Anda di halaman 1dari 8

6.

1 Pelaksanaan demokrasi diindonesia pada demokrasi parlementer dan terpimpin

Demokrasi Liberal (1950-1959)


Demokrasi liberal atau demokrasi parlementer berlaku pada tahun 1950—1959. Pada saat itu,
konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950. Berdasarkan UUDS 1950, sistem pemerintahan dan
demokrasi yang diterapkan di Indonesia, yaitu sistem parlementer dan demokrasi liberal.
Artinya, kabinet yang menterinya diajukan oleh parlemen (DPR) dan bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR).

Dalam sistem parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana menteri dan presiden hanya
sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal ini membawa dampak yang cukup besar,
memengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu.

Dampaknya, yaitu:

Dampak Positif
Dampak pertama yang akan dikupas ialah dampak positof dari penerapan demokrasi liberal di
indonesia. Uraiannya ialah sebagai berikut :

1. Kebebasan Dalam Berdemokrasi

Sebagai negara yang majemuk dan beragam penerapan demokrasi liberal memberikan dampak
positif berupa kebebasan dalam berdemokrasi sebagaimana sistem pemilu distrik  . Kebebasan
ini menandai adanya sebuah upaya agar masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam semua
aspek pemerintahan. Baik dari segi perekonomian, sosial, budaya, keamanan hingga bahkan
penyelenggaraan negara. Kebebasan dan keterbukaan dalam demokrasi ini benad-benar secara
nyata diterapkan. Hasilnya ialah ada banyak sekali wakil-wakit rakyat dri kelompok partai yang
pada akhirnya dapat duduk di parlemen.

Tentunya hal ini semakin memberikan warna bagi parlemen. Sekaligus semakin mengokohkan
keterwakilan masyarakat oleh para wakil mereka yang duduk di parlemen. Sehingga pada
akhirnya setiap kebijakan yang di putuskan akan dapat terwakilkan dan memberikan dampak
positif bagi semua kelompok dan golongan. Dengan upaya ini tentu tidak ada diskriminasi
terhadap kelompok atau golongan tertentu. Ini juga merupakan upaya untuk memberikan porsi
yang sama kepada kelompok minoritas agar tidak semakin terpinggirkan.

2. Kebebasan Sistem Multipartai

Sebagimana dijelaskan dalam poin sebelumnya demokrasi liberal memberikan kebebasan setiap
warganya untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Salah satu caranya ialah melalui jalur partai.
Masyarakat diberi kebebasan untuk membentuk dan membuat banyak partai yang tentunya dapat
mewakili suara mereka di perlemen. Kebebasan ini akan semakin membuat kondiai politik lebih
semarak. Sebab akan ada lebih banyak partai yang terlibat. Dengan demikian maka masyarakat
akan disuguhi pilihan-pilhan yang terbaik. Sehingga pada akhirnya masyarakat akan dapat
memiliki wakil yang terbaik dan mewakili mereka di parlemen.

3. Kemajuan Dalam Beberapa Sektor Industri

Demokrasi liberal memberikan pengaruh terhadap kemajuan di berbagai sektor industri. Dalam
demokrasi liberal swasta dan masyarakat diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dapat
mengelola usaha dan juga mengelola sumber kekayaan negara. Sehingga ada banyak sektor
industri yang kemudian dapat maju dan berkembang dengan pesat. Inilah yang kemudian
menyebabkan geliat dan pertumbujan ekonom semakin meningkat. Para pengusaha meniliki
spekulasi yang lebih terbuka serta minat swasta dan asing untuk berinvestasi pada perusahaan
negara semakin besar. Simak juga mengapa presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden
Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan Dekrit Presiden
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945, serta tidak berlakunya
UUDS 1950.( Wijianti dan Siti Aminah Y. 2005)
Dampak Negatif 
Dampak negatif tentunya juga membayangi penerapan demokrasi liberal di Indonesia, beberapa
dampak tersebut antara lain ialah sebagai berikut.

1. Tingginya Kesenjangan Sosial


Demokrasi liberal memberi peluamg kepada mereka yang betmodak besar dan memiliki
kekayaan yang melimpah untuk dapat bersaing dan memguasai sumber daya alam negara.
Kondiai ini kemudian menyebabkan kaum berpenghasilan kecil tidak memiliki peluang untuk
bersaing. Sebab bukan hanya bermodalkan uang saja namun para pengusaha industri juga
memiliki koneksi yang dekat dengan para dewan di parlemen. Kekutan ini lah yang tentunya
tidak dimiliki oleh kaum non berduit atau kelas bawah. Kondisi ini memicu kesenjangan sosial
dimasyarakat.

Dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin atau begitu-begitu saja
hidupnya. Dalam artian meskipun masyarakat dibenaskan terlibat lngsung dalam perekonomian
namun tetap saja yang akan berkuasa ialah mereka yang memiliki modal besr dan koneksi yang
kuat. Bagi kaum lemah mereka hanya akan berperan sebagai pekerja yang penghasilannya tentu
hanya cukup untuk itu-itu saja. Inilah yang kemudian membuay kita sangat mudah menemukan
kelompok masyarakat yang kaya sekali dan kelompok masyarakat tak berpenghasilan.

2. Kebijakan Pemerintahan yang Berbelit-Belit

Banyak yang beranggapan bahwa pada masa demokrasi liberal dianut Indonesia. Ketimpangan
yang terjadi di parlemen ialah terlalu banyak kebijakan yang dikeluarkan dan sifatnya berbelit-
belit. Mengingat bahwa pada masa demokrasi liberal kabinet yang ada selalu di rombak dan
berganti-ganti. Faktor inilah yang kemudian membuat kebijakan yang di buat pemerintah
tergolong berbelit-belit. Belim selesai dibuat dan baru proses penggodokan kabinet sudah ganti,
efeknya  ya sudah pasti kebijakan tadi menjadi terbengkalai dan tak terealisasi.

3. Kondisi Negara Menjadi Tidak Stabil


Pada masa demokrasi liberal kondisi negara yang tidak stabil sebagai akibat dari pergantian
kabinet yang terlalu sering terjadi pada masa demokrasi liberal sehingga menyebabkan
pemerintahan tidak berjalan secara efisien yang berdampak besar pada perekonomian Indonesia
yang mengalami keterpurukan akibat inflasi yang tinggi. Pergantian kabinet yang terlalu sering
membuat tidak rampungya kinerja kabinet lama. Sehingga kemudian menjadi carut marut dan
pada akhirnya memberikan dampak yang lebih lias baik pada aspek perekonomian, kemanan,
dan stabilitas pemerintahan. Simak juga kekuatan politik indonesia ,  sistem pemilu
proporsional , dan kelemahan sistem parlementer.

4. Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Rakyat

Meskipun beberapa industri mengalami kemajuan namun, berbanding terbalik dengan


kesejarteraan masyarakat. Rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat pada masa demokrasi liberal
karena pemerintah terlalu fokus pada perkembangan politik sehingga tidak terlalu
memperhatikan pekembangan ekonomi. Sorotan hanya dilakukam pada bidang politik sehingga
bidang ekonomi kemudian diabaikan. Alhasil perekonomian Imdonesia saat itu bisa dibilang
cukup kritis. Sebab kurs rupiah semakin melamah dari waktu ke waktu.

5. Maraknya Pemberontakan Di Berbagai Daerah 

Berbagai pemberontakan di daerah pada masa demokrasi liberal karena berbagai ketidakpuasan
daerah atas penyelenggaraan pemerintahan di pusat sehingga mengganggu keamanan dan
memperburuk pertumbuhan ekonomi perekonomian. Ketidakpuasan masyarakar menyebabkan
emosi meluap dan kemudoan dilampiasakan pada tindakan pemebeeontakam dan kerusuhan.
Dampak yang dianggap berbahaya dan dapat mengancam keutuhan NKRI.

Dampak demokrasi liberal secara positif dan negatif bagi bangsa Indonesia. Tentu dapat menjadi
sebuah pembelajaran dalam menerapkan sistem demokrasi yang dianut. Sepanjang penerapannya
di Indonesia, demokrasi liberal dianggap tidak cocok dan tidak dapat mewakili kemajemukam
dan keberagam negara ini. Sehingga kemudian oada akhirnya demokrasi yang berlaku di negara
kita hingga saat ini ialah demokrasi pancasila. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. ( Wijianti
dan Siti Aminah Y. 2005)

Demokrasi Terpimpin (1959—1966)


Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh keputusan serta pemikiran berpusat
pada pemimpin negara saja. Menurut TAP MPRS No. VIII/MPRS/1965, demokrasi terpimpin
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
yang berasaskan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong bagi semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan Nasakom.

Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 dan Presiden Sukarno berkedudukan
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang berlandaskan pada sistem presidensial
(presidesiil). Para menteri berada di bawah wewenang presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.

Ciri-Ciri Demokrasi Terpimpin

1. Kekuasaan Presiden

Pada sistem demokrasi terpimpin, presiden berperan sebagai penguasa tertinggi di dalam suatu
negara. Di Indonesia sistem pemerintahan ini diberlakukan pada 5 Juli 1959, dimana negara
Indonesia berada di bawah pemerintahan Presiden Soekarno kala itu.

Dengan berlakukan sistem demokrasi terpimpin, presiden Soekarno pada masa itu dapat
mengubah berbagai peran dari wakil rakyat yang dianggap tidak sejalan dengan kehendaknya,
khususnya di bidang politik.

2. Peran Partai Politik Terbatas


Pada masa berlakunya sistem demokrasi terpimpin, peran partai politik menjadi sangat terbatas.
Keberadaan partai politik seolah-olah hanya untuk menjadi pendukung berbagai kebijakan
presiden Soekarno.

3. Peran Militer Semakin Besar

Pada masa demokrasi terpimpin, peran militer di Indonesia sangat kuat. Masa itu militer
memiliki dua fungsi (dwifungsi), yaitu sebagai garda pertahanan negara dan juga berperan pada
pemerintahan. Kuatnya peran militer pada pemerintahan ternyata mengakibatkan kekacauan
politik di Indonesia.

4. Paham Komunisme Berkembang

Pada masa itu, hubungan antara Presiden Soekarno dengan Partai Komunis Indonesia (PKI)
semakin baik. Dukungan PKI terhadap Presiden Soekarno dimanfaatkan dengan baik sehingga
paham komunisme berkembang pesat pada masa itu.

5. Anti Kebebasan Pers

Pers yang memiliki peran sebagai penyambung suara rakyat pada sistem politik dibatasi oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah terhadap pers tersebut membuat sebagian besar media
menutup diri dan tidak berani mengedarkan berita karena adanya ancaman dicekal.

6. Sentralisasi Pemerintah Pusat

Sistem demokrasi terpimpin menimbulkan ketidakadilan, salah satunya adalah pemerintahan


yang dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah pusat. Peran partai politik semakin tidak jelas dalam
pemerintahan sehingga menimbulkan kekacauan.

7. Terjadi Pelanggaran HAM

Kebebasan pers yang terkekang, sentralisasi pemerintah pusat, dan peran militer yang sangat
besar berdampak pada meningkatnya tindakan semena-mena terhadap masyarakat. Pelanggaran
HAM sering dilakukan oleh pemerintah jika menemukan masyarakat yang menentang kebijakan
pemerintah.

Adapun tujuan dari sistem demokrasi terpimpin adalah:

1. Untuk mengganti demokrasi liberal yang dianggap tidak stabil untuk negara
Indonesia.
2. Untuk meningkatkan kekuasaan presiden pada masa itu yang awalnya hanya sebatas
sebagai kepala negara menjadi pemegang kekuasaan tertinggi.

Lalu dampak positif dan negatif yang dihasilkan yaitu:

1. Dampak Positif
 Negara terhindar dari perpecahan dan krisis yang tak berkesudahan.
 Mengembalikan UUD 1945 sebagai pedoman dalam menjalankan pemerintahan.
 Menjadi awal dibentuknya Lembaga Tinggi Negara, yaitu MPRS dan DPAS.

2. Dampak Negatif

 Presiden, MPR, dan lembaga tinggi negara lainnya memiliki kekuasaan yang besar
sehingga timbul potensi penyalahgunaan.
 Memberlakukan Dwifungsi Militer sehingga Militer dapat ikut berpolitik.
Sistem pemerintahan ini juga memberikan dampak besar bagi situasi politik di Indonesia kala itu.
Adanya kepemimpinan kaum borjouis dan PKI membuat banyak masyarakat melakukan
penolakan.

Ditambah lagi maraknya korupsi di kalangan birokrat dan militer mengakibatkan pendapatan
Indonesia dari ekspor mengalami penurunan drastis. Tidak hanya itu, inflasi yang cukup parah
juga terjadi sebagai akibat tidak stabilnya kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu.( Wijianti dan
Siti Aminah Y. 2005)

Wijianti dan Siti Aminah Y. 2005 “ Kewarganegaraan (Citizenship)”. Jakarta: Piranti Darma
Kalokatama.

Anda mungkin juga menyukai