Anda di halaman 1dari 46

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Karya Tulis Ilmiah

PERAWATAN SALURAN AKAR

OLEH :

Ainiyyah Fildza Zaizafun : J014201045


Meuthia Alysha Fauziah Nusaly : J014201037

Pembimbing: Dr. drg. Juni Jekti Nugroho, Sp. KG(K)

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan
Karunia-Nya penulis bisa menyusun karya tulis ilmiah berjudul “Perawatan Saluran
Akar” dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas kepaniteraan pada Departemen
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin.

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini ini, penulis banyak mendapat
hambatan, namun dengan dukungan dari berbagai pihak tantangan tersebut dapat
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya, utamanya kepada yang terhormat Dr. drg. Juni Jekti
Nugroho, Sp.KG(K) selaku dosen pembimbing kami. Semoga kontribusinya
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan baik segi
penyusunan maupun isinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan karya tulis selanjutnya.

Akhir kata, harapan kami karya tulis ilmiah ini bisa memberikan manfaat
untuk pembaca dan kita sekalian.

Makassar, 6 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3
2.1 Perawatan Saluran Akar ................................................................................. 3
2.2 Preparasi Akses Kavitas ................................................................................. 5
2.3 Preparasi Saluran Akar ................................................................................. 12
2.4 Obturasi Saluran Akar .................................................................................. 27
LAPORAN KASUS .................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, karena
gigi diperlukan dalam proses pengunyahan, artikulasi dan juga memengaruhi
penampilan individu. Kerusakan pada gigi dapat menyebabkan sakit dan gangguan
pengunyahan sehingga dapat memengaruhi kesehatan bagian tubuh lainnya.1 Salah
satu masalah kesehatan gigi yang paling banyak ditemukan adalah karies. Karies
merupakan penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh metabolisme
bakteri sehingga menyebabkan demineralisasi pada email dan dentin. Karies dapat
menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada pulpa gigi berupa berkurangnya aliran
darah hingga kematian saraf pada gigi yang diderita sehingga menjadi nekrosis
pulpa.2
Nekrosis pulpa merupakan kematian pada pulpa yang disebabkan iskemik
jaringan pulpa dan disertai dengan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang bersifat saprofit maupun patogen. Sebagian besar nekrosis pulpa terjadi karena
komplikasi dari pulpitis akut dan kronik yang tidak mendapat perawatan yang baik
dan adekuat. Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam ruang
pulpa, maka dapat menyebabkan pembuluh darah kolaps sehingga terjadi nekrosis
likuefaksi.3
Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi dengan nekrosis pulpa adalah
perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar ini dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan penyakit pulpa, penyakit periapikal, mempercepat penyembuhan, dan
memperbaiki jaringan yang terinfeksi tersebut. Perawatan saluran akar dibagi menjadi
3 tahap, yang pertama merupakan tahap preparasi biomekanis saluran akar yang
merupakan suatu tahap pembersihan serta pembentukan saluran akar dengan cara
membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari arah koronal. Kedua adalah tahap
sterilisasi dengan cara irigasi dan desinfeksi saluran akar, serta tahap ketiga adalah
2

tahap pengisian saluran akar. Keberhasilan pengisian saluran akar tergantung pada
keadaan asepsis, pembersihan jaringan pulpa secara menyeluruh, preparasi
biomekanis, serta pengisian saluran akar yang hermetis.3
Instrumentasi mekanis merupakan faktor kunci dalam perawatan saluran akar.
Anatomi sistem saluran akar merupakan variabel utama yang harus dipertimbangkan
sebagai faktor keberhasilan perawatan saluran akar. Bentuk yang diinginkan dari
saluran akar dapat dicapai dengan secara bertahap mengurangi diameter penampang
saluran akar menuju puncak akar. Instrumentasi saluran akar melibatkan debridemen
mekanis, menciptakan ruang untuk medikamen, dan mengoptimalkan geometri
saluran akar untuk kualitas obturasi. Bebearapa teknik preparasi serta obturasi telah
dikembangkan untuk digunakan dalam perawatan saluran akar.4
Preparasi saluran akar dipengaruhi oleh anatomi kompleks saluran akar yang
bisa berbentuk oval, datar, atau melengkung. Keadaan dari saluran akar ini yang akan
menjadi pertimbangan dalam menentukan teknik preparasi yang digunakan. Adapun
obturasi saluran akar merupakan salah satu tahapan penting dalam keberhasilan suatu
perawatan saluran akar yang bertujuan untuk mendapatkan suatu kondisi yang disebut
fluid tight seal pada bagian sepertiga apikal. Fluid tight seal adalah kemampuan
untuk mencegah merembesnya cairan jaringan kedalam saluran akar. Keadaan
tersebut tentu saja dapat dicapai dengan prosedur serta teknik obturasi yang tepat.4,5
Pengetahuan mengenai perawatan saluran akar khususnya mengenai prinsip,
prosedur dan teknik yang digunakan perlu dikaji lebih dalam agar perawatan yang
dilakukan dapat berdasarkan kondisi yang sesungguhnya dari gigi pasien, sehingga
pilihan teknik perawatan untuk mengelola nekrosis pulpa dapat tepat dan sesuai
indikasinya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Saluran Akar


2.1.1 Definsi Perawatan Saluran Akar
Perawatan saluran akar adalah prosedur yang secara biologis dan kimiawi
dapat diterima dalam sistem saluran akar untuk menghilangkan penyakit pulpa
dan periradikuler dan untuk meningkatkan penyembuhan dan perbaikan jaringan
periradikuler. Perawatan saluran akar mencakup pembuangan jaringan pulpa dan
desinfeksi sistem saluran akar. Sistem saluran akar yang telah didesinfeksi
kemudian diisi untuk mencegah perkembangan dan masuknya kembali mikroba.
Tujuan utama perawatan saluran akar adalah mengembalikan dan menjaga
kesehatan jaringan periradikuler, memungkinkan gigi tetap terjaga sebagai unit
fungsional yang sehat dalam lengkung gigi.6
Perawatan dasar saluran akar meliputi tahapan diagnosa, yaitu
mengidentifikasi penyakit dan persiapan perawatan, serta tahapan selanjutnya
mengacu pada prinsip perawatan saluran akar. Prinsip perawatan saluran akar
terdiri dari tiga tahap penting yang dikenal sebagai triad endodontik, yang
meliputi preparasi biomekanik, desinfeksi, dan obturasi saluran akar. Preparasi
mekanis menggunakan instrumen yang ditentukan harus diikuti dengan preparasi
kimiawi melalui irigasi.7

2.1.2 Indikasi Perawatan Saluran Akar


Indikasi dilakukannya perawatan saluran akar antara lain:8
a. Jika pulpa terbuka akibat karies, trauma, fraktur, dll. Gigi harus
diselamatkan dengan perawatan saluran akar.
b. Pada gigi yang fraktur atau dengan restorasi besar, perawatan saluran akar
dilakukan untuk mencegah hilangnya cusp prematur selama restorasi,
karena dalam kasus ini perawatan saluran akar memungkinkan hasil yang
lebih dapat diprediksi dan berhasil.
4

c. Desensitisasi gigi. Terkadang gigi dengan defek atrisi, abrasi, atau erosi
memerlukan perawatan endodontik untuk menghilangkan sensitivitas yang
dirasakan pasien.
d. Pada keadaan darurat. Jika pasien mengalami nyeri gigi akut/bengkak,
perawatan saluran akar diindikasikan.

2.1.3 Kontraindikasi Perawatan Saluran Akar


Adapun kontraindikasi dilakukannya perawatan saluran akar antara lain:8
a. Gigi dengan karies akar yang luas, karies furkasi, rasio mahkota/akar yang
buruk dan fraktur akar merupakan kontraindikasi untuk perawatan saluran
akar.
b. Gigi yang tidak memungkinkan dilakukannya instrumentasi, seperti akar
dengan dilaserasi, kalsifikasi, dentinal sclerosis, dll.
c. Trismus atau jaringan parut dari prosedur pembedahan atau trauma, dll
yang dapat membatasi aksesibilitas karena terbatasnya pembukaan mulut.
d. Gigi dengan resorpsi akar yang besar.
e. Gigi dengan fraktur akar vertikal.
f. Gigi tanpa nilai strategis. Dua faktor utama yang menentukan status gigi
adalah restorabilitas dan dukungan jaringan periodontal. Gigi yang tidak
dapat direstorasi atau yang memiliki dukungan jaringan periodontal yang
tidak adekuat memiliki prognosis buruk (hopeless). Evaluasi rongga mulut
dapat menentukan apakah gigi tersebut strategis atau tidak, misalnya jika
seseorang memiliki banyak gigi yang hilang, mungkin diperlukan saluran
akar gigi molar tiga. Tetapi dalam kasus kebersihan mulut yang terjaga
dengan baik dengan gigi penuh, gigi molar ketiga yang memiliki pulpa
terbuka dapat dipertimbangkan untuk pencabutan
g. Kondisi sistemik. Sebagian besar kondisi medis tidak
mengkontraindikasikan perawatan endodontik, tetapi pasien harus
dievaluasi secara menyeluruh untuk menangani kasus secara optimal.
5

2.2 Preparasi Akses Kavitas


2.2.1 Definisi dan Tujuan Preparasi Akses Kavitas
Preparasi akses kavitas didefinisikan sebagai preparasi koronal endodontik
yang memungkinkan akses tanpa halangan ke kanal orifisium, akses garis lurus
ke foramen apikal, kendali penuh atas instrumentasi dan mengakomodasi teknik
obturasi. Akses kavitas yang tidak dipreparasi dengan benar dapat merusak
instrumentasi, desinfeksi, dan obturasi. Akibatnya, keadaan tersebut dapat
mempengaruhi prognosis dari perawatan saluran akar.8
Tujuan dari preparasi akses kavitas antara lain:8
a. Akses garis lurus langsung ke foramen apikal. Hal ini membantu dalam:
1) Peningkatan kontrol instrumen karena defleksi instrumen minimal dan
kemudahan instrumentasi pada saluran akar.
2) Peningkatan obturasi.
3) Penurunan insiden kesalahan iatrogenic.
b. Pengangkatan atap ruang pulpa secara lengkap. Hal ini membantu dalam:
1) Debridemen lengkap ruang pulpa.
2) Peningkatan visibilitas.
3) Menemukan lokasi orifisium.
4) Memperoleh akses garis lurus.
5) Mencegah perubahan warna gigi karena jaringan pulpa yang tersisa
c. Mempertahankan struktur gigi yang sehat sebanyak mungkin untuk
menghindari melemahnya struktur gigi yang tersisa. Kehadiran dinding
struktur gigi memungkinkan:
1) Aplikasi rubber dam yang tepat.
2) Titik referensi yang stabil.
3) Penggenangan salurana akar dengan irigan.
4) Dukungan untuk .restorasi sementara
d. Memberikan dukungan positif pada pengisian sementara untuk
menghindari kontaminasi pada saluran akar. Dinding kavitas harus dibuat
6

lebar dalam bentuk corong dangkal dengan permukaan oklusal lebih lebar
dari dasarnya.

2.2.2 Instrumen Preparasi Akses Kavitas


a. Endodontic Explorer
1) DG 16. DG 16 dirancang oleh Dr. David Green pada tahun 1951.
Dirancang karena explorer lurus dan explorer cowhorn tidak membantu
menemukan orifisium saluran akar khususnya pada gigi posterior. Tapi,
desain DG 16 membantu untuk mengidentifikasi orifisium dan untuk
menentukan angulasi dari saluran akar (Gambar 1).

Gambar 1. DG 16 Explorer

2) CK (Clark-Khademi) 17. Explorer ini digunakan untuk mengidentifikasi


saluran akar yang mengalami kalsifikasi karena sifatnya yang lebih tipis
dan kaku.
3) Endodontic spoon excavator. Alat ini merupakan ekskavator dengan
ujung ganda dengan shank yang panjang untuk dapat menjangkau jauh ke
dalam saluran akar yang telah dipreparasi (Gambar 2). Alat ini
digunakan untuk ekskavasi dasar ruang pulpa.
7

Gambar 2. Endodontic Spoon Excavator

b. Access Opening Burs


1) Diamond round burs. Diamond round burs No. 2 dan 4 digunakan untuk
masuk ke dalam struktur gigi dan bahan restorasi (Gambar 3A dan B).

Gambar 3A dan B. Round bur digunakan untuk masuk ke dalam struktur gigi

2) Carbide round burs. Carbide round burs No. 2 dan 4 bur digunakan
untuk mencapai pulpa. Bur ini memiliki shank yang lebih panjang, jadi
dapat memberikan visibilitas yang lebih baik. Bur ukuran No. 2
digunakan untuk gigi anterior dan premolar, sedangkan bur ukuran No. 4
digunakan untuk gigi molar. Bur ini digunakan untuk masuk melalui
dentin, bahan restoratif, dll. (Gambar 4).
8

Gambar 4. Carbide Round Burs

3) Endo Z Bur. Bur ini adalah bur karbida runcing berujung aman (Gambar
5A dan B). Tepi tajam lateral bur Endo Z digunakan untuk meratakan
dan memperhalus dinding aksial internal. Ujung non-cuttingnya dapat
ditempatkan dengan aman di lantai pulpa tanpa risiko perforasi.

Gambar 5A dan B. (A) Endo Z Bur; (B) Pembukaan akses dengan Endo Z Bur

4) Tapered diamond bur. Bur ini digunakan dengan kecepatan tinggi


untuk meratakan dinding aksial ruang pulpa.
5) X-Gates. Empat Gates-Glidden drills digabungkan untuk membentuk
satu X-Gates. Gates-Glidden No. 1-4 digunakan secara berurutan
untuk membentuk permukaan koronal akses berbentuk corong. X-
Gates digunakan pada kecepatan 500–750 rpm.
6) Instrumen ultrasonik. Tip ultrasonik tersedia dengan berbagai panjang,
diameter dan desain lancip. Secara umum, alat ini digunakan untuk
9

menghilangkan batu pulpa, mengatasi saluran yang mengalami


kalsifikasi dan menghaluska preparasi akses (Gambar 6).8

Gambar 6. Tip ultrasonik digunakan dalam preparasi akses kavitas

2.2.3 Prosedur Preparasi Akses Kavitas


a. Sebelum memulai preparasi akses kavitas, periksa kedalaman preparasi dan
posisi ruang pulpa dengan menyejajarkan bur dan handpiece dengan
radiograf (Gambar 7).

Gambar 7. Radiografi pre-operative dapat membantu untuk mencatat posisi


dan kedalaman ruang pulpa
b. Gunakan round bur untuk menembus ke dalam ruang pulpa (Gambar 8).
Setelah akses ke dalam ruang pulpa diperoleh, round bur dipindahkan dari
dalam ke luar dengan gerakan brushing. Dengan ini, dentin yang
overhanging dapat dihilangkan (Gambar 9).
10

Gambar 8. Akses ke ruang pulpa dengan round bur.

Gambar 9. Setelah akses ke dalam ruang pulpa diperoleh, bur dipindahkan dari
dalam ke luar

c. Setelah itu, finishing dan penghalusan preparasi dilakukan dengan


menggunakan non-end cutting bur. Hal ini menciptakan transisi yang mulus
antara rongga akses dan dinding ruang pulpa.
d. Diamond bur lebih baik dibandingkan tungsten carbide bur karena mereka
memotong lebih halus, menghasilkan getaran yang lebih rendah dan dapat
ditoleransi dengan baik oleh pasien. Pengangkatan total atap ruang pulpa
memfasilitasi pengangkatan jaringan pulpa, kalsifikasi, karies atau sisa
restorasi sebelumnya (Gambar 10).
11

Gambar 10. Pengangkatan atap ruang pulpa


e. Dinding ruang pulpa melebar dan menyempit membentuk corong halus
dengan diameter lebih besar ke arah permukaan oklusal. Bentuk akses
kavitas berbeda dengan yang digunakan dalam kedokteran gigi restoratif.
Untuk restorasi, fokusnya terdapat pada bagian pits, fisura, sulkus, dan fossa,
sementara pulpa harus dihindari. Untuk akses kavitas, pulpa harus dibuka
dengan melepas atap ruang pulpa.
f. Akses kavitas dipreparasi melalui permukaan oklusal atau lingual dan tidak
pernah melalui permukaan proksimal atau gingiva. Akses kavitas yang tidak
tepat menghasilkan instrumentasi saluran yang tidak adekuat, kesalahan
iatrogenik dan prognosis yang buruk (Gambar 11).8

Gambar 11. Preparasi akses kavitas yang adekuat harus memungkinkan akses
garis lurus ke foramen apikal
12

2.3 Preparasi Saluran Akar


2.3.1 Definisi dan Tujuan Preparasi Saluran Akar
Preparasi saluran akar terdiri dari pengangkatan jaringan pulpa dan debris dari
saluran akar dan pembentukan saluran untuk menerima material obturasi. Tujuan
preparasi saluran akar antara lain sebagai berikut:9
a. Untuk mengeluarkan dan menghilangkan jaringan yang terinfeksi dari
sistem saluran akar tanpa mengorbankan integritas struktural akar.
b. Membentuk kontur dinding saluran akar untuk tujuan:
1) Menyediakan akses dan memfasilitasi pergerakan irigasi ke sepertiga
apikal dari sistem saluran akar.
2) Menyediakan ruang untuk penutupan saluran akar sepenuhnya dengan
bahan pengisi yang padat.

2.2.4 Instrumen Preparasi Saluran Akar


a. Alat Oral Diagnostik10

Gambar 12. Alat oral diagnosis


b. Rubber Dam Kit10
Rubber dam kit terdiri dari:
1) Klem yang menggenggam gigi dan tersedia dalam berbagai bentuk dan
ukuran, tergantung pada gigi yang akan diisolasi (Gambar 13).
2) Rubber dam sheet, pembatas fisik untuk mengisolasi gigi dari rongga
mulut.
3) Rubber dam hole punch, yang digunakan untuk membuat lubang pada
rubber dam sheet yang memungkinkan penempatan rubber dam clamp.
13

4) Rubber dam frame, yang digunakan untuk menahan rubber dam sheet di
tempatnya.

Gambar 13. Rubber dam kit

c. Penggaris Endodontik10
Penggaris endodontik digunakan untuk mengukur instrumen dan mengontrol
panjang kerja selama prosedur perawatan saluran akar.

Gambar 14. Penggaris endodontik

d. Barber Broaches9
Barber broaches adalah instrumen endodontik paling awal yang digunakan
untuk mengeluarkan jaringan pulpa dan memperbesar saluran akar (Gambar
15). Barber broaches adalah alat endodontik bergagang pendek yang sering
digunakan untuk menghilangkan seluruh pulpa dan untuk menghilangkan
debris nekrotik, absorbent points, bantalan kapas dan bahan asing lainnya dari
saluran akar.
14

Gambar 15. Barber broaches

e. K-File8
1) Berpenampang segitiga, persegi, atau belah ketupat dan terbuat dari
stainless steel.
2) K-file memiliki 1,5–2,5 cutting blades per mm ujung kerjanya.
3) Berfungsi untuk menghaluskan dan membentuk saluran akar selama
proses preparasi.

(A)

(B)
Gambar 16A dan B. (A) K-File; (B) Kode warna dan diameter dari K-File

f. Gates-Glidden Drill8
Gates-glidden drill memiliki poros panjang dan tipis yang diakhiri dengan
kepala berbentuk api, dengan ujung yang aman untuk melindungi dari perforasi
15

(Gambar 17). Kepala api memotong secara lateral dan digunakan dengan
tekanan lembut yang diarahkan ke apikal. Jika drill berikatan/menyentuh
dinding saluran akar selama digunakan, maka drill akan patah di leher poros
dan akan keluar dari gigi. Segmen yang patah mudah diangkat dengan
memegang batang yang patah dengan tang dan menariknya keluar dari gigi.

Gambar 17. Gates-glidden drill

g. Disposable Syringe dan Jarum Endodontik9


1) Disposable syringe diberikan kode warna untuk irigan yang berbeda
(Gambar 18A).
2) Jarum 30-gauge side-vented dengan ujung tertutup digunakan untuk
irigasi sepertiga apikal (Gambar 18B). Jarum 30-gauge harus
dimasukkan pada jarak pendek 1-3 mm dari panjang kerja tanpa
berikatan atau menyentuh dengan dinding saluran akar. Larutan harus
dikeluarkan dari syringe dengan sedikit atau tanpa tekanan.
3) Jarum 25- sampai 27-gauge berujung terbuka digunakan untuk irigasi
saluran akar pada sepertiga tengah dan koronal. Jarum 25- sampai 27-
gauge berujung terbuka mengeluarkan laju aliran yang lebih besar dan
mengarahkan aliran irigasi ke apikal. Efektif tetapi memiliki kelemahan
yaitu dapat menyebabkan ekstrusi yang tidak disengaja dari irigan pada
periapikal jika digunakan di regio sepertiga apikal. Oleh karena itu,
jarum berujung terbuka diindikasikan untuk mengirigasi sepertiga bagian
16

koronal dan tengah saluran akar saja. Jarum ini tidak diindikasikan untuk
digunakan sepertiga apikal dari saluran akar.

Gambar 18A dan B. (A) Disposable syringe; (B) Jarum irigasi side-vented

2.2.5 Bahan Irigasi Saluran Akar


Persyaratan ideal untuk bahan irigasi antara lain:8
1) Memiliki sifat antimikroba spektrum luas.
2) Membantu dalam debridemen saluran akar.
3) Memiliki kemampuan untuk melarutkan jaringan atau debris nekrotik.
4) Memiliki tingkat toksisitas rendah.
5) Dapat menjadi lubrikasi yang baik.
6) Memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga dapat dengan mudah
mengalir ke area yang tidak dapat dijangkau.
7) Mampu mensterilkan saluran akar secara efektif.
8) Mampu mencegah pembentukan smear layer selama instrumentasi atau
melarutkan smear layer yang terakhir setelah terbentuk.
9) Dapat menonaktifkan endotoksin.

Adapun jenis-jenis bahan irigasi saluran akar antara lain:8,9


a. Saline normal. Saline normal (0,9% NaCl) biasanya digunakan dalam
endodontik untuk debridemen kotor dan pelumasan saluran akar karena
bekerja dengan tindakan pembilasan. Karena sifatnya yang sangat ringan,
bahan ini dapat digunakan sebagai tambahan untuk irigasi kimiawi. Ini juga
dapat digunakan sebagai bilasan akhir untuk saluran akar untuk
menghilangkan bahan kimia yang tertinggal setelah preparasi saluran akar.
17

- Keuntungan
Saline normal bersifat biokompatibel. Tidak ada reaksi merugikan
meskipun terjadi ekstrusi di periapikal karena tekanan osmotik saline normal
sama dengan tekanan osmotik darah.
- Kekurangan
• Tidak memiliki sifat disolusi dan disinfektan.
• Terlalu ringan untuk membersihkan saluran akar secara menyeluruh.
• Tidak dapat membersihkan flora mikroba dari area yang tidak dapat
diakses seperti saluran aksesori.
• Tidak memiliki aktivitas antimikroba.
• Tidak menghilangkan smear layer.
b. Sodium hipoklorit (NaOCl) adalah cairan bening, pucat, berwarna hijau-
kuning dengan bau klorin yang kuat. Selain berspektrum luas, larutan ini
juga bersifat sporisida dan memiliki sifat melarutkan jaringan. Tidak ada
kesamaan pendapat mengenai konsentrasi NaOCl yang harus digunakan
dalam terapi saluran akar. Jika saluran akar terisi larutan selama seluruh
prosedur preparasi, maka irigan ini akan bertindak sebagai lubrikan, pelarut
jaringan pulpa, dan antimikroba yang baik. Berdasarkan data yang
dipublikasikan, larutan NaOCl 0,5-5,2% dapat digunakan sebagai irigasi
saluran akar. Konsentrasi paling efektif yang direkomendasikan adalah 5,2%
NaOCl. Namun, 2.5% NaOCl adalah konsentrasi yang umum digunakan
karena mengurangi potensi toksisitas sambil mempertahankan aktivitas
pelarutan jaringan dan antimikroba. Saat menggunakan larutan NaOCl
dengan konsentrasi lebih rendah, disarankan untuk meningkatkan volume
dan waktu pemaparan.
- Keuntungan
• Menyebabkan larutnya jaringan.
• Mengangkat bagian organik dari dentin untuk penetrasi yang lebih
dalam dari medikamen.
• Mengangkar biofilm.
18

• Menyebabkan larutnya jaringan pulpa dan jaringan nekrotik.


• Menunjukkan tindakan antibakteri.
• Menyebabkan lubrikasi saluran akar.
• Mudah tersedia.
- Kekurangan
• Karena tegangan permukaan yang tinggi, kemampuannya untuk
membasahi dentin menjadi kurang.
• Iritasi pada jaringan jika terjadi ekstrusi pada periapikal dan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.
• Jika terjadi kontak, dapat menyebabkan inflamasi gingiva karena
sifatnya yang kaustik.
• Memiliki bau dan rasa yang tidak enak.
• Uap sodium hipoklorit dapat mengiritasi mata.
• Dapat merusak instrument.
• Tidak dapat menghilangkan komponen anorganik dari smear layer.
• Lama kontak dengan dentin berpengaruh terhadap kekuatan lentur
dentin.
• Eksudat dan biomassa mikroba menonaktifkan NaOCl. Jadi, irigasi
terus menerus dan waktu penting ketika irigasi dilakukan dengan
NaOCl.
c. Klorheksidin (CHX). Klorheksidin (CHX) adalah bisbiguanida teruji yang
paling ampuh. Larutan ini memiliki dasar yang kuat dan paling stabil dalam
bentuk garamnya, yaitu klorheksidin glukonat. CHX menunjukkan aksi
antimikroba yang optimal antara pH 5,5 dan 7,0. Untuk irigasi saluran akar,
CHX digunakan dengan konsentrasi 2%.
- Keuntungan
• Klorheksidin adalah agen antimikroba spektrum luas yang disebabkan
oleh struktur molekul bisbiguanida kationik yang dimilikinya.
• Pada konsentrasi rendah, klorheksidin bertindak sebagai bakteriostatik,
sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan koagulasi
19

dan pengendapan sitoplasma bakteri dan oleh karena itu bertindak


sebagai bakterisidal,
• Klorheksidin memiliki sifat substantif (efek residual). Dapat
menunjukkan aktivitas antimikroba sisa selama 72 jam atau bahkan
hingga 7 hari jika digunakan sebagai irigasi endodontik.
- Kekurangan
• Tidak dapat melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik.
• Kurang efektif pada bakteri Gram-negatif dibandingkan pada bakteri
Gram-positif.
• Tidak menunjukkan efek pada biofilm.
d. Agen chelating. Agen chelating didefinisikan sebagai bahan kimia yang
dikombinasikan dengan logam untuk membentuk chelate. Agen chelating
diperkenalkan dalam kedokteran gigi pada tahun 1957 untuk membantu
preparasi saluran akar yang sempit dan berliku-liku untuk melunakkan
dentin saluran akar, meningkatkan permeabilitas dentin dan menghilangkan
smear layer. Beberapa larutan yang termasuk agen chelating antara lain:
1) EDTA
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) adalah agen chelating yang
paling umum digunakan. ETDA berisi empat kelompok asam asetat yang
melekat pada ethylenediamine. EDTA relatif tidak toksik dan sedikit
menyebabkan iritasi pada larutan yang lemah. Pengaruh EDTA pada dentin
tergantung pada konsentrasi dan lamanya kontak dengan dentin.
2) Asam Sitrat
Penggunaan asam sitrat 10% telah terbukti dapat menghilangkan smear
layer. Asam sitrat bereaksi dengan logam untuk membentuk non-ionic
chelate. Larutan ini juga menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri
anaerob fakultatif dan obligatif. Namun, asam sitrat tidak boleh digunakan
dengan natrium hipoklorit, karena interaksi dengan NaOCl akan mengurangi
klorin yang tersedia sehingga tidak efektif melawan mikroorganisme.
20

EDTA dan asam sitrat digunakan selama 2-3 menit pada akhir instrumentasi
untuk menghilangkan smear layer sehingga dapat meningkatkan efek
antibakteri dari agen desinfektan yang digunakan secara lokal di lapisan dentin
yang lebih dalam.

2.2.6 Penentuan Panjang Kerja


a. Metode Grossman/Metode Matematika Penentuan Panjang Kerja8
Ini didasarkan pada formulasi matematika sederhana untuk menghitung
panjang kerja. Dalam hal ini, instrumen dimasukkan ke dalam saluran akar,
stopper dipasang ke titik referensi dan radiografi diambil. Rumus untuk
menghitung panjang gigi sebenarnya adalah sebagai berikut:
anjang in t umen e ena nya x panjang gigi adiog afi
Panjang gigi sebenarnya = anjang in t umen adiog afi

Panjang kerja dapat ditentukan dengan mengurangi panjang gigi sebenarnya


yang didapatkan dengan 1 mm.

b. Metode Penentuan Panjang Kerja Ingle8


1) Sebelum pembukaan akses, terlebih dahulu dilakukan
pengurangan/pengambilan cups yang fraktur, cups yang melemah karena
karies atau restorasi untuk menghindari fraktur email yang melemah
selama perawatan. Hal ini akan menghindari hilangnya titik referensi
awal (Gambar 19A dan B).

Gambar 19A dan B. Titik referensi tidak boleh dibuat dari permukaan gigi yang
fraktur atau struktur gigi yang karies
2) Ukur perkiraan panjang kerja dari radiografi periapikal pre-operative.
21

3) Sesuaikan stopper instrumen dengan perkiraan panjang kerja tersebut


dan letakkan di saluran akar hingga sesuai dengan stopper (Gambar
20A-D).

Gambar 20A-D. Pengukuran panjang kerja dengan metode Ingle

2.2.7 Teknik Preparasi Saluran Akar


a. Teknik Konvensional11,12
Teknik ini pertama kali dijelaskan oleh Ingle pada tahun 1961. Teknik ini
dimulai dengan instrumen kecil, instrumen kemudian dimasukkan ke dalam
saluran akar sesuai panjang kerja. Hasil preparasi pada saluran akar secara
teoritis mereproduksi bentuk instrumen terakhir yang digunakan (Master Apical
File [MAF]). Bentuk akhir dari preparasi sesuai untuk teknik obturasi single
cone karena kesesuaian yang tinggi antara MAF, diharapkan bentuk saluran
akar dan gutta-percha cone yang sesuai. Teknik preparasi konvensional atau
standar awalnya digambarkan sebagai metode yang paling baik untuk
membersihkan dan membentuk saluran akar. Tujuan teknik ini adalah
terciptanya preparasi yang memiliki ukuran, bentuk, kekonusan yang sama
dengan instrumen standar. Namun pada saluran akar yang bengkok sulit dicapai
pembentukan saluran akar seperti itu.
22

b. Teknik Step-Back9,10
Teknik step-back atau teknik serupa seperti teknik teleskopik atau teknik
serial bertujuan pada kekonusan yang lebih tinggi dengan pengurangan panjang
kerja secara bertahap setelah preparasi apikal diselesaikan dengan MAF Teknik
step-back selama bertahun-tahun telah menjadi salah satu teknik preparasi
tradisional dalam endodontik. Dalam beberapa penelitian, teknik ini
menghasilkan saluran akar yang lebih bersih daripada teknik standar.
a. Kelebihan dari Teknik Step-Back
1) Teknik ini membuat preparasi apikal yang kecil dengan instrumen yang
lebih besar digunakan pada panjang yang semakin berkurang untuk
membuat bentuk taper/lancip.
2) Bentuk taper/lancip preparasi saluran akar dapat diubah dengan
mengubah interval antar instrumen yang berurutan, misalnya taper/lancip
dari preparasi saluran dapat ditingkatkan dengan mengurangi interval
antara tiap file yang berurutan dari 1 mm menjadi 0,5 mm
b. Kekurangan dari Teknik Step-Back
1) Sulit mengirigasi daerah apikal.
2) Lebih banyak peluang mendorong debris ke periapikal.
3) Memakan waktu.
4) Meningkatnya kemungkinan kesalahan iatrogenik.
5) Sulit memasukkan instrumen ke dalam saluran akar.

Adapun proseur preparasi teknik step-back menurut Mullaney (1960) dibagi


menjadi dua tahap:
1) Tahap I adalah preparasi bagian apikal yang dimulai dari apikal
konstriksi.
a) Preparasi saluran akar dimulai setelah mendapatkan akses garis lurus
dan penentuan panjang kerja.
b) File #10 dimasukkan ke saluran akar dengan gerakan watch-winding.
Dalam gerakan watch-winding, file berputar searah jarum jam dan
23

berlawanan arah jarum jam dengan tekanan apikal minimal (Gambar


21).

Gambar 21. Gerakan watch-winding file


c) Lepaskan instrumen dan lakukan irigasi saluran akar.
d) Jangan lupa melubrikasi instrumen untuk digunakan di area apikal
karena lubrikan mengemulsi jaringan pulpa fibrosa sehingga
memungkinkan instrumen untuk mengeluarkan jaringan tersebut,
sedangkan irigan mungkin tidak mencapai area apikal untuk
melarutkan jaringan.
e) Tempatkan file berukuran lebih besar berikutnya sesuai panjang kerja
dengan cara yang sama dan sekali lagi setelah itu dilanjutkan dengan
irigasi.
f) Ulangi prosedur sampai setidaknya ukuran 25 K-file mencapai panjang
kerja atau sampai dirasakan adanya tug back (Gambar 22).

Gambar 22. Preparasi saluran tahap I


24

g) Selalu rekapitulasi saluran akar dengan instrumen bernomor lebih kecil


sebelumnya untuk menghilangkan debris yang terkumpul yang
kemudian diirigasi dengan irigan.

2) Tahap II adalah preparasi sisa saluran akar yang secara bertahap menuju
koronal dengan file yang bertambah besar.
a) Tempatkan file berikutnya dengan file 1 mm lebih pendek dari panjang
kerja. Masukkan instrumen ke dalam saluran akar dengan gerakan
watch-winding, lepaskan setelah dilakukan circumferential filing,
irigasi dan rekapitulasi. Ulangi prosedur yang sama untuk file yang
lebih besar secara berturut-turut dengan kenaikan 1 mm dari file yang
digunakan sebelumnya (Gambar 23).

Gambar 23. Preparasi saluran tahap II

b) Untuk sepertiga korona saluran akar, gunakan Gates-glidden (GG)


drill atau file dengan angka yang lebih besar (Gambar 24).

Gambar 24. Gates-glidden drill digunakan pada sepertiga korona


25

c) Preparasi akhir saluran akar dilakukan menggunakan master apical file


dengan gerakan push-pull untuk mendapatkan bentuk lancip saluran
akar yang mulus (Gambar 25).

Gambar 25. Preparasi akhir saluran akar dilakukan dengan menggunakan


master apical file

c. Teknik Crown-Down Pressureless9,13


Teknik ini disarankan oleh Marshall dan Pappin. Pelebaran awal dilakukan
pada bagian korona dengan Gates-glidden drill diikuti dengan pengangkatan
dentin secara bertahap dari arah koronal ke apikal, dan karenanya disebut teknik
crown down. K-File lurus kemudian digunakan dalam urutan besar ke kecil
dengan gerakan reaming dan tanpa tekanan apikal, dan karenanya disebut
teknik pressureless.
Adapun proseur preparasi teknik Crown-Down Pressureless antara lain:
1) Tahap pertama dilakukan pengukuran panjang kerja. Setelah panjang
kerja didapatkan, file diukur sampai dua pertiga dari panjang kerja yang
telah didapatkan untuk preparasi awal di bagian korona.
2) K-File ukuran #10 dan #15 secara pasif dimasukkan ke dalam dua pertiga
korona saluran akar sebagai file “pencari jalan”, yang mengkonfirmasi
keberadaan jalur masuk yang mulus dan dapat direproduksi. Langkah ini
penting untuk instrumen pembentuk ProTaper, karena sebagian besar
memiliki sisi pemotong di samping dan memiliki ujung yang tipis dan
rapuh.
26

3) Shaping file S1 dan S2 kemudian secara pasif dimasukkan ke dalam


ruang saluran akar yang telah diisi dengan irigan (sebaiknya NaOCl). Jika
perlu, file SX dapat digunakan pada tahap ini untuk merelokasi orifisium
atau menghilangkan dentin yang menghalangi.
4) Setelah setiap shaping file digunakan, saluran akar diirigasi kembali dan
K-file ukuran #10 digunakan untuk merekapitulasi dan memecah debris
serta memindahkannya ke dalam larutan. Proses ini diulangi sampai
kedalaman file #10 atau #15 tercapai.
5) Setelah irigasi, sepertiga apikal dipreparasi dan diperbesar setidaknya
menjadi ukuran #15 K-file, dan panjang kerja dikonfirmasi. Berdasarkan
pada anatomi saluran akar, sisa preparasi pada bagian apikal dapat
dilakukan dengan file ProTaper.
6) ProTapers S1 dan S2 kemudian digunakan sesuai dengan panjang kerja.
Panjang kerja harus dikonfirmasi setelah irigasi dan rekapitulasi dengan
K-file, dibantu oleh alat pelacak apex elektronik atau radiografi.
7) Preparasi selesai dengan satu atau lebih file finishing ProTaper.

Gambar 26. Prosedur preparasi dengan teknik Crown-Down Pressureless


27

2.4 Obturasi Saluran Akar


2.4.1 Bahan Pengisi Saluran Akar
Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh sistem
saluran akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar
tambahan. Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi
padat (pasta atau bentuk padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen
saluran akar atau sealer. Bahan pengisi saluran akar dapat dibagi menjadi:14
a. Bahan semi padat: Gutta-percha/ gutta-point14
Gutta-percha merupakan bahan pengisi saluran akar yang populer. Sampai
saat ini masih digunakan dan merupakan pilihan utama karena memiliki
kelebihan sebagai berikut:
1) Karena gutta percha cone bersifat plastis.
2) Manipulasinya mudah meskipun untuk think pengisian yang komplek.
3) Mudah dikeluarkan dari saluran akar misalnya pada pembuatan pasak
dan perawatan ulang.
4) Toksisitasnya kecil dan relative stabil bila berkontak dengan jaringan.

Sampai saat ini belum ada bahan pengisi saluran akar lain yang menyamai
gutta percha cone. Kekurangannya adalah tidak melekat pada dentin dan sedikit
elastis sehingga menjauhi dinding saluran akar. Oleh karena itu harus digunakan
sealer saluran akar untuk menutup celah antara gutta percha cone dan dinding
saluran akar.

b. Bahan padat14
Hg poin atau silver cone, Cone ini dari perak murni dengan ukuran bentuk
file standar. Keuntungan mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan
panjang kerja. Kekurangannya tidak baik untuk keberhasilan jangka panjang
karena tidak beradaptasi secara baik dengan dinding saluran akar sehingga
membutuhkan semen saluran akar yang lebih banyak. Bila berkontak dengan
cairan jaringan semen akan porus, kon berkarat, toksik dan merusak jaringan
periapikal. Kekurangan lainya dari silver cone ini dapat menyebabkan
28

terjadinya korosi dan gambaran radiologisnya tidak begitu jelas kelihatan


apakah sudah terisi penuh atau tidak.

c. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)12


Mineral trioxide aggregate (MTA) telah berhasil digunakan pada
perawatan endodontik sejak awal tahun 1990. Kandungannya yaitu trikalsium
silikat, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, tetrakalsium aluminoferit,
kalsium sulfat, dan bismut oksida. Materi ini memiliki sifat bioaktif yang baik
dan dapat merangsang pelepasan sitokin dari fibroblas pulpa, kemudian
merangsang pembentukan jaringan keras.
Bahan ini digunakan dalam aplikasi pulp capping, untuk perawatan apikal
yang terbuka pada gigi permanen muda, perbaikan lesi perforasi, dan sebagai
siler (MTA Fillapex) yang diindikasikan untuk pengisian saluran akar gigi
permanen. MTA dicampur menjadi pasta yang kaku dengan air steril.
Konsistensi dapat disesuaikan dengan memvariasikan rasio powder dan likuid
dan ditutup dengan kasa lembab untuk mencegah pengeringan bahan. Setting
diperiksa kembali setelah 4 jam penempatan dan perawatan selanjutnya dapat
dilakukan.

d. Bahan sealer14
Konsep dasarnya adalah sealer saluran akar lebih penting dari pada bahan
pengisi inti. Sealer saluran akar akan menuntaskan tugas untuk memberikan
kerapatan yang ketat, sedangkan bahan inti berfungsi sebagai kendaran bagi
sealer. Sealer saluran akar harus digunakan bersama-sama dengan bahan
pengisi apapun tehnik atau bahan yang digunakan. Inilah yang membuat sifat
fisik dan pelekatan sealer menjadi penting. Keberhasilan perawatan saluran
akar pada saat ini ditentukan oleh pembersihan dan disinfeksi saluran akar
dengan bahan kimia serta mekanis disertai dengan penambahan yang baik.
Sangat tidak relevan jika keberhasilan ditentukan oleh sealer atau bahan
penutup saluran akar saja seperti pasta atau semen.
29

Syarat-syarat sealer menurut Grosman adalah:


1) Tidak terjadi pengerutan pada saat pengerasan, dimensi sealer saluran
akar harus tetap stabil.
2) Dapat diukur waktu pengerasannya, sealer saluran akar harus memiliki
waktu kerja yang cukup panjang agar pelekatan dan manipulasinya
dapat dilakukan dengan baik kemudian tetap mengeras dengan baik
setelah pengisian selesai.
3) Sifat adesif, sealer saluran akar yang adesif dengan dinding saluran akar
adalah sifat yang paling didambakan. Suatu bahan yang benar-benar
adesif akan membentuk ikatan yang kuat antara bahan inti dan dentin
sehingga dapat menutup rongga yang ada. Sealer berbasis Zinc Oxide
Eugenol tidak memiliki sifat adesif sama sekali sedangkan yang plastik/
resin memiliki sifat adesif.
4) Rontgen Foto, Sealer saluran akar harus bisa terlihat di radiograf,
namun makin radiofak silernya, gelombang udara dalam obturasinya
makin tidak jelas terlihat.
5) Tidak mewarnai gigi, sisa sealer saluran akar dalam mahkota tidak
boleh mewarnai mahkota dikemudian hari. Saat ini, semua sealer
saluran akar yang dites, terutama sealer yang berbasis Zinc Oxide
Eugenol atau yang mengandung logam berat dapat mewarnai dentin.
6) Larut dalam pelarut, kelak beberapa hari, bulan atau tahun kemudian
setelah pengisian selesai, mungkin diperlukan pemasangan pasak atau
perawatan ulang.
7) Tidak larut dalam cairan jaringan dan jaringan mulut, sealer jaringan
akar tidak boleh hancur jika berkontak dengan cairan jaringan. Namun
sealer yang ada sekarang masih agak larut terutama jika berkontak
dengan cairan mulut.
8) Menciptakan kerapatan yang baik, Sifat fisik yang jelas-jelas penting.
Bahan harus menciptakan dan tetap dapat mempertahankan kerapatan
baik kearah apek, lateral, maupun korona.
30

Menurut Walton, fungsi dari semen pengisi saluran akar antara lain:
1) Untuk menyemen bahan pengisi saluran akar
2) Untuk melapisi salurana akar yang tidak sesuai dengan bahan pengisi.
3) Sebagai bahan pengisi saluran akar tambahan dan kelainan resobsi dan
ruangan yang tidak terisi cone master gutta percha.
4) Mengontrol pertumbuhan bakteri yang masih berada di dalam saluran
akar.

2.4.2 Teknik Obturasi


Secara historis, obturasi telah dianggap sebagai langkah paling kritis dan
penyebab sebagian besar kegagalan perawatan. Sebuah laporan penelitian
menyatakan bahwa sebagian besar kegagalan perawatan dikaitkan dengan
obturasi yang tidak adekuat. Penelitian tersebut terdiri dari penilaian radiografi
penyembuhan pada berbagai periode waktu setelah perawatan saluran akar.
Kegagalan yang diamati berkorelasi dengan obturasi yang tampak buruk (seperti
yang dievaluasi pada radiografi).
Faktor-faktor lain mungkin menyebabkan iritasi pada jaringan periapikal dan
kegagalan, sebagai berikut:
1) Kehilangan atau seal korona yang tidak adekuat
2) Debridement dan desinfeksi yang tidak adekuat
3) Saluran yang terlewat
4) fraktur akar vertikal
5) Penyakit periodontal yang signifikan
6) Fraktur koronal
7) Teknik aseptik yang buruk
8) Kesalahan prosedural seperti kehilangan panjang, ledging, zipping, dan
perforasi.15

Tujuan dari obturasi adalah untuk membuat seal disepanjang sistem saluran
akar dari korona sampai apikal. Pentingnya membentuk memelihara seal korona
31

telah diabaikan; kualitas seal koronal setidaknya sama pentingnya dengan seal
apikal dalam keberhasilan jangka panjang.15

a. Kondensasi Lateral
Metode yang paling banyak diajarkan untuk obturasi saluran akar di
sekolah kedokteran gigi adalah kondensasi lateral gutta-percha dingin dan
sealer, meskipun pemadatan gutta percha yang dipanaskan juga dapat
dilakukan. Metode ini paling optimal dilakukan setelah preparasi saluran
akar dengan bentuk taper secara kontinu.16
Kondensasi lateral dapat digunakan dalam banyak situasi. Kecuali
pada saluran akar yang sangat melengkung atau berbentuk abnormal atau
saluran dengan kelainan seperti resorpsi internal. Namun, kondensasi
lateral dapat dikombinasikan dengan teknik obturasi lain. Secara umum,
jika situasinya tidak mendukung kondensasi lateral dalam hal ini terlalu
sulit bagi dokter umum, maka pasien dapat dirujuk ke endodontis.15
Prosedur dari teknik obturasi kondensasi lateral, yaitu:
1) Sealer dicampur dan diaplikasikan pada dinding saluran akar.
2) Master cone (tanpa lapisan sealer) dimasukkan secara perlahan
untuk memungkinkan udara dan kelebihan semen keluar.
3) Sebelum spreader dimasukkan dan dilepas, cone aksesori diambil
dimasukkan.
4) Spreader diinsersikan di antara master cone dan dinding saluran
dengan menggunakan tekanan kuat (hanya apikal) hingga dalam
jarak 1 sampai 2 mm dari panjang kerja. Spreader taper adalah
teknik mekanis yang memadatkan gutta percha secara lateral,
menciptakan ruang untuk cone aksesori tambahan.
5) Spreader untuk diangkat dengan rotasi back-fourth disekitar
porosnya. Lalu, cone aksesori gutta-percha segera dimasukkan ke
dalam ruang yang dibuat.
32

6) (Opsional) Radiografi dapat dilakukan setelah satu atau dua cone


ditempatkan. ika ada masalah, cone dikeluarkan. Master cone baru
ditempatkan dengan panjang yang telah dikoreksi.
7) Prosedur (5) diulangi sampai spreader tidak dapat lagi dimasukkan
di sepertiga apikal saluran (sekitar tiga sampai tujuh cone aksesori
tergantung pada bentuk saluran). Insersi terakhir adalah cone
aksesori, bukan spreader. Obturasi dapat dievaluasi dengan
radiograf saat ini.
8) Gutta-percha yang berlebih dihilangkan dengan instrumen panas
(Glick No. 1 atau plugger panas atau alat battery controlled
heating). Dilakukan sekitar 1 mm apikal dari margin gingiva pada
gigi anterior dan 1 mm apikal pada saluran orifisium pada gigi
posterior.
9) Bagian servikal dari gutta-percha panas dipadatkan secara vertikal
dengan kuat menggunakan Glick No. 1 atau heater-plugger No. 5-7.

Gambar 27. Prosedur obturasi kondensasi lateral

b. Kondensasi Vertikal
Kondensasi vertikal juga merupakan teknik yang efektif; penelitian
menunjukkan bahwa kondensasi ini sebanding dengan kondensasi lateral.
Meskipun kondensasi vertikal tidak banyak diajarkan di sekolah kedokteran
gigi, teknik ini menjadi lebih populer. Dengan diperkenalkannya perangkat
dan teknik baru, teknik kondensasi vertikal panas agak lebih ramah pengguna
dan tidak terlalu memakan waktu.
33

Secara umum, kondensasi vertikal dapat digunakan dalam situasi yang


sama seperti kondensasi lateral. Namun sedikit lebih baik dalam beberapa
keadaan, seperti dengan resorpsi internal dan dengan induksi apeks akar.
Adapun prosedurnya yaitu teknik kondensasi vertikal panas membutuhkan
sumber panas dan berbagai ukuran plugger untuk pemampatan gutta percha
termoplastik. Plugger cchilder mulai dengan diameter 0,4 mm dan bertambah
0,1 mm untuk setiap instrumen yang berurutan, dengan 1,1 mm merupakan
instrumen terbesar. Plugger juga tersedia dalam ukuran standar ISO. Teknik
ini terdiri dari penempatan cone gutta-percha dengan taper mirip dengan
saluran, apeks pendek, dan pengaplikasian panas menggunakan flame-heated
carrier. Guttapercha melunak karena panas. Plugger kemudian ditempatkan di
saluran dengan tekanan apikal untuk menghasilkan gaya hidrolik yang
menggerakkan gutta-percha ke apikal, berlawanan dinding saluran, dan
kedalam saluran yang ireguler seperti saluran aksesori. Gutta-percha
kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit, dan setiap penambahan gutta-
percha dipanaskan dan dilunakkan dan ditempatkan secara vertikal sampai
seluruh saluran terisi.

c. Teknik Single Cone


Teknik single cone merupakan teknik pengisian saluran akar dengan
menggunakan satu guttapercha utama tanpa menggunakan guttapercha
tambahan ke dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter
preparasinya (master apical cone). Keuntungan teknik ini adalah waktu
pengerjaannya lebih cepat dibandingkan dengan teknik kondensasi lateral,
prediktabilitasnya, penggunaan yang mudah, pengisian dapat diperbaiki
dengan mudah dan penempatan material yang terkontrol. Menurut beberapa
penelitian, teknik single cone memberikan pengisian saluran akar yang tidak
adekuat pada saluran akar oval.Teknik single cone memungkinkan
penggunaan kon guttapercha yang diruncingkan sesuai dengan bentuk akhir
saluran akar.17
34

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 19 tahun datang ke RSGMP UNJANI dengan keluhan


gigi geraham kiri berlubang besar dan sering berdenyut sejak ±2 tahun yang lalu.
Pada gusi tersebut dulu sering muncul nanah yang hilang timbul, akan tetapi saat ini
nanah tersebut tidak ada. Saat gigi tersebut nyeri, operator tidak melakukan apa-apa
untuk meredakan nyeri tersebut. Saat ini gigi tersebut sedang tidak sakit dan OS ingin
dilakukan perawatan. Riwayat dental pasien pernah melakukan ekstraksi gigi 46 dan
menemukan bahwa gigi tersebut memilki 3 akar.
Hasil pemeriksaan objektif diketahui bahwa gigi molar pertama kiri rahang
bawah tampak berlubang besar pada bagian oklusal hingga pulpa terbuka tanpa
pembengkakan pada daerah gingiva sekitarnya. Hasil pemeriksaan vitalitas dengan
cold test dan EPT memperlihatkan gigi sudah non-vital. Tes palpasi dan tes tekan
memperlihatkan hasil negatif, sedangkan tes perkusi memperlihatkan hasil yang
positif. Gigi 36 tampak mengalami diskolorisasi (Gambar 1).

Pemeriksaan radiografi awal memperlihatkan gambaran radiolusensi pada


mahkota hingga kamar pulpa dengan gambaran radiolusensi dengan batas tidak tegas
dan tidak jelas seperti abses periapikal pada gigi 36 (Gambar 1). Berdasarkan hasil
radiografi tampak gigi 36 hanya seperti memiliki 2 akar. Diagnosis pada kasus ini
adalah pulpa nekrosis dengan abses periapikal kronis gigi 36. Prognosis baik dengan
pertimbangan saluran akar jelas terlihat serta tidak ada keluhan sakit.
35

a. Penatalaksanaan
Pada kunjungan pertama, tanggal 7 Oktober 2015 dilakukan pemeriksaan
subjektif, pemeriksaan objektif, dan radiograf penunjang (periapikal) kemudian
ditentukan diagnosis, dan rencana perawatan. Hasil pemeriksaan tersebut maka
diagnosis gigi 36 adalah nekrosis pulpa dengan abses periapikal kronis. Pasien
diberikan penjelasan mengenai rencana perawatan, prosedur perawatan,
perkiraan biaya serta waktu perawatan. Rencana perawatan adalah perawatan
saluran akar dengan multivisit. Pasien menyetujui tindakan perawatan dan
menandatangani informed consent.
Kunjungan kedua pada tanggal 8 Oktober 2015 dilakukan pemasangan
rubber dam, buka kavum dan pembuangan jaringan karies pada gigi 36 dengan
menggunakan Endo Access bur. Setelah buka kavum kemudian dilakukan
penentuan letak orifs. Saat buka kavum ditemukan dua saluran akar pada akar
mesial (mesio-bukal dan mesio-lingual) dan satu saluran akar bagian distal.
Pada saat membuang sangkutan untuk mendapatkan straight line access
terdapat satu orifsium yang terletak pada bagian lingual dekat sudut disto-
lingual (Gambar 2). Karena posisi saluran akar yang tidak biasa diputuskan
untuk dilakukan penilaian ulang pada radiograf periapikal awal.

Gambaran periapikal awal tidak memperlihatkan adanya akar tambahan


ataupun dua saluran akar distal gigi 36. Sehingga diputuskan untuk melakukan
pemotretan periapikal ulang menggunakan teknik horizontal tube shifting
36

dengan pengurangan sudut horizontal dan mempertahankan sudut vertikal. Saat


pemotretan gigi 36 dilakukan, saluran akar diisi dengan K-file No.10 hingga
panjang kerja atau kontriksi apikal (Gambar 3). Hasil pemeriksaan periapikal
memperlihatkan superimposisi dua saluran akar mesial (mesio-bukal dan
mesio-lingual) dan terdapat akar/saluran akar tambahan pada akar distal.
Dihubungkan dengan riwayat dental pada gigi 46 pasien yang telah diekstraksi,
maka disimpulkan bahwa pada gigi 36 pasien tersebut juga memiliki akar
tambahan pada bagian lingual (radix entomolaris). Setelah dipastikan adanya
saluran akar tambahan, prosedur perawatan saluran akar gigi 36 dilanjutkan.

Preparasi saluran akar diputuskan menggunakan teknik crown-down dengan


ProTaper hand files. Setiap saluran akar dilakukan preparasi saluran akar
dimulai dengan coronal flaring saluran akar menggunakan files SX atau Gates
Glidden drills. Setelah itu dilakukan pembuatan glide path menggunakan K-file
No.10 dan chelator agent yaitu ethylenediamine tetra acid 17% (EDTA) pada
setiap saluran akar dengan gerakan watch-winding selama 1 menit, lalu dibilas
dengan natrium hipoklorida 2,5% (NaOCl). Setelah saluran akar dikeringkan
kemudian dilakukan shaping menggunakan file S1 dan S2 pada 2/3 koronal
seluruh saluran akar dengan gerakan turn-pull. Setiap penggantian files
dilakukan irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan dikeringkan dengan paper
points steril.
37

Saluran akar yang telah kering kemudian dilakukan pengukuran panjang


kerja saluran akar menggunakan K-file No.10 dan electronic apex locator pada
setiap saluran akar. Panjang saluran akar mesio-bukal, mesio-lingual, disto-
bukal, dan disto-lingual secara berurutan adalah 18 mm, 19 mm, 19 mm, dan 18
mm. Seluruh fnishing files diatur pada panjang kerja yang telah diukur dengan
memindahkan rubber stop. Setelah itu dilakukan preparasi 1/3 apikal saluran
akar pada seluruh saluran akar menggunakan F1 hingga F3 file dengan gerakan
¾ twist clockwise. Setiap pergantian files dilakukan irigasi menggunakan
NaOCl 2,5%. Master apical file (MAF) untuk dua saluran akar mesial adalah
F2 file dan F3 file pada akar distal. Setelah preparasi saluran akar selesa
dikeringkan lalu dilakukan pengisian medikasi intrakanal dengan kalsium
hidroksida (CaOH2) dan kavitas ditutup dengan bahan restorasi sementara.
Pasien diminta untuk kontrol setelah 14 hari. Kunjungan ketiga dan empat
pada 12-23 Oktober 2015, pasien sudah tidak memperlihatkan gejala saat
dilakukan perkusi sehingga diputuskan untuk dilakukan obturasi saluran akar.
Gigi 36 dilakukan isolasi menggunakan rubber dam lalu dilakukan
pembuangan restorasi sementara. Kemudian seluruh saluran akar dibersihkan
dan dikeringkan. Setelah dipastikan kering, saluran akar kemudian diisi dengan
gutta-percha sesuai dengan MAF dan panjang kerja lalu gigi dilakukan
pemotretan periapikal trial obturasi (Gambar 4).
38

Gambaran radiograf periapikal trial memperlihatkan bahwa bagian apikal


dari seluruh saluran akar terisi dengan gutta-percha, dan pada hari yang sama
dapat dilakukan obturasi single cone menggunakan gutta-percha dan calcium
hydroxide-based endodontic sealer(Sealapex). Obturasi dilakukan dengan
teknik vertical compaction. Gutta-percha dilapisi dengan sealer lalu imasukan
ke dalam setiap saluran akar lalu kelebihan gutta-percha pada bagian koronal
dipotong menggunakan excavator di atas orifs. Gutta-percha kemudian di
kondensasi menggunakan endodontic plugger dengan arah vertikal. Kelebihan
sealer pada kamar pulpa dan tepi gigi dibersihkan dengan cotton pellet
steril.Kamar pulpa kemudian direstorasi dengan bahan restorasi semi-permanen
yaitu glass ionomer tipe II hingga oklusal. Permukaan oklusal restorasi di buat
under-occlusion untuk mencegah goyangnya gigi (Gambar 5).

Kunjungan kontrol 1 minggu (11 November 2015) perawatan saluran akar


gigi 36 memperlihatkan hasil negatif pada tes vitalitas, bite test, dan tes perkusi
yang berarti infeksi periapikal telah tertangani. Gigi 36 kemudian dilanjutkan
dengan perawatan restorasi defnitif secara indirek.

b. Pembahasan
Radix entomolaris merupakan salah satu variasi anatomi yang sering terjadi
pada gigi molar pertama permanen rahang bawah. RE adalah variasi jumlah
akar dimana gigi molar pertama rahang bawah memiliki akar tambahan
39

(supernumerary root) yang dapat terletak pada sisi disto-lingual. Akar ini
secara umum berukuran lebih kecil dari akar mesial/distal dan dapat secara utuh
terpisah dan sebagian berfusi dengan akar lainnya Umumnya gigi molar
pertama rahang bawah memiliki tiga saluran akar yaitu dua pada akar mesial
(mesio-bukal dan mesio-lingual) dan satu pada akar distal. Sebanyak 35% kasus
menyatakan pada gigi molar pertama rahang bawah terdapat empat saluran
akar. Akar mesial selalu memiliki dua saluran akar yaitu saluran mesio-bukal
dan mesio-lingual, sedangkan pada variasi morfologi saluran akar, akar distal
terkadang memiliki dua saluran akar, yaitu disto-bukal dan disto-lingual.17
Terkadang juga terdapat saluran akar tambahan terdapat pada akar mesial
sehingga menjadi tiga saluran akar mesial dengan tambahan saluran akar
medio-mesial. Tidak semua RE memiliki saluran akar, hanya akar yang
berbentuk matur dan panjang saja yang memiliki perluasan pulpa. Lokasi orifs
pada RE terletak pada lebih ke distolingual dari akar atau saluran akar utama
pada akar distal. Untuk menemukan orifs dan saluran akar dari RE, pembukaan
kavitas yang berbentuk triangular (karena gigi molar pertama rahang bawah
umumnya memiliki 3 saluran akar) harus dibuat meluas ke arah disto-lingual
sehingga outline form akan berbentuk rectangular atau trapesium. Tidak jarang
letak orifs dari RE tidak dapat terlihat dengan jelas, sehingga banyak dokter
gigi menggunakan bantuan dental loupe, kamera intraoral, atau mikroskop
dental.17
Dalam kasus yang dijelaskan di atas, kami membuat outline form dari
triangular menjadi persegi dan cukup untuk menemukan lokasi orifs dari RE.
Kami tidak membutuhkan dental loupe atau mikroskop karena orifs jelas
terlihat. Penentuan orifisium RE dalam laporan kasus ini murni dilakukan
melalui eksplorasi dasar kamar pulpa dengan pelebaran outline form.
Penggunaan rotary files berbahan nickel titanium lebih disarankan
dibandingkan stainless steel files karena memiliki derajat taper tidak lebih dari
4% dan penggunaan teknik preparasi crown down lebih disarankan karena
40

menyebabkan preparasi saluran akar yang lebih terpusat, membulat, dan


konservatif.17
Sering terjadi kesalahan dan masalah yang ditemui saat dilakukan preparasi
saluran akar yang terkadang dapat terjadi dan dapat menggagalkan perawatan
sehingga yaitu terdorongnya debris, tersumbatnya saluran akar, fraktur
instrument, perforasi, kehilangan panjang kerja dan terjadinya step,
instrumentasi berlebihan (terlalu panjang) dan preparasi apikal.18
Pada kasus ini teknik preparasi saluran akar yang digunakan adalah adalah
teknik Crown Down. Teknik preparasi ini dapat menciptakan akses yang lurus
sehingga akan meningkatkan penetrasi bahan irigasi ke dalam saluran akar,
mengurangi hambatan di bagian korona sehingga memudahkan instrument
mencapai daerah apeks, dapat mengurangi kemungkinan perforasi di apeks, dan
dapat juga meminimalkan terdorongnya debris ke periapikal, serta
19
memudahkan pengisisan saluran akar.
Instrumen yang digunakan pada teknik crown down adalah file protaper.
Berdasarkan kegunaannya terbagi menjadi dua, yaitu hand use instrument dan
rotary instrument. Hand instrument digerakkan menggunakan tanganan
operator sedangkan roraty instrument dengan bantuan alat rotary atay
handpiece. Pada laporan kasus ini, jenis protaper yang digunakan adalah
protaper hand use instrument.
Pembersihan saluran akar secara menyeluruh merupakan hal yang penting
karena bila masih ada sisa jaringan yang tertinggal (debris), maka ada
kemungkinan menjadi tempat bagi tumbuhnya bakteri dan dapat menyebabkan
peradangan periapikal. Debris yang tertinggal dapat pula mengurangi adaptasi
bahan pengisi dengan dinding saluran akar.20
Obturasi atau pengisian saluran akar bertujuan untuk mencegah masuknya
cairan maupun kuman dari jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak
terjadi infeksi ulang. Pada laporan kasus ini, teknik pengisian saluran akar yang
digunakan adalah teknik single cone. Teknik single cone dilakukan dengan
memasukkan gutta percha tunggal ke dalam saluran akar dengan ukuran yang
41

sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk menambah adaptasi gutta percha


dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar maka ditambahkan semen
saluran akar (sealer).
Sealer merupakan semen yang pada takaran tertentu dapat menutupi celah-
celah saluran akar yang belum terisi oleh gutta percha. Penelitian membuktikan
bahwa guta perca tanpa sealer saluran akar tidak akan menghasilkan hasil
obturasi yang rapat.18, 21
Secara umum, terdapat empat jenis sealer saluran akar yakni sealer berbasis
Zinc Oxide Eugenol (Kerr PCS, Kerr, Romulus, MI, USA), resin (AH Plus,
Dentsply Maillefer, Ballaigues Switzerland), glass ionomer cement (Ketac-
Endo, 3M ESPE, St. Paul, MN< USA) dan Kalsium hidroksida (Sealapex, Kerr
Kerr, Romulus, MI, USA). Pada laporan kasus, sealer yang digunakan adalah
sealer berbahan resin.22

c. Kesimpulan
Keberhasilan dalam perawatan endodonti membutuhkan penegakan
diagnosis yang tepat, serta pelaksanaan prosedur perawatan secara tepat.
Perawatan endodontic menggunakan teknik preparasi crown down obturasi
menggunakan teknik single cone memberikan hasil yang baik, hal ini
dikarenakan preparasi saluran akar yang dimulai dari 1/3 koronal secara
bertahap sampai ke apeks yang akan memberikan akses yang lebih baik serta
mencegah penumpukan debris pada daerah apikal dan penggunaan preparasi ini
dilanjutkan dengan pengisian saluran akar menggunakan teknik single cone
dapat membantu operator menghemat waktu kerja.
42

DAFTAR PUSTAKA

1. Manu AA, Ratu AR. Perilaku Pencarian Pengobatan Penyakit Gigi pada
Masyarakat. Dental Therapist Journal 2019; 1(1): 2.
2. Haq L, Ichrom MY, Erlita I. Efektivitas Senyawa Fenol Ekstrak Umbi Bawang
Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Terhadap Bakteri Mix Saluran Akar.
Dentin Jurnal Kedokteran Gigi 2018; 2(1): 8.
3. Santoso L, Kristanti Y. Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Gigi Molar
Kedua Kiri Mandibula Nekrosis Pulpa dan Lesi Periapikal. Majalah Kedokteran
Gigi Klinik 2016; 2(2): 66.
4. Stavileci M, Hoxha V, Görduysus MO, Laperre K, Tatar I, Hoxha R. Effect of
Endodontic Instrumentation Technique on Root Canal Geometry. Journal of
International Dental and Medical Research 2017; 10(3): 952.
5. Hajir R, Iswani R, Widyawati. Perbedaan Radiopasitas Antara Bahan Obturasi
Sealer Berbahan Dasar Kalsium Hidroksida dan Epoksi Resin Dengan Teknik
Radiografi Cone Beam Computed Tomography (CBCT). Jurnal B-Dent 2018;
5(1): 50.
6. Patel S, Barnes JJ. Prinsip Endodontik. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2013. p. 63.
7. Wahjuningrum DA, Elizabeth MEK, Puteri FH, Mardiyah AA, Subiyanto A.
Cytotoxicity Assay of Sodium Hypochlorite and QMix on Cultured Human
Periodontal Ligament Fibroblast Cells. Journal of International Oral Health 2019;
1(4): 2014.
8. Garg N, Garg A. Textbook of Endodontics. 4th Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2019. pp. 111-113, 147-150, 201-205, 223-229,
247-248, 262-263.
9. Grossman’ Endodontic actice. 14th Edition. New Delhi: Wolters Kluwer
Health; 2021. pp. 265-266, 268, 270-271, 291, 301, 305.
10. Torabinejad M, Fouad AF, Shabahang S. Endodontics Principles and Practice.
China; Elsevier; 2021. pp. 118-120, 124.
11. Rotstein I, Ingle JI. Ingle’ Endodontic . 7th Edition. North Carolina; Publishing
to Advance the Practice of Medicine: 2019. p. 589.
12. Bachtiar ZA. Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Permanen Anak Dengan Bahan
Gutta Percha. Jurnal PDGI 2016; 65(2): 60-67.
13. Ha g eave KM, Be man LH. Cohen’ athways of The Pulp. St. Louis;
Elsevier: 2016. P. 244.
43

14. Rusmiany P, Wedagama DM, Dewi NPOK. Penggunaan Bahan Resin Sebagai
Sealer Adesif Pada Pengisian Saluran Akar: 4-7.
15. Torabinejad M, Walton RE. Endodontics Principles and Practice. 4th Ed. St.
Louis: Saunders Elsevier. 2009. pp. 265-70, 298-9, 308, 310-15.
16. Ingle JI, Bakland LK, Baumga tne JC. Ingle’ Endodontic . 6th Ed. Ontario: BC
Decker. 2008. p. 936-7, 942-3, 1057-8.
17. Aryanto M, Stanny LP. Perbedaan Kebocoran Mikro Antara Pengisian Saluran
Akar Teknik Single Cone Dengan Menggunakan Sealer Berbahan Dasar Zinc
Oxide Eugenol Dan Epoxy Resin. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran. 2020; 32(2): 129.
18. Pratami R, Zakaria MN. Penentuan diagnosis dalam perawatan saluran akar gigi
36 dengan radix entomolaris. J Ked Gi Unpad Agustus 2018; 30(2); 125-132.
19. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2013. pp. 116, 125-7, 134-41.
20. Krisanti E. Restorasi Resin Komposit Menggunakan Pasak Tapered Self
Threading Pada Molar Ketiga Kiri Mandibular. Maj Ked Gi 2013; 20(1): 58-64.
21. Mulyawati, E. Peran Bahan Disinfeksi pada Perawatan Saluran Akar. Majalah
Kedokteran Gigi Desember 2011; 18(2): 205-209.
22. Dalat, D.M., dan Spangberg, L.S.W. Comparison of Apical Leakage in Root
Canals Obturated with Various Gutta-Percha Techniques Using a Dye Vacuum
Tracing Method, J Endod 1994; 20(7): 315-319.
23. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip Dan Praktek Ilmu Endodonsi. Alih bahasa:
Narlan S, Winiati S, Bambang N. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2008. pp. 229-60.

Anda mungkin juga menyukai