dimulai dari enamel yang normal sampai enamel fluorosis yang parah
(severe)
menjadi 9 bagian dan dimulai dari mottled enamel taraf ringan (skore TF
Very mild Terjadi bercak putih kecil, buram dan tidak teratur pada
permukaan gigi.
Mild Terjadi daerah putih buram pada enamel yang lebih luas
Sumber : Murray, J.J., Rugg-Gunn, A.J. and Jenkins, G.N.,1991. Fluorides In Caries
Prevention. 3rd ed. Butterworth-Heinemann Ltd, 325-328.
pada permukaannya.
Skor TF 2 Garis opaque putih lebih menonjol dan sering berfusi untuk
Skor TF 4 Pada seluruh permukaan terlihat adanya opasitas atau nampak putih
Skor TF 5 Seluruh permukaan opaque, dan ada pit-pit bulat (hilangnya enamel
Skor TF 6 Pit-pit kecil sering berfusi sehingga membentuk pita yang lebarnya
dalam arah vertikal kurang dari 2 mm. Klas ini meliputi juga kasus
Penampakan fisik dari perubahan pasca erupsi fluorosis gigi yang ringan
dan parah terkadang tidak bisa diterima dan untuk itu pasien dapat meminta
perawatan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi dalam meningkatkan
1992).
Bentuk fluorosis gigi yang lebih ringan dimana terjadi fusi garis-garis
putih dan adanya daerah opak berkabut pada beberapa bagian permukaan gigi
(skore TF 2-3), dapat dirawat oleh dokter gigi dengan jalan menggerinda enamel
bagian luar yang porus dan fluorotik sampai struktur di bawahnya yang
merupakan enamel yang padat. Opasitas yang jelas dan pewarnaan pada gigi
enamel dan kemudian dipoles dengan pumis. Pengolesan dengan asam phosporik
dan pumis diulang beberapa kali pada setiap kali kunjungan dan perawatan
diakhiri mengoleskan larutan mineral dan fluoride topical (2% sodium fluoride
dari enamel atau dentin gigi bukanlah masalah baru. Asam hidroklorik telah
prosedur yang terkontrol secara cermat. Selain memberikan larutan asam dengan
(Erdogan,1998).
dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis enamel yang berubah warna (Walton
enamel dengan menggunakan spatel kayu. Dengan tekanan kuat, pasta digerakkan
memutar pada permukaan enamel selama 5 detik. Kemudian dicuci dengan air
diinginkan diperoleh dalam satu kali kunjungan, bila hal ini tidak terjadi
untuk diputihkan (Prabhu, 1992; Walton et.al 1997; Grossman et.al., 1992).
berbentuk seperti gel yang mencegah asam hidroklorik mengalir secara tidak
terkontrol dan mudah larut dalam air, dimana pertikel-pertikel kuartz dan pumis
fluorosis pada gigi yang telah diputihkan dengan cara ini untuk jangka waktu yang
bleaching. Non vital bleaching biasanya digunakan untuk gigi yang sudah dirawat
vital(Walton et.al 1997; Grossman et.al., 1992; Hartono dkk, 1992). Eter anastetik
dinetralkan dengan natrium bikarbonat dan diirigasi dengan air yang banyak
Kemudian dipolis dengan cuttle fish disc selama 15 detik. Proses ini
diulang sampai dua atau tiga kali sebelum diperoleh warna yang diinginkan. Noda
fluoride sukar untuk diputihkan dan memerlukan perawatan yang lebih lama dan
untuk membentuk noda kembali setelah beberapa saat (Walton et.al 1997;
Pada kasus fluorosis gigi yang lebih parah bercirikan adanya pit-pit atau
terlepasnya enamel permukaan (TF 5-9), perlu dilakukan restorasi pada permukaan
labial gigi dengan bahan resin komposit dengan menggunakan teknik etsa asam.
Teknik ini lebih ekonomis dan kunjungannya sangat singkat sehingga teknik ini
mudah diterima oleh anak-anak. Tidak ada kehilangan gigi yang terjadi dengan
melaksanakan prosedur ini. Perlu diingat bahwa perawatan awal dengan asam pada
enamel yang mengalami fluorosis, memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan enamel normal. Hasil dari perawatan semacam ini dalam jangka panjang
secara kosmetik tidak memuaskan dan pada tahap berikutnya harus dibuatkan
sangat parah. Pembuatan dengan mahkota buatan ini jelas sangat mahal dan kebanyakan
hanya ditujukan untuk pasien-pasien yang mampu. Oleh karena itu, dianggap kurang
Topik 18 Veneer
2. Sebutkan jenis bahan yang dapat digunakan untuk veneer beserta keuntungan dan
kerugiannya