Anda di halaman 1dari 7

PERAN PERAWAT ANAK TERHADAP PERAWATAN KASUS ASMA

Dosen Pengampu : Agustiningsih, S.kep.,Ns

Disusun Oleh :

YENI YULIYANTI
(20201314)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKPER KARYA BAKTI HUSADA YOGYAKARTA
2021
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASMA

Asma merupakan penyakit kronis utama pada masa kanak-kanak,


sehingga menyebabkan anak-anak kehilangan hari-hari sekolah yang
berarti. Asma diartikan sebagai suatu penyakit saluran pernafasan bawah
yang tidak menular, bersifat obstruktif dengan ciri-ciri berupa serangan
sesak, napas bunyi (mengi), dan batuk berulang-ulang terutama pada malam
atau pagi hari.

B. PENGERTIAN PERAWAT
Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi
yang didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi
profesional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien
yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk
mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam
teorinya tentang disiplin proses keperawatan mengandung elemen dasar,
yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang
dirancang untuk kebaikan pasien (Suwignyo, 2007).

C. PERAN PERAWAT ANAK


Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja
dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak,
yaitu :
1. Peran Perawat Dalam Pengkajian Kasus
Penyataan dari Asmadi (2008) bahwa sebagai pelaku/pemberi
asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi:
melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi
yang benar.
Peran perawat dalam melakukan pengkajian klien dengan asma sesuai
dengan hasil penelitian Triyoga, dkk (2012) bahwa pengkajian klien
dengan asma antara lain dalah pengkajian data dasar, Asma merupakan
penyakit keturunan, ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit
yang sama. Asma dapat kambuh sesuai dengan alergen yang
mempengaruhi. Pengkajian Primer yaitu keluhan yang dialami pasien
antara lain adalah suara wheezing, sesak napas, takipnea, batuk-batuk
dengan sputum, penggunaan otot aksesoris pernapasan, dan irama
pernapasan yang tidak teratur, serta sianosis. Pengkajian sekunder
didapatkan adanya alergi, pemakaian obat asma, asma yang sering
kambuh, dan terjadi kecemasan.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian dari Wulang
(2013) bahwa dalam melakukan pengkajian ditemukan bahwa tanda
dan gejala yang ditemukan pada pasien : batuk produktif, sesak
kadang-kadang, pusing, suhu subfibris, : mengi, wheezing, ekspirasi
memanjang, tachicardia, tachypnea, orthopnea, berkeringat, cyanosis,
hipoxia.
2. Peran Perawat Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Hasil penelitian mengenai peran perawat sebagai caregiver
dalam merumuskan diagnosa keperawatan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan pernyataan dari Asmadi (2008) bahwa perawat menegakkan
diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisis data. Hasil penelitian
Wulang (2013) menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditentukan
setelah pengkajian dilakukan, data awal dan pengkajian tersebut
kemudian digunakan untuk membuat suatu diganosa dengan
memprioritaskan masalah terlebih dahulu.

3. Peran Perawat Sebagai Kolaborator Dalam Intervensi Keperawatan


Peran perawat sebagai Kolaborator dalam intervensi
keperawatan penyakit asma pada anak adalah perawat melakukan
konsultasi dengan dokter dan diberikan oksigen. Peran perawat sebagai
kolaborator dalam intervensi keperawatan penyakit asma pada anak
adalah berkonsultasi dengan dokter. Hal ini sesuai dengan peran
perawat sebagai kolaborator.
Menurut Asmadi (2008) bahwa sebagai kolaborator maka peran
ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fioterapi, ahli gizi, dan lain–lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan. Hal ini
termasuk dalam pemberian obat pada kasus asma yang diderita anak
karena dengan kolaborasi dokter makaperawat dapat menentukan jenis
dan dosis obat yang digunakan untuk penanganan kasus asma yang
terjadi pada anak. Dalam pemberian oksigen tersebut berarti perawat
berfungsi sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Pernyataan dari Asmadi (2008) bahwa salah satu fungsi
perawat adalah pemberi asuhan keperawatan, peran ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan
kompleks.

4. Peran Perawat Dalam Implementasi Keperawatan


Peran perawat dalam implementasi keperawatan dihasilkan dua
kategori yaitu memberikan oksigen dan pemberian nebulizer.
Implementasi keperawatan dengan memberikan oksigen sesuai dengan
hasil penelitian Yuliana (2013) bahwa untuk mengetahui apakah
pernafasan dalam batas normal atau tidak, apabila mengalami
gangguan pernafasan seperti sesak nafas harus segera dilakukan
tindakan keperawatan seperti pemasangan oksigen.
Implementasi keperawatan dengan pemberian nebulizer sesuai
dengan hasil penelitian Yuliana (2013) bahwa untuk dalam
implementasi keperawatan adalah dengan memberikan nebulizer di
mana hal tersebut dilakukan untuk membantu mengubah obat asma
yang berupa larutan menjadi uap yang dapat dihirup ke dalam paru-
paru, sehingga membantu mengencerkan sekresi dan melancarkan jalan
nafas.

5. Peran Perawat Sebagai Kolaborator Dalam Implementasi


Keperawatan
Peran perawat sebagai kolaborator dalam implementasi
keperawatan dihasilkan satu kategori yaitu intervensi kolaborasi yaitu
dengan konsultasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan. Hasil
ini mendukung penelitian dari Kuntarti (2005) bahwa peran perawat
juga tampak pada penerapan ketepatan obat dan cara atau rute
pemberian obat. Tindakan untuk meyakinkan bahwa perawat
memberikan obat yang tepat kepada pasien, perawat harus mampu
mengintepretasikan program sesuai dengan advis dokter secara tepat.

6. Peran Perawat Sebagai Edukator Dalam Implementasi


Keperawatan
Peran perawat sebagai edukator dalam implementasi
keperawatan dihasilkan satu kategori yaitu pemberian edukasi. Hal ini
sesuai pernyataan dari Kusnanto (2011) bahwa salah satu diantaranya
adalah sebagai educator (pendidik), di mana ketika di rumah sakit,
pasien maupun anggota keluaraga pasien sering terlihat belum begitu
mengerti tentang pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan,
perawat juga harus bisa mendidik keluarga pasien, sehingga pasien
maupun keluarga yang belum tahu tentang suatu hal menjadi lebih tahu.
Contohnya perawat menjelaskan tentang cara minum obat, efek
minum obat, cara mengatasi penyakit yang diderita pasien dan cara
pencegahan penyakit. Harapannya setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit, keluarga dapat membina pasien dalam merawat dirinya
secara mandiri tanpa bantuan seorang perawat.

7. Perawat Sebagai Evaluator Dalam Evaluasi Keperawatan


Peran perawat sebagai evaluator dalam evaluasi keperawatan
ini dihasilkan 4 kategori yaitu mengevaluasi sesak nafas, wheezing,
pernafasan pasien dan respiration rate pasien. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian Yuliana (2013) bahwa dalam pelaksanaan


evaluasi keperawatan maka perawat melakukan evaluasi pada batuk
dan sesak nafas, wheezing pasien dan intervensi observasi vital sign.

Anda mungkin juga menyukai