Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAGIAN KONSERVASI

“PERAWATAN SALURAN AKAR”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 1

Oleh:

BIMA PRABU SANJAYA 19100707360804137

Dosen Pembimbing
drg. Puti Sari Mayang

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PA D A N G
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
”Perawatan Saluran Akar” untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan kepanitraan klinik modul 1 dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan. Selaku dosen pembimbing, bantuan,
dan dorongan yang telah diberikan berbagai drg. Puti Sari Mayang pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, Agustus 2022

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan laporan kasus “Perawatan Saluran Akar” guna melengkapi


persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 1.

Padang, Agustus 2022

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Puti Sari Mayang)


BAB 1
PENDAHULUAN
Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk
meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal
sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima
secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi
gejala, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang
lain ( Christiono, 2011).

Perawatan saluran akar (PSA) terdiri dari tiga tahap utama yaitu: preparasi
biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning and
shaping), sterilisasi saluran akar dan obturasi saluran akar. Salah satu tahapan
dalam pembersihan dan pembentukan (cleaning and shaping) yang penting adalah
tahap irigasi saluran akar (Grossman dkk, 1995).

Penyebab kegagalan perawatan saluran akar (PSA) sebagian besar


disebabkan oleh tahap irigasi saluran akar yang kurang baik. Salah satu tujuan
tahap tersebut adalah untuk membersihkan saluran akar dari mikroorganisme
patogen yang menyebabkan infeksi berulang pasca perawatan saluran akar (PSA).
Mikroorganisme yang tersisa pada saluran akar atau yang tumbuh pasca obturasi
saluran akar merupakan penyebab utama kegagalan perawatan saluran akar (PSA)
(Mulyawati, 2011).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan yang


dilakukan dengan cara mengambil seluruh jaringan pulpa nekrosis, membentuk
saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan perawatan saluran akar
(PSA) adalah untuk mempertahankan gigi nonvital dalam lengkung gigi agar
dapat bertahan selama mungkin dalam rongga mulut dengan cara membersihkan
dan mendisinfeksi sistem saluran akar sehingga mengurangi munculnya bakteri
(Nissa dkk, 2013).

Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan yang


bertujuan mempertahankan gigi agar tetap berfungsi. Tujuan utama perawatan
saluran akar adalah melarutkan jaringan pulpa dan nekrosis, menghilangkan
bakteri dari saluran akar dan mencegah kontaminasi ulang saluran akar dari
bakteri. Perawatan saluran akar di lakukan pada kasus pulpitis irreversibel,
nekrosis pulpa, atau pulpa terbuka. Perawatan saluran akar juga dapat di lakukan
pada gigi vital untuk kepentingan pembuatan restorasi yang baik atau pada pasien
yang memiliki resiko karies tinggi (Septiana dkk, 2016).

Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang dilakukan dengan cara


pengambilan pulpa non vital atau nekrosis dari saluran akar kemudian diganti
dengan bahan pengisi (Walton & Rivera, 2002).

2.2 Indikasi

Secara umum perawatan saluran akar diindikasikan (Hardianti, 2016) :

1. Email yang tidak didukung oleh dentin

2. Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada
gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi non vital
3. Kelainan jaringan periapeks pada gambaran radiografi kurang dari
sepertiga apeks

4. Mahkota gigi masih bias direstorasi dan berguna untuk keperluan


prostetik (untuk pilar restorasi jembatan)

5. Gigi tidak goyang dan periodonsium normal

6. Foto ronsen menunjukan resopsi akar tidak lebih dari sepertiga


apical, tidak ada granuloma

7. Kondisi pasien baik

8. Pasien ingin gingiva dipertahankan dan bersedia untuk memelihara


kesehatan gigi dan mulutnya

9. Keadaan ekonomi pasien memungkinkan

2.3 Kontraindikasi

Secara umum, kontraindikasi perawatan saluran akar, yaitu (Pandula, 2016)

1. Fraktur akar gigi yang vertical

2. Tidak dapat lagi dilakukan restorasi

3. Kerusakan jaringan periapikal melibatkan lebih dari sepertiga panjang


akar gigi

4. Resorbsi tulang alveolar melibatkan setengah dari permukaan akar gigi

5. Kondisi sistemik pasien, seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol

2.4 Prosedur Perawatan

2.4.1 Pembersihan Saluran Akar

Pembersihan saluran akar atau debridement merupakan proses


pembuangan iritan dari system saluran akar. Tujuannya adalah untuk membasmi
iritan tersebut walaupun dalam kenyataannya sulit mengeliminasi semua
iritan.Iritan-iritan tersebut adalah bakteri, produk samping bakteri, jaringan
nekrotik, debris organik, darah, dan kontaminan lain (Walton & Torabinejad,
2009).

Teknik pembersihan saluran akar dengan cara instrument berkontak pada


dinding saluran akar dan membersihkan secara mekanis dinding saluran akar
untuk melepas debris. Selanjutnya, bahan irigasi secara kimiawi akan melarutkan
sisa-sisa zat organic dan menghancurkan mikroorganisme dan kemudian bahan
irigasi ini akan membersihkan semua debris dari rongga saluran akar dan akhirnya
akan membebaskan saluran akar dari iritan. Bahan irigasi yang digunakan adalah
sodium hipoklorit dimana bahan irigasi ini mampu melarutkan jaringan pulpa dan
sebagai agen antimikroba. Namun pada penelitian diungkapkan, untuk mencapai
pembersihan yang sempurna sangat sulit dicapai walaupun klinisi sudah berupaya
dengan baik. Sehingga tujuan pembersihan adalah untuk mengurangi iritan sampai
ke daerah yang sulit dicapai dan untuk mengobturasi saluran akar sehingga sisa-
sisa iritan itu akan terisolasi di dalam saluran akar (Arifah, 2009).

2.4.2 Preparasi Saluran Akar

Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu : menentukan


arah saluran akar, membersihkan saluran akar ( cleaning), membentuk saluran
akar (shaping), preparasi daerah apical. Selama proses preparasi saluran akar
dilakukan irigasi untuk membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan
serbuk dentin. Tujuan irigasi saluran akar yaitu :

1. Mengeluarkan debris

2. Melarutkan jaringan smear layer

3. Antibakteri

4. Sebagai pelumas

Terdapat beberapa teknik preparasi saluran akar, diantaranya teknik


standar, teknik crown down, dan teknik step back. Teknik preparasi standar
awalnya digambarkan sebagai metode yang paling baik untuk membersihkan dan
membentuk saluran akar. Tujuan teknik ini adalah terciptanya preparasi yang
memiliki ukuran, bentuk, kekonusan yang sama dengan instrument standar.
Namun pada saluran akar yang bengkok sulit dicapai pembentukan saluran akar
seperti itu. Teknik standar diindikasikan untuk obsturasi dengan bahan pengisi
kon perak ( Walton & Torabinejad, 2009).

Cara kerja :

1. Properatif radiograf

2. Trepanasi kavitas

3. Buka tambalan sementara

4. Ekstirpasi menggunakan jarum ekstirpasi

5. Pengukuran panjang kerja

6. Preparasi saluran akar dengan cara step back menggunakan


jarum file, niti file dan reamer.

7. Irigasi saluran akar dengan menggunakan (Naocl, H2o)

8. Sterilisasi saluran akar/dressing menggunakan purperil


selama 3-5 hari

9. Tumpat sementara

10. Buka tumpatan sementara, bahan dressing dibuang, setelah


itu masukan paper point ke dalam saluran akar

11. Kemudian periksa paper point basah atau kering dan berbau
atau tidak

12. Irigasi saluran akar dengan Naocl 2,5%, kemudian irigasi

lagi dengan H2o

13. Jika saluran akar belum steril maka dilakukan dressing


kembali, jika saluran akar sudah steril maka langsung
dilakukan obturasi
14. Obturasi saluran akar

15. Pengisian saluran akar dilakukan secara kondensasi

16. Control setelah 1 minggu, jika tidak ada keluhan tambal


permanent.

2.4.3 Pengisian Saluran Akar

Tujuan pengisian adalah untuk menutup saluran akar secara tiga dimensi
dengan bahan yang kompatibel dari kamar pulpa sampai ke apeks (Tarigan,
2004). Kriteria bahan pengisi saluran akar yang baik adalah mudah dimanipulasi,
bertahan lama dalam saluran akar dan mudah pula dikeluarkan jika diperlukan,
misalnya saat menyesuaikan panjang kerja atau saat perawatan ulang saluran akar.
Secara detail dapat dikatakan:

1. Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar

2. Bahan cair atau pasta yang kemudian mengeras

3. Menutup saluran akar dengan baik secara lateral maupun apical

4. Tidak mengalami penyusutan

5. Tidak dapat ditembus oleh bahan cair

6. Bakteriostatik

7. Tidak memberi warna ke gigi

8. Mudah dikeluarkan jika diperlukan

9. Dapat disterilisasi

10. Dapat terlihat pada foto rontgen.

2.4.4 Bahan Pengisi Saluran Akar

1. Gutta Percha
Bowman pada tahun 1867 memperkenalkan gutta percha yaitu
suatu bahan pengisi yang sangat baik karena tidak berubah bentuk setelah insersi
kecuali jika dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Komposisi kon
gutta percha bervariasi menurut tiap pabrik. Friedman dkk mendeskripsikan
komposisinya yaitu 20% gutta percha (matriks), 66% senyawa oksida(pengisi), 11
% sulfat logam berat (radiopacifier) dan 3% malam atau resin (penyebab plastis)
(Grosman dkk, 1995).

2. Kalsium Hidroksid

Penggunaan kalsium hidroksida (CaOH2) dalam bidang endodontic


pertama kali diperkenalkan oleh Herman pada tahun 1920. Ca(OH)2
diklasifikasikan secara kimia ke dalam basa kuat yang menetralkan asam laktat
dari osteoklas sehingga mencegah pelarutan komponen bahan dentin dan aksi
utamanya berasal dari pemisahan ion kalsium dan ion hidroksil menghasilkan
induksi terhadap deposisi jaringan keras dan anti bakteri. Ca(OH)2 murni
memiliki pH 12,5-12,8 yang bertindak sebagai agen terapeutik, digunakan secara
luas dalam berbagai jenis perawatan endodontic dan dental traumatology
(Viddyasagar, 2010).
BAB III
KESIMPULAN

Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk


meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal
sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima
secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Ini berarti bahwa tidak terdapat lagi
gejala, dapat berfungsi dengan baik dan tidak ada tanda-tanda patologis yang
lain.

Perawatan saluran akar (PSA) terdiri dari tiga tahap utama yaitu: preparasi
biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning and
shaping), sterilisasi saluran akar dan obturasi saluran akar. Salah satu tahapan
dalam pembersihan dan pembentukan (cleaning and shaping) yang penting adalah
tahap irigasi saluran akar.
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S. 2009. Sodium Hipoklorit sebagai Bahan Irigasi Perawatan Saluran Akar.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Christiono, S. 2011.Perawatan Endodontik pada Anak. Fakultas Kedokteran Gigi


Unissula.

Grossman, L.Oliet, S. Rio, C. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Edisi 11.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hardianti. 2014. Perbandingan tingkat keakuratan radiografi konvensional dengan


digital dalam pengukuran panjang kerja pada perawatan endodontik.
Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Makassar.

Mulyawati, E. 2011. Peran Bahan Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar. Maj
Ked Gi. Vol 18(2).

Nissa, U. Darjono,A. 2013.”Analisis Minyak Atsiri Serai (Cymbopogon citratus)


sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Gigi dengan Menghambat
Pertumbuhan Enterococcus Faecalis”.

Pandula, V. 2016. Contraindications of Root Canal Treatment. Diambil dari


www.juniordentist.com/contraindicationsof-root-canal-treatment.html.

Tarigan, R. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.

Viddyasagar, M. 2010. Apexification and Apexogenesis- a case report. Int


Jcontemporary Dent.

Walton, R. Torabinejad, M. 2009. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Alih


bahasa : Sumawinata N. Jakarta: Buku Kedokteran EG.

Anda mungkin juga menyukai