Anda di halaman 1dari 15

TUTORIAL 1 MODUL 3

KELOMPOK 7
BENGKAK PADA WAJAH DAN SULIT MENUTUP MULUT

Tutor : Prof. Dr. drg. M. Hendra Chandha, MS


Anggota Kelompok :
1. J011191065 Nazila Nurul Aulia S
2. J011191007 Izzah Karimah
3. J011191029 Elisyah Syamsir
4. J011191065 Rifqah Muflihah Abugar
5. J011191066 Lasri
6. J011191088 Afifah Aroyani Afra
7. J0111910123 Athillah Muflih Irwanto
8. J011191096 Muh. Akmal Amru
9. J011191091 Nur Indasari Rajab
10. J011191076 Muh. Yusuf Aqyla

A. SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi Mulut Unhas dengan
keluhan utama nyeri dan bengkak pada pipi kiri bawah disertai keluhan sulit menutup
mulut. dari anamnesa diketahui pasien pernah terjatuh dari sepeda motor ± 3 hari yang
lalu. Pada pemeriksaan ekstraoral tampak hematoma pada daerah rahang bawah kiri, dan
udem pada pipi kiri disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan intraoral tampak gigi-gigi
rahang atas dan rahang bawah tidak dapat berkontak pada satu sisi. Mobility gigi 33dan
34.

B. KATA KUNCI
1. Laki-laki usia 30 tahun (Muh. Akmal)
2. Nyeri dan pembengkakan pada pipi kiri bawah (Elisyah)
3. kesulitan menutup mulut (Lasri)
4. Jatuh dari sepeda motor kurang lebih 3 hari yang lalu (Nazila )
5. Hematoma pada daerah rahang bawaj kiri (Muh. Yusuf)
6. Udema pada pipi kiri (Rifqah )
7. Nyeri pada saat ditekan (Nur Indasari)
8. Gigi rahang atas dan bawah tidak berkontak satu sisi (Izzah Karimah)
9. Mobility gigi 33 dan 34 (Afifa Aroyani)

C. PERTANYAAN PENTING
1. Bagaimana struktur anatomi dari mandibula ? (Nazila)
2. Apa klasifikasi fraktur mandibula (Muh. Yusuf)
3. Apa etiologi kasus sesuai skenario ? (Lasri)
4. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ? (Rifqah)
5. Apa diagnosis kasus pada skenario (Izzah Karimah)
6. Apa diagnosis banding kasus pada skenario (Elisyah)
7. Bagaimana tatalaksana kasus sesuai skenario (Athilla Mufllih)
8. Apakah komplikasi yang dapat terjadi terkait kasus (Nur Indasari)
9. Bagaimana prognosis pada kasus diskenario (Afifa Aroyani)

D. BRAINSTORMING
1. Bagaimana struktur anatomi dari mandibula ?
- (Afifah Aroyani )
Mandibula merupakan tulang wajah yang memegang peranan penting dalam
pembentukan profil wajah seseorang. Mandibula terdiri atas dua bagian, yaitu:

A.Korpus(body)  Korpus mandibula merupakan bagian mandibula yang horisontal,


tebal, tempat tersusunnya gigi geligi rahang bawah, terdiri dari: tulang alveolar,
foramen mentale, oblique line, sulkus ekstramolar, mylohyoid line, fossa
submandibular, fossa sublingual, trigonum retromolar, mental trigone, fossa
digastrica, sublingual fovea.

B. Ramus, merupakan bagian yang lebih tipis daripada korpus. Ramus mandibula
terdiri dari: kondilus mandibula, condylar neck, prosesus koronoid, mandibular notch,
gonial angle, tuberositas masseter, foramen mandibula, lingula mandibula, mylohyoid
sulcus, mandibular torus.
- (Rifqah Muflihah)
Mandibula merupakan tulang wajah terbesar dan paling masif yang terhubung dengan
tulang tengkorak melalui temporomandibular joint. Mandibula menahan gigi
mandibula, membantu pengunyahan. Mandibula terdiri dari body dan ramus. Body
mandibula (latin : corpus mandibula) merupakan bentuk tapal kuda dan mewakili
bagian horizontal. Terdiri dari dua sisi (eksternal dan internal) dan dua tepi (alveolar
dan inferior). Ramus mandibula berkontribusi pada bagian lateral mandibula di kedua
sisi. Proceccus coronoideus dan processus condylus terletak pada aspek superior
ramus. Processus coronoideus berada di anterior, sedangkan processus condylus
berada di posterior. Keudanya dipisahkan oleh mandibular notch.

- (Elisyah Syamsir)
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah muka. Dibentuk
oleh dua tulang simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan.
Tulang ini terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus
yang pipih dan lebar yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada
ujung dari masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus
kondiloideus prosesus koronoideus. Prosesus kondiloideus terdiri dari kaput dan
kolum. Permukaan luar dari korpus mandibula pada garis median, didapatkan tonjolan
tulang halus yang disebut simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan
embriologis dari dua buah tulang.3 Bagian korpus mandibula membentuk tonjolan
disebut prosesus alveolaris yang mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi.
Bagian bawah korpus mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan halus. Pada
pertengahan korpus mandibula kurang lebih 1 cm dari simfisis didapatkan foramen
mentalis yang dilalui oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan dalam dari korpus
mandibula cekung dan didapatkan linea milohioidea yang merupakan origo muskulus
milohioid. Angulus mandibular adalah pertemuan antara tepi belakang ramus
mandibula dan tepi bawah korpus mandibular
2. Apa klasifikasi fraktur mandibula
- (Nur Indasari Rajab)
1. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dapat terjadi pada
daerah-daerah dentoalveolar, kondilus, koronoid, ramus, angulus, korpus mandibula
dan simfisis
2. Klasifikasi fraktur yang lain adalah berdasarkan pola atau tipe fraktur yang dibagi atas
greenstick, simpel, kominutif dan compound. Klasifikasi ini menggambarkan kondisi
fragmen tulang di tempat yang terkena fraktur dan hubungan yang memungkinkan
dengan lingkungan luar
3. Klasifikasi fraktur berdasarkan tarikan otot dapat dibedakan atas favorable dan
unfavorable

- (Muh Akmal Amru )


Klasifikasi fraktur mandibula
-Berdasarkan regio anatomi
1) Simpisis: fraktur melibatkan area diantara insisivus lateral meluas secara vertikal
melewati batas inferior mandibula.
2) Parasimpisis: fraktur diantara foramen mentale dan aspek mesial kaninus meluas
melewati batas inferior mandibula.
3) Body: fraktur diantara foramen mentale dan aspek distal molar kedua meluas
melewati batas inferior mandibula.
4) Angulus: fraktur diantara aspek distal molar kedua dan perlekatan posterior m.
masseter meluas melalui batas inferior mandibula.
5) Ramus: fraktur meluas secara horizontal melaui batas anterior dan posterior
ramus atau meluas secara vertical dari sigmoid notch ke batas inferior distal
mandibula ke molar kedua.
6) Prosessus condylus: fraktur meluas dari sigmoid notch ke batas posterior ramus.
7) Prosessus coronoideus: fraktur melibatkan prosessus coronoideus.
8) Alveolus: fraktur terjadi hanya di dalam tulang alveolar (soket gigi).
- (Lasri )
klasifikasi berdasarkan pola fraktur :
1) Greenstick : fraktur melalui satu korteks dan tidak ada diskontinuitas tulang.
Tidakada mobilitas segmen yang patah. Umum pada anak-anak
2) Simple (sederhana) : patah tidak berkomunikasi dengan lingkungan eksternal.
3) Kompleks: fraktur yang melibatkan kerusakan pada struktur yang berdekatan.
4) Patologis: fraktur akibat fungsi normal di area tulang yang sakit.

- (Muh. Yusuf)
Beberapa macam klasifikasi fraktur mandibula dapat digolongkan berdasarkan:

1. Insiden fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatominya; prosesus kondiloideus


(29,1%), angulus mandibula (24%), simfisis mandibula (22%), korpus mandibula
(16%), alveolus (3,1%), ramus (1,7%), prosesus koronoideus (1,3%)
2. Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur; kelas I: gigi ada pada
kedua bagian garis fraktur, kelas II: gigi hanya ada pada satu bagian dari garis
fraktur, kelas III: tidak ada gigi pada kedua fragmen, mungkin gigi sebelumnya
memang sudah tidak ada (edentulous) atau gigi hilang saat terjadi trauma.
3. Berdasar arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi dibedakan:
horizontal dan vertikal yang dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Kriteria
favourable dan unfavourable berdasarkan arah satu garis fraktur terhadap gaya
muskulus yang bekerja pada fragmen tersebut. Disebut favourable apabila arah
fragmen memudahkan untuk mereduksi tulang waktu reposisi, sedangkan
unfavourable bila garis fraktur menyulitkan untuk reposisi
4. Berdasar beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur simple atau closed yaitu
tanpa adanya hubungan dengan dunia luar dan tidak ada diskontinuitas dari
jaringan sekitar fraktur. Fraktur compound atau open yaitu fraktur berhubungan
dengan dunia luar yang melibatkan kulit, mukosa atau membran periodontal.
5. Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi fraktur greenstick atau incomplete; fraktur
yang tidak sempurna dimana pada satu sisi dari tulang mengalami fraktur
sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur greenstick biasanya
didapatkan pada anak-anak karena periosteum tebal. Fraktur tunggal; fraktur hanya
pada satu tempat saja. Fraktur multipel; fraktur yang terjadi pada dua tempat atau
lebih, umumnya bilateral. Fraktur kominutif; terdapat adanya fragmen yang kecil
bisa berupa fraktur simple atau compound. Selain itu terdapat juga fraktur
patologis; fraktur yang terjadi akibat proses metastase ke tulang, impacted fraktur;
fraktur dengan salah satu fragmen fraktur di dalam fragmen fraktur yang lain.
Fraktur atrophic; adalah fraktur spontan yang terjadi pada tulang yang atrofi seperti
pada rahang yang tidak bergigi. Indirect fraktur; fraktur yang terjadi jauh dari
lokasi trauma.

3. Apa etiologi kasus sesuai skenario


- (Nazila Nur Aulia)
Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses patologik. Trauma
disini dapat dalam bentuk kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, kekerasan atau
perkelahian, kecelakaan kerja, kecelakaan berolahraga, atau kecelakaan lainnya.
Sedangkan fraktur patologis dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis
imperfekta, osteomielitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.

- (Izzah Karimah)
Benturan yang keras pada wajah dapat menimbulkan fraktur mandibula. Toleransi
mandibula terhadap benturan lebih tinggi daripada tulang-tulang wajah yang lain.
Fraktur mandibula lebih sering terjadi daripada fraktur tulang wajah yang lain karena
bentuk mandibula yang menonjol sehingga sensitif terhadap benturan. Pada umumnya
fraktur mandibula disebabkan oleh karena trauma langsung. Fraktur mandibula dapat
disebabkan oleh trauma maupun proses patologik. 69% dari fraktur mandibula
disebabkan oleh kekerasan fisik, 27% kecelakaan, 2% karena olahraga dan 4% faktor
patologik, sedangkan fraktur patologis dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang,
osteogenesis imperfekta, osteomielitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.

- (Afifa Aroyani Afra)


Penyebab utama fraktur maksilofasial adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian,
jatuh, kecelakaan olah raga, dan kecelakaan kerja. Cedera yang berasal dari energi
berkekuatan tinggi biasanya terjadi pada kecelakaan lalu lintas dimana penumpang
atau pengemudi tidak menggunakan sabuk pengaman. Sesuai pada skenario pasien
sudah terjatuh dar motor 3 hari yang lalu
4. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ?
- (Rifqa Muflihah Abugar)
A. Pemriksaan Subjektif (Anamnesis)
Tujuan dari anamnesis adalah untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang
masalah pasien, dengan mempertimbangkan gejala, kondisi umum. Hal yang
dilakukan dalam anamnesis adalah memperoleh informasi umum tentang pasien
mengenai nama, umur, jenis kelamin, dll. Kemudian, keluhan utama untuk
memastikan alasan utama pasien meliputi semua gejala, onset, durasi, perawatan apa
pun yang dilakukan sebelumnya, riwayat trauma, riwayat tambahan mengenai
ketidaksadaran, muntah, perdarahan dari mulut, telinga, hidung atau tenggorokan.
Selain itu juga perlu riwayat Kesehatan sebelumnya.
B. Pemeriksaan Objektif
- Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral dapat dibagi menjadi pemeriksaan frontal dan pemeriksaan
profil. Struktur yang diperiksa meliputi wajah; kulit dan jaringan lunak; tengkorak;
kerangka tulang wajah; sendi temporomandibular (TMJ); sistem limfatik; kelenjar
ludah; dan mata.
-Inspeksi
- Palpasi
-Austulkasi

- Pemeriksaan Intraoral
Struktur yang akan diperiksa selama pemeriksaan intraoral adalah mukosa bukal,
labial, dan alveolus; langit-langit keras dan lunak; dasar mulut dan lidah; daerah
retromolar; dinding posterior faring dan pilar faucial; kelenjar ludah dan lubangnya;
serta igi dan oklusi

Inspeksi Ketika pasien membuka mulutnya, hal pertama yang dilihat dokter adalah
kebersihan mulut. Bau busuk menunjukkan kebersihan mulut yang buruk atau proses infeksi
di rongga mulut. Mukosa diperiksa untuk warna, tekstur, dan adanya ulserasi, pertumbuhan
atau pengeringan sinus.Ukuran lidah, mobilitas dan permukaannya juga diperiksa. Lidah
kemudian ditekan untuk memvisualisasikan uvula, langit-langit lunak, dan dinding faring
lateral dan posterior.
C. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiologis adalah salah satu alat bantu diagnostik terpenting yang
tersedia bagi dokter. Terlepas dari lokasi dan luasnya lesi, gambaran radiologis juga
sampai batas tertentu, mengungkapkan sifat lesi, karena setiap lesi memiliki
presentasi radiologisnya sendiri. Selain menentukan lokasi dan luasnya lesi yang jelas,
radiografi juga memungkinkan klinisi untuk mendeteksi lesi yang tidak terdeteksi
(temuan insidental).

- (Athilla Muflih)
Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan lengkap pada wajah meliputi; pencitraan Schedel AP lateral,
Town’s projection, Water’s view dan submental vertex. Pencitraan panoramik
merupakan alat diagnostik lainnya yang diperlukan tetapi menuntut kerjasama pasien
untuk diam selama berlangsung pemaparan. Pada negara-negara besar CT-Scan
selalu digunakan dan menjadi standar perawatan menggantikan pemeriksaan
radiologi konvensional.

- (Nur Indasari)

Radiografi yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya fraktur pada mandibula
adalah:

1. Orthopantomogram (OPG)

Orthopantomogram dapat memperlihatkan keseluruhan mandibula dalam satu film


dan cocok untuk pasien yang susah membuka mulut serta cocok untuk pasien yang
dapat berdiri tegak. Orthopantomogram memiliki dosis radiasi yang kecil dan
nyaman untuk pasien

2. Posteroanterior view

Posteroanterior view dapat memperlihatkan keseluruhan mandibula mencakup


masing-masing sisi ramus tanpa superimpose dari prosesus mastoid.

3. Reverse Towne
Reverse towne baik untuk menunjukkan pergeseran ke medial fraktur leher kondilus
mandibula

4. Lateral oblik

Lateral oblik memiliki dua proyeksi untuk mengevaluasi mandibula. Proyeksi korpus
mandibula akan memperlihatkan korpus mandibula dari regio premolar sampai
dengan molar. Proyeksi ramus mandibula memperlihatkan ramus mandibula dari
angulus ke kondilus

5. CT Scan

CT Scan dapat digunakan apabila dibutuhkan informasi akurat untuk melihat


keterlibatan sendi temporomandibular terhadap fraktur. CT Scan adalah pilihan tepat
untuk melihat fraktur secara detail. CT Scan juga digunakan untuk melihat
pergeseran atau dislokasi yang signifikan, terutama apabila direncanakan perawatan
dengan metode terbuka. CT Scan dianjurkan untuk kasus trauma multipel pada
pasien yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan radiografi konvensional

- (Elisyah Syamsir)

Didalam penegakan diagnosis fraktur mandibula meliputi anamnesa, apabila


merupakan kasus trauma harus diketahui mengenai mekanisme traumanya atau mode
of injury, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus trauma,
pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur mandibula harus mengikuti kaidah
ATLS (Advandce Trauma Live Suport), dimana terdiri dari pemeriksaan awal atau
primary survey yang meliputi pemeriksaan airway, breathing, circulation dan
disability. Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula harus diperhatikan adanya
kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa diakibatkan karena fraktur mandibula itu
sendiri ataupun akibat perdarahan intraoral yang menyebabkan aspirasi darah.4
Setelah dilakukan primary survey dan kondisi penderita stabil, dapat dilanjutkan
dengan pemeriksaan secondary survey meliputi:

1. Anamnesis, pada anamnesis keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula


dicurigai dari adanya nyeri, pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada
distribusi saraf mentalis, pembengkakan, memar, perdarahan dari soket gigi, gigi
yang fraktur atau tanggal, trismus, ketidakmampuan mengunyah. Selain itu keluhan
biasanya disertai riwayat trauma seperti kecelakaan lalu lintas, kekerasan, terjatuh,
kecelakaan olah raga ataupun riwayat penyakit patologis.
2. Pemeriksaan klinis meliputi;
● pemeriksaan klinis pasien secara umum: pada umumnya trauma maksilofasial
dapat diketahui keberadaannya pada pemeriksaan awal atau primary survey
atau pemeriksaan sekunder atau secondary survey. Pemeriksaan saluran nafas
merupakan suatu hal penting karena trauma dapat saja menyebabkan
gangguan jalan nafas. Penyumbatan dapat disebabkan oleh lidah terjatuhnya
lidah ke arah belakang, dapat pula oleh tertutupnya saluran nafas akibat
adanya lendir, darah, muntahan dan benda asing.
● pemeriksaan lokal fraktur mandibula, antara; a. pemeriksaan klinis ekstraoral,
tampak diatas tempat terjadinya fraktur biasanya terjadi ekimosis dan
pembengkakan
3. Pemeriksaan penunjang; foto Rontgen untuk mengetahui pola fraktur yang terjadi.
Setiap pemeriksaan radiologis diharapkan menghasilkan kualitas gambar yang
meliputi area yang dicermati yaitu daerah patologis berikut daerah normal
sekitarnya.

- (Muh. Akmal Amru)


Pemeriksaan Objektif
1) Pemeriksaan menyeluruh pada regio maksilofasial dilakukan. Daerah wajah dan
cranium harus diinspeksi dengan seksama untuk mengecek adanya trauma,
termasuk laserasi, abrasi, kontusius, area terbentuknya edema atau hematoma, dan
kerusakan kontur yang memungkinkan.
2) Pemeriksaan neurologis wajah harus dilakukan dengan pemeriksaan seluruh
nervus cranialis. Penglihatan, pergerakan ekstraokular, dan reaksi pupil terhadap
sinar. Fungsi motorik otot wajah (saraf kranial VII) dan otot pengunyahan (saraf
kranial V) dan sensasi di atas area wajah (nervus kranial V) harus dievaluasi.
3) Mandibula harus dievaluasi secara hati-hati secara ekstraoral dengan palpasi
seluruh area perbatasan inferior dan lateral dan sendi temporomandibular.
- (Lasri)
pemeriksaan radiografi
Dibawah ini merupakan beberapa RO foto yang dapat membantu dalam penegakkan
diagnosis, yaitu:
1) Radiografi panoramik adalah gambar tunggal paling komprehensif dan biasanya
memungkinkan visualisasi yang memuaskan dari semua daerah mandibula (kondilus,
ramus, badan, dan simfisis).
2) Computed tomography (CT) scan
CT scan biasanya dicadangkan untuk kasus-kasus yang melibatkan cedera mandibula
kompleks (kominutif, avulsive, dll.) Atau cedera midfasial atau orbital bersamaan.
3) Magnetic resonance imaging (MRI)
Magnetic resonance imaging (MRI) memiliki nilai yang sangat terbatas dalam
mengevaluasi cedera tulang. Mungkin bermanfaat untuk menggambarkan cedera pada
jaringan lunak terkait atau struktur intrakapsular TMJ. Ultrasonografi kadang-kadang
digunakan untuk menentukan posisi kondilus setelah fraktur.

5. Apa diagnosis kasus pada skenario


- (Nazila Nur Aulia)
Pada skenario dari anamnesis pasien diketahui pernah jatuh dari sepeda motor ± 3 hari
yang lalu, dan pasien juga mengeluhkan bengkak pada pipi kiri bawah disertai
keluhan sulit menutup mulut. Pemeriksaan intraoral didapatkan adanya mobilitas gigi
33 dan 34. Hal ini dapat kemungkinan terindikasi, terdapat fraktur pada prosesus
alveolaris atau pada corpus rahang bawah. Pada pemeriksaan ekstraoral didapatkan
hematom pada rahang bawah kiri dan edema pada pipi kiri dengan nyeri tekan. Ini
adalah salah satu etiologi mandibula patah. Kami menyimpulkan diagnosis dari
skenario tersebut adalah “trauma fasial”, Fraktur mandibular” . Fraktur didefinisikan
sebagai putus atau putusnya kontinuitas struktur anatomi normal tulang dengan
penerapan kekuatan yang berlebihan menghasilkan dua atau lebih fragmen tulang
yang terlibat.
(Izzah Karimah)
Diagnosa berdasarkan skenario, diagnosis yang dapat disimpulkan adalah fraktur
mandibula, karena keterangan diskenario pembengkakan pada pemeriksaan bawah dan nyeri
disertai dengan kesulitan dalam menutup mulut, edema dan gigi rahang atas dan rahang
bawah tidak dapat berkontak pada satu sisi yang mana merupakan tanda fraktur mandibula.
Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas
pada mandibula, bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik. Lokasi dan pola fraktur
mandibula ditentukan oleh mekanisme cedera dan arah vektor gaya yang bekerja. Fraktur
mandibula sering terjadi dan dapat menyebabkan defisit fungsional dan estetik dengan tingkat
tertinggi yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas.

6. Apa diagnosis banding pada kasus di skenario


(Muh Yusuf)
Diagnosis banding untuk kasus ini meliputi kontusio mandibula, dislokasi mandibula,
dan trauma gigi terisolasi. Pada dislokasi mandibula, jika satu kondilus mengalami
dislokasi, rahang akan menyimpang dari sisi dislokasi. Pada fraktur subkondilar,
rahang akan menyimpang ke arah sisi fraktur, mengakibatkan kontak prematur pada
sisi yang retak dan open bite pada sisi normal.

7. Bagaimana tatalaksana kasus pada skenario


(Afifah Aroyani)
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok
(circulation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara
definitif yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur secara tertutup (close reduction) dan
secara terbuka (open reduction), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga
fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan
penyembuhan tulang selesai
(Elisyah Syamsir)
Penatalaksanaan pada fraktur mandibula mengikuti standar penatalaksanaan
fraktur pada umumnya. Pertama periksalah A(airway), B(Breathing) dan
C(circulation). Bila pada ketiga topik ini tidak ditemukan kelainan pada pasien,
lakukan penanganan terhadap fraktur mandibula pasien. Bila pada pasien terdapat
perdarahan aktif, hentikanlah dulu perdarahannya. Bila pasien mengeluh nyeri maka
dapat diberi analgetik untuk membantu menghilangkan nyeri. Prinsip penanganan
fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti jalan nafas atau
airway, pernafasan atau breathing, sirkulasi darah termasuk penanganan syok atau
circulation, penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara
definitif. tersapat 3 hal utama yang dapat dilakukan yaitu reposisi, fiksasi, dan
imobilisasi. Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi menjadi dua metoda
yaitu reposisi tertutup dan terbuka. Setelah melakukan perawatan fraktur mandibula
dengan reposisi, fiksasi dan immobilisasi dilajutkan dengan perawatan; pemeliharaan
kesehatan umum meliputi; pemberian antibiotika, analgetika, dan makanan yang
bergizi, hygiene mulut, pemeliharaan alat fiksasi, fisioterapi

(Athillah Muflih)
Penatalaksanaan yang diberikan adalah Intra Vena Fluid Drip (IVFD) Ringer Solution
10 tetes/menit (makro), mannitol drips 70cc/6jam, inj. Ceftriaxon 500mg/12jam, inj.
ranitidine 25mg/12jam, paracetamol drips 500mg/8jam dan ORIF sebagai
penatalaksanaan fraktur mandibula.

8. Apakah komplikasi yang dapat terjadi sesuai skenario


(Nur Indasari Rajab)
1. Infeksi
Rendahnya resistensi lokal atau general pasien dapat menjadi faktor predisposisi
infeksi. fraktur patologis, pasien yang lemah, penderita diabetes, pasien dalam terapi
steroid lebih rentan terhadap infeksi.
2. Luka pada nervus
Anastesi pada bibir bawah akibat neuropracia atau neurotemesis pada nervus
alveolaris inferior merupakan komplikasi umum yang sering terjadi. Luka pada
nervus facialis dapat terlihat akibat injuri awal.
3. Displacement gigi dan benda asing
Dapat terjadi pembengkakan. Radiografi thorax (dada) harus dilakukan dan
apabila diperlukan, bronchoscopy dapat pula dilakukan. Benda asing seperti
pecahan kaca, fragmen gigi dapat tertanam dalam jaringan lunak bibir. Oleh
karena itu, perlu dicari dan dihilangkan
4. Pulpitis
5. Komplikasi gingiva dan periodontal

(Lasri)
komplikasi yang dapat terjadi :
a. Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi yang umumnya terjadi pasca perawatan bedah. Manifestasi
infeksi termasuk pembentukan abses, selulitis, pembentukan fistula kutaneus, osteomyelitis,
dan necrotizing fasciitis pada kasus yang jarang terjadi.
b. Malunion
Malunion merupakan suatu fraktur yang telah membentuk persatuan bertulang tetapi tidak
sejajar, menyebabkan maloklusi. Pemahaman menyeluruh tentang anatomi gigi dan dinamika
pengunyahan sangat penting dalam penanganan fraktur mandibula secara menyeluruh untuk
menghindari timbulnya deformitas lengkung mandibular pascabedah. Kegagalan untuk
membentuk kembali bentuk lengkung anatomis dapat menyebabkan maloklusi, gangguan
fungsional, dan asimetri wajah.
c. Non-union
Non-union terbentuk ketika penyembuhan tulang tidak terjadi pada are fraktur. Pasien akan
merasakan nyeri dan mobilitas klinis, maloklusi dapat pula terjadi jika non-union terjadi pada
daerah sekitar gigi di mandibula. Penyebab umum non-union adalah fraktur dengan reduksi
yang tidak adekuat dan imobilisasi fraktur. Penyebab lainnya yaitu infeksi, keparahan fraktur,
suplai darah mandibula yang buruk.
d. Trauma saraf
Fraktur mandibula seringkali menyebabkan trauma pada nervus alveolaris inferior. Fraktur
yang melibatkan body atau angulus mandibula akan mengakibatkan gangguan neurosensoris
tergantung derajat keparahan fraktur.

9. Bagaimana prognosis pada kasus sesuai skenario


(Rifqah Muflihah)
Prognosis baik namun banyak hal-hal yang perlu dilakukan setelah perawatan. Setelah
melakukan perawatan fraktur mandibula dengan reposisi, fiksasi dan immobilisasi
dilanjutkan dengan perawatan; pemeliharaan kesehatan umum meliputi pemberian
antibiotika, analgetika, roborantia dan makanan yang bergizi; menyelenggarakan hygiene
mulut; pemeliharaan alat fisasi; menyelenggarakan fisioterapi. Tindak lanjut setelah
dilakukan operasi adalah dengan memberikan analgetika serta memberikan antibiotik
spektrum luas pada pasien fraktur terbuka dan dievaluasi kebutuhan nurisi, pantau
intermaxilla fixation selama 4-6 minggu.

TUJUAN PEMBELAJARAN
mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
1. Klasifikasi fraktur mandibula
2. Etiologi kasus sesuai skenario
3. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
4. Diagnosis dan diagnosis banding kasus sesuai skenario
5. Tatalaksana yang dapat dilakukan pada kasus sesuai skenario

Anda mungkin juga menyukai