Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

MODUL 3
(LESI JARINGAN LUNAK MULUT)

“MUCOCELE”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

MILA SULISTIA AGUSTINI 19100707360804073


WIENA AVIOLITA 19100707360804096

Dosen Pembimbing : drg. Fitria Mailiza, Sp.PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulisan laporan kasus ”MUCOCELE“ untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan
Lunak Mulut) dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang
terhormatdrg.Fitria Mailiza, Sp.PM. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan, dan dorongan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, Juli 2020

Penulis

3
MODUL 3
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Laporan Kasus Mucocele


guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Fitria Mailiza, Sp.PM.)

4
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

Data Pasien

1. Nama : Risa Lusiani


2. Umur : 24 tahun
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Alamat :jln maransi,Padang
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Agama : Islam

Kasus Tindakan yang dilakukan Operator


Mucocele 1. Anamnesa Mila Sulistia A
2. Pemeriksaan klinis (19-073)
3. KIE Wiena Aviolita
4. Surat Rujukan (19-096)

Padang, 10 Mei 2020


Pembimbing

(drg. Fitria Mailiza, Sp. PM)

5
BAB I
PENDAHULUAN

Mukokel merupakan sebuah lesi pada mukosa mulut yang dihasilkan dari
sebuah perubahan kelenjar ludah minor karena akumulasi saliva. Lesi dapat muncul
di seluruh permukaan mukosa mulut yang terdapat kelenjar ludah (Ata-Ali J et al,
2012). Mukokel berasal dari bahasa latin yaitu mucus dan cocele yang berarti kavitas
(Yagüe-García et al., 2009). Mukokel jarang terjadi pada bibir atas, retromolar pad
atau palatum. Mukokel mungkin terjadi pada semua usia, paling sering pada usia 20
sampai 30 tahun (Gupta, 2007).
Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan
merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga
mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva
minor. Gambaran lesi yang sangat khas menunjukkan bahwa diagnosis klinisnya
sesuai dengan diagnosis histopatologis setelah lesi dibiopsi. Lokasi yang paling
umum lesi adalah pada bibir khususnya pada bibir bawah, tetapi dapat juga terjadi
pada mukosa bukal, lidah dan palatum. Mucocele Blandin dan Nuhn adalah mucocele
yang paling sering terjadi pada lidah. (Setiawan D dkk, 2016)
Diagnosis klinis dapat ditegakkan melalui anamnesis yang benar,salah satunya
dengan mengetahui riwayat trauma sebelumnya. Terdapat dua jenis mukokel, yaitu
ekstravasasi dan retensi. Lokasi yang paling umum dari mukokel ekstravasasi adalah
bibir bawah, sementara mukokel retensi dapat ditemukan di bagian mukosa mulut
lainnya. Secara klinis dapat dilihat pembengkakan lunak, kebiruan dan transparan
yang biasanya sembuh secara spontan (Ata-Ali J et al, 2012). Beberapa mukokel
dapat pecah dan meninggalkan luka erosi yang sedikit menyakitkan yang kemudian
sembuh dalam beberapa hari (Gupta, 2007).
Menurut Madan, terdapat 2 faktor penyebab penting terjadinya mucocele
yaitu trauma dan atau obstruksi duktus kelenjar saliva. Mucocele dapat timbul dengan
mekanisme ekstravasasi dan retensi. Mucocele ekstravasasi disebabkan oleh bocornya

6
cairan dari duktus kelenjar sekitar. Type mucocele ini biasanya ditemukan pada
kelenjar saliva minor. Bagan dkk menyatakan bahwa 5% dari seluruh mucocele yang
terjadi di rongga mulut adalah mucocele retensi sedangkan 95% lainnya adalah
mucocele ekstravasasi (Setiawan D dkk, 2016)

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan
merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga
mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva
minor (Setiawan D dkk, 2016). Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk
akibat rupturnya duktus glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada
sekeliling jaringan lunak.Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau
mekanik. Mukokel merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang
sesungguhnya, karena tidak memiliki epithelial lining pada gambaran
histopatologisnya. Lokasinya bervariasi. Bibir bawah merupakan bagian yang paling
sering terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada. Umumnya
terletak di bagian lateral mengarah ke midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa
bukal dan ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas.
Mukokel merupakan lesi jinak yangsering terjadi pada mukosa rongga mulut.
Mukokel merupakan pembengkakan lunak berisi cairan yang berkaitan dengan
kelenjar saliva minor dan terjadi akibat gangguan pada duktus kelenjar saliva.
Gangguan pada duktus kelenjar saliva minor dapat diakibatkan oleh trauma dan
menyebabkan merembesnya mukus pada jaringan sekitar.Penumpukan mukus akibat
rusaknya duktus kelenjar saliva minor menyebabkan terbentuknya suatu rongga
seperti kista,namun mukokel merupakan pseudocyst (kista semu) karena dinding
mukokel tidak dilapisi oleh epitel (Chairunas dkk, 2012)

2.2 Etiologipatalogi
Berdasarkan etiopathogenesisnya, mukokel terbagi dua yaitu: mukokel
ekstravasasi (umum), yang dihasilkan dari pecahnya saluran karena trauma dan

8
tumpahnya mucin ke dalam jaringan lunak di sekitarnya; dan mukokel retensi
(jarang), yang biasanya terjadi akibat pelebaran duktus akibat obstruksi duktus.
Insidensi mukokel ekstravasasi yaitu pada dekade kedua dan ketiga, sedangkan jenis
retensi lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua.
Mucus secara eksklusif diproduksi oleh kelenjar ludah minor dan juga
merupakan zat yang paling penting yang disekresikan oleh kelenjar ludah major.
Mukokel dapat timbul oleh mekanisme ekstravasasi atau retensi. Mucoceles
ekstravasasi disebabkan oleh bocornya cairan dari saluran jaringan sekitarnya. Jenis
mukokel umumnya ditemukan pada kelenjar ludah minor. Trauma fisik dapat
menyebabkan kebocoran sekresi saliva ke jaringan di sekitarnya submukosa.
Jenis mukosel retensi umumnya terjadi pada kelenjar ludah major. Hal ini
disebabkan oleh dilatasi duktus yang disebabkan oleh sialolith atau mukosa padat
(Ata-Ali et al., 2010). Hal ini tergantung pada obstruksi aliran saliva dari aparatus
sekresi dari kelenjar

2.2.1 Ekstravasasi Mukus


Penyebab ekstravasasi mukus yaitu trauma pada saluran ekskretoris kelenjar
ludah, sehingga mukus terekstravasasi ke dalam jaringan ikat di sekitarnya. Reaksi
inflamasi neutrophil diikuti oleh makrofag terjadi kemudian. Jaringan granulasi
membentuk dinding mengelilingi genangan mucin, dan kemudian kelenjar ludah
mengalami perubahan inflamasi. Pada akhirnya, terbentuk jaringan parut di sekitar
kelenjar.
Ekstravasasi mukus muncul sebagai sebuah massa halus, relatif tanpa rasa
saki dan memiliki ukuran mulai dari beberapa milimeter sampai 2 cm. Pada mucin
superfisial, lesi tampak berwarna kebiruan. Remaja dan anak-anak lebih sering
terkena daripada orang dewasa. Lesi dapat pecah dan produksi mucin yang berlanjut
dapat menyebabkan kekambuhan. Ukuran maksimal biasanya dicapai dalam beberapa
hari setelah trauma

9
Mukokel ekstravasasi mukus

2.2.2 Retensi Mukus


Retensi mukus dihasilkan karena adanya obstruksi duktus yang disebabkan
oleh adanya sialolithiasis, bekas luka pada periduktus atau tumor yang invasif.
Penyempitan duktus membuat aliran saliva tidak dapat mengalir dengan baik,
kemudian terbentuklah gelembung duktus yang tampak seperti pembengkakan
mukosa. Obstruksi duktus dapat juga menyebabkan pembesaran glandula salivarius.
Retensi mukus lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan kista
ekstravasasi, biasanya terjadi pada pasien usia tua dan jarang ditemukan pada bibir
bawah. Daerah yang paling sering terkena adalah bibir atas, palatum, pipi, dasar
mulut, dan sinus maksilaris.
Penyempitan duktus dapat terjadi pada pasien yang senang berkumur dengan
obat kumur yang mengandung hidrogen peroksida, obat kumur penghilang bau mulut,
atau larutan antiplak, yang dapat mengiritasi duktus. Pasta gigi yang mengandung
tartar juga dapat menyebabkan iritasi pada duktus.
Retensi mukus tampak mirip dengan kista ekstravasasi, keduanya dibatasi
oleh epitel duktus yang dilapisi sel kolumnar atau kuboidal. Rongga kista
mengandung sel mukus atau fragmen sialolithiasis dan jaringan ikat kista tampak
mengalami inflamasi.

10
Mukokel retensi mukus

2.3 Gambaran Klinis dan Histopatologi


Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau
pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa
belum begitu dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa
mulut apabila massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit.
Massa ini berdiameter 1 mm hingga beberapa sentimeter, beberapa literatur
menuliskan diameter mukokel umumnya kurang dari 1 cm.

Gambar Mukokel pada bibir bawah


Gambaran histopatologi mukokel tipe ekstrsavasasi mukus berbeda dengan
tipe retensi mukus. Tipe ekstravasasi gambaran histopatologinya memperlihatkan
glandula yang dikelilingi oleh jaringan granulasi Sedangkan tipe retensi
menunjukkan adanya epithelial lining

11
Gambaran histopatologi mukokeltipe Gambaran histopatologi mukokel yang
ekstravasasi mukus yang terletak di bagian duktusnya mengalami dilatasi
bibir bawah

2.4 Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa mukokel dilakukan prosedur-prosedur yang
meliputi beberapa tahap. Pertama melakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.
Pada pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnese yang diperoleh dari orang
terdekat pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari
pasien itu sendiri. Kedua melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan pemeriksaan
pendukung. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dengan tujuan
melihat tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum
mencakup pengukuran temperatur dan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan ekstra
oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe, pemeriksaan keadaan abnormal dengan
memperhatikan konsistensi, warna, dan jenis keadaan abnormal, kemudian
pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut
yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut.
Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada
massa. Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan laboratorium sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan
jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk

12
mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic Resonance
Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan
juga radiografi konfensional.

2.5 Diagnosa Banding


Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan
mukokel, diantaranya hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila
letaknya pada bagian anterior lidah), salivary gland neoplasm, dan lain-lain. Untuk
dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan
riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri
khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi.

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk kasus mukokel yaitu ekstirpasi mukosa dan sekitarnya,
jaringan kelenjar kemudian kelapisan otot. Pengobatan tidak diperlukan pada
mukokel superfisial yang menghilang dengan sendirinya. Pada kasus mucoceles lebih
besar, marsupialisi dilakukan akan menghindari kerusakan struktur vital.
Secara klinis tidak ada perbedaan antara kedua jenis mukokel, dan karena itu
diperlakukan dengan cara yang sama. Namun ketika obstruksi mukokel retensi
terdeteksi pengobatan melibatkan pengambilan bagian puncak kista (Ata-Ali J et al,
2012).
2.6.1 Teknik operasi
Setelah dilakukan anastesi lokal, dibuat insisi berbentuk elips di mukosa
sekitar untuk memfasilitasi diseksi pada lesi. Dinding superior kista digenggam
bersama dengan mukosa di atasnya dan dipisahkan dari jaringan sekitarnya
menggunakan gunting. Selama pembedahan kista harus diambil dengan hati-hati,
karena kista bisa dengan mudah pecah dan mengerut, yang akan mepersulit

13
pengangkatan lesi. Setelah pengangkatan lesi, mukosa pada jaringan yang diinsisi
dijahit (hanya pada mukosa), untuk menghindari cedera pada kelenjar ludah.

Gambar Infiltrasi pada jaringan sehat di sekitar lesi

Gambar Insisi berbentuk elips sekitar kista menggunakan scalpel

Gambar Penjepitan dan pemotongan lesi menggunakan gunting jaringan

14
Gambar Pengangkatan mukokel

Gambar Daerah operasi setelah pengangkatan lesi

Gambar Undermining Margin Mukosa dengan Menggunakan Gunting

15
Gambar Penjahitan pada daerah post operasi
3

16
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama Operator :
1. Mila Sulistia A (19-073)
2. Wiena Alviolita (19-096)

Skenario kasus :
Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke RSGM dengan keluhan
timbul pembengkakan di bibir bawah kanan sejak sebulan yang lalu. Pasien mengakui
awalnya timbul karena tergigit. Bengkak tersebut muncul dan pecah beberapakali dan
sebulan terakhir ini tidak pecah lagi, tidak ada riwayat penyakit sistemik. Oral
hygiene pasien baik.

Gambar Gambaran klinis bibir bawah pasien

17
I. Pemeriksaan Subjektif /Anamnesa
a. Data Rutin
Nama : Risa Lusiani
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat :jln maransi,Padang
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
b. Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke RSGM dengan keluhan
timbul pembengkakan di bibir bawah kanan sejak sebulan yang lalu
c. Keluhan Tambahan
Pembengkakan muncul sejak 1 bulan yang lalu. Pada awalnya, bibir pasien
tergigit pada saat makan, yang kemudian lukanya menyerupai sariawan, tapi lama
kelamaan semakin membesar dan pecah beberapa kali tetapi sebulanan ini bengkak
tersebut tidak pecah lagi. Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit dan pasien belum ada
memberi obat untuk bengkak tersebut.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu (-)
e. Riwayat Dental
Pasien terakhir ke drg 8 bulan yang lalu melakukan pembersihan karang gigi
f. Riwayat Penyakit Keluarga (-)
g. Riwayat Sosial Pekerjaan
Pasien memiliki kebiasaan buruk suka menggigit bibir ketika cemas.

II. PEMERIKSAAN OBJEKTIF


a. Keadaan umum :
Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : TDL

18
Nadi : 65x/menit
Suhu : 36,5º
Respirasi : 20x/menit
c. Pemeriksaan Ekstra Oral
Kelenjar getah bening : TAK
Wajah : Simetris
Bibir : Simetris
TMJ : Normal
d. Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa labial : Mukosa labial kanan terdapat nodula dengan diameter kurang lebih 1
cm, berwarna merah muda kebiruan, konsistensinya kenyal berfluktuasi dan tidak
sakit saat dipalpasi.
Frenulum : TAK
Lidah : TAK
Mukosa bukal : TAK
Dasar mulut : TAK
Palatum : TAK
Tonsil : TAK
Gingiva : TAK
Jar. Periodontal : TAK
Kebersihan Mulut : Baik
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Patologi anatomi untuk jaringan yang diambil.
.
III. Hasil Pemeriksaan
a. Diagnosa Sementara
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis, disimpulkan bahwa diagnosa
sementara pada pasien yaitu mucocele, dengan diagnosa banding lipoma dan fibroma.
b. Prognosa
Baik

19
IV. Penatalaksanaan
Non Farmakologis :
1. Surat Rujukan
2. KIE meliputi:
 Menginformasikan kepada pasien bahwa surat yang di berikan adalah surat
rujukan ke drg spesialis bedah mulut untuk melakukan penanganan lebih lanjut
untuk pembengkakan pada bibir pasien
 Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan cara
gosok gigi 2X sehari setiap pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur dan ke
drg setiap 6 bulan sekali
 Instruksikan kepada pasien untuk menghilangkan kebiasaan buruk suka menggigit
bibir

Surat Rujukan

Padang, 10 Juli 2020

Yth. Dokter Gigi : drg. Andreas Pascawinata, MDSc, Sp. BM

20
Di RS : Semen Padang Hospital
Mohon pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut terhadap,
Nama : Risa Lusiani
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Keluhan : Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke RSGM
dengan keluhan timbul pembengkakan di bibir bawah kanan sejak sebulan yang
lalu. Dari anamnesis pembengkakan muncul sejak 1 bulan yang lalu. Pada
awalnya, bibir pasien tergigit pada saat makan, yang kemudian lukanya
menyerupai sariawan, tapi lama kelamaan semakin membesar dan pecah beberapa
kali tetapi sebulanan ini bengkak tersebut tidak pecah lagi. Pasien tidak
mengeluhkan rasa sakit dan pasien belum ada memberi obat untuk bengkak
tersebut.
Pemeriksaan EO : TMJ Normal, Lymph node tidak teraba, , wajah simetris, bibir
simetris
Pemeriksaan : Mukosa labial kanan terdapat nodula dengan diameter kurang
lebih 1 cm, berwarna merah muda kebiruan, konsistensinya kenyal berfluktuasi dan
tidak sakit saat dipalpasi.
Diagnosis sementara : Mucocele
Demikian surat rujukan ini kami kirim.kami mohon balasan atas surat rujukan
ini. Atas perhatian dari dokter, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,

drg. Janari
(1
9100707360804221)
BAB IV

PEMBAHASAN
Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan
merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga

21
mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva
minor (Setiawan D dkk, 2016).
Mukokel merupakan lesi jinak yangsering terjadi pada mukosa rongga mulut.
Mukokel merupakan pembengkakan lunak berisi cairan yang berkaitan dengan
kelenjar saliva minor dan terjadi akibat gangguan pada duktus kelenjar saliva.
Gangguan pada duktus kelenjar saliva minor dapat diakibatkan oleh trauma dan
menyebabkan merembesnya mukus pada jaringan sekitar.Penumpukan mukus akibat
rusaknya duktus kelenjar saliva minor menyebabkan terbentuknya suatu rongga
seperti kista,namun mukokel merupakan pseudocyst (kista semu) karena dinding
mukokel tidak dilapisi oleh epitel (Chairunas dkk, 2012)
Penegakan diagnosis pada kasus mucocele dilakukan dengan memperhatikan
pemeriksaan subjektif (anamnesa), pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksaan subjektif, dapat digaris bawahi bahwa pasien
mengeluhkan benjolan di bibir bawah bagian dalam sejak 2 bulan lalu, benjolan
tersebut tidak sakit (asimptomatik), sering tergigit, pecah lalu tumbuh kembali. Pasien
juga memiliki kebiasaan buruk menggigit bibir saat cemas, bisa jadi kebiasaan pasien
adalah sumber dari trauma pada bibir pasien. Hasil pemeriksaan objektif didapat
bahwa terdapat nodula pada mukosa bibir bawah kiri dengan diameter kurang lebih 1
cm, berwarna merah muda kebiruan, konsistensinya kenyal berfluktuasi dan tidak
sakit saat dipalpasi. Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif, diambil diagnosa
sementara adalah mucocele dengan diagnosa banding lipoma dan fibroma.
Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif pula, diagnosa banding lipoma
dapat disingkirkan, karena ciri khas lipoma adalah nodula berbatas tegas berwarna
kekuningan dan tidak berfluktuasi saat dipalpasi tetapi, untuk menyingkirkan
diagnosa banding fibroma dan memastikan diagnosa tetap, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang histopatologi. Pasca eksisi, jaringan yang diangkat dikirim ke laboratorium
patologi anatomi. Hasil pemeriksaan histopatologi, sediaan yang dikirim adalah
mucocele pada bibir bawah. Setelah memperhatikan pemeriksaan subjektif, objektif,
dan penunjang, dapat ditegakkan diagnosa kasus ini adalah mucocele.

22
Mukokel biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika besar
akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena
bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus membesar akan menembus tulang,
sehingga akan ditutupi  jaringan lunak. Pada perabaan akan juga akan teraba
fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul pus (nanah).

BAB V

KESIMPULAN

Mucocele adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan
merupakan lesi jinak kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga
mulut. Insiden mucocele sering ditemukan karena adanya trauma pada kelenjar saliva
minor (Setiawan D dkk, 2016). Lokasinya bervariasi, bibir bawah merupakan bagian
yang paling sering terkena mukokel, Umumnya terletak di bagian lateral mengarah ke
midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral lidah, dan jarang
terjadi pada bibir atas.
Penatalaksanaan untuk kasus mukokel yaitu ekstirpasi mukosa dan sekitarnya,
jaringan kelenjar kemudian kelapisan otot. Pengobatan tidak diperlukan pada
mukokel superfisial yang menghilang dengan sendirinya. Pada kasus mucoceles lebih
besar, marsupialisi dilakukan akan menghindari kerusakan struktur vital.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ata - Ali, J ; et al. 2012. Oral Mucocele: Review of the Literature. J Clin Exp Dent
2(1): e 10-13

Chairunas., Sunnati., Humaira, SA.2012. Gambaran Kasus Mukokel Berdasarkan


Usia, Jenis Kelamin,Lokasi,Dan Rekurensi Setelah Perawatan(Kajian Di Instalasi
Gigi Dan Mulut Rumah Sakit Umumdaerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2005-2011). Cakradonya Dent J.

Fragiskos, D. 2007. Oral Surgery. Heidelberg : Springer

Gupta, Bhavna; et al. 2007. Mucocele : Two Case Reports. J Oral Health Comm Dent
1(3): 56-58

Laskaris. 2006. Pocket Atlas of Oral Disease. Stuttgart : Thieme

Marx, Robert E; Stern, Diane. 2003. Oral and Maxillofacial Pathology - 1st ed.
Illinois : Quintessence Publising.

Regezi, Joseph A; et al. 2003. Oral Pathology. Missouri : Saunders

Setiawan, D. Dwirahajo, B. Astuti,ETR. 2016. Studi Kasus Eksisi Mucocele Rekuren


Pada Ventral Lidah Dengan Anestesi Lokal. MKGK. Yogyakarta

24
xxv
3

Anda mungkin juga menyukai