Yuk, ngemikro……
A. Transport Medium
1. Spesimen Darah
a. Botol komersial
b. Thioglikolat
2. Spesimen Kulit
a. Medium Stuart : transport medium bakteri aerobik
b. Medium Amies with carcoal : transport medium suspect Neisseria
Digunakan untuk mencegah kekeringan dan kematian bakteri
menghindarkan pertumbuhan bakteri dan kontaminan bakteri lain
kadar CO2 tetap tinggi dengan adanya carcoal
c. Medium tioglikolat : transport medium bakteri anaerobik
3. Anaerobic Transport Kontainer (Kontainer untuk transportasi bakteri anaerobic)
Disposable plastic (plastiknya itu)
Anaerob Gen compact (tempat utamanya)
Clip (noh yang merah itu untuk nguncinya biar amannn)
1. Neisseria meningitidis
• Menyebabkan meningitis terutama pada anak-anak
• Port d’entre : Nasofaring
• Spesimen dapat diambil dari swab tenggorok, darah atau cairan serebrospinal
Diagnosis
a. Pewarnaan Gram
Gambaran mikroskopik, tampak :
• Diplococcus (Seperti biji kopi/ginjal, berpasangan)
• Gram negative
• Tidak bergerak
• Tidak berspora
b. Kultur dengan Media Pertumbuhan (agar Thayer Martin)
Ingat ya guys Neisseria itu jodohnya gading martin ups Thayer Martin gaannnnn…………
Kandungan : Agar coklat dengan vancomycin, colystin, nystatin dan trimethropim
Fungsi : Untuk menghambat kontaminasi bakteri gram positif, gram negatif, jamur dan proteus
sp
Hasil: Setelah inkubasi pada 5-10% CO2 selama 24 jam pada suhu 370C :
Diameter koloni 1-2 mm
Konvex
Abu-abu dan translucent
CO2: 5-10%
H2: 5-10%
Nitrogen: 80-90%
d. Reaksi Biokimia
Neisseria meningitidis pada
Cistein Tripticase Agar
Glukosa (+)
Maltosa (+)
Sukrosa (-)
e. Tes Oksidasi
f. B-Lactamase test
Prinsip:
Ini didasarkan pada penggunaan kromogenik cephalosporin nitrocefin
Senyawa ini memiliki warna kuning pucat , tapi ketika ikatan amida dari cincin β - laktam
dipecah oleh enzim , akan menghasilkan perubahan konformasi molekul menjadikan merah
(jadi kalo positif : kuning merah)
BBL Cefinase Tes ini terdiri dari disc selulosa diresapi dengan nitrocefin
Hasil:
Ose dicelupkan ke dalam koloni dan usapkan pada disk
Munculnya warna merah pada isolat menunjukkan β - lactamase- positif
Gambaran Mikroskopik :
2. Streptococcus pneumoniae
a. Pewarnaan Gram
Gram positif
diplococcus berantai
d. Test Optochin
Prinsip
• Pada tes emulsi Inokulum dalam cairan fisiologis
suspensi keruh + Natrium Garam empedu
deoxycholate
• Streptococcus pneumoniae larut pada Garam
empedu seperti yang ditunjukkan dari Turbidity
dalam waktu 10-15 menit
• Viridans streptococci tidak larut meskipun terjadi
kekeruhan
f. Test Inulin
Prinsip
• Pneumokokus mampu memfermentasi inulin , sedangkan
streptococci alpha - hemolytic adalah inulin –
nonfermenters
• Setelah inkubasi , asam yang dihasilkan mengubah warna
kultur dari biru kuning = hasil positif
3. Mycobacterium tuberculosis
a. Pewarnaan Ziehl Neelsen
4. Mycobacterium leprae
Pewarnaannya sama yaituuuu Ziehl Neelsen
Gambaran Mikroskopik :
Sebenarnya ini gak terlalu jelas, Mycobacterium apa karena gambaran bakterinya kurang jelas. Tapi
nanti kalau teman teman lihat di mikroskopik tampak panjang panjang berarti kemungkinan besar itu
Mycobacterium tuberculosis, kalau penampakan bakterinya banyak dan mengumpul jadi kaya buletan
gitu, berarti Mycobacterium leprae.
5. Haemophilus influenza
a. Pewarnaan Gram
Kecil
Pleomorfik
gram negatif
b. Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan H. influenza
harus mengandung faktor X dan V
Gambaran Mikroskopik :
Bedanya dengan preparat Neisseria, haemophilus lebih tampak jarang dan sedikit oranye
dibanding Neisseria.
6. Clostridium tetani
Basil dengan spora di ujung (kayak sendok), gram positif
7. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum
pada Egg Yolk Agar
Munghasilkan
opalescende dan lapisan
mutiara hasil lipolisis
Mikroskopik: Gram positif, Berbentuk batang, berukuran besar, Spora berbentuk bulat terletak di central
atau sub-terminal (si tetani di ujung, kalo botulinum di tengah ataupun di hampir-ujung)
Oke bakteri udah dibahas, yok ingat ingat lagi m.tb itu media agarnya apaaaa? Nah ingat ingat lagi ya
yang lainnyaaaaa……………………..
kalo udah ingat semua, tunggu apa lagi nyok selesaikan si jamur dan virus, dikit koks, yuk ya
yukkkkkkkk…………………..
Rabies
a. Diagnosis
• Rabies virus produces a specific eosinophilic cytoplasmic inclusion, the Negri Body, in infected nerve
cells, are filled viral nucleocapsid
• A definitive pathologic diagnosis of rabies can be based on finding of Negri bodies in the brain or
spinal cord
• They are sharply demarcated, more or less spherical, 2-10 μm in diameter
• Negri bodies contain rabies virus antigens and can demonstrated by Giemsa Staining, Hematocylin
Eocyn (HE) and immunofluorescence
a. Negri Body pada Biopsi jaringan otak dengan Hematoksilin Eosin (HE)
b. Taksonomi
Termasuk virus famili rhabdoviridae; berbentuk peluru; merupakan enveloped virus dgn nukleokapsid
heliks berisi RNA
c. Dapat menyebabkan: ensefalitis; transmisi melalui gigitan luka; penyebaran secara retrogade
d. Gejala
o Fase prodromal gejala sensorik lokal : parestesia, gatal, rasa terbakar
o Fase neurologik akut
Furious rabies : demam, halusinasi, hiperaktif thd stimulus, kejang
Paralytic rabies : demam, inkontinensia urin, kelemahan otot
o Fase komatosa
e. Penatalaksanaan : interferon dan immunoglobulin rabies dosis tinggi
f. Pencegahan : immunisasi aktif, hindari kontak dgn hewan liar, vaksinasi seluruh hewan peliharaan
g. Profilaksis :
• Perawatan luka lokal cuci dgn sabun, air dan povidone (antiseptik virusidal)
• Immunisasi pasif HRIG (efektif 7 hari setelah gigitan)
• Immunisasi aktif
TENTIR PRAKTIKUM PARASITOLOGI
1. Toxoplasma gondii
a. Stadium ookista
i. Ookista akan keluar bersamaan dengan feses tikus atau kucing.
ii. Bentuk lonjong
iii. Ukuran 10-13 mikron
iv. Dinding berlapis dua
v. Memiliki 2 sporokista dan 8 sporozoit
Stadium takizoit dari toxoplasma bisa kemana aja mengikuti aliran darah. Bisa ke otak, mata, otot,
hepar. Pada laki-laki, ini biasanya gak papa. Asimptomatis gitu. Nah, kalau pada perempuan bisa
bahaya, apalagi pada ibu hamil karena dapat menularkan pada bayinya. Oleh karena itu, yang laki-laki
nanti ingatin istrinya yaaa, kalau pas hamil jangan suka makan daging yang kurang matang ataupun
lalapan, terutama kemangi dan daun-daun lain yang memiliki rambut-rambut halus di bagian
belakangnya. Soalnya rambut-rambut halus pada daun ini bisa jadi tempat melekat parasit.
Pada pasien imunokompeten, gejala yang muncul adalah:
o Flu
o Malaise
o Nyeri sendi
o Limfadenopati
o Sering tanpa gejala (asimtomatis)
Efek kongenital:
o TRIMESTER I : 17% (Asimptomatik dan KEGUGURAN) → seringkali ibu hamil mengalami
keguguran berulang
o TRIMESTER II: 24%
o TRIMESTER III: 62% (Toxoplasma gondii & infeksi berat) → manifestasi klinis timbul pada
anak (toxoplasmosis kongenital)
Diagnosis:
o
o
o Radiologi CT Scan, MRI, USG
Pengobatan Neonatus
o SULFONAMID : 100 MG/KG BB/HARI
o PIRIMETAMIN : 1 MG/KG BB/HARI
o ASAM FOLINIK 10 MG/HARI, 3 X SEMINGGU
o SPIRAMISIN : 100-200 MG/KG BB/HARI
o KLINDAMISIN
o KORTIKOSTEROID : 1-2 MG/KG BB/HARI
2. Plasmodium falciparum
a. Trofozoit
i. Ditemukan di apusan darah tebal maupun tipis
ii. Gambaran uniform
iii. Bentuk cincin terbuka, koma, tanda seru, sayap burung
b. Skizon
c. Pigmentasi
Patogenesis
Eritrosit terinfeksi P. falciparum menimbulkan tiga gangguan :
o Perubahan hemodinamik
o Perubahan imunologik
o Perubahan metabolik
Diagnosis
• Menemukan parasit dalam sediaan darah tepi.
• Seringkali ditemukan jumlah parasit sedikit dalam darah tepi (sebagian besar bersekuesterasi) →
dianjurkan pemeriksaan berulang setiap 4-6 jam selama 3 hari
• Prognosis Buruk :
o Bila pada pemeriksaan ditemukan > 20% parasit mengandung pigmen (trofozoit lanjut & skizon) →
apabila telah ditemukan skizon, maka akan bermanifestasi pada malaria serebral.
o Terjadinya leukositosis (12.000/μl)
o Bila hasil pemeriksaan ditemukan > 50% trofozoit bentuk cincin → prognosois baik
o Pada autopsi ditemukan pigmen dalam sediaan otak dan alat dalam lainnya (limpa, hati, jantung,
ginjal dll).
3. Sistiserkosis selulosa
Daur hidup Taenia solium
Secara umum, Taenia solium akan menjadi cacing dewasa di saluran cerna manusia. Cacing dewasa
mengeluarkan telur dan proglotid bersamaan dengan keluarnya feses. Nanti, si telur ini akan
menginfeksi host selanjutnya. Khusus pada babi, yang mampu menginfeksinya ini terutama adalah telur
yang melekat di lumpur. Setelah babi terinfeksi, nanti si Taenia solium ini akan berkembang di otot babi
dalam bentuk kista. Kemudian, manusia akan terinfeksi dengan cara memakan daging babi yang kurang
matang (seperti sate, stik setengah matang, dll). Lalu, setelah memakan daging babi tersebut, si manusia
ini pun menjadi terinfeksi. Si Taenia solium tadi akan berkembang di saluran pencernaan manusia lagi.
Kemudian manusia yang terinfeksi ini akan kembali BAB dan mengeluarkan telur beserta proglotid
melalui fesesnya. Telur tadi kembali menginfeksi babi. Jadi kista di jaringan otot babi. Eh kista itu
dimakan manusia yang mengonsumsi daging babi lagi. Manusianya terinfeksi lagi lah jadinya. Taenia
solium masih berkembang di saluran cerna manusia. Telur dan proglotidnya keluar barengan feses waktu
BAB. Trus infeksinya kena lagi ke babi. Ke manusia lagi. Ke babi lagi. Ke manusia lagi. Ke babi lagi.
Ke manusia lagi. Babi lagi. Manusia lagi. Babi. Manusia. Babi. Manusia.
Pada manusia, larva Taenia solium itu normalnya berada di intestinal. Tetapi, pada kasus tertentu, si
larva ini malah menyebar menuju otak, otot dan mata manusia melalui jalur hematogen.
Menyebabkan sistiserkosis. Itu dia masih dalam bentuk larva, ya, gak berkembang jadi cacing dewasa.
Jadi, perlu diingat bahwa pada hakikatnya, penyebab sistiserkosis adalah larva yang tersesat. Larva sesat
yang berada di otak ini akan menyebabkan penyumbatan di otak, sehingga terjadilah hidrosefalus.
Gejala Klinis:
o Mual dan muntah
o Sakit kepala
o Kelesuan
o Kebingungan
o Perubahan-perubahan penglihatan
o Kelemahan atau mati rasa
o Kejang (seringkali gejala yang mempresentasikan diri, terjadi pada kira-kira 70% dari orang-
orang dengan neurosistiserkosis)
o Kadang asimptomatik
Diagnosis:
o Enzyme linked immunotransfer blot (EITB)
o CT Scan/MRI
o Pemeriksaan tinja → autoinfeksi → menemukan telur atau cacing dewasa