DISUSUN OLEH
NIM : 20201314
MAPEL : KMB
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya curahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
Makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul ‘Asuhan Keperawatan
Selulitis’ dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas dari Dosen Dian Novita
Kumalasari, S. Kep.,Ns. M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III.
Tidak lupa saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam menyusun makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar kedepannya saya
dapat lebih baik dalam membuat makalah. Saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Yeni yuliyanti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selulitis merupakan infeksi pada jaringan subkutan, terjadi pada orang orang
dengan imunitas normal dan kebanyakan diderita oleh anak-anak dan usia lanjut.
Selulitis memiliki tiga karakteristik yaitu peradangan supuratif sampai di jaringan
subkutis, mengenai pembuluh limfe dan permukaan, plak eritematus, batas tidak jelas
dan cepat meluas. Sebagian besar kasus selulitis disebabkan oleh bakteri
streptococcus dan staphylococcus yang masuk dari luka pada kulit, seperti luka
operasi, luka gores. Bila terjadi nekrosis jaringan maka perlu tindakan bedah untuk
mengangkat jaringan nekrotik tersebut atau disebut Debridement. (muttaqin, 2013)
Selulitis diseluruh dunia tidak diketahui secara pasti jumlah kejadiannya, pada
tahun 2006 sebuah studi melaporkan insidensi selulitis di Negara Bagian Utah,
Amerika Serikat sebesar 24,6 kasus per tahun. Data rumah sakit di Inggris
melaporkan kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, Selulitis
di tungkai menduduki peringkat pertama dengan 58.824 kasus. Di Indonesia sendiri
secara umum tercatat lebih dari 150.000 kasus pertahun menurut IDI, Banyak
penelitian yang melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki laki dan lokasi tersering
di ekstermitas bawah. (Blake K, 2016)
Lingkungan yang kurang bersih dan pekerjaan yang dapat meningkatkan
resiko trauma ektermitas dan infeksi dapat menjadi faktor predisposisi selulitis.
Penduduk perkampungan yang jauh dari daerah perkotaan dengan fasilitas kesehatan
yang kurang memadai rentan sekali terjangkit selulitis karena aktifitas yang beresiko
masuknya pathogen dan lingkungan kerja yang kotor. Keterlambatan penangan dapat
menimbulkan kecacatan akibat nekrosis jaringan atau bahkan kematian akibat sepsis.
(dr Laksmi Anggari Putri Duarsa, SpKK, 2014)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum Makalah ini dibuat dengan harapan agar dapat bermanfaat dalam
proses pembelajaran mata ajar Keperawatan Integumen, sehingga mahasiswa
mampu memahami konsep teori Morbus Hansen serta dapat menyusun asuhan
keperawatan bagi klien dengan peradangan kulit Morbus Hansen secara tepat dan
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian selulitis
b. Mengetahui etiologi Selulitis
c. Mengetahui manifestasi klinis Selulitis
d. Mengetahui patofisiologi Selulitis
e. Mengetahui pathways klinis dari Selulitis
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Selulitis
g. Mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan Selulitis
h. Mengetahui komplikasi Selulitis
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Selulitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Selulitis adalah infeksi bakteri pada kulit dan jaringan di bawah kulit. Hal ini terjadi
ketika bakteri masuk dari kulit yang terbuka (luka) dan menyebar. Hasilnya adalah infeksi
yang dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, ataupun hangat pada kulit.
Selulitis tidak menular antarmanusia. Seseorang dapat terkena infeksi ini apabila ia
mengalami cedera pada kulit (misalnya, goresan, sayatan, atau luka terbuka lain), lalu tidak
membersihkannya dengan baik sehingga bakteri dapat tumbuh.Bila terlambat ditangani,
infeksi dapat menyebar lewat kelenjar getah bening dan masuk ke aliran darah. Jika sudah
menyebar ke seluruh tubuh, selulitis bisa memicu komplikasi yang berakibat fatal.
B. Etiologi
Etiologi selulitis, yang dikenal juga sebagai penyakit cellulitis, paling sering adalah
Staphylococcus aureus, dan streptococcus grup A. Bakteri lain yang dapat menyebabkan
terjadinya selulitis di antaranya adalah streptococcus grup B, C, dan G, Pneumococcus,
Haemophilus influenza (pada anak), Escherichia coli, Cryptococcus neoformans, dan
Pseudomonas aeruginosa.
Pada pasien dengan selulitis yang disebabkan pressure ulcer, organisme yang
menyebabkan infeksi dapat berasal dari kulit maupun usus, antara lain: S. aureus,
enterococci, Pseudomonas aeruginosa, dan Bacteroides fragilis. Pseudomonas
aeruginosa merupakan etiologi paling sering pada pasien dengan penurunan imunitas.
[4]
Selulitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus biasanya menyebar dari infeksi
yang terlokalisasi seperti abses, folikulitis, karbunkel, dan luka operasi. Selulitis juga
dapat disebabkan oleh pemasangan kateterisasi suprapubik.
Haemophilus influenza dapat menyebabkan selulitis periorbital dan bukal pada anak.
Pada selulitis yang muncul di lokasi gigitan hewan, infeksi oleh Pasteurella
multocida, Capnocytophaga canimorsus, dan mikroorganisme lainnya dari mulut
hewan tersebut dapat menyebabkan necrotizing cellulitis. Gigi hewan seperti kucing
yang memiliki gigi taring yang tajam dapat menyebabkan luka yang dalam,
sedangkan gigitan anjing dapat menyebabkan crush injury.
Etiologi Selulitis pada Luka Kotor atau Luka yang Tidak Didebridemen
Luka yang kotor atau yang tidak didebridemen dengan baik selama beberapa hari
setelah trauma atau operasi, atau setelah penggunaan jarum suntik, akan menyebabkan
selulitis anaerobik. Mikroorganisme penyebab selulitis anaerobik, umumnya adalah
Clostridium perfringens.[2,4,7]
Faktor Risiko
Pasien yang memiliki beberapa kondisi berikut, lebih mudah terkena selulitis:
Pada selulitis berulang, terdapat tambahan faktor risiko yang berbeda dengan selulitis
primer, antara lain:
Keganasan
Prosedur pembedahan ipsilateral
Insufisiensi vena[2]
C. Manifestasi klinik
Infeksi dan peradangan pada selulitis bisa menyebabkan beragam keluhan dan
gejala pada kulit, yaitu:
Selulitis juga bisa ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening yang ada di
sekitar kulit yang terinfeksi atau munculnya bintik-bintik kemerahan di kulit.
D. Patofisiologi
Patofisiologi selulitis secara pasti belum diketahui. Walau demikian ,terdapat tiga faktor
yang berperan terhadap terjadinya penyakit kulit ini, yaitu faktor fungsi barrier/sawar kulit,
faktor bakteri, dan faktor host/inang.
Kulit yang intak memiliki peran yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap
pathogen. Gangguan pada kulit yang mempengaruhi keutuhan kulit, misalnya luka
lecet atau luka bakar, merupakan salah satu mekanisme penyebab terjadinya selulitis.
Penyakit kulit lainnya seperti psoriasis, eksim, dan tinea pedis, juga merusak keutuhan
kulit sehingga berperan dalam terjadinya selulitis.
Faktor Host/Inang
Imunitas yang menurun, misalnya pada penyakit diabetes, kanker, penyakit ginjal
kronis, neutropenia, atau HIV, dapat memudahkan infeksi jaringan lunak meningkat.
[2]
Faktor Bakteri
E. Pathways
F. Pemeriksaan penunjang
Jika telah mengalami adanya tanda sistemik, Maka untuk melakukan diagnosis
membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium:
1. Complete blood count, naiknya jumlah leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit,
sehingga mengindikasikan terjadinya infeksi bakteri
2. BUN Level
3. Creatinine Level
4. Kultur darah
6. MRI, membantu dalam mendiagnosis selulitis yang parah dan ada atau
tidaknya abses pada kulit
3. demam tinggi.
Rawat inap di rumah sakit, Insisi serta drainase dalam keadaan terbentuk abses.
pemberian antibiotik seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak
digunakan, infeksi ringan bisa diobati menggunakan obat oral pada pasien diluar
rumah sakit, analgesik, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstremitas, bergantian
kompres lembab hangat (Long, 2006 :
670).
Selulitis yang tidak segera diobati bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi
serius, yang meliputi:
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama : Ny “K”
Umur : 54 tahun
Suku : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Kawin
Alamat : Tanjung Agung Selatan
d. Personal Hygine
Kebiasaan sebelum masuk Rumah Sakit Kebiasaan setelah masuk Rumah Sakit
Mandi : 2 x / hari Mandi : 2 x / hari (hanya di lap)
Pola sikat gigi : 3 x / hari Pola sikat gigi : 1 x / hari
Kebiasaan memotong kuku : setiap Kebiasaan memotong kuku : selama di
minggu rumah sakit belum memotong kuku
Kebiasaan mencuci rambut : 2 x / hari Kebiasaan mencuci rambut : 2x/ hari
Kebiasaan mengganti pakaian: 2 x / hari Kebiasaan mengganti pakaian:2x / hari
b. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Struktur : Simetris
Rambut : Hitam
Lain – lain : tidak ada masalah
Orientasi
Waktu : Baik, klien mengetahui hari dan kapan ia
di rawat di rumah sakit
Tempat : baik, klien mengetahui ia tinggal dimana
dan berada di mana sekarang
Tremor : Ada (pada daerah luka klien sepanjang
tungkai kiri)
Tics : Tidak Ada
Kelumpuhan :Tidak Ada
Kejang : Tidak Ada
2. Pendengaran / Telinga
Struktur : Simetris
Fungsi Pendengaran : Mampu mendengar dengan jelas
Alat Bantu Dengar : Tidak Ada
Serumen : Ada
Lain – lain : tidak ada masalah
3. Penglihatan
Schlera : Putih Jernih
Konjungtiva : Merah Muda
Visus : 6/6
Alat Bantu yang dipakai: Tidak ada
4. Penciuman / Hidung
Stuktur : Simetris
Fungsi Penciuman : Mampu membedakan bau-bauan
Secret hidung : Tidak Ada
5. Pengecapan / Mulut
Keadaan gigi : Tidak utuh
Keadaan Lidah : Kotor
Faring : tidak ada radang
Fungsi Pengecapan : Dapat membedakan rasa manis, asam,
asin
Lain-lain : Tidak ada masalah
6. Tenggorokan/leher
Inspeks
Bentuk : Simetris
Radang Tenggorokan : Tidak Ada
Keadaan Jakun : Datar
Kesulitan Menelan : Tidak Ada
7. Dada
Struktur Dada : Simetris
Irama Pernapasan : Reguler
Bunyi nafas : Vesikuler (Tidak ada bunyi tambahan dan secret tidak
ada)
Nyeri dada (Chest Pain) : Tidak Ada
Bunyi Jantung : BJ 1 & 2 (BJ 1 = Lup (saat kontraksi) BJ2= Dup (saat
relaksasi))
Palpitasi : Tidak Ada
Edema : Ada
8. Abdomen
Inspeksi
Asites : Tidak Ada
Palpasi
Nyeri Tekan : Ada
Pembesaran hati : Tidak Ada
9. Kulit
Pre Operasi Post Operasi
Inspeksi Inspeksi
Warna : Pucat Jenis Luka : Luka excisi pembedahan
Kondisi Kulit : - Lokasi luka : Kaki kiri/ sinistra bawah
Nyeri : Ada Warna luka : Merah muda
Panjang luka : 23 cm
Kedalaman luka : Diantara lapisan
kulit epidermis dan subkutis
Nyeri : Ada
Palpasi Palpasi
Suhu : Normal Suhu : Normal
Turgor : Tidak elastis Turgor : Tidak elastis
Kelembaban : Kering Kelembaban : Lembab
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal : 22 November 2013
Parameter Hasil Nilai Normal Ket
Pemeriksaan
Hematologi - CBC
(Perempuan dewasa)
Hematokrit 31 35-47 %
Hemoglobin 9,0 12,3-15,3 gr/dl
Leukosit 33100 5500-10000/mm3
Trombosit 225000 150-450 ribu /mm3
Hematologi – hitung jeni sel
Hitung jenis leukosit basofil 0 0-1 %
Hitung jenis leukosit eosingal 2 2-4 %
Hitung jenis leukosit batang 0 0-8 %
Hitung jenis leukosit segmen 88 50-70%
Hitung jenis leukosit limfosit 4 25-40 %
Hitung jenis leukosit menosil 6 2-8 %
Kimia klinik-faal ginjal
Asam urat perempuan : 60 th 2,2 25,7 mg/dl
Kimia klinik-gula darah
Glukosa sewaktu 101 ≤ 200 mg/dl
Kimia klinik-profil lipid
Total kolesterol 270 ≤ 200 mg/dl
Trigliserida 97 ≤ 200 mg/dl
A. PROGRAM PENGOBATAN
Tanggal Cara
No Nama Obat Dosis Obat
Pemberrian Pemberian
1 21 Nov 2013 Ceftriaxon 2x1 amp/5ml Iv
Ranitidin 2x1ml/5mg Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
2 22 Nov 2013 Cefepime 2x1amp/5ml Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Ondansentron 2x1amp/4mg Iv
Sucralfat 3x1stm oral
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
3 23 Nov 2013 Cefepime 2x1amp/5ml Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Ondansentron 2x1amp/4mg Iv
Sucralfat 3x1stm oral
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
4 24 Nov 2013 Cefepime 2x1amp/5ml Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Ondansentron 2x1amp/4mg Iv
Secralfat 3x1stm oral
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
Post Operasi Keterolac 3x1amp/30mg Iv
25 Nov 2013 Cefipime 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol Cifo 3x1/100mg Iv
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
IVFD RL Gtt 20 x/m Iv
26 Nov 2013 Cefipime(stop) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
Sucralfat 3x1stm ORAL
dulcolax 2x1 Rektal
IVFD RL Gtt 20 x/m IV
27 Nov 2013 Cefipime(stop) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
Sucralfat 3x1stm Oral
dulcolax 2x1 Rektal
IVFD RL Gtt 20x/m Iv
28 Nov 2013 Cefipime(IC) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazon 2x1amp/1g Iv
Ketorolac 3x1ml/30mg Iv
IVFD RL Gtt 20x/m Iv
29 Nov 2013 Cefipime(stop) 2x1amp/5mg Iv
Ondonsentron(stop) 2x1amp/4mg Iv
Ranitidin 2x1/5mg Iv
Paracetamol 2x1/100mg Iv
Cifo(stop)
Cefoferazone 2x1amp/1g Iv
Metrodinazole fls 3x1 100ml Iv
Keterolac 3x1ml/30mg Iv
Sucralfat sirup 3x1stm Oral
dulcolax 2x1 Supose
IVFD RL Gtt 20x/m Iv
A. DATA PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan takut kehilangan kaki kirinya dengan tingkat kecemasan ringan.
Klien dan keluarga dapat menerima keadaannya saat ini dan merasa yakin bahwa keadannya
akan kembali seperti semula.
A. DATA SPIRITUAL
Klien sebelum masuk rumah sakit suka beribadah (shalat wajib), namun setelah
masuk rumah sakit klien tidak pernah menjalankan ibadah seperti biasa melainkan klien
hanya berdo’a saja.
A. DATA SOSIAL
Selama klien di rumah sakit dapat berinteraksi dengan orang lain jika dimintai
pertanyaan.
B. ANALISA DATA
Peradangan jaringan di
DO :
bawah kulit (subkutis)
Klien tampak meringis
Klien tampak menahan nyeri
yang di deritanya
Mengiritasi daerah
TD : 90/60 mmHg
sekitar
Temp : 37OC
Pols : 90x/m
RR : 25x/m
Merangsang
Skala nyeri :8
reseptor nyeri dari
Frekuensi : Sepanjang hari sistem saraf pusat
Durasi : Hilang timbul
Lokasi : kaki kiri
mengeluarkan zat-zat
prostaglandin,
tradikinin, dan histamine
nyeri
Prioritas Masalah :
Nyeri
Ansietas
Diagnosa Keperawatan :
Nyeri berhubungan dengan luka
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur operasi
C. INTERVENSI
Nama : Ny. “K”
No. Med Rec : 16.81.10
Umur : 54 tahun
Dx Medis : Selulitis
Ruang Rawat : Sungkai K1
Alamat : Tanjung Agung Selatan
Pre op 23 Nov 2013 – 25 Nov 2013
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
1 Nyeri berhubungan Tupan : 1. Observasi 1. Untuk mengetahui
dengan luka di Nyeri tanda-tanda perkembangan
tandai dengan : berkurang/tidak vital secara fisiologis
ada peran tubuh
DS : Tupen : terhadap respon
Klien mengatakan Nyeri kenormalan dan
nyeri pada daerah berkurang/ abnormalan akibat
luka infeksi hilang setelah luka infeksi
dilakukan 2. Data ini membantu
DO : tindakan dalam mengevaluasi nyeri
Skala nyeri 8 waktu 2 x 24 dan peredaan nyeri
2. Kaji skala
Klien tampak jam : serta
nyeri, lokasi,
meringis Skala nyeri mengidentifikasi
karakteristik
Klien tampak 1(ringan) sumber-sumber
beratnya serta
menahan nyeri yang Klien tidak lagi siklus nyeri
frekuensinya
di deritanya merasa nyeri 3. Secara psikis
TD : 90/60 Klien tampak menguatkan
mmHg nyaman keyakinan klien
3. Yakinkan klien
Temp : 37OC Klien tampak bahwa ada yang
bahwa perawat
Pols : 90x/m tenang membantu dalam
mengetahui
RR : 25x/m TD : 120/80 mengahadapi
nyeri yang di
mmHg nyerinya tersebut
alami klien
Pulse : 80 x/m
nyata dan
RR : 20 x/m
perawat akan
Temp : 36,5 ⁰C 4. Dengan strategi ini
membantunya
sejalan dengan
dalam
analgetik dapat
menghadapi
menghasilkan
nyeri tersebut
peredaan yang
4. Ajarkan klien
lebih efektif
strategi
5. Untuk melihat
tambahan
perkembangan dari
untuk
keberhasilan
meredakan
tindakan yang
nyeri,
dilakukan dan
management
penggunaan
nyeri
strategi yang
familiar dan dapat
di terima oleh klien
6. Sarana terapi
5. Identifikasi dan mempercepat
dorong klien peredaan nyeri
untuk pada klien
menggunakan
strategi yang
menunjukkan
keberhasilan
pada nyeri
sebelumnya
6. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan
lainnya
HARI KE-1
HARI KE-2
HARI KE-3
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selulitis merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
kelompok A serta Staphylococcus Aureus. Selulitis menyebabkan kulit menjadi merah dan
panas, terlihat licin dan lembut, terasa nyeri. muncul lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
atau lepuhan besar berisi cairan (bula) dan bisa pecah. Infeksi mampu menyebar luas.
Ada beberapa Pemeriksaan penunjang untuk penyakit selulitis yaitu; Complete blood
count, BUN Level, Creatinine Level, Kultur darah, Kultur pus pada luka selulitis, MRI,
membantu dalam mendiagnosis selulitis yang parah dan ada atau tidaknya abses pada kulit.
Komplikasi selulitis yaitu; lokal nanah dengan pembentukan abses serta nekrosis kulit,
myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (pada selulitis ekstremitas atas) dan
osteomyelitis bisa terjadi, Dll.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Dan dengan adanya makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
selulitis.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.halodoc.com/kesehatan/selulitis
https://www.sehatq.com/penyakit/selulitis