Anda di halaman 1dari 18

COVER

DAFTAR ISI

Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Makna Demokrasi
2.2 Manfaat Demokrasi
2.3 Nilai-Nilai Demokrasi
2.4 Prinsip Demokrasi
2.5 Parameter Demokrasi
2.6 Pelaksaan Demokrasi di Indonesia
2.7 Mengembangkan Sikap Demokrasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi merupakan sesuatu yang penting karena nilai-nilai yang dikandungnya sangat
diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Demokrasi merupakan dapat digunakan untuk mewujudkan kebaikan bersama, atau masyarakat
dan pemerintahan yang baik (good society and good government). Kebaikan dari sistem
demokrasi adalah kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat, baik secara langsung maupun
perwakilan. Secara teoritis, peluang terlaksananya partisipasi politik dan partisipasi warga negara
dari seluruh lapisan masyarakat terbuka lebar. Masyarakat juga dapat melakukan kontrol sosial
terhadap pelaksanaan pemerintahan karena posisi masyarakat adalah sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi.
Namun dalam praktek atau pelaksanaan demokrasi khususnya di Indonesia, tidak berjalan
sesuai dengan teori yang ada. Demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia belum mampu
mewujudkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Partisipasi warga negara dalam bidang
politik pun belum terlaksana sepenuhnya. Untuk memaparkan lebih lanjut, permasalahan
demokrasi yang ada perlu dikelompokkan lagi menjadi tiga hal, yaitu dari segi teknis atau
prosedur, etika politik, serta sistem demokrasi secara keseluruhan.
Dari segi teknis atau prosedur, demokrasi di Indonesia sesungguhnya sudah terlaksana.
Hal ini dapat dibuktikan dengan terlaksananya pemilu pertama pada tahun 1955 untuk pemilihan
calon legislatif dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden. Bahkan, pemilu Indonesia
tahun 1999 mendapat apresiasi dari dunia internasional sebagai Pemilu pertama di era Reformasi
yang telah berlangsung secara aman, tertib, jujur, adil, dan dipandang memenuhi standar
demokrasi global dengan tingkat partisipasi politik ketika itu adalah 92,7%.
Namun pemilu 1999 yang dipandang baik ini mengalami penurunan partisipasi politik.
Menurunnya angka partisipasi politik di Indonesia dalam pelaksanaan pemilu ini berbanding
terbalik dengan angka golput (golongan putih) yang semakin meningkat. Tingginya angka golput
ini menunjukkan apatisme dari masyarakat di tengah pesta demokrasi, karena sesungguhnya
pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dalam memilih
orang-orang yang dianggap layak untuk mewakili masyarakat, Hal ini menimbulkan
kekhawatiran terhadap demokrasi Indonesia yang akan semakin tidak berkualitas akibat
rendahnya partisipasi dari para warganya. Mengingat begitu pentingnya demokrasi bagi suatu
negara, maka perlu dilaksanakan demokrasi secara baik dan benar agar dapat tercapainya tujuan
yang diinginkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut:
a) Apa yang dimaksud dengan demokrasi ?
b) Bagaimana pengertian demokrasi menurut para ahli ?
c) Apa sajakah prinsip dan nilai nilai demokrasi demokrasi ?
d) Bagaimana pelaksanaan demokrasi yang pernah berjalan di Indonesia dan bagaimana cara
untuk mengembangkan demokrasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai demokrasi terutama demokrasi di
Indonesia
b) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pelaksanaan demokrasi di Indonesia
c) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai bentuk-bentuk penyimpangan yang
pernah terjadi di masa pelaksanaan demokrasi

1.4 Manfaat Penulisan


a) Agar masyarakat mengerti dan memahami apa itu demokrasi dan bagaimana makna demokrasi
bagi Indonesia
b) Agar masyarakat mengetahui bagaimana pelaksaanan demokrasi di Indonesia dan membantu
mewujudkan negara Indonesia yang demokrasi
c) Agar masyarakat mengetahui secara pasti apa saja bentuk bentuk penyimpangan demokrasi
yang pernah terjadi di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Makna Demokrasi


Demokrasi secara epistemologis atau tinjauan bahasa terdiri dari dua kata yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi, secara tinjauan bahasanya,
demos-cratein atau demos-cratos adalah suatu keadaan negara dimana dalam sistem
pemerintahannya, kekuasaan atau kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat (Sulisworo,
2012). Sementara itu, pengertian demokrasi menurut para ahli sebagai berikut :
a) Menurut Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan polituk
dimana individu- individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan
kompetitif atas suara rakyat.
b) Menurut Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
c) Menurut Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggung
jawab atas tindakan—tindakan mereka diwilayah publik oleh warganegara, yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
d) Menurut Henry B. Mayo
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan bahwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil- wakil yang diawasi secara efektif
oleh rakyat dalam pemilihan- pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Demokrasi memberikan banyak makna dan manfaat bagi setiap warga negara yang menganut
demokrasi dalam sistem pemerintahannya. Menurut UNESCO tahun 1949, demokrasi
merupakan satu-satunya sistem yang paling baik untuk semua organisasi politik dan sosial suatu
negara.
2.2 Manfaat Demokrasi
Demokrasi menurut Budiardjo, 2008 dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat
yang demokratis, yaitu:
a) Kesetaraan sebagai warga Negara. Disini demokrasi memperlakukan semua orang adalah
sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan menuntut perlakuan sama terhadap pandangan-
pandangan atau pendapat dan pilihan setiap warga Negara.

b) Memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum. Kebijakan dapat mencerminkan keinginan


rakyatnya. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan semakin besar pula
kemungkinan kebijakan itu mencerminkan keinginan dan aspirasi rakyat.

c) Pluralisme dan kompromi. Demokrasi mengisyaratkan kebhinekaan dan kemajemukan


dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan diantara para warga Negara. Dalam
demokrasi untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,
kompromi, dan bukan dengan paksaan atau pemeran kekuasaan.

d) Menjamin hak-hak dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan dasar tentang hak-


hak sipil dan politis; hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak berserikat dan
berkumpul, hak bergerak, dsb. Hak-hak itu memungkinkan pengembangan diri setiap
individu dan memungkinkan pengembangan diri dari setiap individu dan memungkinkan
terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.

e) Pembaruan kehidupan sosial. Demokrai memungkinkan terjadinya pembawa kehidupan


sosial. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang telah usang secara rutin dan pergantian
para politisi dilakukan dengan cara yang santun, dan damai. Demokrasi memuluskan
proses alih generasi tanpa pergolakan.

2.3 Nilai-Nilai Demokrasi

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demokrasi adalah pandangan hidup yang
memerlukan usaha nyata dari warga negara dan perangkat pendukungnya. Suatu pemerintah
yang baik dapat dilihat dan tubuh dengan baik jika masyarkatnya memiliki sifat positif dan
proaktif terhadap norma-norma/nilai-nilai demokrasi. Oleh karena itu, nilai-nilai dari demokrasi
sebagai berikut:
1. Kesadaran akan pluralism
Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam ras, budaya, agama dan Bahasa
yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, masyarakat Indonesia yang hidup berdemokrasi harus
memiliki rasa menjaga kerberagamaan yang ada di masyarakat dan menjamin
keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga negara.
2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat
Pada pengambilan keputusan di dalam suatu musyawarah, kita sebagai warga Indonesia
wajib memiliki sikap yang jujur, logis atau berdasarkan akal yang sehat dan sportif dalam
mengambil keputusan tersebut untuk menumbuhkan kehidupan demokrasi yang baik.

3. Demokrasi memiliki kerja sama antar warga masyarakat dan sikap serta itikad yang baik
Dalam pengambilan keputusan, demokrasi membutuhkan kerja sama antar anggota
masyarakat untuk mengambil keputusan yang disepakati semua pihak.

4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan


Demokrasi mengahruskan adanya kesadaran untuk dengan tulus menerima keputusan
atau kekalahan dalam pengambilan keputasan bersama. Demokrasi juga menuntut untuk
kesediaan masyarakat memberi kritik atau saran yang membangun, dengan cara yang
sopan dan bertanggung jawab untuk menerima bentuk-bentuk tertentu.

5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral


Demokrasi mewajibkan pada keyakinan masyarakat dalam mencapai kemenangan harus
sejalan dengan tujuan dan berdasarkan moral serta tidak menghalalkan segala cara.
Demokrasi memerlukan pertimbangan moral atau keseluruhan akhlak menjadi sebagai
acuan dalam membuat dan mencapai tujuan. (Adhi, 2016)

2.4 Prinsip Demokrasi


1. Negara Berdasarkan Konstitusi
Prinsip ini terkait dengan UUD (Undang-undang Dasar) atau semua hukum yang
ditetapkan. Konstitusi dijadikan landasan dalam berbangsa dan bernegara. Fungsi konstitusi yaitu
sebagai pembatas kewenangan pemerintah, dan bisa memenuhi hak rakyat. Dengan begitu,
rakyat tidak mendapatkan perlakuan sewenang-wenang dari penguasa.
2. Kebebasan Berpendapat dan Berserikat
Setiap warga negara bebas untuk membentuk organisasi atau berserikat. Sekaligus tidak
membatasi haknya untuk mengeluarkan pendapat. Namun, pendapat tersebut harus disampaikan
secara bijak.
3. Peradilan Tidak Memihak dan Bebas
Pemerintah tidak dapat campur tangan dalam peradilan. Karena sistem pemerintahan
menganut peradilan bebas. Netralitas amat sangat diperlukan, sehingga bisa melihat
permasalahan dengan tepat dan jernih. Sehingga hakim mampu bekerja dengan baik dalam
menemukan keadilan. Kemudian menentukan keputusan yang adil dalam setiap perkara yang
ditanganinya.
4. Penegakan Hukum
Kebenaran dan keadilan tidak akan tercipta tanpa penegakan hukum. Penerapan hukum
tidak boleh pandang bulu atau berat sebelah. Karena setiap warga negara memiliki kedudukan
yang sama di depan hukum. Jadi, setiap pelanggaran hukum harus mendapatkan hukuman tegas
sesuai dengan apa yang diperbuat.
5. Pergantian Pemerintah Secara Berkala
Agar kekuasaan tidak disalahgunakan, maka perlu adanya pergantian pemerintahan
secara berkala. Sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya korupsi, kolusi, dan juga
nepotisme. Pemilihan umum harus digelar dengan jujur dan adil. Dengan harapan dapat
memunculkan pemimpin yang bisa diandalkan tentunya.
6. Kebebasan Pers
Pers menjadi media penyaluran aspirasi warga negara. Sehingga bisa memberikan kritik
dan saran kepada pemerintah yang menjadi pemuat kebijakan publik. Fungsi pers lainnya yaitu
sebagai sarana sosialisasi segala program pemerintah. Sehingga terjalin komunikasi yang baik
antara rakyat dan pemerintah.
7. Jaminan Atas Hak Asasi Manusia
Sistem demokrasi dikatakan berhasil diterapkan, jika dibarengi dengan perlindungan
HAM. Karena hak dasar ini merupakan hak setiap manusia. Sehingga negara juga harus
menghargainya, dengan cara tidak pernah melakukan pelanggaran HAM (Wijianti dan Siti
Aminah Y. 2005).

2. 5 Parameter Demokrasi
Dalam mengetahui seberapa jauh kadar demokrasi sebuah negara dibutuhkan suatu
ukuran atau acuan atau parameter seperti :
a) Pembentukan pemerintahan
Terbentuknya suatu pemerintahan dilakukan dalam sebuah pemilihan umum yang
dilaksanakan dengan jujur dan teliti. Pemerintahan yang dihasilkan diharapkan dapat
menggambarkan keinginan umum rakyat sehingga memudahkan dalam mencapai tujuan yang
diinginkan oleh rakyat.
b) Sistem pertanggungjawaban pemerintahan
Pemerintah yang dihasilkan dari pemilihan umum harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan dalam periode tertentu. Di Indonesia sendiri, presiden
memberikan pertanggungjawaban kepada MPR RI.
c) Pengaturan sistem dan distribusi kekuasaan negara
Kekuasaan negara dijalankan secara distributif untuk menghindari penumpukan
kekuasaan dalam satu tangan. Penyelenggaraan kekuasaan negara haruslah diatur dalam suatu
perundang-undangan yang dapat memberikan petunjuk dan membatasi dalam pelaksanaanya.
Beberapa aturan tersebut misalnya pembagian kekuasaan antara eksekutif dan yudikatif.
d) Pengawasan oleh rakyat
Dalam pelaksanaanya, demokrasi memerlukan sistem pengawasan dari rakyat terhadap
jalannya pemerintahan sehingga terjadi keseimbangan dan kerjasama antara kekuasaan yang
dijalankankan eksekutif dan yudikatif (Adhi, 2016).

2.6 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


1) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer
Demokrasi liberal atau demokrasi parlementer berlaku pada tahun 1950—1959. Pada saat
itu, konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950. Berdasarkan UUDS 1950, sistem pemerintahan
dan demokrasi yang diterapkan di Indonesia, yaitu sistem parlementer dan demokrasi liberal.
Artinya, kabinet yang menterinya diajukan oleh parlemen (DPR) dan bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR). Dalam sistem parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana menteri dan
presiden hanya sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal ini membawa dampak yang cukup
besar, memengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu. Beberapa dampak
positif yang terjadi adalah :

a. Kebebasan Dalam Berdemokrasi


Sebagai negara yang majemuk dan beragam penerapan demokrasi liberal memberikan
dampak positif berupa kebebasan dalam berdemokrasi sebagaimana sistem pemilu distrik.
Kebebasan ini menandai adanya sebuah upaya agar masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam
semua aspek pemerintahan. Baik dari segi perekonomian, sosial, budaya, keamanan hingga
bahkan penyelenggaraan negara. Kebebasan dan keterbukaan dalam demokrasi ini benad-benar
secara nyata diterapkan. Hasilnya ialah ada banyak sekali wakil-wakit rakyat dri kelompok partai
yang pada akhirnya dapat duduk di parlemen.

Tentunya hal ini semakin memberikan warna bagi parlemen. Sekaligus semakin
mengokohkan keterwakilan masyarakat oleh para wakil mereka yang duduk di parlemen.
Sehingga pada akhirnya setiap kebijakan yang di putuskan akan dapat terwakilkan dan
memberikan dampak positif bagi semua kelompok dan golongan. Dengan upaya ini tentu tidak
ada diskriminasi terhadap kelompok atau golongan tertentu. Ini juga merupakan upaya untuk
memberikan porsi yang sama kepada kelompok minoritas agar tidak semakin terpinggirkan.

b. Kebebasan Sistem Multipartai


Sebagimana dijelaskan dalam poin sebelumnya demokrasi liberal memberikan kebebasan
setiap warganya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Salah satu caranya ialah melalui jalur
partai. Masyarakat diberi kebebasan untuk membentuk dan membuat banyak partai yang
tentunya dapat mewakili suara mereka di perlemen. Kebebasan ini akan semakin membuat
kondiai politik lebih semarak. Sebab akan ada lebih banyak partai yang terlibat. Dengan
demikian maka masyarakat akan disuguhi pilihan-pilhan yang terbaik. Sehingga pada akhirnya
masyarakat akan dapat memiliki wakil yang terbaik dan mewakili mereka di parlemen.

c. Kemajuan Dalam Beberapa Sektor Industri


Demokrasi liberal memberikan pengaruh terhadap kemajuan di berbagai sektor industri.
Dalam demokrasi liberal swasta dan masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dapat
mengelola usaha dan juga mengelola sumber kekayaan negara. Sehingga ada banyak sektor
industri yang kemudian dapat maju dan berkembang dengan pesat. Inilah yang kemudian
menyebabkan geliat dan pertumbujan ekonom semakin meningkat. Para pengusaha meniliki
spekulasi yang lebih terbuka serta minat swasta dan asing untuk berinvestasi pada perusahaan
negara semakin besar. Simak juga mengapa presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden
Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan Dekrit Presiden
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945, serta tidak berlakunya
UUDS 1950 (Wijianti dan Siti Aminah Y, 2005).
Selain dampak posotif ada juga dampak negatif yang dihasilkan pada masa ini seperti :
1. Tingginya Kesenjangan Sosial
Demokrasi liberal memberi peluamg kepada mereka yang betmodak besar dan memiliki
kekayaan yang melimpah untuk dapat bersaing dan memguasai sumber daya alam negara.
Kondiai ini kemudian menyebabkan kaum berpenghasilan kecil tidak memiliki peluang untuk
bersaing. Sebab bukan hanya bermodalkan uang saja namun para pengusaha industri juga
memiliki koneksi yang dekat dengan para dewan di parlemen. Kekutan ini lah yang tentunya
tidak dimiliki oleh kaum non berduit atau kelas bawah. Kondisi ini memicu kesenjangan sosial
dimasyarakat.
Dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin atau begitu-
begitu saja hidupnya. Dalam artian meskipun masyarakat dibenaskan terlibat lngsung dalam
perekonomian namun tetap saja yang akan berkuasa ialah mereka yang memiliki modal besr dan
koneksi yang kuat. Bagi kaum lemah mereka hanya akan berperan sebagai pekerja yang
penghasilannya tentu hanya cukup untuk itu-itu saja. Inilah yang kemudian membuay kita sangat
mudah menemukan kelompok masyarakat yang kaya sekali dan kelompok masyarakat tak
berpenghasilan.

2. Kebijakan Pemerintahan yang Berbelit-Belit


Banyak yang beranggapan bahwa pada masa demokrasi liberal dianut Indonesia.
Ketimpangan yang terjadi di parlemen ialah terlalu banyak kebijakan yang dikeluarkan dan
sifatnya berbelit-belit. Mengingat bahwa pada masa demokrasi liberal kabinet yang ada selalu di
rombak dan berganti-ganti. Faktor inilah yang kemudian membuat kebijakan yang di buat
pemerintah tergolong berbelit-belit. Belim selesai dibuat dan baru proses penggodokan kabinet
sudah ganti, efeknya  ya sudah pasti kebijakan tadi menjadi terbengkalai dan tak terealisasi.

3. Kondisi Negara Menjadi Tidak Stabil


Pada masa demokrasi liberal kondisi negara yang tidak stabil sebagai akibat dari
pergantian kabinet yang terlalu sering terjadi pada masa demokrasi liberal sehingga
menyebabkan pemerintahan tidak berjalan secara efisien yang berdampak besar pada
perekonomian Indonesia yang mengalami keterpurukan akibat inflasi yang tinggi. Pergantian
kabinet yang terlalu sering membuat tidak rampungya kinerja kabinet lama. Sehingga kemudian
menjadi carut marut dan pada akhirnya memberikan dampak yang lebih lias baik pada aspek
perekonomian, kemanan, dan stabilitas pemerintahan. Simak juga kekuatan politik indonesia ,
sistem pemilu proporsional , dan kelemahan sistem parlementer.

4. Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat


Meskipun beberapa industri mengalami kemajuan namun, berbanding terbalik dengan
kesejarteraan masyarakat. Rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pada masa demokrasi liberal
karena pemerintah terlalu fokus pada perkembangan politik sehingga tidak terlalu
memperhatikan pekembangan ekonomi. Sorotan hanya dilakukam pada bidang politik sehingga
bidang ekonomi kemudian diabaikan. Alhasil perekonomian Imdonesia saat itu bisa dibilang
cukup kritis. Sebab kurs rupiah semakin melamah dari waktu ke waktu.

5. Maraknya Pemberontakan Di Berbagai Daerah 


Berbagai pemberontakan di daerah pada masa demokrasi liberal karena berbagai
ketidakpuasan daerah atas penyelenggaraan pemerintahan di pusat sehingga mengganggu
keamanan dan memperburuk pertumbuhan ekonomi perekonomian. Ketidakpuasan masyarakar
menyebabkan emosi meluap dan kemudoan dilampiasakan pada tindakan pemebeeontakam dan
kerusuhan. Dampak yang dianggap berbahaya dan dapat mengancam keutuhan NKRI.

2) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin


Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh keputusan serta pemikiran
berpusat pada pemimpin negara saja. Menurut TAP MPRS No. VIII/MPRS/1965, demokrasi
terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berasaskan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
bagi semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan Nasakom
(Abdulkarim, 2007).
Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 dan Presiden Sukarno
berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang berlandaskan pada
sistem presidensial (presidesiil). Para menteri berada di bawah wewenang presiden dan
bertanggung jawab kepada presiden. Adapun ciri-ciri Demokrasi Terpimpin yaitu :

a. Kekuasaan Presiden
Pada sistem demokrasi terpimpin, presiden berperan sebagai penguasa tertinggi di dalam
suatu negara. Di Indonesia sistem pemerintahan ini diberlakukan pada 5 Juli 1959, dimana
negara Indonesia berada di bawah pemerintahan Presiden Soekarno kala itu.
Dengan berlakukan sistem demokrasi terpimpin, presiden Soekarno pada masa itu dapat
mengubah berbagai peran dari wakil rakyat yang dianggap tidak sejalan dengan kehendaknya,
khususnya di bidang politik.

b. Peran Partai Politik Terbatas


Pada masa berlakunya sistem demokrasi terpimpin, peran partai politik menjadi sangat
terbatas. Keberadaan partai politik seolah-olah hanya untuk menjadi pendukung berbagai
kebijakan presiden Soekarno.

c. Peran Militer Semakin Besar


Pada masa demokrasi terpimpin, peran militer di Indonesia sangat kuat. Masa itu militer
memiliki dua fungsi (dwifungsi), yaitu sebagai garda pertahanan negara dan juga berperan pada
pemerintahan. Kuatnya peran militer pada pemerintahan ternyata mengakibatkan kekacauan
politik di Indonesia.

d. Paham Komunisme Berkembang


Pada masa itu, hubungan antara Presiden Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia
(PKI) semakin baik. Dukungan PKI terhadap Presiden Soekarno dimanfaatkan dengan baik
sehingga paham komunisme berkembang pesat pada masa itu.

e. Anti Kebebasan Pers


Pers yang memiliki peran sebagai penyambung suara rakyat pada sistem politik dibatasi
oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap pers tersebut membuat sebagian besar media
menutup diri dan tidak berani mengedarkan berita karena adanya ancaman dicekal.

f. Sentralisasi Pemerintah Pusat


Sistem demokrasi terpimpin menimbulkan ketidakadilan, salah satunya adalah
pemerintahan yang dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Peran partai politik semakin
tidak jelas dalam pemerintahan sehingga menimbulkan kekacauan.

g. Terjadi Pelanggaran HAM


Kebebasan pers yang terkekang, sentralisasi pemerintah pusat, dan peran militer yang
sangat besar berdampak pada meningkatnya tindakan semena-mena terhadap masyarakat.
Pelanggaran HAM sering dilakukan oleh pemerintah jika menemukan masyarakat yang
menentang kebijakan pemerintah.
Adapun tujuan dari sistem demokrasi terpimpin adalah:
1. Untuk mengganti demokrasi liberal yang dianggap tidak stabil untuk negara
Indonesia.
2. Untuk meningkatkan kekuasaan presiden pada masa itu yang awalnya hanya sebatas
sebagai kepala negara menjadi pemegang kekuasaan tertinggi.
Lalu dampak positif dan negatif yang dihasilkan yaitu:
1. Dampak Positif
 Negara terhindar dari perpecahan dan krisis yang tak berkesudahan.
 Mengembalikan UUD 1945 sebagai pedoman dalam menjalankan pemerintahan.
 Menjadi awal dibentuknya Lembaga Tinggi Negara, yaitu MPRS dan DPAS.
2. Dampak Negatif
 Presiden, MPR, dan lembaga tinggi negara lainnya memiliki kekuasaan yang besar
sehingga timbul potensi penyalahgunaan.
 Memberlakukan Dwifungsi Militer sehingga Militer dapat ikut berpolitik.
Sistem pemerintahan ini juga memberikan dampak besar bagi situasi politik di Indonesia kala itu.
Adanya kepemimpinan kaum borjouis dan PKI membuat banyak masyarakat melakukan
penolakan.
Ditambah lagi maraknya korupsi di kalangan birokrat dan militer mengakibatkan pendapatan
Indonesia dari ekspor mengalami penurunan drastis. Tidak hanya itu, inflasi yang cukup parah
juga terjadi sebagai akibat tidak stabilnya kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu (Rogaiyah,
2009).

3) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada masa Orde Baru


Latar belakang munculnya demokrasi Pancasila adalah adanya berbagai macam
penyelewengan dan permasalahan yang dialami bangsa Indonesia pada masa berlakunnya
Demokrasi Parlemener dan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi tersebut tidak cocok dengan
negara Indonesia ini karena kurangnya rasa gotong royong di dalam diri setiap individu
masyarakat. Sejak lahirnya orde baru dan yang pertama kali diberlakunya demokrasi Pancasila
hingga sekarang. Demokrasi Pancasila ini paling cocok untuk di terapkan dan dilaksanakan di
Indonesia. Demokrasi Pancasila bersumber dari tata nilai social budaya bangsa Indonesia, dan
menghargai hak individu yang tidak terlepas dari kepentingan social.
Demokrasi pancasil mengandung arti bahwa dalam menggunakan hak-hak dan kewajiban
harus memiliki rasa bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan martabat
dan harkat manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa, dan harus dimanfaatkan
unruk mewujudkan keadilan social. Demokrasi Pancasila berdasarkan pada kekeluargaan dan
gotong royong. Dimana kekeluargaan ini sudah lama dianut dan berkembang dalam diri
masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan.
4) Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada masa Reformasi
Masa reformasi ini adalah masa dimana untuk mengadakan demokratisasi dalam ssegala
bidang kehidupan. Bidang kehidupan yang paling utama yaitu, politi, ekonomi, dan hukum.
Demokrasi yang di jalankan pada masa reformasi ini masih menggunakan demokrasi Pancasila.
Tetapi terdapat perbedaan dari masa orde baru seperti aturan pelaksanaan dan praktik
penyelenggaraan. Berdasarkan peraturan dan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan,
terdapat perubahan pelaksanaan demokrasi, yaitu:
- Pemilihan umum lebih demokratis
- Partai politik lebih mandiri
- Pengaturan hak asasi manusia
- Lembaga demokrasi lebih berfungsi Konsep trias politika (3 pilar kekuasaan
negara) masing-masing bersifat otonom penuh (Adhi, 2016).

2.7 Mengembangkan Sikap Demokrasi


Dalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi
penerus yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan bagaimana
peran serta kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Pendidikan sikap demokratis dapat
dilakukan dalam lembaga pendidikan anak, sekolah, perkuliahan, masyarakat dan pemerintah.
Untuk mengembangkan sikap demokrasi, maka proses pembelajaran dan pendidikan akan lebih
efektif bila di mulai dari dalam keluarga dan pendidikan formal. Mengembangkan sikap
demokrasi akan lebih baik dimulai dari usia balita serta anak-anak sekolah (Abduh, 2016).

Prinsip-prinsip yang patut kita demonstrasikan dalam kehidupan berdemokrasi, antara lain
sebagai berikut (Kaunang, 2009) :
 Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan hukum yang berlaku.
 Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani.
 Membiasakan untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.
 Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau anarkis.
 Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis.
 Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.
 Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan,
masyarakat, bangsa, dan negara.
 Menggunaka kebebasan dengan penuh tanggung jawab.
 Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.

Perilaku Budaya Demokrasi


a. Lingkungan Keluarga
 Membiasakan diri untuk menempatkan anggota keluarga sesuai dengan
kedudukannya.
 Membiasakan mengatasi dan memecahkan masalah dengan jalan musyawarah
mufakat.
 Saling menghargai perbedaan pendapat masing-masing anggota keluarga.
 Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
b. Lingkungan Sekolah atau kampus
 Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS ataupun
ketua BEM
 Berani mengemukakan pendapat.
 Mengembangkan sikap saling menghormati
 Berani mengadakan maupun berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan
oleh sekolah atau kampus
 Menjunjung kesamaan derajat dan toleransi
 Mengikuti pelajaran kewarganegaraan.
c. Lingkungan masyarakat
 Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat.
 Berusaha mengatasi masalah yang timbul dengan pemikiran yang jernih.
 Mengikuti kegiatan rembug desa.
 Mengikuti kegiatan kerja bakti.
 Bersama-sama memberikan ususlan demi kemajuan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demokrasi merupakan sesuatu yang penting karena nilai-nilai yang dikandungnya sangat
diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Demokrasi juga dapat digunakan untuk mewujudkan kebaikan bersama, atau masyarakat dan
pemerintahan yang baik (good society and good government). Secara teoritis, peluang
terlaksananya partisipasi politik dan partisipasi warga negara dari seluruh lapisan masyarakat
terbuka lebar.

Masyarakat juga dapat melakukan kontrol sosial terhadap pelaksanaan pemerintahan


karena posisi masyarakat adalah sebagai pemegang kedaulatan tertinggi yaitu bentuk sistem
pemerintahan yang berasal dari rakyat, dilakukan oleh rakyat, dan dipergunakan untuk
kepentingan rakyat, baik secara langsung maupun perwakilan.

Demokrasi dapat memberi manfaat dalam kehidupan masyarakat yang demokratis, yaitu
Kesetaraan sebagai warga Negara, memenuhi kebutuhan-kebutuhan umum, pluralisme dan
kompromi, menjamin hak-hak dasar, dan pembaruan kehidupan social.

Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya system demokrasi, maka harus ada pola
perilaku yang menjadi tuntunan atau norma nilai-nilai demokrasi yang diyakini masyarakat.
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal diantaranya kesadaran akan puralisme, sikap
yang jujur dan pikiran yang sehat, demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat
dan sikap serta itikad baik, demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan, demokrasi
membutuhkan pertimbangan moral.

Dalam mengetahui seberapa jauh kadar demokrasi sebuah negara dibutuhkan suatu
ukuran atau acuan atau parameter seperti : pembentukan pemerintahan, sistem
pertanggungjawaban pemerintahan, pengaturan sistem dan distribusi kekuasaan negara, dan
pengawasan oleh rakyat. Dan dalam perjalanan sejarah bangsa, ada empat macam demokrasi di
bidang politik yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia, yaitu,
Demokrasi Parlementer (liberal), Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila Pada Era Orde
Baru, Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi.

3.2 Saran

Menerapkan dan mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu adanya
udaha dari semua warga negara. Baik itu dengan adanya niat untuk memahami nilai-nilai
demokrasi yaitu dengan belajar dari pengalaman negara-negara yang telah mewujudkan budaya
demokrasi lebih baik dibandingkan kita. Ataupun dengan mempraktekkan secara terus menerus
dan membiasakannya dengan harapan bahwa demokrasi telah benar-benar membudaya di tanah
air kita, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad dan Tukiran Taniredja.2016.pengembangan nilai-nilai demokratis


mahasiswa melalui pendidikan kewarganegaraan. ResearchGate.
Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Membangun Warga Negara yang
Demokratis. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Adhi IGS, Latra IW, Agung IGB. 2016. Text book: Pendidikan Kewarganegaraan. Bali: Swasta
Nulus.
Anonim, 2010.  Tuntas Pendidikan Kewarganegaraan. Graha Pustaka. Jakarta
Budiardjo,Miriam. 2008. Dasar-DasarIlmuPolitik. Jakarta : PT. Gramedia Kaelan&Zubaidi,
Ahmad. 2012. PendidikanKewarganegaraan. Yogyakarta : Paradigma.
Kaunang, Revoltje O.W. 2009. “Meningkatkan Pemahaman Konsep Demokrasi Melalui Strategi
Klarifikasi Nilai di Kelas VIII SMPN 06 Gorontalo”. Jurnal Inovasi, Volume 6, Nomor 2,
Juni 2009.
Rogaiyah, Alfitri. 2009. Jurnal PPKn dan Hukum:  Demokrasi Kesetaraan atau Kesenjangan.
Universitas Sriwijaya. Sumatera Selatan.
Sulisworo Dwi, Tri Wahyuningsih, dan D.B Arif. 2012. Hand book: Hibah Materi Pembelajaran
Non Konvensional. Yogyakarta: Imperium.
Wijianti dan Siti Aminah Y. 2005 “ Kewarganegaraan (Citizenship)”. Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama.

Anda mungkin juga menyukai