Mukokel
Oleh :
Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul Ilmu
Penyakit Mulut.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
MODUL 3
LESI JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Hari /
Kasus Tindakan yang dilakukan Operator
Tanggal
Anamnesa
20 April Mukokel Regina Norya Utami
Pemeriksaan objektif
2021 (20- 047)
Surat Rujukan
KIE
Pembimbing
PENDAHULUAN
Mukokel adalah lesi yang umum ditemukan pada mukosa oral dan merupakan lesi
jinak kelenjar saliva yang paling sering ditemukan pada rongga mulut. Mukokel
merupakan suatu lesi yang biasanya terjadi pada sisi sebelah dalam dari bibir dan pipi
(Ata-Ali dkk, 2010). Mukokel terjadi akibat ekstravasasi dan akumulasi sekresi
kelenjar saliva minor dalam jaringan periduktus sehingga memberikan gambaran pada
umumnya seperti gelembung mukosa kecil. Lesi ini pada umumnya dianggap sebagai
Prevalensi mukokel rongga mulut adalah 2,5 lesi dari 1000 populasi dan biasanya
terjadi pada anak dan remaja. Lokasi mukokel ialah pada mukosa yang memiliki
kelenjar saliva minor. Tannure dkk (2010) mengatakan bahwa mukokel dapat terjadi
pada laki-laki maupun perempuan dan pada segala usia dengan insiden tertinggi pada
decade kedua dan terjadi pada daerah manapun didalam rongg mulut yang mengandung
kelenjar saliva minor, tetapi bibir bawah merupakan lokasi yang paling umum
Mukokel bisa didiagnosis secara langsung dari riwayat penyakit, keadaan klinis
dan palpasi. Mukokel sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Timbul
sebagai lesi fluktuan, warna kebiruan dan tidak nyeri. Biasanya riwayat hilang timbul
TINJAUAN PUSTAKA
Glandula saliva terbagi dua, yaitu glandula saliva mayor dan glandula saliva
1. Glandula parotis
Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang
berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis
menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan
cairan serus.
2. Glandula submandibular
volume total saliva di rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan
mukus.
3. Glandula sublingual
Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior.
Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume
total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus
Sedangkan glandula saliva minor terdiri dari 1000 kelenjar yang tersebar pada
lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi, palatum, baik palatum durum
maupun palatum molle, mukosa lingual, mukosa bibir, dan juga terdapat di uvula, dasar
mulut, bagian posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar retromolar, daerah
peritonsillar, dan sistem lakrimal. Glandula saliva minor terutama menghasilkan cairan
mukus, kecuali pada glandula Von Ebner’s (glandula yang berada pada papilla
circumvalata lidah) yang menghasilkan cairan serus (Darby dan Leonardi, 2006).
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus
glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak
(Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik (Neville dkk, 2002).
Mukokel merupakan kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya,
karena tidak memiliki epithelial lining pada gambaran histopatologisnya (Krol dan
Keels, 2007). Lokasinya bervariasi (Asgari dkk, 2009). Bibir bawah merupakan bagian
yang paling sering terkena mukokel, yaitu lebih dari 60% dari seluruh kasus yang ada.
Umumnya terletak di bagian lateral mengarah ke midline. Beberapa kasus ditemui pada
mukosa bukal dan ventral lidah, dan jarang terjadi pada bibir atas (Neville dkk, 2002).
Banyak literatur yang menyebut mukokel sebagai mucous cyst. Kebanyakan kasus
melaporkan insidensi tertinggi mukokel adalah usia muda tetapi hingga saat ini belum
ada studi khusus pada usia yang spesifik (Menta dkk, 2008).
2.3 Etiophatogenesis Mukokel
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak
begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma
lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus
ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa
mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan, atau
kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang,
permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum
Dapat juga akibat trauma pada proses kelahiran bayi, misalnya trauma akibat proses
kelahiran bayi yang menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan
suction untuk membersihkan saluran nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun
trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang dilahirkan masih berada dalam posisi
sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir. Ketiga contoh trauma pada
proses kelahiran bayi akan mengakibatkan mukokel kongenital. Setelah terjadi trauma
yang dikarenakan salah satu atau beberapa hal di atas, duktus glandula saliva minor
rusak, akibatnya saliva keluar menuju lapisan submukosa kemudian cairan mukus
dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Genangan mukus dalam duktus ekskresi
yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolith atau
inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu
terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang menggenang dan menumpuk pada duktus
glandula saliva, dan pada akhirnya ruptur, kemudian lapisan subepitel digenangi oleh
cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang disebut
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut
sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya trauma lokal atau mekanik, dan
mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana etiologinya plug
mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus
glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung. Literatur lain
tepat di bawah lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang
letaknya tepat di atas lapisan submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan
deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari kedua mukokel sebelumnya. Dikenal
pula tipe mukokel kongenital yang etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi
Mukokel memiliki gambaran klinis yang khas, yaitu massa atau pembengkakan
lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan apabila massa belum begitu
dalam letaknya, kadang-kadang warnanya normal seperti warna mukosa mulut apabila
massa sudah terletak lebih dalam, apabila dipalpasi pasien tidak sakit. Massa ini
Gambar 2.3 Mukokel pada anterior Gambar 2.4 Mukokel pada bibir
median line ventral lidah. bawah
yang dikelilingi oleh jaringan granulasi. Sedangkan tipe retensi menunjukkan adanya
beberapa tahap. Pertama melakukan anamnesis dan mencatat riwayat pasien. Pada
pasien anak dilakukan aloanamnese yaitu anamnesis yang diperoleh dari orang terdekat
pasien. Pada pasien dewasa dengan autoanamnese yaitu yang diperoleh dari pasien itu
(Hasibuan, 2006).
tanda-tanda yang terdapat pada pasien, yaitu pemeriksaan keadaan umum mencakup
pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut
yang dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Diperhatikan
apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi pada massa. Ditanyakan
kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan palpasi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium
menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara aspirasi dan jaringan
tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas
yang menggambarkan ciri khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain,
dan dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang
1. Ranula
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di
dasar mulut. Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin “RANA” yang
dari katak. Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan
glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor (Al-Tubaikh dan
Reiser, 2009). Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan
memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi
mukokel yang berada di dasar mulut, dan diketahui daerah dasar mulut dekat dengan
glandula sublingual dan glandula saliva minor. Dengan kata lain ranula umumnya
melibatkan glandula saliva minor ataupun glandula sublingual. Sama halnya dengan
mukokel, ranula juga dapat melibatkan glandula saliva mayor, misalnya glandula saliva
submandibula apabila ranula telah meluas ke otot milohioideus dan memasuki ruang
Pada umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan,
memiliki ukuran mukokel yang relatif besar. Perawatan mukokel dilakukan untuk
mengurangi dan menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat
ukuran dan keberadaan massa. Sejumlah literatur menuliskan beberapa kasus mukokel
dapat hilang dengan sendirinya tanpa dilakukan perawatan terutama pada pasien anak-
akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal dan mekanik yang terjadi terus menerus dapat
menyebabkan terjadinya rekurensi mukokel. Karena jika kebiasaan buruk atau hal yang
mukokel akan dengan mudah muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan
perawatan bedah. Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi,
dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan tergantung kepada ukuran dan lokasi
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus
benjolan pada bagian dalam bibir bawah kanan setelah bibir tergigit 1 minggu yang
lalu. Benjolan ini tidak terasa sakit namun mengganggu. Hal yang sama pernah terjadi
sekitar sebulan yang lalu, namun benjolan ini pecah, mengeluarkan cairan yang bening.
Pada pemeriksaan intra oral terlihat vesikel pada mukosa labial regio 33 dengan
diameter 5 mm berwarna bening kebiruan. Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ada
A. Identitas Pasien
Usia : 18 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien juga mengeluhkan bengkak tersebut menggangu saat bicara, dan sudah
berlangsung selama seminggu, namun pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit.
Pasien juga mengatakan awal mula sebelum munculnya pembengkakan pada daerah
tersebut sebelumnya daerah tersebut pernah tergigit oleh pasien saat mengkonsumsi
bahwa pembengkakan sebelumnya juga pernah muncul 1 bulan yang lalu kemudian
Pasien diketahui sebelumnya pernah ke dokter gigi 3 bulan yang lalu untuk
membersihkan karang gigi, pasien juga mengatakan menyikat gigi sehari dua kali, pada
pagi dan malam hari sebelum tidur menggunakan pasta gigi ‘pepsodent’ dan tidak
Pasien mengatakan sehari-hari pasien memiliki kesibukan sekolah mulai dari jam
08.00 hingga jam 14.00. Pasien memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi makanan
dengan gerakan mengunyah yang terlalu cepat, sehingga terkadang menyebabkan bibir
1. Ekstra Oral
a. Kelenjar getah bening
Submandibula : Normal
Submental : Normal
Servikal : Normal
b. TMJ : Normal
c. Wajah : Simetris
d. Mata : Normal
e. Sirkum oral : Normal
f. Bibir : Normal
g. Lain-lain (e.g .: telinga, hidung) : Normal
2. Intral Oral
a. Mukosa Labial : Terdapat lesi di labial bawah dengan
karakteristik sebagai berikut:
Bentuk : vesikel
Lokasi : labial kiri bawah (regio 33)
Jumlah : single/1
Bentuk : bulat
Warna : bening kebiruan
Ukuran : diameter 5 mm
Permukaan : menonjol dari daerah sekitar dan terasa licin
Konsistensi : kenyal
Nyeri : tidak dirasakan
Batas : tegas dan beraturan
b. Frenulum : Normal
c. Lidah : Normal
d. Mukosa Bukal : Normal
e. Dasar Mulut : Normal
f. Palatum : Normal
g. Gingiva : Normal
h. Jaringan periodontal : Normal
i. Uvula : Normal
j. Tonsil : Normal
k. Gigi geligi : Normal
l. Kebersihan mulut : c/s = 1/1 = baik
3. Gambaran klinis
4. Diagnosa
Diagnosa klinis : Mukokel
Diagnosa banding : Ranula
5. Prognosa : Baik
6. Rencana Perawatan
a. Non farmakologi : KIE, Surat Rujukan
1. Komunikasi, Informasi, Edukasi:
Menjelaskan kepada pasien tentang diagnosa dari penyakit yang
trauma tergigit yang dialami pasien sebelumnya, tetapi pasien tidak perlu
cepat. Menjelaskan jika pasien setuju nanti akan dirujuk untuk melakukan
tindakan pembedahan. Dan juga mukokel ini kemungkinan dapat muncul
kembali seandainya terjadi lagi trauma pada bibir, sehingga pasien perlu
SURAT RUJUKAN
Anamnesa,
Keluhan : Pasien datang ke RSGM dengan keluhan pembengkakan
pada daerah bibir bawah.
Pemeriksaan EO : tidak ditemukan adanya kelainan
Pemeriksaan IO : Terdapat lesi vesikel di labial kiri bawah (regio 33), single/1,
bentuk bulat, warna bening kebiruan, diameter 5 mm,
menonjol dari daerah sekitar dan terasa licin, konsistensi
kenyal, tidak sakit, berbatas tegas dan beraturan
Demikian surat rujukan ini kami kirim. Kami mohon untuk dilakukan
pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut kepada pasien. Atas perhatian
Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
PEMBAHASAN
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus
glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak
(Umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik (Neville dkk, 2002).
mukokel dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan dan pada segala usia dengan
insiden tertinggi pada decade kedua dan terjadi pada daerah manapun didalam rongga
mulut yang mengandung kelenjar saliva minor, tetapi bibir bawah merupakan lokasi
yang paling umum dikarenakan bibir bawah mudah mengalami trauma (Tanurre dkk,
2010).
Mukokel melibatkan duktus glandula saliva minor dengan etiologi yang tidak
begitu jelas, namun diduga terbagi atas dua, pertama diakibatkan trauma, baik trauma
lokal atau mekanik pada duktus glandula saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus
ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena trauma pada mukosa
mulut hingga melibatkan duktus glandula saliva minor akibat pengunyahan (Menta
dkk, 2008), tetapi tidak tertutup kemungkinan mukokel dapat melibatkan glandula
Kasus yang dialami pasien merupakan kasus mukokel yang terjadi pada bibir kiri
bawah bagian dalam, dengan etiologi trauma mekanis akibat kebiasaanya menyunyah
yang terlalu cepat, berdasarkan tipe mukokel, mukokel yang dialami pasien merupakan
mukokel mucus ekstravasasi dengan rekurensi, hal tersebut dikatakan pasien bahwa
sebelumya pembengkakan tersebut juga pernah dialami sebelumnya sekitar 1 bulan
kelenjar saliva yang terlibat pada mukokel tersebut. Prognosis baik pada pasien apabila
KESIMPULAN
Mukokel merupakan lesi mukosa oral yang terbentuk akibat rupturnya duktus
glandula saliva minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak,
umumnya sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik. Kasus mukokel
dapat melibatkan glandula saliva mayor tergantung pada letaknya. Perawatan yang
Al-Tubaikh JA, Reiser MF. 2009. Congenital Disease and Syndromes: The Head and
Neck. Berlin Heidenberg: 47-8.
Bradley PJ. 2006. Head and Neck: Pathology and Treatment of Salivary Gland
Conditions. Elsevier Ltd:304.
Krol DM, Keels MA. 2007. Pediatric in Review : Oral Condition. American Academy
of Pediatrics Journal Januari 1;28:18.
Langlais RP, Miller CS. 1994. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim.
Alih Bahasa. Budi Susetyo. Jakarta: Hipokrates:40-1.
Macdonald AJ, Salzman KL, Harnsberger HR. 2003. Giant Ranula of The Neck:
Differentiation from Cystic Hygroma. AJNR Am J Neuroradiology; 24:757-8.
Menta MSN, Hee JP, Vanessa SL. 2008. Mucocele in Pediatric Patients: Analysis of
36 Children. Pediatric Dermatology. Vol 25. Blackwell Publishing Inc:308-11.
Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. 2002. Oral & Maxillofacial
Pathology: Salivary Gland Pathology. 2nd ed. W.B. Saunders Co:389-93.
Regezi JA, Sciubba JJ. 1989. Oral Pathology: Salivary Gland Diseases. WB Saunders
Co: 225-311.
Tannure PN, Oliveira SP, Primo LG, Maia LC, 2020. Management of oral mucocel in
a 6 months old child. Braz J Health. 1:210-214.