Anda di halaman 1dari 126

KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. PENGERTIAN OKSEGENASI

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan

oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan

kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk

kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan

hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.

Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen

maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat

diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Dalam

keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen

setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi

berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme

sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.

Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang

berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan

pembuangan CO² (hasil pembakaran sel)

1
B. SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM OKSIGENASI

Saluran pernapasan bagian atas.

a) Hidung

b) Faring, merupakan pipa berotot yang terletak dari

dasar tengkorak sampai dengan esophagus.

c) Laring, merupakan saluran pernapasan setelah

faring.

d) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang

bertugas menutup laring saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah.

a) Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira

ketinggian vertebrae torakalis kelima.

b) Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang

bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.

c) Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah

bronchus.

d)  Alveoli, merupakan kantung udara tempat

terjadinya pertukaran oksigen dengan

karbondioksida.

2
e) Paru-Paru (Pulmo). Paru-paru merupakan organ

utama dalam sistem pernapasan.

C. FISOLOGI OKSIGEN

Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:

1. Menghirup udara (inpirasi)

Inspirasi adalah terjadinya aliran udara

dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan

sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume

rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga

dada turun/lebih kecil.

2. Menghembuskan udara (ekspirasi)

Tidak banyak menggunakan tenaga,

karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu

terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses

ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil,

tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas

tiga tahapan, yaitu :

3
1. Ventilasi, Merupakan proses keluar masuknya oksigen

dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke

atmosfer.

2. Difusi, Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari

alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke

alveoli

3. Transportasi, Transfortasi gas merupakan proses

pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO²

jaringan tubuh ke kaviler.

D. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI

RESPIRASI

1. Hypoxia

Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam

tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.

Penyebab terjadinya hipoksia :

a. gangguan pernapasan

b. gangguan peredaran darah

c. gangguan sistem metabolisme

d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat

oksigen (nekrose).

4
2. Hyperventilasi

Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering

disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam

alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa

CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →

menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman

pernafasan.

Tanda dan gejala :

a.       pusing

b.      nyeri kepala

c.       henti jantung

d.      koma

e.       ketidakseimbangan elektrolit

3. Hypoventilasi

Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak

mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga

CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi

dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi

jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.

Tanda dan gejala:

5
a.       napas pendek

b.      nyeri dada

c.       sakit kepala ringan

d.      pusing dan penglihatan kabur

e.       baal

4. Cheyne Stokes

Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi,

dari perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya

diikuti periode apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK,

dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam

fisiologis maupun pathologis.

Fisiologis :

a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki

b. pada anak-anak yang sedang tidur

c. pada orang yang secara sadar melakukan

hyperventilasi

Pathologis :

a. gagal jantung

b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih

dari 40mg%)

6
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi )

Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas

biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada

asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.

6. Apneustic 

Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat

7. Biot’s

Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang

sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat.

Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.

Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

E. PERUBAHAN POLA PERNAFASAN

a. Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih

dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru

dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.

b. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat

abnormal, ±10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan

dalam keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di

sertai narkotik atau sedatif.

7
c. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengkompensasi

metabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan

pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga terjadi

peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini

ditandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek,

adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-

lain.

d. Kussmaul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal

yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis

metabolik.

e. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk

mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada saat

ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah udara yang

memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen.

f. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini

dapatdisebabkan oleh perubahan kadar gas dalam

darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.

g. Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada

posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan

pada seseorang yang mengalami kongesif paru-paru.

8
h. Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang

amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan

berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari siklus baru.

Periode apnea berulang secara teratur.

i. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana

dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari

keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan

atelektasis.

j. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip

dengancheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak

teratur.

k. Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi

karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada

umumnya ditemukan pada kasus spasme trachea atau

obstruksi laring.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

hyperventilasi.

9
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai

oksigen.

3. Cemas berhubungan dengan perubahan starus

kesehatan .

G. TINDAKAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEBUTUHAN OKSIGENASI

a. Latihan napas

Latihan napas merupakan cara bernapas untuk

memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara

pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan

efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilakukan

3. Atur posisi (duduk atau terlentang)

4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik

napas terlebih dahulu melalui hidung dengan mulut

tertutup.

10
5. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas

sekitar 1-1,5 detik dan disusul dengan menghembuskan

napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang

meniup.

6. Catat respon yang terjadi

7. Cuci tangan 

b. Latihan batuk efektif 

Latihan batuk efektif merupakan cara melatih

pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara

efektif untuk membersihkan jalan napas (laring, trachea,

dan bronkhiolus) dari sekret atau benda asing.

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilakukan

3. Atur posisi dengan duduk di tepi tempat tidur dan

membungkuk kedepan

4. Anjurkan untuk menarik napas, secara pelan dan

dalam, dengan menggunakan pernapasan

diafragma.

11
5. Setelah itu tahan napas selama ± 2 detik 

6. Batukkan 2  kali dengan mulut terbuka

7. Tarik napas dengan ringan

8.  Istirahat

9. Catat respons yang terjad

10. Cuci tangan

c. Pemberian oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan

memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran

pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen

pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula,

nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah

terjadinya hipoksia.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier

2. Nasal kateter, kanula, atau masker

3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

12
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilakukan

3. Cek flowmeter dan humidifier

4. Hidupkan tabung oksigen

5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan

dengan kondisi pasien.

6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.

7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung

dengan telinga, setelah itu berikan jelly dan masukkan.

8. Catat pemberian dan lakukan observasi.

9. Cuci tangan

d. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan

postural drainage, clapping, dan vibrating pada pasien dengan

gangguan sistem pernapasan untuk meningkatkan efisiensi

pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Pot sputum berisi desinfektan

2. Kertas tisu

3. Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)

13
4. Satu bantal (untuk postural drainage)

Prosedur Kerja :

Postural drainage

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilaksanakan

3. Miringkan psien ke kiri (untuk membersihkan bagian

paru-paru kanan)

4. Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-

paru kiri)

5. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang

kanan disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus

tengah)

6. Lakukan postural drainage ± 10-15 menit

7. Observasi tanda vital selama prosedur 

8. Setelah pelaksanaan postural drainage,,

dilakukan clapping,  vibrating,dan  suction.

9. Lakukan hingga lendir bersih

10. Catat respon yang terjadi

11. Cuci tangan

14
Clapping 

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilaksanakan

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya

4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat

menepuk  punggung pasien secara bergantian hingga ada

rangsangan batuk. 

5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan

untuk menampung sputum pada pot sputum.

6. Lakukan hingga lendir bersih

7. Catat respon yang terjadi

8. Cuci tangan

Vibrating 

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilaksanakan

3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya

4. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk

menarik napas dalam dan meminta pasien untuk

15
mengularkan napas perlahan-lahan. Untuk itu, letakkan

kedua tangan di atas bagian samping depan dari cekungan iga

dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan

secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan

mengeluarkan sputum.

5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan

untuk menampung sputum di pot sputum.

6. Lakukan hingga lendir bersih

7. Catat respon yang terjadi

8. Cuci tangan

e. Pengisapan lendir 

Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada

pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir

secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk

membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan

oksigenasi.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan

desinfektan

2. Kateter pengisap lender

16
3. Pinset steril

4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan

desinfektan

5. Kasa steril

6. Kertas tisu

Prosedur Kerja :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilaksanakan.

3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring

ke arah perawat

4. Gunakan sarung tangan

5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap

6. Hidupkan mesin penghisap

7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter

pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9%

untuk mencegah trauma mukosa.

8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak

mengisap

9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik

17
10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%

11. Lakukan hingga lendir bersih

12. Catat respon yang terjadi

13. Cuci tangan

18
KEBUTUHAN PERSONAL HIGIENE

A. Perawatan Diri (Personal Hygiene)


Kebersihan diri atau personal hygiene  merupakan bagian
dari kehidupan kita sehari-hari, oleh karena itu sudah seharusnya
kita sebagai manusia untuk selalu memperhatikan kebersihan diri
dan lingkungan kita agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan baik secara fisik maupun psikologis
B. JENIS PERAWATAN DIRI BERDASARKAN WAKTU
Perawatan diri berdasarkan waktu pelaksanaan dibagi menjadi
empat, yaitu:
- Perawatan Dini Hari. Merupakan perawatan
diri yang dilakukan pada waktu bangun dari tidur
- Perawatan Pagi Hari. Perawatan yang
dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan
perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan keeil),
mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit,
melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut,
kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien.
- Perawatan Siang Hari. Perawatan diri yang
dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan
atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai

19
tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan antara lain
mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan
tempat tidur, serta melakukan pemeliharaan kebersihan
lingkungan kesehatan pasien.
- Perawatan Menjelang Tidur. Perawatan diri
yang dilakukan pada saat rnenjelang tidur agar pasien dapat
tidur atau beristirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi
(buang air besar dan keeil), mencuci tangan dan muka,
membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.

C.  Jenis Perawatan Diri Berdasarkan Tempat


Perawatan Diri pada Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh
yangdapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau
trauma, sehinggadiperlukan perawatan yang adekuat (cukup)
dalam mempertahankan fungsinya.
 Fungsi Kulit
- Melindungi tubuh dari berbagai masuknya kuman atau
truma jaringan bagian dalam sehingga dapat menjaga
keutuhan kulit 
- Mengatur keseimbangan suhu tubuh serta membantu
dalam produksi keringat dan penguapan

20
- Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh
untuk menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit,
sentuhan,tekanan, dan suhu
- Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran
air,garam, dan nitrogene
- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang
bertugasmencegah pengeluaran cairan tubuh yang
berlebihan
- Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai penghubungatau
pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet yang dating
darisinar matahari.
 Faktor- faktor yang Memengaruhi kulit
- Usia Perubahan kulit yang dapat ditentukan oleh usia
seseorang. Hal ini dapat terlihat pada bayi yang berusia
relative muda dengan kondisi kulit yang sangat rawan
terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.
- Jaringan kulitPerubahan dan keutuhan kulit dapat
dipengaruhi olehstruktur jaringan kulit. Apabila jaringan
kulit rusak, maka terjadi perubahan pada struktur kulit.
- Kondisi/keadaan lingkungan Beberapa kondisi atau
keadaan lingkungan dapat memengaruhi keadaan kulit
secara utuh, antara lain keadaan panas, adanya nyeri
akibat sentuhan serta tekanan,dan lain-lain

21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PERAWATAN KULIT
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi
penilaian tentang keadaan kulit. Untuk mengetahui: Kebersihan,
Adakah lesic, Keadaan turgor , Warna kulit, Suhu, Tekstur,
Pertumbuhan bulu.
B. Diagnose keperawatan
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan:
 Perubahan sirkulasi
 Imobilisasi lama
 Edema
 Inkontinensia urine
 Malnutrisi
C. Perencanaan keperawatan
Tujuan:
 Menghilangkan atau membersihkan bau badan,keringat
dan sel yang mati.
 Merangsang sirkulasi darah, mengendorkan otot, dan
membuat rasa aman nyaman.
Rencana tindakan
 Menghilangkan atau membersihkan bau, mengurangi
kekeringan serta sel yang mati dengan cara perawatan
kulit
 Merangsang sirkulasi darah, mengendorkan otot, dan
membuat rasa aman nyaman.

22
D. Pelaksanaan Tindakan keperawatan
1. Cara merawat kulit
Adalah tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan
pada kulit yang mengalami atau berisiko terjadi kerusakan
jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang mengalami
tekanan (tonjolan)
Tujuannnya adalah untuk mencegah dan mengatasi
terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak
hilang.
Alat dan Bahan :
 Baskom cuci
 Sabun
 Air
 Agen pembersih
 Balutan
 Pelindung kulit
 Plester
 Sarung tangan
Prosedur Kerja :
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
 Tutup pintu ruangan
 Atur posisi pasien

23
 Kaji luka/kulit tertekan dengan memperhatikan
warna,kelembaban, penampilan sekitar kulit, ukur
diameter kulit,dan ukur kedalaman.
 Cuci sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci
secara menyeluruh dengan air.
 Secara menyeluruh dan perlahan-lahan, keringkan kulit
yang disertai pijatan
 Secara menyeluruh, bersihkan luka dengan cairan normal
atau larutan pembersih. Gunakan semprit irigasi luka
pada luka yang dalam.
 Setelah selesai, berikan obat atau agen tropikal.
 Catat hasil
 Cuci tangan
1. Cara Memandikan Pasien di Tempat tidur
  Memandikan pasien di tempat tidur dilakukan
pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri.
Tujuannya untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi
infeksi akibat kulit kotor,memperlancar system peredaran
darah, dan menambah kenyamanan pasien
Indikasi
1. Pasien baru yang tidak dapat mandi sendiri, terutama jika

sangat kotor dan keadaan umumnya memungkinkan.

2. Pada klien yang dirawat, sekurang-sekurangnya dua kali

sehari, sesuai sengan kondisinya.

24
Persiapan Alat

1. Satu setel pakaian bersih

2. Baskom mandi 2 buah, masing-masing berisi air dingin

dan air hangat (43-46’C)

3. Waslap 2 buah

4. Perlak dan handup keci

5. Handuk besar/kain penutup

6. Tempat bertutup untuk pakaian kotor

7. Sampiran, jika perlu

8. Sabun mandi, jika ada milik pasien sendiri

9. Talk (jika ada)

10. Jika pasien ingin BAB/BAK, tambahkan peralatan yang

membantu klien untuk bereliminasi

11. Termos berisi air panas (jika perlu)

Persiapan Pasien

 Pasien diberi penjelasan dan dianjurkan untuk buang air

kecil dulu (jika klien sadar)

Prosedur Pelaksanaan

a. Tutup pintu, jendela atau gorden

b. Cuci tangan

25
c. Pindahkan selimut dan bantal klien dari tempat tidur, jika

bantal dibutuhkan gunakan seperlunya, pasang selimut

mandi

d. Berdiri disisi kiri atau kanan klien

e. Beri tahu klien bahwa pakaian bagian atas harus dilepas,

lalu bagian yang terbuka tersebut ditutup dengan selimut.

f. Klien dimandikan dengan cara berikut :

Membasuh muka

 Bentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah

kepala

 Bersihkan muka, telinga, dan leher dengan waslap

lembab, lalu keringkan dengan handuk

 Gulung perlak dan handuk

Membasuh lengan

 Turunkan selimut mandi ke bagian perut klien

 Ke ataskan kedua tangan klien, pasang handuk besar

di atas dada klien secara melintang, lebarkan ke kiri

dan kanan sehingga kedua tangan klien dapat

diletakkan di atas handuk

26
 Basahi tangan klien dengan waslap air bersih

kemudian sabuni dengan menggunakan waslap.

Lakukan dari bagian yang terjauh dari petugas

kemudian bilas dengan air hangat sampai bersih. Jika

telapak tangan klien kotor, cuci dengan air bersih

pada bengkok. Selanjutnya keringkan dengan

handuk. Selanjutnya, lakukan prosedur ini pada

tangan yang satunya.

Membasuh dada dan perut

 Tanggalakan pakain pasien bawah klien dan

turunkan selimut sampai perut bagian bawah

 Ke atasakan kedua tangan klien, angkat handuk dan

bentangkan pada sisi yang lain

 Basahi ketiak, dada dan perut klien dengan waslap

basah, beri sabun kemudian bilas dan keringkan

 Lakukan pada sisi kllien yang terjauh dan kemudian

pada sisi yang dekat dengan perawat. Selanjutnya

tutup dengan kain penutup atau handuk yang lain

Membasuh punggung

 Miringkan klien ke kiri

27
 Bentangkan handuk dibawah punggung sampai

bokong klien

 Basahi punggung sampai bokong, beri sabun

kemudian bilas dan keringkan

 Miringkan klien ke kanan, bentangkan handuk

dibawah punggung sampai bokong

 Basahi punggung sampai bokong klien dengan

waslap, beri sabun, lalu bilas dan keringkan seperti

tadi

 Telentangkan klien, kenakan pakaian bagian atas

yang bersih dan rapi. Sebelumnya jika klien

menghendaki, beri talk dan gosok badan dengan talk

secukupnya

Mambasuh kaki

 Keluarkan kaki klien yang jauh dari petugas dari

dalam selimut mandi

 Bentangkan handuk dibawah kaki dan lutut ditekuk

 Basahi kaki mulai dari pergelangan kaki samapai

pangkal paha, beri sabun kemudian bilas. Basuh

28
telapak kaki dengan air bersih dalam baskom, lalu

keringkan

 Lakukan juga pada kaki yang satu lagi

Membasuh daerah lipat paha dan genital

 Bentangkan handuk dibawah bokong, lalu buka

selimut bagian bawah

 Basahi daerah lipat paha dan genital, beri sabun, bilas

lalu keringakan. Untuk daerah genital wanita,

sebaiknya gunakan sabun khusus untuk kemaluan,

bila tidak tersedia, cukup dibasuh dengan air sampai

bersih. Karena sabun biasa dapat mengiritasi genital

(PH sabun basa sehingga tidak sesuai)

 Angkat handuk dari bawah bokong klien, dan

kenakan pakaian bagian bawah klien

g. Setalah rapi, ganti selimut mandi klien dengan selimut

tidur

h. Atur posisi klien senyaman mungkin, pasang kembali

bantal klien

i. Bereskan pakaian dan alat tenun yang kotor serta

peralatan lain dan kembalikan ke tempatnya

29
j. Cuci tangan

i. Evaluasi keperawatan
Evaluasi secara umum untuk menilai kemampuan dalam:
 Mempertahankan kebersihan perawatan kulit secara efektif.
 Mempertahankan sirkulasi darah, mengendorkan otot, dan
membuat rasa aman nyaman.

Perawatan Diri pada Kuku dan Kaki


Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek  penting
dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman
dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku.
Masalah/Gangguan pada Kukua)
 ingrown nail  : Kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan
dirasakan sakit pada daerah tersebut.
   Paronychia: Radang di sekitar jaringan kuku
 Ram’s Horn Nai : Gangguan kuku yang ditandai dengan
pertumbuhan yanglambat disertai kerusakan dasar kuku
atau infeksi
 Bau Tak Sedap, Reaksi mikroorganisme yang
menyebabkan bau tidak sedap.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PERAWATAN


KUKU
A. Pengkajian keperawatan

30
Pengkajian terhadap masalah kebersihan kuku meliputi
penilaian tentang keadaan warna, bentuk dan keadaan kuku.
Adanya jari tabu dapat menunjukkkan penyakit pernafasan
kronis atau penyakit jantung dan bentuk kuku yang cekung
atau cembung dapat menunjukkan adanya cedera, defisiensi
besi, dan infeksi
B. Diagnose keperawatan
Resiko terjadi luka (infeksi) berhubungan dengan proses
masuknya kuman akibat garukan dari kuku
C. Perencanaan keperawatan
Tujuan:
 Memelihara kebersihan kuku dan rasa nyaman pada
pasien
 Mempertahankan integritas kuku dan mencegah infeksi.
Rencana tindakan
lakukan pemeliharaan kebersihan kuku dengan cara
perawatan kuku
D. Pelaksanaan keperawatan
Cara Perawatan Kuku Merupakan tindakan pada pasien yang tidak
mampumerawat kuku sendiri.
Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah
timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku.
Alat dan Bahan:
 Alat pemotong kuku
 Handuk 

31
 Baskom berisi air hangat
 Bengkok 
 Sabun
 Kapas
 Sikat kuku
Prosedur Kerja :
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau tidur 
 Tentukan kuku yang akan dipotong
 Rendamkan kuku dengan air hangat ± 2 menit.
Lakukan penyikatan dengan beri sabun bila kotor.
 Keringkan dengan handuk
 Letakkan tangan diatas bengkok dan lakukan pemotongan
kuku.
 Cuci tangan.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi secara umum untuk menilai kemampuan dalam:
 Mempertahankan kebersihan perawatan kuku secara efektif.

Perawatan Diri pada Rambut


Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki
fungsi proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status

32
kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok
sebagai akibat gizi kurang.
Masalah/Gangguan pada Perawatan Rambut
 Kutu
 Ketombe
 Alopecia (botak)
 Sehorrheic dermatitis (radang pada kulit di rambut)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PERAWATAN
RAMBUT
A.Pengkajian keperawatan
Pengkajian dilakukan pada warna, serta susunan rambut.
Selain itu kaji jenis rambut apakah berminyak atau kering,
kaji pertumbuhan rambut apakah pola cepat atau lambat,
jumlah kerontokan.
B. Diagnose keperawatan
 Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kutu pada
daerah kulit kepala
 Resiko gangguan konsep diri (body image) berhubungan
dengan kehilangan rambut (misalnya akibat kemoterapi)
C. Rencana keperawatan
Tujuan
 Mencegah infeksi daerah kepala
 Meningkatkan konsep diri
Rencana tindakan

33
 Mencegah infeksi daerah kepala dengan cara perawatan
rambut seperti mencuci, menyisir atau mencukur rambut.
 Meningkatkan konsep diri dengan cara memberikan
motivasi terhadap kemampuan pertumbuhan rambut
D. Tindakan keperawatan
Cara merawat rambut Merupakan tindakan pada pasien
yang tidak mampumemenuhi kebutuhan perawatan diri dengan
menyuci danmenyisir rambut.
Tujuannya adalah membersihkan kuman-kuman yang ada pada
kulit kepala, menambah rasa nyaman,membasmi kutu atau
ketombe yang melekat pada kulit, sertamemperlancar system
peredaran darah di bawah kulit.
Alat dan Bahan
 Handuk secukupnya
 Perlak atau pengalas
 Baskom berisi air hangat
 Shampo atau sabun pada tempatnya
 Kasa dan kapas
 Sisir 
 Bengkok 
 Gayung
 Ember kosong
Prosedur Kerja
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan

34
 Cuci tangan
 Tutup jendela atau pasang sampiran
 Atur posisi pasien dengan posisi duduk atau berbaring
 Letakkan baskom dibawah tempat tidur, tepat dibawah
kepala pasien
 Pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan
dismbungkankearah bagian baskom dengan pinggir digulung
 Tutup telinga dengan kapas
 Tutup dada sampai leher dengan handuk 
 Kemudian sisir rambut dan lakukan pencucian dengan
air hangat. Selanjutnya gunakan shampo dan bilas dengan
air hangat sambil dipijat
 Setelah selesai, keringkan
 Cuci tangan.

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi secara umum menilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan rambut yang ditandai
dengan keadaan rambut segar, tudak rontok.

Perawatan Diri pada Mulut dan Gigi


Gigi dan mulut adalah bagian penting yang
harusdipertahankan kebersihannya, sebab berbagai kuman dapat
masuk melalui organ ini.

35
Masalah/Gangguan pada Gigi dan Mulut
 Halitosis, bau napas tidak sedap yang disebabkan
adanyakuman atau lainnya
 Ginggivitas, radang pada daerah gusi
 Karies, radang pada gigi
 Stomatitis, radang pada daerah mukosa atau rongga mulut
 Periodontal disease, gusi yang mudah berdarah dan bengkak 
 Glostitis, radang pada lidah
 Chilosis, bibir yang pecah-pecah 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PERAWATAN
MULUT DAN GIGI
A.Pengkajian keperawatan
Pengkajian pada mulut dan gigi yang perlu diperhatikan
antara lain warna, keadaan permukaan, serta kelengkapan
gigi, pada pipi dalam perlu dilihat warna mukosa serta
keadaan permukaan, pada gusi perlu dilihat warna ,
tekstur, serta kelembapan.pada daerah lidah dapat dilihat
warna, tekstur dan posisis lidah.
B. Diagnose keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan radang pada daerah gusi/gigi
 Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan )
berhubungandenagn intake (asupan) yang tidak adekuat
(cukup) akibat radang gigi/gusi
C. Perencanaan keperawatan
Tujuan

36
 Mengurangi nyeri
 Mempertahankan nutrisi yang adekuat
 Mempertahankan kebersihan gigi dan mukut
Rencana tindakan
 Mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan cara
merawat gigi dan mulut secara teratur
 Mempertahankan nutrisi akibat radang gigi/ gusi dapat
dilakukan dengan merawat gigi dan mulut secara
teratur
D. Pelaksanaan keperawatan
Cara Perawatan Gigi dan Mulut
Merupakan tindakan pada pasien yang itdak
mampumempertahankan kebersihan mulut dan gigi dengan
membersihkanserta menyikat gigi dan mulut secara teratur.
Tujuannya untuk mencegah infeksi pada mulut akibat
kerusakan pada daerah gigidan mulut, membantu menambah
nafsu makan, serta menjagakebersihan gigi dan mulut.
Alat dan Bahan
 Handuk dan kain pengalas
 Gelas kumur berisi air
 Air masak/NaCl 
 Obat kumur 
 Boraks gliserin
 Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa
 Kapas lidi

37
 Bengkok 
 Kain kasa
 Pinset atau arteri klem
 Sikat gigi dan pasta gigi
Prosedur Kerja
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Pasng handuk di bawah dagu dan pipi pasien
 Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air dan NaCl
 Anjurkan pasien untuk membuka. Lakukan mulut dengan
sudiplidah bila pasien tidak sadar
 Lakukan pembersihan dimulai dari dinding rongga mulut, gusi,gigi,
lidah, bibir. Bila sudah kootor, letakkan di bengkok 
 Lakukan hingga bersih. Setelah itu, oleskan boraks gliserin
 Untuk perawatan gigi, lakukan penyikatan dengan geraan
naik turun dan bilas. Lalu keringkan
 Cuci tangan
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi secara umum untuk menilai adanya kemampuan untuk
mempertahankan kebersihan gigi dan mulut serta kemampuan
untuk mempertahankan status nutrisi.

Perawatan Diri pada Alat Kelamin Perempuan 

38
perawatan diri pada alat kelamin yang dimaksud adalah
pada alat kelamin perempuan yaitu perawatan diri pada organ
eksterna yang terdiri atas mons veneris, terletak didepan simpisis
pubis: labia minora yang merupakan dua lipatan kecil diantara
labia mayora : klitoris kemudian bagian yang terkait disekitarnya ,
seperti uretra, vagina, perineum dan anus.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PERAWATAN ALAT


KELAMIN
A. Pengkajian keperawatan
Yang perlu diperhatikan pada pengkajian alat kelamin wanita
(vulva higiene) antara lain adalah ada atau tidaknya iritasi
daerah sekitarnya, adanya pendarahan , mucus lokhea,
kateterisasi, luka jahitan pada pasien pascapartum, serta
kebersihannya.
B. Diagnosa keperawatan
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya
perawatan atau kebersihan pada daerah vulva
C. Perencanaan keperawatan
Tujuan ;
 Mencegah terjadinya infeksi
 Mempertahan kan kebersihan daerah vulva
Rencana tindakan
Mencegah terjadinya infeksi dan mempertahankan kebersihan
daerah vulva dengan cara melakukan perawatan vulva

39
D. Tindakan keperawatan
Cara Vulva Higiene Vulva higiene merupakan tindakan
pada pasien yang tidak mampu membersihan vulva sendiri.
Tujuannya adalahmencegah terjadinya infeksi pada vulva
dan menjaga kebersihanvulva
Alat dan Bahan
 Kapas sublimate atau desinfektan
 Pinset
 Bengkok 
 Pispot
 Tempat membersihkan (cebok) yang berisi desinfektan
 Desinfektan sesuai dengan kebutuhan
 Pengalas
 Sarung tangan Prosedur Kerja
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien dengan posisi dorsal recumbent
 Pasang pengalas dan pispot, kemudian letakkan dibawah
glutea pasien
 Gunakan sarung tangan
 Lakukan tindakan perawatan kebersihan vulva dengan
tangan kiri membuka vulva memakai kapas sublimate dan
tangankanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan

40
 Kemudian ambil kapas sublimate dengan pinset,
lalu bersihkan vulva dari atas kebawah. Kapas yang telah
kotor dibuang ke bengkok. Hal ini dilakukan hingga bersih.
 Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien.
 Cuci tangan
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi secara umum untuk menilai adanya kemampuan
untuk mempertahankan kebersihan daerah vulva. hal ini ditandai
dengan ebersihan pada daerah vulva, tidak tampak iritasi dan tidak
ada tanda- tanda radang.

41
KEBUTUHAN RASA NYAMAN (BEBAS NYERI)

A. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan

hanya pada orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah

pendapart beberapa ahli rnengenai pengertian nyeri:

1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu

keadaan yang memengaruhi seseorang yang

keberadaanya diketahui hanya jika orang tersebut pernah

mengalaminya.

2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan

suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau

perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

3. Artur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri

merupakan suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika

42
jaringan sedang dirusak, dan menyebabkan individu

tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

4. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang

tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik

maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan

diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun emosional

B. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan dangan reseptor dan

adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah

nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang

memiliki sedikit at;iu bahkan myelin yang tersebar pada kulit dan

mukosa, khususnya pada organ viseral, persendian, dinding arteri,

hati dan kandung empedu. Reseptor dapat memberikan respons

akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

C. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri

akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara

mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan

ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis

merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

43
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan.

Yang termasuk dalam katagori nyeri kronis adalah nyeri terminal,

sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatik.

Nyeri menjalar adalah nyeri yang tc;rasa pada bagian tubuh

yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ

visceral. Nyeripsikagenik adalah nyeri yang tidak diketahui sec.ara

fisik biasanya timbul akibat psiknlngis. Nyeri phantom adalah nyeri

yang disebabkan salah satu ekstremitas diamputasi. Nyeri

neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme

di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.

D. Stimulus Nyeri

Seseorang dapat Menoleransi menahan nyeri (pain tolerance), atau

dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri

(pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, di

antaranya:

1) Trauma pada jarmgan tubuh,

2) Gangguan pada jaringan tubuh,

3) Tumor,

4) Iskemia pada jaringan,

5) Spasme otot,

44
E. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,

diantaranya:

1. Teori Pemisahan (specificity theory). Menurut teori ini

rangsangan sakit masuk ke medula spinalis (spinal cord)

melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior.

Kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis

median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris

tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori Pola (pattern theory). Rangsangan nyeri masuk

melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan

merangsang aktivitas sel. Hal ini mengakibatkan suatu

respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi,

yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan

nyeri. Persepsi dipengaruhi olch modalitas respons dari

reaksi sel.

3. Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory).

Mcnurut tcori ini, nycri tergantung dari kerja serat saraf

45
besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion

dorsalis. Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan

aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan

tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T

terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan

terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung

merangsang ke korteks serebri. 1-Iasil persepsi ini akan

dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat

eferen dan reaksinya memengaruhi aktifitas sel T.

Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas

substansia qelatinosa dan membuka pintu mekanisme,

sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan

menghantarkan rangsangan nyeri.

4. Teori Transmisi dan Inhibisi. Adanya stimulus pada

nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,

sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh

neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls

nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada scrabut-

serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut

46
lamban dan endogcn opiate sistem supresif. (Barbara C

Long, 1989)

F. Faktor yang Memengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal, di antaranya adalah:

1) Arti Nyeri. Arti nycri bagi seserang memiliki banyak

perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti

yang negatif, sepc:rti membahayakan, merusak, dan lain-

lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

usia, jenis kelamin, latar belakang sosial kultural,

lingkungan; dan pengalaman.

2) Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat

subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif

kognitio. Yersepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat

memicu stimulasi nociceptor.

3) Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan

adanya intensitas nyeri yang dapat memengaruhi

seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

memengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain

alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan,

47
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan

scbagianya. Sedangkan faktor yang menurunkan tolcransi

antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri

yang tiidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.

4) Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan

bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti

ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua

ini merupakan bentuk recspons nyeri yang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: arti nyeri,

tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai

budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, takut,

cemas, usia dan lain-lain.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH NYERI

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah

adanya riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas

nyeri, kualitas dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan

dengan cara P Q R S T :

48
 P (pemacu), yaitu factor yang memengaruhi gawat atau

ringannya nyeri.

 Q (quality) dari nyeri seperti apakah rasa tajam, tumpul

atau tersayat.

 R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri.

 S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri

 T (time) adalah lama / waktu serangan atau frekuensi

nyeri.

Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien

melalui skala nyeri berikut :

0 :Tidak nyeri 

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi 

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

49
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

2. Diagnosis keperawatan

Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah

nyeri, diantaranya :

1) Nyeri akut akibat fraktur panggul

2) Nyeri kronis akibat arthritis

3) Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas

4) Kurang perawatan diri akibat ketidakmampuan

menggerakkan tangan yang disebabkan oleh nyeri

persendian

5) Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri

3. Perencanaan keperawatan

1) Mengurangi dan membatasi factor- factor yang menambah

nyeri

2) Menggunakan berbagai tehnik noninvasi untuk

memodifikasi nyeri yang dialami.

50
3) Memberikan cara- cara untuk mengurangi nyeri yang

optimal, seperti memberikan analgesic sesuai dengan

program yang ditentukan.

4. Pelaksanaan (tindakan ) keperawatan

a) Mengurangi factor yang dapat menambah nyeri , misalnya

 Ketidakpercayaan

 Kesalahpahaman

 Ketakutan

 Kelelahan

 Kebosanan

b) Memodifikasi stimulus nyeri dengan mengguanakan tehnik

– tehnik seperti

 Tehnik pengalihan

 Tehnik relaksasi

 Stimulasi kulit

c) Pemberian obat analgesic, yang dilakukan guna

mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi

perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal

terhadap nyeri.

51
d) Pemberian stimulator listrik yaitu dengan memblok atau

mengumah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang

dirasakan.

5. Evalasi keperawatan

Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan

menilai kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri,

diantaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas

nyeri, adanya respon fisiologis yang baik dan pasien mampu

melakukan aktivitas sehari – hari tanpa keluhan nyeri.

52
PEMBERIAN OBAT

A. Pengertian  dan  Jenis-Jenis  Pemberian Obat

Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan)

atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau layak

dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau

gejala-gejalanya.

1. Jenis –jenis pemberian obat

a. Oral, Pemberian obat melalui mulut merupakan cara

paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang

digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek

yang lama.

b. Parenteral, Pemberian obat melalui perenteral merupakan

pemberian obat melalui jaringan tubuh.pemberian obat

parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari

mulut merupakan ktrak indikasi.

c. Topical , Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-

obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat

53
dapat di oleskan pada areah yang diobati  atau medicated

baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.

d. Inhalasi , Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk

absorrsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun

hidung.

B. Tujan Pemberian Obat

 Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami klien.

 Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal

 Efek samping yang terjadi minimal

 Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien

C.    Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat

Saat pemberian obat, perawat perlu memperhatikan

prinsip “7 (tujuh) benar” meliputi :

1. Benar nama obat yang diberian

2. Benar klien sesuai dengan order obat

3. Benar waktu pemberian

4. Benar rute atau cara pemberian

5. Benar dosis obat sesuai indikasi

6. Benar dokumentasi → pencatatan dan pelaporan keperawatan

7. Benar pendekatan → komunikasi terapeutik

54
Sebelum melaksanakan pemberian obat kepada pasien , sebaiknya

perawat mengecek obat paling sedikit 3 (tiga) kali sesuai prinsip 7

(tujuh) benar, yaitu :

1. Saat obat diambil dari tempat penyimpanannya (lemati obat)

2. Saat obat diambil dari kotak obat klien

3. Sebelum kotak obat klien dikembalikan ke tempat

penyimpanan (lemari obat)

D.    Teknik-Teknik Pemberian  Obat

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa

cara di antaranya:

1. PEMBERIAN OBAT MELALUI MULUT (per- oral)

Yaitu menyiapkan obat yang dapat diberikan melalui

mulut.

a. Tujuannya :

 Mencegah, mengobati serta mengobati rasa sakit

 Klien merasa aman dan nyaman

b. Persiapan alat, yaitu meja obat yang berisi :

 Daftar obat klien

 Buku obat klien

55
 Kotak-kotak obat klien lengkap dengan lengkap dengan

label menurut kamar dan nomor tempat tidur

 Gelas pengukur (bila diperlukan)

 Gelas obat

 Gelas minum dan air minum (disediakan perawat maupun

keluarga pasien)

 Sedotan/ pipet

 Sendok

 Serbet

 Bengkok (nierbeken) atau tempat sampah

 Baki

a. Persiapan klien

 Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang tujuan

pemberian obat

 Informasikan kepada klien dan keluarga nama obat, dosis

obat, cara pemberian obat dan waktu pemberian obat

dengan pendekatan komunikasi terapeutik

 Identifikasi kesiapan klien dan keluarga sebelum

mengkonsumsi obat.

b. Prosedur pelaksanaan

56
 Mencuci tangan

 Mengatur gelas obat dalam baki

 Menyiapkan obat yang diperlukan sesuai daftar obat klien

dan buku obat klien dan meletakkannya dalam gelas obat

sesuai dengan label

 Mengatur gelas minum dan air minum ,sedotan ( bila

diperlukan)

 Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien sambil

mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama pada

daftar obat.

 Memanggil nama pasien sesuai dengan nama pada daftar

obat

 Memberikan obat satu persatu pada pasien sambil

menunggu pasien selesai minum obat, dengan

menjelaskan kegunaan obat dan cara memakan obat

sesuai jenis obat, misalnya pasien dianjurkan untuk

langsung menelan obat atau obat dikunyah dulu, atau obat

dihisap pelan-pelan, setelah selesai beri pasien air minum,

kalau perlu.

57
 Menyimpan kembali obat-obat persediaan milik pasien ke

tempatnya

 Mengobservasi keadaan umum pasien

 Mencuci tangan.

 Membuat catatan keperawatan

c. Bahaya yang mungkin timbul

 Salah pemberian obat

 Tersedak

 Alergi

2. SUNTIKAN INTRAKUTAN (IC)

a. Pengertian

Adalah pemberian obat melalui suntikan kedalam jaringan

kulit, pada area :

 Lengan bawah bagian dalam : 1/3 dari kelukan siku atau

2/3 dari pergelangan tangan

 Lengan atas : 3 jari dibawah sendi bahu

b. Tujuan

 Melaksanakan uji coba obat tertentu, misalnya skin test

 Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya

dapat dilakukan dengan cara intrakutan.

58
 Membentu menentukan diagnosa terhadap penyakit

tertentu.

c. Persiapan alat

 Baki instrumen yang berisi → Spuid yang berisi cairan

medikasi dan jarum ukuran 18 atau 20 (spuit ukuran 1

cc).

 Kapas alkohol dalam tempatnya

 Nirbekken / bengkok

 Buku suntikan atau daftar pengobatan klien

 Sampiran

 Tempat sampah

d. Persiapan klien

 Jelaskan prosedur kepeda klien

 Identifikasi kesiapan klien dan keluarga tentang

pelaksanaan prosedur suntikan

 Membawa baki obat keruangan pasien , cek kembali

nomor kamar atau ID bad klien ,dengan menanyakan

nama.

 Pasang sampiran bila perlu

e. Prosedur tindakan

59
 Cuci tangan

 Mengatur posisi pasiensesuai kebutuhan (posisi supine)

 Tentukan area suntikan dan bebaskan area dari pakaian

 Bersihkan area suntikan menggunakan kapas alkohol

dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan

diameter 5 cm. kemudian biarkan kulit kering sebentar

 Buang kapas kedalam bengkok atau tempat sampah

 Meregangkan kulit klien dengan tangan yang tidak

dominan, kemudian jarum ditusukkan kebawah

permukaan kulit dengan arah lubang jarum (bevel)

menghadap keatas dan sudut jarum dengan permukaan

kulit 15-200 sejauh 2-4 mm

 Mesukkan cairan perlahan kebawah kulit sampai terjadi

gelembung dipermukaan kulit, kemudian jarum ditarik

dengan cepat.

 Jangan diusap, ditekan dan dimasase

 Atur kembali posisi klien

 Rapikan alat-alat

 Spuit yang telah digunakan ditutup kembali dan dibuang

ketempat sampah medik

60
 Perawat mencuci tangan

 Catat tanggal,waktu ,nama obat,dosis,area suntikan dan

reaksi obat.

3. SUNTIKAN SUBKUTAN (SC)

a. Pengertian

Adalah pemberian obat melalui suntikan dibawah kulit, pada

area :

 Lengan atas sebelah luar : 1/3 bagian dari bahu ke siku

 Paha sebelah luar : 1/3 bagian dari sendi panggul kesendi

lutut

 Daerah perut sekitar pusar (umbilicus)

b. tujuan

 Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya

dapat dilakukan dengan cara subkutan

 Mencegah dan mengobati rasa sakit.

 Klien merasa aman dan nyaman.

c. Persiapan alat

 Baki instrumen yang berisi → Spuid yang berisi cairan

medikasi dan jarum ukuran 12 atau 18 (spuit ukuran 3

atau 5 cc).

61
 Kapas alkohol dalam tempatnya

 Nirbekken / bengkok

 Buku suntikan atau daftar pengobatan klien

 Sampiran

 Tempat sampah

d. Persiapan klien

 Jelaskan prosedur kepeda klien

 Identifikasi kesiapan klien dan keluarga tentang

pelaksanaan prosedur suntikan

 Membawa baki obat keruangan pasien , cek kembali

nomor kamar atau ID bad klien ,dengan menanyakan

nama.

 Pasang sampiran bila perlu

e. Prosedur tindakan

 Cuci tangan

 Mengatur posisi pasiensesuai kebutuhan (posisi supine)

 Tentukan area suntikan dan bebaskan area dari pakaian

 Bersihkan area suntikan menggunakan kapas alkohol

dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan

diameter 5 cm. kemudian biarkan kulit kering sebentar

62
 Buang kapas kedalam bengkok atau tempat sampah

 Meregangkan (bila gemuk) atau menjepit / mengangkat ±

1-2 (bila kurus) kulit klien dengan tangan yang tidak

dominan, kemudian jarum ditusukkan kebawah

permukaan kulit dengan arah lubang jarum (bevel)

menghadap keatas dan sudut jarum dengan permukaan

kulit 450 sejauh 1,27-2,45 cm

 Tarik pluger sedikit (aspirasi). Bila ada darah terhisap,

obat jangan dimasukkan. Namun bila tidak ada,

masukkan cairan dengan perlahan-lahan sampai obat

didalam spuit habis.

 cabut jarum dengan cepat dan bekas tusukan jarum

ditekan atau dimasase dengan kapas alkohol.

 Atur kembali posisi klien

 Rapikan alat-alat

 Spuit yang telah digunakan ditutup kembali dan dibuang

ketempat sampah medik

 Perawat mencuci tangan

 Catat tanggal,waktu ,nama obat,dosis,area suntikan dan

reaksi obat.

63
f. Perhatikan :

 Bila saat diaspirasi terdapat darah, maka segera cabut

spuit dan gantikan prosedur pengobatan setelah

berkonsultasi dengan penanggung jawab.

 .perhatikan dengan seksama prinsip “7 benar “ disetiap

pemberian obat.

4. SUNTIKAN INTRAMUSKULER (IM)

a. Pengertian

Adalah pemberian obat melalui suntikan kedalam jaringan

otot, pada area :

 Otot pangkal Lengan (muskulus deltoideus) : 1/3 bagian

dari bahu ke siku

 Otot Paha bagian luar (muskulus quardriceps femoris /

vastus lateralis) : 1/3 tengah paha sebelah luar.

 Ventrogluteal : antara SIAS dengan spina iliaka posterior

 Otot bokong (muskulus gluteus maksimus) :1/3 SIAS ke

os cogsigeus

b. Tujuan

 Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya

dapat dilakukan dengan cara intramuskular

64
 Mencegah dan mengobati rasa sakit.

 Klien merasa aman dan nyaman.

c. Persiapan alat

 Baki instrumen yang berisi → Spuid yang berisi cairan

medikasi dan jarum ukuran 1 atau 2 (spuit ukuran 1 -

10 cc).

 Kapas alkohol dalam tempatnya

 Nirbekken / bengkok

 Buku suntikan atau daftar pengobatan klien

 Sampiran

 Tempat sampah

d. Persiapan klien

 Jelaskan prosedur kepeda klien

 Identifikasi kesiapan klien dan keluarga tentang

pelaksanaan prosedur suntikan

 Membawa baki obat keruangan pasien , cek kembali

nomor kamar atau ID bad klien ,dengan menanyakan

nama.

 Pasang sampiran bila perlu

65
e. Prosedur tindakan

 Cuci tangan

 Mengatur posisi pasiensesuai kebutuhan (posisi sim)

 Tentukan area suntikan dan bebaskan area dari pakaian

 Bersihkan area suntikan menggunakan kapas alkohol

dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan

diameter 5 cm. kemudian biarkan kulit kering sebentar

 Buang kapas kedalam bengkok atau tempat sampah

 Meregangkan (bila gemuk) atau menjepit / mengangkat ±

1,5-2,5 (bila kurus) kulit klien dengan tangan yang tidak

dominan, kemudian jarum ditusukkan kedalam jaringan

otot sudut jarum dengan permukaan kulit 900 sejauh 3/4

panjang jarum.

 Tarik pluger sedikit (aspirasi). Bila ada darah terhisap,

obat jangan dimasukkan. Namun bila tidak ada,

masukkan cairan dengan perlahan-lahan sampai obat

didalam spuit habis.

 cabut jarum dengan cepat dan bekas tusukan jarum

ditekan atau dimasase dengan kapas alkohol.

 Atur kembali posisi klien

66
 Rapikan alat-alat

 Spuit yang telah digunakan ditutup kembali dan dibuang

ketempat sampah medik

 Perawat mencuci tangan

 Catat tanggal,waktu ,nama obat,dosis,area suntikan dan

reaksi obat.

f. Perhatikan :

 Bila saat diaspirasi terdapat darah, maka segera cabut

spuit dan gantikan prosedur pengobatan setelah

berkonsultasi dengan penanggung jawab.

 .perhatikan dengan seksama prinsip “7 benar “ disetiap

pemberian obat.

5. SUNTIKAN INTRAVENA LANGSUNG (IV)

a. Pengertian

Adalah pemberian obat melalui suntikan kedalam pembuluh

darah, pada area :

 Lengan → vena mediana cubiti, vena cephalica

 Tungkai → vena saphenosa

 Leher → vena jugulais (khusus pada anak-anak)

67
 Kepala → vena fontalis, vena temporalis (khusus pada

anak-anak)

b. Tujuan

 Memberikan obat tertentu yang pemberiannya hanya

dapat dilakukan dengan cara intravena

 Mencegah dan mengobati rasa sakit.

 Mempercepat reaksi obat karena langsung masuk pada

pembuluh darah.

 Klien merasa aman dan nyaman.

c. Persiapan alat

 Baki instrumen yang berisi → Spuid yang berisi cairan

medikasi dan jarum ukuran 12, 14, 16, 18 (spuit ukuran

1 - 5 cc).

 Karet pembendung/torniquet.

 Pengalas kecil (perlak dan alasnya)

 Kapas alkohol dalam tempatnya

 Nirbekken / bengkok

 Buku suntikan atau daftar pengobatan klien

 Sampiran

 Tempat sampah

68
d. Persiapan klien

 Jelaskan prosedur kepeda klien

 Identifikasi kesiapan klien dan keluarga tentang

pelaksanaan prosedur suntikan

 Membawa baki obat keruangan pasien , cek kembali

nomor kamar atau ID bad klien ,dengan menanyakan

nama.

 Pasang sampiran bila perlu

e. Prosedur tindakan

 Cuci tangan

 Mengatur posisi pasiensesuai kebutuhan (posisi supine)

 Tentukan area suntikan dan bebaskan area dari pakaian

 Pasang perlak dan alasnya.

 Mengikat / membendung bagian atas daerah yang akan

disuntik dengn tourniquet agar vena mudah

dilihat/diraba. Untuk bagian lengan, klien dianjurkan

mengepalkan tangannya.

 Bersihkan area suntikan menggunakan kapas alkohol

dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan

diameter 5 cm. kemudian biarkan kulit kering sebentar

69
 Buang kapas kedalam bengkok atau tempat sampah

 Meregangkan kulit klien dengan tangan yang tidak

dominan.

 Tarik pluger sedikit (aspirasi). Bila jarum masuk kedalam

vena maka darah akan masuk kedalam spuit.

 cabut jarum dengan cepat dan bekas tusukan jarum

ditekan atau dimasase dengan kapas alkohol.

 Atur kembali posisi klien

 Rapikan alat-alat

 Spuit yang telah digunakan ditutup kembali dan dibuang

ketempat sampah medik

 Perawat mencuci tangan

 Catat tanggal,waktu ,nama obat,dosis,area suntikan dan

reaksi obat.

f. Perhatikan :

 Reaksi klien setelah penyuntikan

 Dosis obat yang disuntikkan

 Tanggal dan jam penyuntikan

 Nama perawat yang melakukan tidakan

 Nama dokter yang memberikan instruksi.

70
6. PEMBERIAN OBAT MELALUI REKTUM

Pemberian obat melalui rectum  merupakan pemberian

obat dengan memasukkan obat melalui anus dan kemudian

rectum,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik.

Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat supositoria

yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat,

menjadiakan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang

air besar. Pemberian obat efek local , seperti obat ducolac

supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara

local. Pemberian obat  dengan sistemik, seperti obat aminofilin

supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat

supositoria ini diberikan tepat pada dinding rectal yang

melewati sphincter anti interna. Kontraindikasi pada pasien

yang mengalami pembedahan rectal.

Persiapan alat dan bahan:

 Obat supositoria pda tempatnya

 Sarung tangan

 Kain kasa

 Vaselin/pelican/pelumas

71
 Kertas tisu

Prosedur kerja:

 Cuci tangan

 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan

dilakukan

 Gunakan sarung tangan

 uka pembungkus obat  dan pegang dengan kain kasa

 Oleskan pelican pada ujung obat supositoria

 Regangkan glutea dengan tangan kiri.kemudian masukkan

supositoria b perlahan melalui anus,sphincter anal interna,

serta mengenai dinding rectal  10 cm pada orang dewasa,

5 cm pada bayi atau anak .

 Setelah selesai, tarik jari  tangan dan bersihkan daerah

sekitar anal dengan tisu

 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau

miring selama  5 menit

 Cuci tangan

 Cata obat, jumlah dosis,  dan cara pemberian .

72
7. PEMBERIAN OBAT MELALUI PERVAGINA

Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan

memasukkan obat melalui  vagina, yang bertujuan untuk

mendafatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina

atau serviks. obat ini tersedia dalam bentuk krem dan

supositoria  yang digunakan untuk mengobati  infeksi lokal .

Persiapan alat dan bahan:

 Obat dalam tempatnya

 Sarung tangan

 Kain kasa

 Kertas tisu

 Kapas sublimat dalam tempatnya.

 Pengalas

 Korentang dalam tempatnya

Prosedur kerja:

 Cuci tangan

 Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan

dilakukan

 Gunakan sarung tangan

 Buka pembukus obat dan pegang dengan kain kasa

73
 Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat

 Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert

 Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus

dan berikan pelumas pada obat

 Renggang kan labia minora dengan tangan kiri dan

masukkan obat  sepanjang dinding kanal vaginal posterior

sampai 7,5- 10 cm

 Setelah obat masuk,bersihkan daerah sekitar orifisium dan

labia dengan tisu

 Anjurkan unutk tetap dalam posisi selama  10 m agar obat

bereaksi.

 Cuci tangan

 Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian

8. PEMBERIAN OBAT MELALUI MATA

Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep

mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur

internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi

lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan

iritasi mata.

Persiapan alat dan bahan:

74
 Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa

salep.

 Pipet

 Pinset anatomi dalam tempatnya

 Korentang dalam tempatnya

 Plester

 Kain kasa

 Kertas tisu

 Balutan

 Sarung tangan

 Air hangat / kapas pelembat.

Prosedur keja:

o Cuci tangan

o Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan

o Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan

posisi perawat di samping kanan

o Gunakan sarung tangan

o Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas

lembat dari sudut mata k arah hidung apabila sangat

kotor,   basuh dengan air hangat.

75
o Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian

bawah dengan ibu jari,jari telunjuk di atas tulang orbita.

o Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah

tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk

menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila

menggunakan obat tetes mata.

o Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di

atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga

obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata

bawah.setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke

bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak

mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata

dan menggerakan kelopak mata

o Tutup mata dengan kasa bila perlu.

o Cuci tangan

o Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian . 

9. PEMBERIAN OBAT PADA KULIT

Pemberian obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan

mengoleskannya  dikulit yang bertujuan mempertahan kan

hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit,

76
atau  mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat

bermacam-macam seperti krem, losion, aerosol dan seprai.

Persiapan alat dan bahan:

 Obat dalam tempatnya (seperti krem, losion, aerosol, dan

seprai)

 Pinset anatomis

 Kain kasa

 Kertas tisu

 Balutan

 Pengalas

 Air sabun, air hangat

 Sarung tangan

Prosedur kerja:

 Cuci tangan

 Jelasjan pada pasien, mengenai prosedur yang akan

dilakukan

 Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan

tindakan

 Gunakan sarung tangan

77
 Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat

(apabila terdapat kulit mengeras ) dan gunakan pinst

anatomis.

 Beriakan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian

seperti mongelkan dan menggompers 

 Kalau perlu,tutup dengan kain kasa atau balutan pada

daerah yang diobati

 Cuci tangan

10. PEMBERIAN OBAT MELALUI TELINGA

Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes

pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang

dapat  berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi 

telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.

Persiapan alat dan bahan  :

 Obat dalam tempatnya

 Penetes

 Spekulum telinga

 Pinset anatomi dalam tempatnya

 Korentang dalam tempatnya

 Plester

78
 Kain kasa

 Kertas tisu

 Balutan

Prosedur  kerja :

 Cuci tangan

 Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur  yang akan

dilakukan

 atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke

kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati , usahakan

agar lubang telinga pasien ke atas.

 Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke

atas atau ke belekang pada orng dewasa dan k bawah

pada anak

 Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan

jumlah tetesan sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk

mencegah terhalang oleh gelembung udara

 Aoabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan

masukkan atau oleskan salep pada liang telinga

 Pertahankan posisi kepala  2-3m

 Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu

79
 Cuci tangan

 Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.

11. PEMBERIAN OBAT MELALUI HIDUNG

Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung

seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau

nasofaring.

Persiapan alat dan bahan

 Obat dalam tempatnya

 Pipet

 Spekulum hidung

 Pinset anatomi pada tempatnya

 Korentang dalam tempatnya

 Plester

 Kain kasa

 Kertas tisu

 Balutan

Prosedur  kerja :

 Cuci tangan

 Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan

dilakukan

80
 Atur posisi pasien dengan cara :

 Berikan tetesan obat  sesuai dengan dosis pada tiap lubang

hidung

 Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang 

selama  5 m

 Cuci tangan

 Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat

E.     Komplikasi dan Kesalahan Dalam Pemberian Obat.

Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek

samping efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek

yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif

(berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek

pengobatan), suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau

respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek

kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan

restorative (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat).

Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak

bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan

seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic,

kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain. Alergi kulit : apabila

81
terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan

sebanyak mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu

dokter, dan catat dalam pelaporan.

 Resiko kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara

bermakna dengan semakin tingginya keparahan sakit pasien,

semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan

obat. Resiko lebih rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian

kritis dan ketika pengecekan rutin pada perubahan shift perawat

82
KONSEP KEBUTUHAN NUTRISI

A.    PENGERTIAN

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan

dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses

dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-

bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan

tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta

mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu

tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,

reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan

dan penyakit.

Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass

Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).

1.      Body Mass Index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang

dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak

dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan

berat badan (over weigth) dan obesitas.

83
Rumus BMI diperhitungkan :

BB(kg)    atau     BB(pon) x 704,5

TB(m)                        TB(inci)2

2.      Ideal Body Weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi

tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi

dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi 10% dari

jumlah itu.

B.     ELEMEN NUTRIEN / ZAT GIZI TERDIRI ATAS :

1.      Karbohidrat

2.      Protein

3.      Lemak

4.      Vitamin

5.      Mineral

6.      Air

C.    FUNGSI ZAT GIZI

1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan dan kerja

fisik

2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan

jaringan

84
3. Sebagai pelindung dan pengatur

D.    NILAI-NILAI NORMAL

Nilai normal pengkajian nutrisi

BMI : 19,8-26

Ketebalan lipatan kulit trisep (mm) :

Pria      12,5

Wanita 16,5

Lingkar lengan tengah (cm) :

Pria      29,3

Wanita 28,5

Lingkar otot lengan tengah (cm) :

Pria      25,3

Wanita 23,2

Albumin (g/dl)                                    3,5-5

Transferin (mg/dl)                               230-400

Jumlah limfosit total (jumlah/mm3)     1500-4000

85
2.          Nilai normal kebutuhan kalori menurut umur

Umur BB (kg) TB (cm) Energi (kkal)


0-6 bulan 5,5 60 560

7-12 bulan 8,5 71 800

1-3 tahun 12 90 1250

4-6 tahun 18 110 1750

7-9 tahun 24 120 1900

Pria

10-12 tahun 30 135 2000

13-15 tahun 45 150 2400

16-19 tahun 56 160 2500

20-59 tahun 62 165 2800

(Ringan)

> 60 tahun 62 165 3000

Wanita (Sedang)

10-12 tahun 35 140 2200

13-15 tahun 46 153

16-19 tahun 50 153 1900

20-59 tahun 54 156 2100

2000

86
2050

> 60 tahun 54 154 (Ringan)

Hamil 2250

Menyusui (Sedang)

0-6 bulan 2600 (Berat)

7-12 bulan 1850

13-24 bulan + 285

+ 700

+ 500

+ 400

E.     MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI

1. Kekurangan Nutrisi

 Keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak

berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat badan

akibat ketidak cukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan

metabolisme

87
 Tanda klinis : BB 10-20% dibawah normal, TB di bawah

ideal, adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot,

adanya penurunan albumin serum

 Penyebab : disfagia, nafsu makan menurun, penyakit

infeksi dan kanker, penurunan absorpsi nutrisi

2. Kelebihan Nutrisi

 Suatu keadaan yang dialami seseorang yg mempunyai

resiko peningkatan BB akibat asupan kebutuhan

metabolisme berlebih

 Tanda klinis : BB lebih dari 10% BB idieal, obesitas,

aktivitas menurun dan monoton, lipatan kulit trisep

lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita

 Penyebab : perubahan pola makan, penurunan fungsi

pengecapan

3. Obesitas :  BB yang mencapai > 20% BB normal

4. Malnutrisi Malnutrisi adalah suatu keadaan terganggunya

kemampuan fungsional, atau defisiensi integritas struktural

atau perkembangan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian

antara suplai nutrisi esensial untuk jaringan tubuh dengan

kebutuhan biologis spesifik.

88
Malnutrisi dapat disebabkan oleh:

a.    Under nutrition, disebabkan karena kekurangan pangan

secara relatif atau absolut selama periode tertentu.

b.   Spesific deficiency, disebabkan karena kekurangan zat

gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium,

Fe, dll.

c.    Over nutrition, disebabkan karena kelebihan konsumsi

pangan untuk periode tertentu.

d.   Imbalance, disebakan karena disporposi zat gizi,

misalnya kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya

LDL, HDL dan VLDL.

5. Diabetes melitus gangguan kebutuhan nutrisi yang

ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat

akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat

secara berlebihan

6. Hipertensi : Gangguan nutrisi yang disenbabkan oleh

berbagai masalah  pemenuhan   kebutuhan nutrisi

7. Penyakit jantung koroner : Gangguan nutrisi yang sering

disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan

merokok

89
8. Kanker : Pengkomsusian lemak secara berlebihan

9. Anoreksia Nervosa Penurunan BB secara mendadak dan

berkepanjangan yg ditandai dengan adanya konstipati,

pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan

F.      FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI

1. Pengetahuan , Pengetahuan yang kurang tentang manfaat

makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan

2. Prasangka , Prasangka buruk terhdp beberapa jenis bahan

makanan bergizi tinggi dapat mempengaruhi gizi seseorang

3. Kebiasaan , Adanya kebiasaan yg merugikan atau

pantangan thd makanan tertentu dapat mempengaruhi status

gizi

4. Kesukaan, Kesukaan yg berlebihan thd suatu jenis

makanan dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan,

shg tubuh tidak memperoleh zat-zat yg dibutuhkan secara

cukup

5. Ekonomi, Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan

status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan

pendanaan yg tdk sedikit

90
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN  NUTRISI

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan dan diet

-       Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan

-       Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus ?

-       Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan

berapa lama periode waktunya ?

-       Adakah status fisik pasien yg dapat meningkatkan diet

seperti luka bakar dan demam ?

-       Adakah toleransi makan / minum tertentu ?

2.  Faktor yang mempengaruhi diet

-       Status kesehatan

-       Kultur dan kepercayaan

-       Status sosial ekonomi

-       Faktor psikologis

-       Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet

3.  Pemeriksaan fisik

91
-       Keadaan fisik : apatis, lesu

-       Berat badan : obesitas, kurus (underweigth)

-       Otot : flaksial/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak

mampu bekerja

-       Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks

menurun

-       Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,

flatulensi, pembesaran liver / lien

-       Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali / menit,

irama abnormal, tekanan darah rendah/tinggi

-       Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,

pecah/patah-patah

-       Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan

tidak ada

-       Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis,

membran mukosa pucat

-       Gusi : perdarahan, peradangan

-       Lidah : edema, hiperemis

-       Gigi : karies, nyeri, kotor

92
-       Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda

infeksi

-       Kuku : mudah patah 

 -       Pengukuran antropometri :

Berat badan ideal : (TB-100) +- 10 %

Lingkar lengan atas (MAC)

Nilai normal

Wanita : 28,5 cm

Pria : 28,3 cm

Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :

Nilai normal

Wanita : 16,5 – 18 cm

Pria : 12,5 – 16,5 cm

4.  Laboratorium

-       Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml)

-       Transferin (N:170-25 mg/100 ml)

-       Hb (N: 12 mg%)

-       BUN (N: 10-20 mg/100 ml)

-       Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3

mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100ml)

93
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

pasien dengan ketidakseimbangan nutrisi antara lain:

1.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

b.d. ketidakmampuan untuk mengunyah atau

mengabsorbsi nutrisi dikarenakan faktor biologis,

psikologi atau ekonomi.

2.      Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.

intake yang berlebihan.

3.      Resiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan

tubuh.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

D. PELAKSANAAN (TINDAKAN) KEPERAWATAN

1. Pemberian nutrisi melalui oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan pada

pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi

94
secara mandiri. Biasanya terjadi pada pasien yang memiliki

gangguan pada mulut

Alat dan Bahan

 Piring

 Sendok

 Garpu

 Gelas

 Serbet

 Mangkok cuci tangan

 Pengalas

 Makanan dengan menu dan porsi sesuai dengan program

Prosedur Kerja Pemberian Nutrisi Melalui Oral (Mulut)

 Berikan penjelasan

 Cuci tangan

 Atur posisi pasien dengan duduk atau setengah duduk

sesuai dengan kondisi pasien

 Pasang pengalas

 Tawarkan pasien melakukan ritual makan (misalnya:

berdo'a sebelum makan)

95
 Bantu aktivitas dengan cara menyuap makan sedikit demi

sedikit dan berikan minum sesudah makan

 Bila selesai makan, bersihkan mulut pasien dan anjurkan

duduk sbentar

 Catat tindakan dan hasil atau respons terhadap tindakan

 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

2. Pemberian makanan melalui pipa

penduga/lambung

Penempatan selang plastik yang lentur/lunak melalui

nasofaring klien ke dalam lambung. Selang mempunyai lumen

berongga yang dapat digunakan untuk pembuangan sekresi

lambung dan memasukkan larutan ke dalam lambung.

Tujuan

1. Mengeluarkan cairan dan udara dan traktus

gastrointestinal.

2. Mencegah/memulihkan mual dan muntah.

3. Menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik traktus

gastrointestinalis.

4. Mengatasi obstruksi mekanis dan perdarahan saluran

cerna bagian atas.

96
5. Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke

dalam saluran pencernaan.

6. Mengambil spesimen cairan lambung untuk pemeriksaan

laboratorium.

indikasi

a) Klien yang tidak dapat makan / menelan atau

klien yang tidak sadar

b) Klien yang terus-menerus tidak mau makan

sehingga membahayakan jiwanya, misalnya klien dengan

gangguan jiwa

c) Klien yang muntah terus menerus

d) Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ,

premature, dismatur.

Persiapan Alat

a) NGT dalam tempatnya

b) Jeli/pelumas

c) Corong

d) Spuit 20 cc

e) Serbet/lap makan/handuk

f) Tissue

97
g) Bengkok/nierbekken

h) Plester dan gunting

i) Stetoskop

j) Makanan cair sesuai dengan kebutuhan dalam

tempatnya, dengan ketentuan suhu makanan hams

hangat sesuai suhu tubuh.

k) Air masak

l) Bila ada obat yang harus diberikan, dihaluskan

terlebih dahulu dan dicampurkan dalam

makanan/air, diberikan terakhir.

Persiapan klien

Klien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan

dilakukan.

Prosedur tindakan

a) Mencuci tangan.

b) Menerangkan prosedur dan tujuan pemasangan NGT

pada klien (terangkan bahwa bernafas dengan mulut dan

menelan akan sangat membantu pemasangan selang).

98
c) Membantu klien pada posisi Fowler tinggi dengan

meletakkan kepala di belakang kepala dan bahu, atau

posisi duduk.

d) Bersama dengan klien menentukan kode yang akan

digunakan, misalnya mengangkat telunjuk untuk

mengatakan tunggu sejenak karena rasa tidak enak, dan

sebagainya.

e) Memasang serbet/handuk di atas dada klien, meletakkan

tissue dan bengkok dalam jangkauan klien.

f) Berdiri di sebelah kanan tempat tidur klien (bila kidal

sebelah kiri).

g) Menganjurkan klien relaks dan bernafas normal dengan

menutup satu lubang hidung, kemudian mengulang

dengan menutup lubang hidung di sebelahnya. Memilih

lubang hidung yang lebih lancar aliran udaranya. Lubang

hidung harus bersih.

h) Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan.

Menandai dengan plester. Pengukuran panjang selang

nasogastrik

99
a) Metode tradisional: ukur jarak dari puncak lubang

hidung ke daun telinga bawah dan ke prosesus

xifoideus di sternum.

b) Metode Hanson: pertama tandai 50 cm pada selang,

kemudian lakukan pengukuran tradisional, selang

dimasukkan di tengah antara 50 cm dan tanda

tradisional

i) Mencuci tangan.

j) Memasang sarung tangan.

k) Memberi pelumas pada selang sepanjang 10 – 20 cm.

Bagian pangkal selang/pipa diklem.

l) Mengingatkan klien bahwa selang akan segera

dimasukkan. Memasukkan pipa dengan cermat melalui

lubang hidung sampai ke belakang tenggorok.

m) Menekuk kepala klien ke dada setelah pipa melewati

nasofaring. Memberi Mien waktu untuk relaks sejenak.

n) Memasukkan selang perlahan-lahan sambil klien disuruh

menelan.

o) Menekankan perlunya bernafas dengan mulut dan

menelan selama prosedur berlangsung. Memeriksa letak

100
selang betul-betul masuk ke dalam lambung dengan cara

sebagai berikut:

a) Masukkan udara dengan spuit 3 – 5 cc ke dalam

lambung, sambil mendengarkan dengan stetoskop.

Bila terdengar bunyi, berarti selang masuk ke dalam

lambung. Kemudian udara dikeluarkan kembali.

b) Masukkan ujung selang ke dalam mangkuk yang

berisi air sampai terendam. Klem dibuka. Perhatikan

apakah ada gelembung atau tidak. Jika tidak ada

gelembung berarti selang berhasil masuk ke dalam

lambung. Setelah itu selang diklem kembali dan

diangkat dan bengkok/mangkuk.

c) Mengaspirasi dengan perlahan untuk mendapatkan

isi lambung.

d) Bila selang tidak di lambung, masukkan lagi 2,5-5 cm

dan periksa lagi letak selang.

p) Memfiksasi selang dengan plester dan hindari tekanan

pada hidung. Potong 10 cm plester, belah dua dan salah

satu ujungnya sepanjang 5 cm ; pasang ujung yang

101
lainnya pada batang hidung klien; lingkarkan pada pipa

yang keluar dan hidung.

q) Setelah yakin bahwa selang masuk ke lambung, pasang

corong atau spuit pada pangkal selang.

r) Melalui corong masukkan air matang atau air teh

sekurang-kurangnya 15 cc. Pada tahap permulaan,

corong dimiringkan dan tuangkan makanan melalui

pinggirnya. Setelah penuh, corong ditegakkan kembali.

s) Klem dibuka perlahan-lahan.

t) Cairan selanjutnya dituangkan sebelum isi corong kosong.

u) Bila cairan tidak mengalir secara lancar, posisi selang

harus agak ditinggikan.

v) Bila klien harus minum obat, obat harus dilarutkan dan

diberikan sebelum makanan habis.

w) Setelah makanan habis, selang dibilas dengan air masak.

Kemudian pangkal selang segera diklem.

x) Klien dirapikan, peralatan dibereskan dan dikembalikan

ke tempat semula

y) Mendokumentasikan prosedur dan respon klien.

3. Pemberian nutrisi melalui parenteral

102
Pemberian Nutrisi Parenteral merupakan pemberian

nutrisi berupa cairan infus yang di masukkan ke dalam tubuh

melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi parenteral

total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).

Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pasien yang

tidak dapat di penuhi kebutuhan nutrisinya melalui oral atau

enteral

Metode pemberian:
1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan

nutrisi melalui intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian

pasien masih dapat di penuhi melalui enteral. Cairan yang

biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam

amino

2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur

intravena ketika kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi

melalui cairan infus. Cairan yang dapat digunakan adalah

cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E1000,

cairan yang mengandung asam amino seperti PanAmin G, dan

cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid

103
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena

sentral dapat melalui vena antikubital pada vena basilika

sefalika, vena subklavia, vena jugularis interna dan eksterna,

dan vena femoralis. Nutrisi parenteral melalui perifer dapat

dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan kaki.

104
KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT

A. PENGERTIAN

Air (H2O) merupakan komponen utama yang paling

banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60% dari total

berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung

kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,

nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat

badan orang dewasa, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air

paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada

rongga badan, seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel

yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel

jaringan seperti tulang atau gigi. konsumsi antara 8-10 gelas (1

gelas ± 240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam

pemenuhan kebutuhan cairan per-harinya.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka

menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan

105
elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari

fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit

melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air( pelarut) dan zat

tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang

menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion

jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam

tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan

di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan

elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total

dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan

cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;

jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang

lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :

a. cairan intraseluler (CIS) = 40% dari BB total Adalah cairan

yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira

2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25

L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½

dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

106
b. cairan ekstraseluler (CES) = 20% dari BB total Adalah cairan

diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan

peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan

tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume

relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume

total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata

pria dewasa (70 kg).

Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel

diseluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan

yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan

intravaskuler(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem

vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,s

edangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti

cairan serebrospinal, cairan intraokuler,dan sekresi saluran cerna.

B.     Fungsi Cairan Tubuh

Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh, air

mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi

seperti karbohidrat,vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi

sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air

107
didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk

samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida(CO 2) dan juga

senyawa nitrat.Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang

terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi

penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh

seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02

Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung

organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam

menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar

fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,air di dalam

tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga

agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C.

C.    Sistem Tubuh yang Berperan

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh

diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan gastrointestinal.

1.      Ginjal

Organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur

kebutuhan cairan dan elektrolit. Fungsi ginjal, yaitu sebagai

pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur

108
keseimbangan asam – basa darah, dan ekskresi bahan buangan

atau kelebihan garam.

Prosespengaturan kebutuhan keseimbangan air ini di awali

oleh kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam

menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung

500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 16 % disaring

keluar. Cairan yang tersaring (filtrate glomerulus),kemudian

mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua

bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat

dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1

ml/kg/bb/jam.

2.      Kulit

Bagian penting pengaturan cairan yang terkait proses

pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas

yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan

mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan

vasokontriksi proses pelepasan dengan cara proses penguapan.

Jumlah keringat yang keluar tergantung pada banyaknya darah

yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Ataupun

dengan cara konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh),

109
dan konveksi (pegaliran udara panas ke permukaan yang lebih

dingin) Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di

bawah pengendalian saraf simpatis.

3.      Paru-paru

Berperan dalam mengeluarkan cairan dengan

menghasilkaninsensible water loss ± 400 ml/hari. Proses

pengeluaran cairan terkait dengan respon akibat perubahan upaya

kemampuan bernapas.

4.      Gastrointestinal

Organ saluran pencernaan yang beperan dalam mengeluarkan

cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam

kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-

200 ml/hari.

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endogrin,

seperti system hormonal, aldosteron, prostaglandin, glukokortikoid,

dan mekanisme rasa haus.

5.      ADH

Hormone ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi

air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.

Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior, yang

110
mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan

menurunkan cairan ekstrasel.

a.       Aldosteron

b.      Prostaglandin

c.       Glukokortikoid

d.      Mekanisme rasa haus

D.    Proportion Of Body Fluid

Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan

individu dan tergantung beberapa hal antara lain :

a.Umur

b.Kondisi lemak tubuh

c.Sex

Perhatikan Uraian berikut ini :

No. Umur Kebutuhan Air


Jumlah air dalam 24 jam Ml/kg berat badan
1. Bayi 3 hari 250-300 80-100
2. Balita:

1 tahun 1150-1300 120-135

2 tahun 1350-1500 115-125

111
4 tahun 1600-1800 100-110
3. Anak:

10 tahun 2000-2500 70-85

14 tahun 2200-2700 50-60

18 tahun 2200-2700 40-50


4. Dewasa 2400-2600 20-30

Pada orang dewasa kira-kira 40 % barat badannya atau

2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF),

sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di

luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5

% cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.

E.     Cara Perpindahan Cairan Tubuh

1.      Difusi

Difusi merupakan bercampurnya molkeul-molekul dalam

cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi

dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam

tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain tejadi melalui

membrane kapiler yang permeable. Kecepatan proses difusi

112
bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi

cairan, dan temperature cairan.

Molekul akan lebih berpindah dari larutan dengan konsentrasi

tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah.

2.      Osmosis

Proses perpindahan zat larutan lain melalui membrane

semipermeabel biasanya tejadi dari larutan dengan konsentrasi

yang kurang pekat, ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.

Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya.Proses

osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan

intrasel.

Osmolaritas adalah cara untk mengukur kepekatan larutan

dengan menggunakan satuan mol. NaCl berperan penting dalam

mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat

ltiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang berbeda dan

didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang

mempunyai kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi.

Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan

dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih

tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang

113
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan

yang lebih tinggi akan bertambah volumenya.

3.      Transpor Aktif

Tranpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan

berosmosis. Proses ini terutama penting untuk mempertahankan

natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor,

yaitu tekanan cairan dan membrane.

a.       Tekanan cairan

Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan

cairan. Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang

merupakan kemampuan partikel pelarut untuk menarik larutan

melalui membrane.

Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan

larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak

dapat bergabung maka larutan tersebut disebut koloid.sedangkan,

larutan yang mempunyai kepekatan yang sma dan dapat

bergabung disebut sebagai kristaloid.

b.      Membrane semipermeabel

114
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar

tidak bergabung. Terdapat di dinding kapiler pembuluh darah,

yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain

tidak berpindah ke jaringan.

F.     Pengaturan volume Cairan Tubuh

keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan

antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

1.     Asupan cairan

Asupan (intake) cairan untuk komdisi normal pad orang

dewasa adalah ± 2500 cc/hari. Penagturan mekanisme

keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus.

2.     Pengeluaran cairan

Pengeluaran (output) cairan sebagai dalam mengimbangi

asupan cairan orang sewasa dalam kondisi normal adalah ±

2300cc/hari. Jumlah air yang banyak keluar dari ekskresi

ginjal (urine), sebanyak ± 1500cc/hari. Hasi-hasil

pengeluaran cairan adalah:

a.     Urine

115
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan Ureter

mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder, urine

ditampung sampai mencapai batas tertentu yang

kemudian dikeluarkan melalui uretra. Cairan dalam

ginjal disaring pada glomerulus dan salam tubulus

distal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran

darah

b.      Keringat

Terbentuk bila menjadi panas akibat pengaruh suhu

yang panas. Keringat banyak mengandung garam,

urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah

keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar

natrium dalam plasma.

c.       Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya

berbentuk padat. Jika cairan yang keluar melalui feses

jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan

tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran

cairan melalui feses adalah 100 ml.hari.

G.     Masalah Kebutuhan Cairan

116
1.      Hipovolume atau Dehidrasi,

Kekurangan cairan eksternal terjadi karena penurunan

asupan cairan dan kelebihan pengeluaran caiaran.

Ada tiga macam kekurangan volume ciran eksternal, yaitu:

a.       Dehidrasi isotonic

Terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah cairan dan elektrolit

secara seimbang.

b.      Dehidrasi hipertonik

Terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak air daripada

elektrolit.

c.       Dehidrasi hipotonik

Tejadi jika tubuh kehilangan lebih banyak elektrolit daripada

air.

Macam-macam dehidrasi berdasarkan derajatnya:

a.       Dehidrasi Berat

 Pengeluaran cairan sebanyak 4-6 lt

 Serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt

 Hipotensi

 Turgor kulit buruk

 Oliguria

117
 Nada dan pernapasan meningkat

 Kehilangan cairan > 10% BB

b.      Dehidrasi Sedang

 Kehilangan cairan antara 5-10% BB

 Serum natrium antara 152-158 mEq/lt

 Mata cekung

c.       Dehidrasi Ringan

 Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1.5-2 lt

2.   Hipervolume atau Overdehidrasi

Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan adalah

edema perifer, asites, kelopak mata bengkak, suara napas ronchi

basah, penambahan BB secara tidak normal/sangat cepat, nilai

hematokrit pada umumnya normal, akan tetapi menurun bila

kelebihan cairan bersifat akut.

H.       Pengaturan Elektrolit

a. Pengaturan Keseimbangan Natrium

Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi

mengatur osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium

paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Natrium tidak

hanya bergerak ke dalam atau ke luar tubuh, tetapi juga

118
mengatur keseimbanagn cairan. Eskresi dari natrium dapat

melalui ginjal, atau sebagian kecil melalui feses, keringat, dan

air mata.

b. Pengaturan Keseimbangan Kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam

cairan intrasel dan berfungsi mengatur keseimbangan

elektrolit.diatur oleh ginjal dengan perubahan ion natrium

dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron.

c. Pengaturan Keseimbangan Kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang,

menghantar impuls kontraksi otot, koagulasi (pembekuan

darah), dan membantu beberapa enzim pancreas.

d. Pengetahuan Keseimbangan Klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel,

tetapi tidak dapat ditemukan pada cairan ekstrasel intrasel.

Fungsinya untuk mempertahankan keseimbangan tekanan

osmotic dalam darah.

e. Pengaturan Keseimbangan Magnesium

Magnesium merupakan  katoin dalam tubuh, yang

terpenting kedua dalam cairan intrasel.

119
f. Pengaturan Keseimbangan Bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama

larutan buffer (penyangga) dalam tubuh.

g. Pengaturan Keseimbangan Fosfat

Fosfat bersama-sama dengan kalsium membentuk gigi dan

tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan

dikeluarkan oleh urine.

I. Masalah Kebutuhan Elektrolit

a. Hiponatremia, Merupakan suatu keadaan berkurangnya

kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan

adanya kadar natrium dalam plasma sebanyak < 135

mEq/lt.

b. Hipernatremia, Merupakan suatu kondisi keadaan di

mana kadar natrium dalam plasma tinggi, ditandai dengan

adanya mukosa kering, oligari/anusia, turgor kulit buruk,

dan permukaan kulit bengkak, kulit kemerahan, lidah

kering dan kemerahan, suhu tubuh naik, serta kadar

natrium dalam plasma darah lebih dari 145 mEq/lt.

c. Hipokalemia, Merupakan suatu kondisi keadaan

kekurangan kadar kalium dalam darah, yang terjadi

120
sangat cepat. Sering terjadi pada klien yang mengalami

diare berkepanjangan yang turunnya kadar kalsium

plasma hingga kurang dari 3,5 mEq/lt.

d. Hiperkalemia, Merupakan suatu kondisi di mana kadar

kalsium dalam darah tinggi, yang sering terjadi pada klien

dengan luka bakar, penyakit ginjal. Yang disertai dengan

kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/lt.

e. Hipokalsemia, Merupakan suatu kondisi kekurangan

kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan

adanya kram otot, dank ram perut, kejang, bingung, dan

kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 meq/lt.

f. Hipokalsemia, Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar

kalsium dalam darah, ditandai dengan nyeri pada tulang,

relaksasi otot, batu ginjal dan kadar kalsium dalam plasma

mencapai lebih dari 4,3 mEq/lt.,

g. Hipomagnesia, Merupakan suatu kondisi kekurangan

magnesium dalam darah ditandai dengan adanya

iritabilitas, takikardi, hipertensi. Kadar magnesium dalam

darah, mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.

121
h. Hipermagnesia, Merupakan suatu kondisi berlebihnya

kadar magnesium dalam darah, ditandai dengan adanya

koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium

mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt.

J.    Keseimbangan Asam-Basa

Dalam keadaan normal, pH cairan tubuh adalah 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa dapat dipertahankan melalui

metabolism dengan system buffer pada seluruh cairan tubuh

dan oleh pernapasan dengan system regulasi.

Pengaturan keseimbangan asam-basa dilakukan oleh paru

melalui pengangkutan kelebihan CO2 dan H2CO2 dari daerah

yang dapat meningkatkan pH hingga kondisi standar.

Cairan basa (alkali) digunakan untuk mengkoreksi asidosis.

Keadaan asidosis dapat disebabkan oleh henti jantung dan

koma deabetikan. Contoh cairan alkali adalah natrium laktat

dan natrium bikarbonat.

K.     Masalah Keseimbangan Asam-Basa

a. Asidosis respiratorik, Merupakan suatu keadaan yang

disebabkan oleh kegagalan system pernapasan dalam

membuang karbondioksida dari cairan tubuh sehingga

122
tejadi kerusakan pada system pernapasan, peningkatan

pCO2arteri diatas 45 mmHg dan penurunan pH hingga

<7,35.

b. Asidosis metabolic, Merupakan suatu keadaan kehilangan

basa atau terjadinya penumpukan asam yang ditandai

dengan adangan penurunan pH hingga < 7,35dan

HCO3 kurang dari 22 mEq/lt.

c. Alkalosis respiratorik, Merupakan suatu keadaan

kehilangan CO2 dari paru yang dapat menimbulkan

terjadinya pCO3arteri <35 mmHg dan pH > 7,45.

d. Alkalis metabolic, Merupakan suatu kondisi kehilangan ion

hydrogen atau penambahan basa pada cairan tubuh

dengan adanya peningkatan bikarbonat plasma > 26

mEq/ltd an pH arteri 7,45.

L.   Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan

Elektrolit

            Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan

cairan dan elektrolit diantaranya adalah :

1.  Usia

123
            Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh,

metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai

aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan

disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2.  Jenis kelamin

            Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara

proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh

3.  Sel-sel lemak

            Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun

dengan peningkatan lemak tubuh

4.  Stres

            Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,

konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat

menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat

meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine

5.  Sakit

            Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan

jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan

cairan

6.  Temperatur lingkungan

124
            Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang

dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari

7.  Diet

            Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah

cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan

dari interstisial ke intraselular.

125
KEBUTUHAN ELIMINASI

126

Anda mungkin juga menyukai