Anda di halaman 1dari 14

BAB II

ISI

2.1 Gambaran dari Masalah yang ada

2.1.1 Gambaran Masalah Kesehatan


Kelompok IPE kami mendapatkan bagian kunjungan di wilayah
Banjar Taman Kelurahan Sanur. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang kelompok kami lakukan terhadap beberapa keluarga di
wilayah tersebut, ada beberapa warga yang menyatakan bahwa ada
anggota keluarganya yang mengidap penyakit, seperti hipertensi, diabetes
melitus, obesitas, asma, flu, dan nyeri pinggang.
Penyakit pertama adalah hipertensi yang merupakan suatu kondisi
dimana terjadi peningkatan tekanan tekanan darah sistolik dan diastolik
dengan hasil pemeriksaan nilai sistolik di atas 140mmHg dan nilai
diastolik di atas 90mmHg. Hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
(esensial) adalah hipertensi yang tidak jelas atau belum diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang timbul karena
penyakit yang sudah diidap sebelumnya oleh klien. Gejala-gejala
hipertensi yang umum dijumpai, yaitu pusing, mudah marah, telinga
berdenging, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, dan mimisan (namun jarang terjadi). Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, yaitu usia, jenis
kelamin, genetik, perilaku atau gaya hidup seperti pola makan dan
kebiasaan olahraga. Hipertensi apabila tidak dikontrol dan berlangsung
lama sama halnya seperti penyakit kronis dapat menimbulkan komplikasi,
seperti jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan kerusakan
pembuluh darah otak (Saputra & Anam, 2016).
Penyakit kedua, yaitu diabetes melitus yang merupakan penyakit
yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia (kadar gula darah di atas
normal) dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kurangnya kerja atau sekresi dari insulin. Adapun
faktor risiko yang dapat menyebabkan diabetes melitus dan tidak dapat
diubah, yaitu usia, jenis kelamin, faktor genetik, sedangkan faktor risiko
yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, indeks
masa tubuh, dan lingkar pinggang. Diabetes melitus adalah penyakit yang
dapat mempengaruhi organ lain dan menimbulkan keluhan, seperti
gangguan pengelihatan, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi
seksual, luka yang sulit sembuh/gangrene, infeksi paru-paru, gangguan
pembuluh darah, stroke, dan sebagainya (Fatimah, 2015).
Penyakit ketiga, yaitu asma yang merupakan penyakit heterogen.
Asma biasanya ditandai dengan adanya peradangan jalan napas kronik.
Asma adalah penyakit kronik saluran napas yang ditandai oleh
hiperaktivitas, yaitu kepekaan saluran napas terhadap berbagai
rangsangan. Asma ditandai dengan batuk-batuk, dada terasa berat,
terdengar mengi, dan sesak napas karena terjadi penyempitan saluran
napas. Gejala asma akan muncul apabila ada faktor pencetusnya yang
merangsang saluran napas. Adapun faktor risiko yang menyebabkan asma,
seperti asma alergik dan faktor pencetus nonspesifik. Alergen yang dapat
mencetuskan asma seperti debu, spora jamur, serbuk sari, bulu halus
binatang, serat kain, coklat, dan susu sapi. Faktor pencetus nonspesifik
seperti latihan fisik, flu, dan emosi. Asma sering muncul ketika malam
hari, sehingga perlu dilakukan pengobatan asma dengan tujuan asma
menjadi terkontrol. Asma yang terkontrol adalah tidak menunjukkan
gejala, tidak ada serangan di malam hari, tidak membatasi aktivitas dan
tidak ada pemakaian obat-obatan (Imran, Khairani, & Susanti, 2018).
Penyakit keempat, yaitu flu (influenza) yang merupakan penyakit
yang disebabkan oleh virus myxovirus. Influenza dapat dibagi menjadi tiga
tipe, yaitu tipe A, B, dan C. Adapun gejala dari influenza, seperti demam,
batuk, pilek, bersin-bersin, mata berair, pusing, sakit tenggorokan, pegal
linu otot dan tulang. Influenza adalah penyakit menular dan dapat menular
walau hanya bercakap-cakap dengan penderita. Infuenza biasanya akan
hilang ketika kondisi badan membaik karena penyakt disebabkan oleh
virus. Penderita influenza disarankan untuk banyak istirahat, banyak
minum, bila perlu minum paracetamol untuk mengatasi demam dan nyeri
sendi, serta hindari konsumsi alkohol dan merokok (Nashrullah,
Supriyono, & Kharis, 2013). Yang kelima, yaitu nyeri pinggang yang
merupakan keluhan atau gangguan yang sering dijumpai pada kehidupan
sehari-hari. Nyeri pinggang paling sering diakibatkan karena ketegangan
otot akibat posisi tubuh yang tidak tepat. Timbulnya nyeri pinggang dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal seperi aktivitas duduk, posisi membungkuk
dalam waktu yang lama, mengangkat dan mengangkut benda dengan
posisi tubuk yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal,
dan bisa juga disebabkan akibat mengidap penyakit tertentu (Raharjo,
Wibawa, & Tianing, 2015).
Selain dari kelima penyakit tersebut, beberapa warga juga
menyatakan bahwa ada anggota keluarganya yang pernah mengalami sakit
gigi, tetapi tidak melakukan pemeriksaan ke dokter dan hanya
mengonsumsi obat yang dibeli sendiri di apotek. Dari hasil wawancara,
didapatkan bahwa ada beberapa keluarga yang langsung melakukan
pemeriksaan ke tempat pelayanan kesehatan ketika sakit seperti pergi
berobat ke dokter, tetapi ada juga yang hanya membeli obat ke apotek
tanpa melakukan pemeriksaan.

2.1.2 Gambaran Sanitasi

Secara luas, sanitasi merupakan suatu tindakan higienis dengan tujuan


meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, sedangkan yang
dimaksud dengan sanitasi lingkungan, yaitu suatu usaha pengendalian diri dari
segala faktor lingkungan fisik manusia yang kemungkinan dapat mengakibatkan
terjadinya hal-hal yang merugikan dalam perkembangan fisik, kesehatan, dan
daya tahan tubuh manusia. Pada umumnya di negara berkembang, sanitasi
kesehatan merupakan fasilitas pendukung kehidupan sehari-hari, seperti
penyediaan air bersih, metode pembuangan kotoran manusia yang baik, dan lain
sebagainya (Fattah, 2018).
Sanitasi yang buruk akan berdampak bagi kesehatan. Oleh karena itu
sangat penting untuk menjaga sanitasi agar tetap sehat. Berdasarkan hasil survei
kami dan wawancara pada penduduk warga lingkungan Banjar Taman, kami juga
memperoleh gambaran mengenai sanitasi lingkungan di daerah tersebut. Semua
warga yang sempat kami wawancara menjelaskan bahwa mereka memperoleh air
untuk mandi dari sumur, air minum dari aqua galon yang mereka beli, dan saluran
air dari kamar mandi langsung menuju ke selokan. Hal ini membuktikan adanya
sumber air yang bersih dan sehat, tidak tercampur dengan pembuangan. Warga
sudah memiliki kamar mandi masing-masing dengan saluran pembuangan yang
terpisah dengan sumber air dan lain sebagainya sehingga dapat dikatakan bahwa
air yang mereka gunakan higienis dari sumber yang baik. Selain itu, terdapat
sediaan tempat sampah yang memadai.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa warga desa di lingkungan
Banjar Taman ini sudah memiliki sanitasi yang baik sehingga tidak akan
berpengaruh buruk bagi kesehatan mereka.

2.1.3 Gambaran Sosial-Ekonomi

Sosial ekonomi dapat diartikan sebagai kedudukan atau posisi seseorang di


dalam suatu kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendidikan, dan pendapatan dari orang tersebut (Astrawan, 2014). Melalui
tingkat sosial ekonomi, kita dapat melihat tingkat kesejahteraan dari seseorang
atau sebuah keluarga.
Dalam tugas kami kali ini, kami melihat tingkat sosial ekonomi dari
Banjar Taman untuk melihat tingkat kesejahteraan warga di sana. Dalam konteks
pendidikan, kami memperoleh data bahwa dari total 1360 jiwa yang tinggal di
Banjar Taman, 79 orang di antaranya belum sekolah, 113 orang tidak/belum tamat
SD, 237 orang tamat SLTP, 223 orang tamat SLTA, 234 orang diploma, 179
orang sarjana, dan 19 orang S2 dan S3. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat
bahwa tingkat pendidikan di Banjar Taman sudah baik dimulai dari banyaknya
orang yang tamat dalam jenjang-jenjang pendidikan yang cukup tinggi bahkan
mencapai tingkat S2 dan S3, dan sedikitnya jumlah orang yang belum sekolah
(termasuk anak belum cukup umur) dibandingkan dengan jumlah orang-orang
yang menerima pendidikan.
Berkaitan dengan tingkat ekonomi di Banjar Taman, pendataan yang
digunakan untuk melihat tingkat ekonomi di banjar ini adalah berdasarkan tingkat
keeluarga sejahtera yang terbagi menjadi 5, diantaranya adalah keluarga Pra-KS
(pra keluarga sejahtera), keluarga sejahtera tahap I (KS-I), keluarga sejahtera
tahap II (KS-II), keluarga sejahtera tahap III (KS-III), serta keluarga sejahtera
tahap III plus (KS-III plus). Adapun indikator dari setiap tahapan adalah sebagai
berikut:
1. Keluarga Pra-KS adalah keluarga yang belum bisa memenuhi kebutuhan
dasar yang terdiri dari: Pelaksanaan ibadah menurut agama oleh masing-
masing anggota keluarga, seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari
atau lebih, seluruh anggota memiliki pakaian berbeda di rumah, tempat
kerja, sekolah, dan berpergian, bagian yang paling luas dari lantai rumah
bukan dari tanah, bila ada anak sakit atau Pasangan Usia Subur (PUS)
ingin melakukan keluarga berencana (KB) dibawa ke sarana kesehatan
(Sunarti, 2006).
2. Keluarga KS-I merupakan keluarga yang telah mampu memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
psikologis diantaranya: pelaksanaan ibadah secara teratur,, minimal 1 kali
seminggu makan daging/ telur, seluruh anggota keluarga memiliki
minimal 1 baju baru pertahun, luas lantai rumah paling sedikit 8m2 untuk
tiap penghuni, seluruh anggota sehat dalam 3 bulan terakhir, terdapat
minimal 1 anggota keluarga yang berumur lebih dari 15 tahun dan
berpenghasilan tetap, seluruh anggota keluarga berusia 10-60 tahun dapat
membaca dan menulis, semua anak berusia antara 5-15 tahun sedang
bersekolah, bila memiliki anak dua orang atau lebih, keluarga yang masih
PUS memakai alat kontrasepsi, kecuali sedang hamil (Sunarti, 2006).
3. Keluarga KS-II merupakan keluarga yang telah mampu memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, serta kebutuhan psikologis. Namun,
belum memenuhi kebutuhan pengembangan yang berupa: upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, menabung dari sebagian penghasilan, makan
bersama paling sedikit sekali sehari untuk berkomunikasi dengan keluarga,
ikut serta dalam lingkungan kemasyarakatan setempat, rekreasi bersama
keluarga setidaknya 1 kali dalam 6 bulan, dapat memperoleh informasi
dari surat kabar/ radio/ TV/ majalah, dan sebagainya, anggota keluarga
mampu menggunakan sarana transportasi setempat (Sunarti, 2006).
4. Keluarga KS-III merupakan keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan pengembangan. Namun, belum
dapat memenuhi kepedulian sosial, seperti: memberikan sumbangan
sukarela dalam kegiatan sosial masyarakat berupa materi secara teratur
atau dalam satu waktu, kepala keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/ institusi masyarakat setempat (Sunarti, 2006).
5. Keluarga KS-III PLUS merupakan keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan fisik, sosial, psikologis, pengembangan, dan melaksanakan
kepedulian sosial (Sunarti, 2006).
Berdasarkan indikator di atas dilakukan pendataan di Banjar Taman dan
diperoleh data, yaitu dari sejumlah 311 KK yang terdapat di banjar tersebut, 0
diantaranya termasuk pra KS, 5 KK termasuk KS-I, 12 KK termasuk KS-II,
253 KK termasuk KS-III, dan 35 KK termasuk KS-III PLUS. Jumlah ini
membuktikan bahwa tingkat ekonomi di Banjar Taman sudah sangat baik
dimana sebagian besar dari keluarga yang tinggal di sana termasuk dalam KS-
III yang artinya sudah dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan
pengembangan.

2.2 Data Demografi


1. Kelurahan Sanur
Kelurahan Sanur merupakan desa binaan dari beberapa kelompok IPE FK
Unud termasuk kelompok 4. Kelurahan Sanur terletak di Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar. Terletak di selatan Desa Sanur Kaja, sebelah timur Desa
Sanur Kauh, sebelah utara Selat Badung/Samudra Indonesia, dan di sebelah barat
Laut Bali. Kelurahan Sanur memiliki luas wilayah 232,61 Ha, dengan suhu udara
sehari-hari 35 derajat celcius. Jumlah penduduknya sebanyak 9.139 jiwa,
sedangkan jumlah Kepala Keluarga Kelurahan Sanur adalah sebanyak 1.847 KK.
Jenjang pendidikan terbanyak adalah SMA/sederajat. Mata pencaharian atau
pekerjaan masyarakat Kelurahan Sanur rata-rata adalah karyawan swasta/BUMN,
yaitu sebanyak 5.934 orang.
Fasilitas kesehatan yang tersedia adalah fasilitas kesehatan strata pertama,
yaitu puskesmas sebanyak 1 dan poliklinik sebanyak 1. Jumlah tenaga kesehatan
yang ada di Kelurahan Sanur sudah terbilang cukup banyak, yaitu dokter umum
sebanyak 16, dokter spesialis sebanyak 8, mantri kesehatan sebanyak 5, serta
bidan/dukun bayi terlatih sebanyak 1. Prasarana air bersih Kelurahan Sanur adalah
dari penampung air hujan sebanyak 1.600 buah, serta dari sumur gali sebanyak
286 buah. Sedangkan prasarana sanitasi dan air bersih terdapat 1.847 buah jamban
keluarga serta saluran drainase.
Susunan Pegawai di Desa Sanur Tahun 2019
No Nama Jabatan
1 Ida Bagus Raka Jinsu, S.Ag Kepala Desa
2 Ni Luh Made Cihna Kembar Dewi Sekretaris Desa
Sumber: Profil Desa Sanur

2. Lingkungan Taman
Lingkungan/Banjar Taman merupakan banjar binaan kelompok 4. Adapun
batas-batas wilayah dari Banjar Taman yaitu sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Dusun Banjar Buruan
b. Sebelah Timur : Pantai Segara
c. Sebelah Selatan : Lingkungan Sekuta
d. Sebelah Barat : Dusun Banjar Gulingan
Jarak tempuh Banjar Taman dari pusat Kecamatan Denpasar Selatan
adalah sejauh 10 kilometer, sedangkan jarak tempuh ke Kota Denpasar adalah
sejauh 6 kilometer dan jarak tempuh ke Profinsi Bali (Kantor Gubernur) adalah
sejauh 5 kilometer.
Data penduduk Lingkungan Taman berdasarkan kelompok umur pada
bulan Desember 2011 adalah sebagai berikut:
a. Kelompok umur 0 - < 1 tahun :9
b. Kelompok umur 0 - < 5 tahun : 70
c. Kelompok umur 5 - 6 tahun : 110
d. Kelompok umur 7 - 15 tahun : 200
e. Kelompok umur 16 - 21 tahun : 199
f. Kelompok umur 22 - 59 tahun : 702
g. Kelompok umur 60 tahun :-
Sedangkan pengelompokan pendudukan di Banjar Taman berdasarkan
jenis kelamin adalah sebagai berikut:
a. Laki-laki : 682 jiwa
b. Perempuan : 678 jiwa
Jadi, total jumlah penduduk di lingkungan Banjar Taman adalah sebanyak
1.360 jiwa, sedangakn jumlah KK yang terdaftar adalah sebanyak 311 KK.
Tingkat perkembangan penduduk Banjar Taman juga dapat dilihat dari
tingkat kesejahteraan penduduk itu sendiri, seperti tingkat pendidikan, tingkat
kesehatan masyarakat, tingkat ekonomi masyarakat, dan tingkat partisipasi
masyarakat.
Jenjang pendidikan terbanyak adalah tamat SLTP, yaitu sebanyak 237
orang, serta tamat Diploma sebanyak 234 orang. Sedangkan tingkat kesehatan
masyarakat Banjar Taman dapat dilihat dari tingkat kesuksesan dalam
pelaksanaan program KB khususnya penggunaan alat kontrasepsi. Jumlah
Pasangan Usia Subur (PUS) di Banjar Taman adalah sebanyak 261, dengan PUS
yang mengikuti Program KB adalah sebanyak 223.

2.3 Intervensi Masalah

ALTERNATIF YANG PALING MUNGKIN UNTUK DILAKSANAKAN

NO ALTERNATIF LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH


YANG PALING CARANYA DIMANA KAPAN KOLABO SUMBER/
MUNGKIN RASI BIAYA
UNTUK DINAS
DILAKSANAKAN TERKAIT
1. Sosialisasi kesehatan Menjelaskan Di rumah - Kelompok/
gigi dan mulut mengapa warga Swadaya
kepada keluarga
2. Melakukan Dengan Dapat Mengkoor
kampanya anjuran menjelaskan dilakukan dinasikan
gizi dan pola hidup berbagai jenis di balai dengan
sehat serta makanan yang banjar/di kelurahan/
peningkatan aktivitas dapat dikonsusmi rumah kepala
fisik dalam menjalankan warga lingkungan
hidup sehat dan
memaparkan
aktivitas fisik yang
bisa dilakukan
seperti senam,
jalan santai, dan
lainnya
3. Pemeriksaan tekanan Memberikan Di rumah Kelompok/
darah secara teratur pelayanan untuk warga Swadaya
terhadap penderita pengecekan
hipertensi tekanan darah ke
rumah-rumah
warga
4. Pemberian dukungan Memotivasi warga Di rumah Kelompok/
sosial agar dapat warga Swadaya
menjalankan
segala proses
untuk membantu
mencapai kondisi
yang lebih baik

2.4 Outcome dari Intervensi yang Diharapkan

Tabel 2.4 Outcome yang diharapkan setelah diberikan intervensi


NO Jenis Masalah Outcome Parameter
1. Kesehatan
a. Diabetes Perubahan kualitas  Penurunan Kadar
melitus dan hidup (pola makan Gula darah Puasa
komplikasiny teratur, pola tidur, (GDP), Gula
a aktivitas fisik), darah sewaktu
kontrol glikemik,  Jika bisa,
terhindarnya dari pemeriksaan
komplikasi vaskular HbA1c
dan Pemahaman  Tekanan darah,
tentang DM pemeriksaan
profil lipid
(Kolestrol,
HDL,LDL,
trigliserladehida)
jika bisa (Gavin
dkk,
2010;Perkeni,
2015)
b. Obesitas Perubahan Kualitas  Penurunan BB
hidup (Pola makan, dalam kilogram
pola tidur, aktivitas  Pengukuran
fisik); Indeks Massa
Penurunan berat badam Tubuh (<IMT)
dan tidak bertambahnya (Normal 18,5-
berat badan 22,9) (Jolly dan
Pemahaman yang lebih Chambers, 2014)
baik
c. Hipertensi Perubahan Kualitas  Penurunan
hidup (Pola makan, Tekanan Darah
pola tidur, aktivitas (Zack dkk, 2019)
fisik); Pemahaman
yang lebih baik tentang
penyakitnya (Kontrol
ke dokter rutin, cek
tekanan darah rutin)

d. Asthma Perubahan Kualitas  Periode


hidup (Pola makan, kekambuhan
pola tidur, aktivitas berkurang
fisik); Periode
kekambuhan penyakit
berkurang; Pemahaman
penyakit bertambah
e. Penyakit Perubahan Kualitas  kualitatif
lainnya hidup (Pola makan,
pola tidur, aktivitas
fisik); Pemahaman
yang lebih baik akan
jenis penyakit tersebut.

f. Kesehatan Perubahan kualitas  kualitatif


gigi dan hidup (Tidak ada
mulut masalah berkaitan
dengan kesehatan gigi
dan mulut); Adanya
kesadaran diri untuk
menjaga kesehatan gigi
dan mulut; Jika bisa,
keluarga kontrol gigi
dan mulut rutin
g. Obat-obatan Keluarga semakin  Kualititatif
paham tentang obat itu
sendiri (Penggunaan
obat sesuai anjuran
dokter, meminum obat
sesuai dosis dan waktu
yang tepat); Tidak
sembarang
mengonsumsi obat-
obatan
h. Masalah Peningkatan kualitas  kualititatif
nonpsikis hidup (Jika susah tidur,
jadi bisa nyenyak tidur,
Jika stress/cemas, bisa
berkurang cemasnya);
Pemahaman akan
kesehatan jiwa bahwa
kesehatan jiwa itu
penting untuk dijaga
2. Sanitasi Peningkatan kualitas  Kualitatif
hidup; Menerapkan
kebiasaan-kebiasaan
terkait sanitasi seperti
mencuci tangan, buang
air besar dijamban,
menggunakan air yang
layak minum);
Memastikan saluran air
dan pembuangan
kotoran ke sptiktank
3. SosialEkonomi Komunikasi keluarga  Kualitatif
yang baik;
Berkurangnya masalah
finansialterkait
kesadaran akan
kesehatan meningkat

Adapun outcome yang diharapkan setelah dilakukannya intervensi dari


kegiatan IPE ini pada umumnya adalah tercapainya kualitas hidup yang lebih baik
dari masyarakat atau keluarga yang dibina. Tercapainya kualitas hidup yang baik,
tentu diawali dengan adanya perubahan dari pola hidup yang lama ke pola hidup
yang baru. Pola hidup baru yang dimaksudkan adalah terjadinya perubahan akan
kebiasaan-kebiasaan yang salah menuju pada kebiasaan-kebiasaan yang benar.
Contohnya, apabila keluarga yang kita bina adala perokok, maka selesai dilakukan
intervensi diharapkan keluarga binaan yang perokok dapat berhenti merokok atau
mengurangi intensitas dalam merokok. Selain itu, masyarakat atau keluarga yang
dibina juga diharapkan memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai
setelah diberikan intervensi, misalnya sosialisasi kesehatan gigi dan mulut,
masyarakat menjadi mengerti untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan
menggosok gigi dua kali sehari. Masyarakat paham dan lebih memperhatikan
kesehatan diri mereka dan anggota keluarga yang dimiliki.
Spesifiknya, outcome yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari
masalah yang ditemukan dan intervensi yang diberikan. Pada masalah kesehatan
khususnya penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes melitus, stroke dan
hipertensi, penderita diharapkan dapat mengubah pola makan, minum obat teratur
(Diabetes, stroke dan hipertensi), pola tidur dan aktivitas fisik yang teratur sesuai
dengan kondisi fisiologis dari penderita sedangkan pada masalah sanitasi,
keluarga diharapkan dapat menerapkan kebiasaan-kebiasaan sanitasi seperti
mencuci tangan, membersihkan selokan secara rutin ataupun menggunakan
sumber air yang layak minum untuk konsumsi sehari-hari. Adapun terkait dengan
masalah sosial ekonomi, masyarakat atau keluarga yang dibina diharapkan dapat
memiliki keadaan sosial ekonomi yang lebih baik, jika masalah kesehatan mereka
dapat diatasi. Mengingat, masalah sosial ekonomi kebanyakan terjadi karena
kondisi kesehatan anggota keluarga, biaya pengobatan serta lama waktu
pengobatan.
Untuk mengukur outcome yang diharapkan dibutuhkan parameter baik
bersifat kuantitatif, kualitatif ataupun keduanya. Outcome kuantitatif adalah hasil
yang dapat dinyatakan dengan angka ataupun skala. Contohnya pada diabetes
melitus, dapat diukur apakah penderita mengalami penurunan kadar gula darah
puasa sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Outcome kualitatif adalah
sesuatu yang tidak dapat dinyatakan dengan angka. Contohnya, saat menanyakan
kualitas tidur tidur keluarga yang diberikan intervensi, kita dapat mewawancarai
keluarga yang dibina tentang apa yang mereka rasakan ketika telah diberikan
intervensi, apakah tidur mereka pulas? Apakah tidur mereka nyenyak?ataupun
tidak. Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada table 2.4.

Anda mungkin juga menyukai