi dan akan di akibat luka
pengetahuan
akibatnya laksanakan infeksi
klien tentang
Klien takut dengan kriteria : 2. Untuk
prosedur
kehilangan tungkai         Raut muka mengetahui
operasi
kaki kirinya setelah klien menjadi dan
operasi berlangsung cerah mempermu
nanti         Klien terlihat dah
3. Kaji tanda
DO : tenang penjelasan
verbal dan non
Klien tampak cemas         TD : 120/80 kepada
verbal
TD : 90/60 mmHg klien
kecemasan
mmHg         Pulse : 80 x/m tentang
klien tentang
Temp : 37OC         RR : 20 x/m prosedur
prosedur
Pols : 90x/m         Temp : 36,5 ⁰C operasi agar
operasi
RR : 25x/m mudah di
Pendidikan SD pahami
klien
3. Untuk
4. Dukung secara mengetahui
spiritual dan perkemban
moral klien gan secara
5. Dampingi dan fisiologis
bantu klien peran tubuh
dalam terhadap
persiapan respon
operasi sesuai kecemasan
secara
dengan psikologis
prosedur yang 4. Untuk
akan di menguatkan
laksanakan dan
pada klien memotivasi
diri klien
5. Klien akan
merasa ada
perhatian
secara fisik
dengan
tindakan
yang di
lakukan
oleh
perawat

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI KE-1

NO TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 23- Nyeri berhubungan 05.00 WIB 23 Nov 2013 / jam
11- dengan luka 12.00 WIB
1. Mengobservasi tanda-
13 S : Klien
tanda vital pada klien
mengatakan nyeri
di daerah luka
TD : 90/60 mmHg
O : Raut muka
Temp : 37 0C
klien tampak
Pols : 90 x/m
meringis
RR : 25 x/m
Adanya luka di
05.15 WIB
daerah kaki kiri
2. Mengkaji skala nyeri
klien tepatnya di
sepanjang tungkai
skala nyeri 8,
sampai telapak kaki
05.30 WIB
Pada luka klien
3. Memberi penjelasan terdapat gelembung
secara sederhana dan yang berisi nanah
mudah di mengerti dan darah
tentang penyebab Kaki klien tampak
nyeri yang di alami merah dan bengkak
klien dan perawat akan sepanjang tungkai
membantu untuk sampai telapak kaki
mengatasi nyerinya kiri klien
Klien berprilaku
07.00 WIB
distraksi saat
lukanya akan
4. Mengajarkan dan
dibersihkan
memberi contoh pada
Klien terlihat
klien teknik untuk
semakin merasa
mengatur nyeri yang di
nyeri saat di
rasakan klien dengan
pecahkan
mengatur posisi yang
gelumbung pada
nyaman dan
kaki kirinya yang
melakukan teknik
berisi nanah
nafas dalam yang
TD : 90/60
menarik nafas dari
mmHg
hidung lalu di
Temp : 37OC
keluarkan melalui
Pols : 90x/m
mulut secara perlahan
RR : 25x/m
07.30 WIB A : Masalah belum
teratasi
5. Mengobservasi efek P : Intervensi di
dari teknik mengatur lanjutkan
nyeri yang telah di
Shift sore 19.00
lakukan, dan memuji
WIB
keberhasilan klien
S : Klien mengatakan
terhadap teknik yang
masih nyeri di
telah di lakukan oleh
daerah lukanya
klien yaitu saat sakit
O : Klien masih
datang klien menarik
tampak menahan
nafas dan
sakit karena nyeri
mengeluarkannya
pada lukanya
secara perlahan dari
Gelembung pada
hidung.
luka klien tidak ada
lagi
15.00 WIB
Nanah dan darah
6. Memberikan terapi pada luka klien
analgetik Injeksi berkurang
Ketarolak 3 x 1 ampul Kaki klien masih
iv terlihat tampak
merah dan bengkak
TD : 120/80
mmHg
Temp : 36,5OC
Pols : 88x/m
RR : 24x/m
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanjutkan

Shift malam 23.00


WIB
S : Klien masih
mengatakan nyeri
pada daerah
lukanya dan klien
mengatakan ia
menggigil
O : Klien masih
terlihat menahan
sakit pada
daerah lukanya
Kaki klien masih
terlihat bengkak
dan merah
Luka klien tidak
mengeluarkan
darah lagi
Nanah pada daerah
luka berkurang
TD : 130/80
mmHg
Temp : 35,5OC
Pols : 85x/m
RR : 24x/m
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di
lanjutkan

HARI KE-2

NO TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 24- Nyeri berhubungan 05.00 WIB Shift pagi 12.00
11- dengan luka WIB
1. Mengobservasi tanda-
13 S : Klien masih
tanda vital pada klien
mengatakan nyeri
pada daerah
TD : 120/80
mmHg lukanya
Temp : 36,5OC O : Klien masih
Pols : 86 x/m terlihat menahan
RR : 22 x/m sakit pada daerah
05.30 WIB lukanya saat
dibersihkan
2. Mengkaji skala nyeri
Kaki klien masih
berat, skala nyeri 7,
terlihat bengkak,
rasa nyeri sedikit
merah dan basah
berkurang, namun
bernanah
saat menggerakkan
Nanah pada luka
kakinya klien masih
klien tidak henti-
sulit karena masih
hentinya keluar
merasa sakit pada
dengan sendirinya
sepanjang tungkai
TD : 120/80
kirinya.
mmHg
Temp : 36,5OC
07.30 WIB
Pols : 86 x/m
3. Mengajarkan kembali RR : 22 x/m
teknik relaksasi A : Masalah
dengan mengalihkan teratasi sebagian
rasa nyeri klien P : Intervensi di
dengan sering-sering lanjutkan
mengajak keluarga
klien bercerita Shift sore 19.00
mengenai apa yang di WIB
harapkan klien atau S : Klien masih
juga hal lainnya yang mengatakan nyeri
klien inginkan. di daerah lukanya
belum berkurang
08.00 WIB
O : Klien masih
terlihat menahan
4. Mengobservasi efek
sakit pada daerah
dari teknik mengatur
lukanya saat di
gerakkan
nyeri yang telah di
Kaki klien masih
lakukan, dan memuji
terlihat bengkak,
keberhasilan klien
merah dan basah
terhadap teknik yang
bernanah
telah di lakukan oleh
Nanah pada luka
klien yaitu saat sakit
klien tidak henti-
datang klien menarik
hentinya keluar
nafas dan
dengan sendirinya
mengeluarkannya
TD : 110/80
secara perlahan dari
mmHg
hidung.
Temp : 37,0OC
Pols : 84 x/m
19.00 WIB
RR : 22 x/m
5. Memberikan terapi A : Masalah
analgetik Injeksi teratasi sebagian
Ketorolak 3 x 1 P : Intervensi di
ampul iv lanjutkan

Shift malam 04.00


WIB
S : Klien masih
mengatakan nyeri
di daerah lukanya
belum berkurang
O : Klien masih
terlihat menahan
sakit pada daerah
lukanya saat di
gerakkan
Kaki klien masih
terlihat bengkak,
merah dan basah
bernanah
Nanah pada luka
klien tidak henti-
hentinya keluar
dengan sendirinya
TD : 120/80
mmHg
Temp : 37,0OC
Pols : 82 x/m
RR : 22 x/m
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi di
lanjutkan

HARI KE-3

NO TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 25- Nyeri berhubungan 05.00 WIB Shift pagi 10.00
11- dengan luka WIB
1. Mengobservasi tanda-
13 S : Klien masih
tanda vital pada klien
mengatakan nyeri
pada daerah
TD : 130/80 mmHg
lukanya
Temp : 37,0OC
O : Klien masih
Pols : 82 x/m
terlihat menahan
RR : 22 x/m
sakit pada daerah
05.15 WIB
lukanya saat
2. Mengkaji skala nyeri dibersihkan
berat, skala nyeri 7, Kaki klien masih
rasa nyeri sedikit terlihat bengkak,
berkurang, namun merah dan basah
saat menggerakkan bernanah
Nanah pada luka
kakinya klien masih
klien tidak henti-
sulit karena masih
hentinya keluar
merasa sakit pada
dengan sendirinya
sepanjang tungkai
2 TD : 130/80
kirinya.
Ansietas berhubungan mmHg
25- dengan kurang Temp : 37,0OC
15.00 WIB
11- pengetahuan tentang Pols : 82 x/m
13 prosedur operasi 3. Memberikan terapi RR : 22 x/m
analgetik Injeksi A : Masalah
Ketarolak 3 x 1 ampul teratasi sebagian
iv P : Intervensi di
lanjutkan

Shift sore 19.00


05.00 WIB
WIB
S : Klien masih
1. Mengobservasi tanda-
mengatakan nyeri
tanda vital pada klien
di daerah lukanya
TD : 130/80 mmHg belum berkurang
Temp : 37,0OC O : Klien masih
Pols : 82 x/m terlihat menahan
RR : 22 x/m sakit pada daerah
08.00 WIB lukanya saat di
gerakkan untuk
2. Mengkaji tingkat mengubah posisi
pengetahuan klien di tempat tidur
tentang prosedur Kaki klien masih
operasi dengan terlihat bengkak,
pendidikan terakhir merah dan basah
klien adalah SD dan bernanah
klien belum pernah Nanah pada luka
melaksanakan klien tidak henti-
tindakan operasi hentinya keluar
dengan sendirinya
sekecil apapun
TD : 120/80
sehingga klien benar-
mmHg
benar tidak
Temp : 37,0OC
mengetahui tentang
Pols : 82 x/m
prosedur dari operasi
RR : 22 x/m
yang akan klien
A : Masalah
hadapi
teratasi sebagian
P : Intervensi di
09.00 WIB
lanjutkan setelah
3. Mengkaji tanda operasi di
verbal dan non verbal laksanakan
kecemasan klien
tentang prosedur Shift pagi 10.00
operasi dengan cara WIB
memberikan S : Klien masih
penjelasan singkat, cemas untuk
sederhana dan jelas menghadapi
pada klien yang operasi ini
disertai contoh- O : Klien terlihat
contoh masyarakat cemas dan gelisah
lain yang telah terlihat dari cara
berhasil dalam klien yang banyak
melaksanakan menanyakan
operasinya dengan semua tentang
baik. prosedur operasi
yang akan ia
17.30 WIB
hadapi
Klien sudah
4. Menganjurkan klien
berpuasa untuk
dan keluarganya
persiapan operasi
untuk banyak berdo’a
pukul 18.00 WIB
dan meminta
TD : 110/80
pertolongan kepada
mmHg
Temp : 36,5OC
Tuhan Yang Maha
Pols : 83 x/m
Esa juga meyakinkan
RR : 26 x/m
klien bahwa Allah
A : Masalah belum
pasti mendengarkan
teratasi
setiap do’anya. Yang
P : Intervensi di
pastinya Allah lebih
lanjutkan
mengetahui yang
terbaik untuk klien
Shift pagi 12.00
sehingga klien lebih
WIB
merasa yakin akan
S : Klien
tindakan yang di
mengatakan sudah
hadapinya nanti
tidak cemas lagi
dan sudah
18.00 WIB
memahami
5. Klien dalam keadaan prosedur operasi
berpuasa sebelum yang akan ia
tindakan operasi di hadapai sehingga
laksanakan, dan klien klien merasa sudah
di antar keruang siap untuk di
operasi oleh perawat operasi
serta di dampingi O : Klien terlihat
sampai ke kamar sudah tenang
operasi, dengan Klien tidak
melibatkan juga menanyakan lagi
keluarga klien. tentang prosedur
operasinya karena
ia telah memahami
Klien masih
berpuasa
TD : 120/80
mmHg
Temp : 37,0OC
Pols : 81 x/m
RR : 22 x/m
A : Masalah
teratasi
P : Intervensi di
hentikan
Pukul 18.00 klien
di antar oleh
perawat ke ruang
operasi, dan
operasi
berlangsung.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selulitis merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
kelompok A serta Staphylococcus Aureus. Selulitis menyebabkan kulit menjadi merah dan
panas, terlihat licin dan lembut, terasa nyeri. muncul lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
atau lepuhan besar berisi cairan (bula) dan bisa pecah. Infeksi mampu menyebar luas.
Ada beberapa Pemeriksaan penunjang untuk penyakit selulitis yaitu; Complete blood
count, BUN Level, Creatinine Level, Kultur darah, Kultur pus pada luka selulitis, MRI,
membantu dalam mendiagnosis selulitis yang parah dan ada atau tidaknya abses pada kulit.

Komplikasi selulitis yaitu; lokal nanah dengan pembentukan abses serta nekrosis kulit,
myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (pada selulitis ekstremitas atas) dan
osteomyelitis bisa terjadi, Dll.

B. Saran

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan dengan adanya makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
selulitis.

DAFTAR PUSTAKA

Raff AB, Kroshinsky D. Cellulitis: a review. Jama. 2016 Jul 19;316(3):325-37.


Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison's principles of internal
medicine 18Ed. McGraw Hill Professional; 2012 Nov 8.
Hadzovic-Cengic M, Sejtarija-Memisevic A, Koluder-Cimic N, Lukovac E, Mehanic S, Hadzic A,
Hasimbegovic-Ibrahimovic S. Cellulitis-Epidemiological and Clinical Characteristics. Medical Archives.
2012 Jan 1;66:51.
Bruun T, Oppegaard O, Kittang BR, Mylvaganam H, Langeland N, Skrede S. Etiology of cellulitis and
clinical prediction of streptococcal disease: a prospective study. InOpen forum infectious diseases
2016 Jan 1 (Vol. 3, No. 1). Oxford University Press.
Phoenix G, Das S, Joshi M. Diagnosis and management of cellulitis. Bmj. 2012 Aug 7;345:e4955.
Njim T, Aminde LN, Agbor VN, Toukam LD, Kashaf SS, Ohuma EO. Risk factors of lower limb cellulitis
in a level-two healthcare facility in Cameroon: a case-control study. BMC infectious diseases. 2017
Dec;17(1):418.

https://www.halodoc.com/kesehatan/selulitis

https://www.sehatq.com/penyakit/selulitis

Anda mungkin juga menyukai