OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan
Karunia-Nya penulis bisa menyusun karya tulis ilmiah berjudul “Perawatan Saluran
Akar” dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas kepaniteraan pada Departemen
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin.
Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini ini, penulis banyak mendapat
hambatan, namun dengan dukungan dari berbagai pihak tantangan tersebut dapat
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat Dr. drg. Juni Jekti
Nugroho, Sp.KG(K) selaku dosen pembimbing kami. Semoga kontribusinya
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan baik segi
penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan karya tulis selanjutnya.
Akhir kata, harapan kami karya tulis ilmiah ini bisa memberikan manfaat
untuk pembaca dan kita sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena
gigi diperlukan dalam proses pengunyahan, artikulasi dan juga memengaruhi
penampilan individu. Kerusakan pada gigi dapat menyebabkan sakit dan gangguan
pengunyahan sehingga dapat memengaruhi kesehatan bagian tubuh lainnya.1 Salah
satu masalah kesehatan gigi yang paling banyak ditemukan adalah karies. Karies
merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh metabolisme
bakteri sehingga menyebabkan demineralisasi pada email dan dentin. Karies dapat
menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada pulpa gigi berupa berkurangnya aliran
darah hingga kematian saraf pada gigi yang diderita sehingga menjadi nekrosis
pulpa.2
Nekrosis pulpa merupakan kematian pada pulpa yang disebabkan iskemik
jaringan pulpa dan disertai dengan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang bersifat saprofit maupun patogen. Sebagian besar nekrosis pulpa terjadi karena
komplikasi dari pulpitis akut dan kronik yang tidak mendapat perawatan yang baik
dan adekuat. Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam ruang
pulpa, maka dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps sehingga terjadi nekrosis
likuefaksi.3
Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi dengan nekrosis pulpa adalah
perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan penyakit pulpa, penyakit periapikal, mempercepat penyembuhan, dan
memperbaiki jaringan yang terinfeksi tersebut. Perawatan saluran akar dibagi menjadi
3 tahap, yang pertama merupakan tahap preparasi biomekanis saluran akar yang
merupakan suatu tahap pembersihan serta pembentukan saluran akar dengan cara
membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari arah koronal. Kedua adalah tahap
sterilisasi dengan cara irigasi dan desinfeksi saluran akar, serta tahap ketiga adalah
2
tahap pengisian saluran akar. Keberhasilan pengisian saluran akar tergantung pada
keadaan asepsis, pembersihan jaringan pulpa secara menyeluruh, preparasi
biomekanis, serta pengisian saluran akar yang hermetis.3
Instrumentasi mekanis merupakan faktor kunci dalam perawatan saluran akar.
Anatomi sistem saluran akar merupakan variabel utama yang harus dipertimbangkan
sebagai faktor keberhasilan perawatan saluran akar. Bentuk yang diinginkan dari
saluran akar dapat dicapai dengan secara bertahap mengurangi diameter penampang
saluran akar menuju puncak akar. Instrumentasi saluran akar melibatkan debridemen
mekanis, menciptakan ruang untuk medikamen, dan mengoptimalkan geometri
saluran akar untuk kualitas obturasi. Bebearapa teknik preparasi serta obturasi telah
dikembangkan untuk digunakan dalam perawatan saluran akar.4
Preparasi saluran akar dipengaruhi oleh anatomi kompleks saluran akar yang
bisa berbentuk oval, datar, atau melengkung. Keadaan dari saluran akar ini yang akan
menjadi pertimbangan dalam menentukan teknik preparasi yang digunakan. Adapun
obturasi saluran akar merupakan salah satu tahapan penting dalam keberhasilan suatu
perawatan saluran akar yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kondisi yang disebut
fluid tight seal pada bagian sepertiga apikal. Fluid tight seal adalah kemampuan
untuk mencegah merembesnya cairan jaringan kedalam saluran akar. Keadaan
tersebut tentu saja dapat dicapai dengan prosedur serta teknik obturasi yang tepat.4,5
Pengetahuan mengenai perawatan saluran akar khususnya mengenai prinsip,
prosedur dan teknik yang digunakan perlu dikaji lebih dalam agar perawatan yang
dilakukan dapat berdasarkan kondisi yang sesungguhnya dari gigi pasien, sehingga
pilihan teknik perawatan untuk mengelola nekrosis pulpa dapat tepat dan sesuai
indikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Desensitisasi gigi. Terkadang gigi dengan defek atrisi, abrasi, atau erosi
memerlukan perawatan endodontik untuk menghilangkan sensitivitas yang
dirasakan pasien.
d. Pada keadaan darurat. Jika pasien mengalami nyeri gigi akut/bengkak,
perawatan saluran akar diindikasikan.
lebar dalam bentuk corong dangkal dengan permukaan oklusal lebih lebar
dari dasarnya.
Gambar 1. DG 16 Explorer
Gambar 3A dan B. Round bur digunakan untuk masuk ke dalam struktur gigi
2) Carbide round burs. Carbide round burs No. 2 dan 4 bur digunakan
untuk mencapai pulpa. Bur ini memiliki shank yang lebih panjang, jadi
dapat memberikan visibilitas yang lebih baik. Bur ukuran No. 2
digunakan untuk gigi anterior dan premolar, sedangkan bur ukuran No. 4
digunakan untuk gigi molar. Bur ini digunakan untuk masuk melalui
dentin, bahan restoratif, dll. (Gambar 4).
8
3) Endo Z Bur. Bur ini adalah bur karbida runcing berujung aman (Gambar
5A dan B). Tepi tajam lateral bur Endo Z digunakan untuk meratakan
dan memperhalus dinding aksial internal. Ujung non-cuttingnya dapat
ditempatkan dengan aman di lantai pulpa tanpa risiko perforasi.
Gambar 5A dan B. (A) Endo Z Bur; (B) Pembukaan akses dengan Endo Z Bur
Gambar 9. Setelah akses ke dalam ruang pulpa diperoleh, bur dipindahkan dari
dalam ke luar
Gambar 11. Preparasi akses kavitas yang adekuat harus memungkinkan akses
garis lurus ke foramen apikal
12
4) Rubber dam frame, yang digunakan untuk menahan rubber dam sheet di
tempatnya.
c. Penggaris Endodontik10
Penggaris endodontik digunakan untuk mengukur instrumen dan mengontrol
panjang kerja selama prosedur perawatan saluran akar.
d. Barber Broaches9
Barber broaches adalah instrumen endodontik paling awal yang digunakan
untuk mengeluarkan jaringan pulpa dan memperbesar saluran akar (Gambar
15). Barber broaches adalah alat endodontik bergagang pendek yang sering
digunakan untuk menghilangkan seluruh pulpa dan untuk menghilangkan
debris nekrotik, absorbent points, bantalan kapas dan bahan asing lainnya dari
saluran akar.
14
e. K-File8
1) Berpenampang segitiga, persegi, atau belah ketupat dan terbuat dari
stainless steel.
2) K-file memiliki 1,5–2,5 cutting blades per mm ujung kerjanya.
3) Berfungsi untuk menghaluskan dan membentuk saluran akar selama
proses preparasi.
(A)
(B)
Gambar 16A dan B. (A) K-File; (B) Kode warna dan diameter dari K-File
f. Gates-Glidden Drill8
Gates-glidden drill memiliki poros panjang dan tipis yang diakhiri dengan
kepala berbentuk api, dengan ujung yang aman untuk melindungi dari perforasi
15
(Gambar 17). Kepala api memotong secara lateral dan digunakan dengan
tekanan lembut yang diarahkan ke apikal. Jika drill berikatan/menyentuh
dinding saluran akar selama digunakan, maka drill akan patah di leher poros
dan akan keluar dari gigi. Segmen yang patah mudah diangkat dengan
memegang batang yang patah dengan tang dan menariknya keluar dari gigi.
koronal dan tengah saluran akar saja. Jarum ini tidak diindikasikan untuk
digunakan sepertiga apikal dari saluran akar.
Gambar 18A dan B. (A) Disposable syringe; (B) Jarum irigasi side-vented
- Keuntungan
Saline normal bersifat biokompatibel. Tidak ada reaksi merugikan
meskipun terjadi ekstrusi di periapikal karena tekanan osmotik saline normal
sama dengan tekanan osmotik darah.
- Kekurangan
• Tidak memiliki sifat disolusi dan disinfektan.
• Terlalu ringan untuk membersihkan saluran akar secara menyeluruh.
• Tidak dapat membersihkan flora mikroba dari area yang tidak dapat
diakses seperti saluran aksesori.
• Tidak memiliki aktivitas antimikroba.
• Tidak menghilangkan smear layer.
b. Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah cairan bening, pucat, berwarna hijau-
kuning dengan bau klorin yang kuat. Selain berspektrum luas, larutan ini
juga bersifat sporisida dan memiliki sifat melarutkan jaringan. Tidak ada
kesamaan pendapat mengenai konsentrasi NaOCl yang harus digunakan
dalam terapi saluran akar. Jika saluran akar terisi larutan selama seluruh
prosedur preparasi, maka irigan ini akan bertindak sebagai lubrikan, pelarut
jaringan pulpa, dan antimikroba yang baik. Berdasarkan data yang
dipublikasikan, larutan NaOCl 0,5-5,2% dapat digunakan sebagai irigasi
saluran akar. Konsentrasi paling efektif yang direkomendasikan adalah 5,2%
NaOCl. Namun, 2.5% NaOCl adalah konsentrasi yang umum digunakan
karena mengurangi potensi toksisitas sambil mempertahankan aktivitas
pelarutan jaringan dan antimikroba. Saat menggunakan larutan NaOCl
dengan konsentrasi lebih rendah, disarankan untuk meningkatkan volume
dan waktu pemaparan.
- Keuntungan
• Menyebabkan larutnya jaringan.
• Mengangkat bagian organik dari dentin untuk penetrasi yang lebih
dalam dari medikamen.
• Mengangkar biofilm.
18
EDTA dan asam sitrat digunakan selama 2-3 menit pada akhir instrumentasi
untuk menghilangkan smear layer sehingga dapat meningkatkan efek
antibakteri dari agen desinfektan yang digunakan secara lokal di lapisan dentin
yang lebih dalam.
Gambar 19A dan B. Titik referensi tidak boleh dibuat dari permukaan gigi yang
fraktur atau struktur gigi yang karies
2) Ukur perkiraan panjang kerja dari radiografi periapikal pre-operative.
21
b. Teknik Step-Back9,10
Teknik step-back atau teknik serupa seperti teknik teleskopik atau teknik
serial bertujuan pada kekonusan yang lebih tinggi dengan pengurangan panjang
kerja secara bertahap setelah preparasi apikal diselesaikan dengan MAF Teknik
step-back selama bertahun-tahun telah menjadi salah satu teknik preparasi
tradisional dalam endodontik. Dalam beberapa penelitian, teknik ini
menghasilkan saluran akar yang lebih bersih daripada teknik standar.
a. Kelebihan dari Teknik Step-Back
1) Teknik ini membuat preparasi apikal yang kecil dengan instrumen yang
lebih besar digunakan pada panjang yang semakin berkurang untuk
membuat bentuk taper/lancip.
2) Bentuk taper/lancip preparasi saluran akar dapat diubah dengan
mengubah interval antar instrumen yang berurutan, misalnya taper/lancip
dari preparasi saluran dapat ditingkatkan dengan mengurangi interval
antara tiap file yang berurutan dari 1 mm menjadi 0,5 mm
b. Kekurangan dari Teknik Step-Back
1) Sulit mengirigasi daerah apikal.
2) Lebih banyak peluang mendorong debris ke periapikal.
3) Memakan waktu.
4) Meningkatnya kemungkinan kesalahan iatrogenik.
5) Sulit memasukkan instrumen ke dalam saluran akar.
2) Tahap II adalah preparasi sisa saluran akar yang secara bertahap menuju
koronal dengan file yang bertambah besar.
a) Tempatkan file berikutnya dengan file 1 mm lebih pendek dari panjang
kerja. Masukkan instrumen ke dalam saluran akar dengan gerakan
watch-winding, lepaskan setelah dilakukan circumferential filing,
irigasi dan rekapitulasi. Ulangi prosedur yang sama untuk file yang
lebih besar secara berturut-turut dengan kenaikan 1 mm dari file yang
digunakan sebelumnya (Gambar 23).
Sampai saat ini belum ada bahan pengisi saluran akar lain yang menyamai
gutta percha cone. Kekurangannya adalah tidak melekat pada dentin dan sedikit
elastis sehingga menjauhi dinding saluran akar. Oleh karena itu harus digunakan
sealer saluran akar untuk menutup celah antara gutta percha cone dan dinding
saluran akar.
b. Bahan padat14
Hg poin atau silver cone, Cone ini dari perak murni dengan ukuran bentuk
file standar. Keuntungan mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan
panjang kerja. Kekurangannya tidak baik untuk keberhasilan jangka panjang
karena tidak beradaptasi secara baik dengan dinding saluran akar sehingga
membutuhkan semen saluran akar yang lebih banyak. Bila berkontak dengan
cairan jaringan semen akan porus, kon berkarat, toksik dan merusak jaringan
periapikal. Kekurangan lainya dari silver cone ini dapat menyebabkan
28
d. Bahan sealer14
Konsep dasarnya adalah sealer saluran akar lebih penting dari pada bahan
pengisi inti. Sealer saluran akar akan menuntaskan tugas untuk memberikan
kerapatan yang ketat, sedangkan bahan inti berfungsi sebagai kendaran bagi
sealer. Sealer saluran akar harus digunakan bersama-sama dengan bahan
pengisi apapun tehnik atau bahan yang digunakan. Inilah yang membuat sifat
fisik dan pelekatan sealer menjadi penting. Keberhasilan perawatan saluran
akar pada saat ini ditentukan oleh pembersihan dan disinfeksi saluran akar
dengan bahan kimia serta mekanis disertai dengan penambahan yang baik.
Sangat tidak relevan jika keberhasilan ditentukan oleh sealer atau bahan
penutup saluran akar saja seperti pasta atau semen.
29
Menurut Walton, fungsi dari semen pengisi saluran akar antara lain:
1) Untuk menyemen bahan pengisi saluran akar
2) Untuk melapisi salurana akar yang tidak sesuai dengan bahan pengisi.
3) Sebagai bahan pengisi saluran akar tambahan dan kelainan resobsi dan
ruangan yang tidak terisi cone master gutta percha.
4) Mengontrol pertumbuhan bakteri yang masih berada di dalam saluran
akar.
Tujuan dari obturasi adalah untuk membuat seal disepanjang sistem saluran
akar dari korona sampai apikal. Pentingnya membentuk memelihara seal korona
31
telah diabaikan; kualitas seal koronal setidaknya sama pentingnya dengan seal
apikal dalam keberhasilan jangka panjang.15
a. Kondensasi Lateral
Metode yang paling banyak diajarkan untuk obturasi saluran akar di
sekolah kedokteran gigi adalah kondensasi lateral gutta-percha dingin dan
sealer, meskipun pemadatan gutta percha yang dipanaskan juga dapat
dilakukan. Metode ini paling optimal dilakukan setelah preparasi saluran
akar dengan bentuk taper secara kontinu.16
Kondensasi lateral dapat digunakan dalam banyak situasi. Kecuali
pada saluran akar yang sangat melengkung atau berbentuk abnormal atau
saluran dengan kelainan seperti resorpsi internal. Namun, kondensasi
lateral dapat dikombinasikan dengan teknik obturasi lain. Secara umum,
jika situasinya tidak mendukung kondensasi lateral dalam hal ini terlalu
sulit bagi dokter umum, maka pasien dapat dirujuk ke endodontis.15
Prosedur dari teknik obturasi kondensasi lateral, yaitu:
1) Sealer dicampur dan diaplikasikan pada dinding saluran akar.
2) Master cone (tanpa lapisan sealer) dimasukkan secara perlahan
untuk memungkinkan udara dan kelebihan semen keluar.
3) Sebelum spreader dimasukkan dan dilepas, cone aksesori diambil
dimasukkan.
4) Spreader diinsersikan di antara master cone dan dinding saluran
dengan menggunakan tekanan kuat (hanya apikal) hingga dalam
jarak 1 sampai 2 mm dari panjang kerja. Spreader taper adalah
teknik mekanis yang memadatkan gutta percha secara lateral,
menciptakan ruang untuk cone aksesori tambahan.
5) Spreader untuk diangkat dengan rotasi back-fourth disekitar
porosnya. Lalu, cone aksesori gutta-percha segera dimasukkan ke
dalam ruang yang dibuat.
32
b. Kondensasi Vertikal
Kondensasi vertikal juga merupakan teknik yang efektif; penelitian
menunjukkan bahwa kondensasi ini sebanding dengan kondensasi lateral.
Meskipun kondensasi vertikal tidak banyak diajarkan di sekolah kedokteran
gigi, teknik ini menjadi lebih populer. Dengan diperkenalkannya perangkat
dan teknik baru, teknik kondensasi vertikal panas agak lebih ramah pengguna
dan tidak terlalu memakan waktu.
33
LAPORAN KASUS
a. Penatalaksanaan
Pada kunjungan pertama, tanggal 7 Oktober 2015 dilakukan pemeriksaan
subjektif, pemeriksaan objektif, dan radiograf penunjang (periapikal) kemudian
ditentukan diagnosis, dan rencana perawatan. Hasil pemeriksaan tersebut maka
diagnosis gigi 36 adalah nekrosis pulpa dengan abses periapikal kronis. Pasien
diberikan penjelasan mengenai rencana perawatan, prosedur perawatan,
perkiraan biaya serta waktu perawatan. Rencana perawatan adalah perawatan
saluran akar dengan multivisit. Pasien menyetujui tindakan perawatan dan
menandatangani informed consent.
Kunjungan kedua pada tanggal 8 Oktober 2015 dilakukan pemasangan
rubber dam, buka kavum dan pembuangan jaringan karies pada gigi 36 dengan
menggunakan Endo Access bur. Setelah buka kavum kemudian dilakukan
penentuan letak orifs. Saat buka kavum ditemukan dua saluran akar pada akar
mesial (mesio-bukal dan mesio-lingual) dan satu saluran akar bagian distal.
Pada saat membuang sangkutan untuk mendapatkan straight line access
terdapat satu orifsium yang terletak pada bagian lingual dekat sudut disto-
lingual (Gambar 2). Karena posisi saluran akar yang tidak biasa diputuskan
untuk dilakukan penilaian ulang pada radiograf periapikal awal.
b. Pembahasan
Radix entomolaris merupakan salah satu variasi anatomi yang sering terjadi
pada gigi molar pertama permanen rahang bawah. RE adalah variasi jumlah
akar dimana gigi molar pertama rahang bawah memiliki akar tambahan
39
(supernumerary root) yang dapat terletak pada sisi disto-lingual. Akar ini
secara umum berukuran lebih kecil dari akar mesial/distal dan dapat secara utuh
terpisah dan sebagian berfusi dengan akar lainnya Umumnya gigi molar
pertama rahang bawah memiliki tiga saluran akar yaitu dua pada akar mesial
(mesio-bukal dan mesio-lingual) dan satu pada akar distal. Sebanyak 35% kasus
menyatakan pada gigi molar pertama rahang bawah terdapat empat saluran
akar. Akar mesial selalu memiliki dua saluran akar yaitu saluran mesio-bukal
dan mesio-lingual, sedangkan pada variasi morfologi saluran akar, akar distal
terkadang memiliki dua saluran akar, yaitu disto-bukal dan disto-lingual.17
Terkadang juga terdapat saluran akar tambahan terdapat pada akar mesial
sehingga menjadi tiga saluran akar mesial dengan tambahan saluran akar
medio-mesial. Tidak semua RE memiliki saluran akar, hanya akar yang
berbentuk matur dan panjang saja yang memiliki perluasan pulpa. Lokasi orifs
pada RE terletak pada lebih ke distolingual dari akar atau saluran akar utama
pada akar distal. Untuk menemukan orifs dan saluran akar dari RE, pembukaan
kavitas yang berbentuk triangular (karena gigi molar pertama rahang bawah
umumnya memiliki 3 saluran akar) harus dibuat meluas ke arah disto-lingual
sehingga outline form akan berbentuk rectangular atau trapesium. Tidak jarang
letak orifs dari RE tidak dapat terlihat dengan jelas, sehingga banyak dokter
gigi menggunakan bantuan dental loupe, kamera intraoral, atau mikroskop
dental.17
Dalam kasus yang dijelaskan di atas, kami membuat outline form dari
triangular menjadi persegi dan cukup untuk menemukan lokasi orifs dari RE.
Kami tidak membutuhkan dental loupe atau mikroskop karena orifs jelas
terlihat. Penentuan orifisium RE dalam laporan kasus ini murni dilakukan
melalui eksplorasi dasar kamar pulpa dengan pelebaran outline form.
Penggunaan rotary files berbahan nickel titanium lebih disarankan
dibandingkan stainless steel files karena memiliki derajat taper tidak lebih dari
4% dan penggunaan teknik preparasi crown down lebih disarankan karena
40
c. Kesimpulan
Keberhasilan dalam perawatan endodonti membutuhkan penegakan
diagnosis yang tepat, serta pelaksanaan prosedur perawatan secara tepat.
Perawatan endodontic menggunakan teknik preparasi crown down obturasi
menggunakan teknik single cone memberikan hasil yang baik, hal ini
dikarenakan preparasi saluran akar yang dimulai dari 1/3 koronal secara
bertahap sampai ke apeks yang akan memberikan akses yang lebih baik serta
mencegah penumpukan debris pada daerah apikal dan penggunaan preparasi ini
dilanjutkan dengan pengisian saluran akar menggunakan teknik single cone
dapat membantu operator menghemat waktu kerja.
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Manu AA, Ratu AR. Perilaku Pencarian Pengobatan Penyakit Gigi pada
Masyarakat. Dental Therapist Journal 2019; 1(1): 2.
2. Haq L, Ichrom MY, Erlita I. Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang
Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Terhadap Bakteri Mix Saluran Akar.
Dentin Jurnal Kedokteran Gigi 2018; 2(1): 8.
3. Santoso L, Kristanti Y. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Gigi Molar
Kedua Kiri Mandibula Nekrosis Pulpa dan Lesi Periapikal. Majalah Kedokteran
Gigi Klinik 2016; 2(2): 66.
4. Stavileci M, Hoxha V, Görduysus MO, Laperre K, Tatar I, Hoxha R. Effect of
Endodontic Instrumentation Technique on Root Canal Geometry. Journal of
International Dental and Medical Research 2017; 10(3): 952.
5. Hajir R, Iswani R, Widyawati. Perbedaan Radiopasitas Antara Bahan Obturasi
Sealer Berbahan Dasar Kalsium Hidroksida dan Epoksi Resin Dengan Teknik
Radiografi Cone Beam Computed Tomography (CBCT). Jurnal B-Dent 2018;
5(1): 50.
6. Patel S, Barnes JJ. Prinsip Endodontik. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2013. p. 63.
7. Wahjuningrum DA, Elizabeth MEK, Puteri FH, Mardiyah AA, Subiyanto A.
Cytotoxicity Assay of Sodium Hypochlorite and QMix on Cultured Human
Periodontal Ligament Fibroblast Cells. Journal of International Oral Health 2019;
1(4): 2014.
8. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontics. 4th Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2019. pp. 111-113, 147-150, 201-205, 223-229,
247-248, 262-263.
9. Grossman’ Endodontic actice. 14th Edition. New Delhi: Wolters Kluwer
Health; 2021. pp. 265-266, 268, 270-271, 291, 301, 305.
10. Torabinejad M, Fouad AF, Shabahang S. Endodontics Principles and Practice.
China; Elsevier; 2021. pp. 118-120, 124.
11. Rotstein I, Ingle JI. Ingle’ Endodontic . 7th Edition. North Carolina; Publishing
to Advance the Practice of Medicine: 2019. p. 589.
12. Bachtiar ZA. Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Permanen Anak Dengan Bahan
Gutta Percha. Jurnal PDGI 2016; 65(2): 60-67.
13. Ha g eave KM, Be man LH. Cohen’ athways of The Pulp. St. Louis;
Elsevier: 2016. P. 244.
43
14. Rusmiany P, Wedagama DM, Dewi NPOK. Penggunaan Bahan Resin Sebagai
Sealer Adesif Pada Pengisian Saluran Akar: 4-7.
15. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice. 4th Ed. St.
Louis: Saunders Elsevier. 2009. pp. 265-70, 298-9, 308, 310-15.
16. Ingle JI, Bakland LK, Baumga tne JC. Ingle’ Endodontic . 6th Ed. Ontario: BC
Decker. 2008. p. 936-7, 942-3, 1057-8.
17. Aryanto M, Stanny LP. Perbedaan Kebocoran Mikro Antara Pengisian Saluran
Akar Teknik Single Cone Dengan Menggunakan Sealer Berbahan Dasar Zinc
Oxide Eugenol Dan Epoxy Resin. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran. 2020; 32(2): 129.
18. Pratami R, Zakaria MN. Penentuan diagnosis dalam perawatan saluran akar gigi
36 dengan radix entomolaris. J Ked Gi Unpad Agustus 2018; 30(2); 125-132.
19. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2013. pp. 116, 125-7, 134-41.
20. Krisanti E. Restorasi Resin Komposit Menggunakan Pasak Tapered Self
Threading Pada Molar Ketiga Kiri Mandibular. Maj Ked Gi 2013; 20(1): 58-64.
21. Mulyawati, E. Peran Bahan Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar. Majalah
Kedokteran Gigi Desember 2011; 18(2): 205-209.
22. Dalat, D.M., dan Spangberg, L.S.W. Comparison of Apical Leakage in Root
Canals Obturated with Various Gutta-Percha Techniques Using a Dye Vacuum
Tracing Method, J Endod 1994; 20(7): 315-319.
23. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip Dan Praktek Ilmu Endodonsi. Alih bahasa:
Narlan S, Winiati S, Bambang N. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2008. pp. 229-60.