CICI NURPARAMITA
20162323017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridho dan rahmat
yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi
“DAYA TERIMA TEH DAUN INSULIN DALAM MENURUNKAN
KADAR GULA DARAH TERHADAP PENDERITA DIABETES
MELITUS”
Penulisan Proposal Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi Sarjana Terapan Gizi pada
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
ii
C. Tujuan penelitian ...................................................................................... 2
............................................................................................................................. 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
B. Patofisiologi DM ...................................................................................... 8
I. Panelis ........................................................................................................ 14
a. Rasa ..................................................................................................... 17
b. Tekstur ................................................................................................ 17
c. Aroma ..................................................................................................... 18
iii
BAB IV ................................................................................................................. 19
a. Alat...................................................................................................... 19
b. Bahan .................................................................................................. 20
a. Tempat ................................................................................................ 20
b. Waktu .................................................................................................. 20
E. Panelis .................................................................................................... 20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
salah satu alternatif adalah penggunaan obat tradisional yang mempunyai
efek hipoglikemia. Pada tahun 1980 WHO merekomendasikan agar
dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan
kadar gula darah karena pemakaian obat modern kurang aman.
(Prizka&Dwita, 2016)
Pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman sudah banyak
digunakan untuk pengobatan DM. Salah Satu tanaman herbal yaitu daun
insulin. Daun insulin (Smallanthus Sonchifolius) adalah salah tanaman yang
berasal dari Andes yang saat ini telah banyak tumbuh dan dikembangkan
dibanyak negara salah satunya Indonesia. A review on Herbal Medicines For
Diabetes Mellitus mengemukakan bahwa daun Smallanthus Sonchifolius
adalah salah satu daun yang memiliki effect antidiabetic. Daun insulin yang
memiliki efek antidiabetik ini dianggap mampu menurunkan kadar gula darah
dengan menghambat proses glikogenolisis dan gluconeogenesis. Daun
insulin mengandung fructooligosacarida, flavonoid, Smallanthaditepenic
acids A, B, C dan D yang berperan dalam regulasi gula darah. Daun insulin
juga mengandung komponen phenol, chlorogenic, caffeic, dan ferulic
merupakan antioksidan yang pada tikus DM dapat memperbaiki sel β
pankreas dan menekan kadar gula dalam darah. . ( Dayang D.N, 2016)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima penderita diabetes
mellitus terhadap pembuatan teh dengan penggunaan ekstrak daun insulin.
2
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui ketertarikan penderita diabetes melitus terhadap teh daun
insulin.
2. Untuk mengetahui besar dosis yang dapat diterima oleh penderita diabetes
melitus.
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian penelitian
3
Candra Efek EKSTRAK Eksperimental
Achmad DAUN INSULIN Laboratorium
Hanif (SMALLANTHUS
Rosyidi SONCHIFOLIA)
TERHADAP
KADAR GLUKOSA
DARAH, BERAT
BADAN, DAN
KADAR
TRIGLISERIDA
PADA TIKUS
DIABETES YANG
DIINDUKSI
ALOKSAN
PENGARUH Kuantitatif,
Dayang Desy REBUSAN desain true
Nindy Putri DAUN INSULIN eksperiment
(SMALLANTHUS dengan
SONCHIFOLIUS) rancangan
TERHADAP pretest and
PENURUNAN posttest with
KADAR control group
GLUKOSA desain.
DARAH PADA
TIKUS
4
DIABETES
MELITUS
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
6
meningkatnya glukagon plasma, dan gagalnya selsel beta
pankreas merespon semua stimulus insulinogenik, maka
diperlukan terapi dengan menggunakan insulin untuk
mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan kadar glukosa
darah (Katzung, 2002)
DM tipe 2, DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia namun insulin
tidak dapat membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena
terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Oleh karena terjadinya resistensi insulin maka mengakibatkan
defisiensi relatif insulin. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin sehingga sel beta pankreas akan
mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM
tipe 2 terjadi secara perlahan karena merupakan gejala
asimtomatik. Adanya resistensi perlahan akan mengakibatkan
sensitivitas reseptor terhadap glukosa berkurang. DM tipe ini
biasanya terdiagnosis setelah terjadinya komplikasi (American
Diabetes Association 2015)
DM tipe lain berkaitan dengan penyakit lain seperti, penyakit
eksokrin pankreas, defek genetik fungsi sel beta, defekgenetik
fungsi insulin, endokrinopati, infeksi, imunologi, dan sindrom
genetik (American Diabetes Association, 2015).
DM Gestasional, DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan,
dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar
untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5
sampai10 tahun setelah melahirkan (American Diabetes
Association, 2015).
7
B. Patofisiologi DM
8
1) Edukasi
Untuk mencapai perubahan perilaku sehat dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi, seperti pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya.
3) Latihan jasmani
Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30
menit. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan
memperbaiki glukosa darah.
4) Intervensi farmakologis
Untuk pasien DM tipe 1 yang mengalami defisiensi insulin, tatalaksana yang
dilakukan adalah terapi insulin. Terdapat 3 jenis insulin yaitu insulin masa
9
kerja pendek, masa kerja sedang dan masa kerja panjang. Insulin masa kerja
pendek digunakan untuk mengontrol hiperglikemia postpandrial karena
puncak kerjanya pada beberapa menit hingga 6 jam pasca injeksi, selain itu
terapi ini digunakan untuk pasien dengan ketoasidosis.
Insulin masa kerja sedang untuk mengontrol harian pasien karena dapat
bekerja maksimal pada enam hingga delapan jam pasca injeksi. Sedangkan
insulin masa kerja panjang mencapai puncaknya dalam waktu 14 hingga 20
jam pasca injeksi.
Untuk pasien DM tipe 2, tatalaksana yang dilakukan adalah obat
hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin.
D. Daun Insulin
10
lainnya. Masyarakat Peru menggunakan akar yacon sebagai obat
hiperglikemia, peremajaan kulit dan mengatasi masalah ginjal. Sedangkan di
Jepang, akar yacon dibuat jus, bahan roti, minuman berfermentasi dan lain-
lain. Akar tamanan yacon mengandung beberapa karbohidrat seperti:
fruktosa, glukosa, sukrosa, fruktooligosakarida (FOS), pati dan inulin. FOS
berfungsi menjaga kesehatan usus besar. Di Indonesia, tanaman yacon sering
diambil daunnya untuk mengobati diabetes. Oleh karena itu daun yacon
dikenal sebagai daun insulin. Daun insulin yang dikeringkan dapat digunakan
sebagai teh, seperti yang dilakukan masyarakat Brazil. (Azmi.A, 2015)
Daun insulin (Tithonia diversifolia (Hemsl.) A. Gray) mengandung
flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan steroid menurut hasil skrining
fitokimia oleh Purba (2003). Menurut Taofik et al (2010), ekstrak air daun
insulin mengandung flavonoid, alkaloid, dan tanin. Tanin memiliki aktivitas
hipoglikemik dengan meningkatkan glikogenesis (Dalimartha, 2005).
Saponin mampu menghambat GLUT-1 sehingga menurunkan absorbs
glukosa (Blasiak et al., 2003). Flavonoid sebagai antioksidan dapat
melindungi kerusakan progresif sel β pankreas karena stress oksidatif
sehingga dapat menurunkan DM tipe 2 (Song et al., 2005)
11
dan memiliki gangguan pencernaan dianjurkan untuk mengkonsumsi yacon
karena pemanis dalam yacon tidak diserap oleh usus halus. (Azmi.A, 2015)
E. Daya Terima
F. Uji Organoleptik
12
karena penilaiannya didasarkan pada ransangan sensorik pada organ
indera.(Harris, 2011)
Uji organoleptik adalah penilaian penggunaan indera, penilaian
menggunakan kemampuan sensorik, tidak dapat diturunkan pada orang lain.
Salah satu cara pengujian organoleptik adalah dengan metode uji pencicipan
yang disebut juga dengan “Acceptance Tests”. Uji pencicipan menyangkut
penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang
menyebabkan orang menyenangi.
Sifat mutu pangan yang hanya dapat diukur atau dinilai dengan uji
organoleptik disebut sifat organoleptik. Untuk melaksanakan penilaian
organoleptik pada suatu produk makanan atau pangan di perlukan panel yang
bertindak sebagai instrumen atau alat yang terdiri dari kelompok orang.
Penilaian makanan secara panel berdasarkan atas kesan subjektif yang berasal
dari para penelis dengan prosedur sensorik tertentu yang harus dilakukan.
Beberapa faktor yang dapat memperngaruhi kepekaan panelis yaitu
kondisi kenyang atau lapar, merokok, orang yang sedang sakit dan keadaan
psikologik dapat mempengaruhi konsentrasi sehingga panelis tidak dapat
santai pada saat melakukan uji organoleptik. Uji organoleptik harus dilakukan
dengan cermat karena memiliki kelebihan dan kelemahan. Uji organoleptik
memiliki relevansi yang tinggi dengan mutu produk karena berhubungan
langsung dengan selera konsumen. Selain itu, metode ini cukup mudah dan
cepat untuk dilakukan, hasil pengukuran dan pengamatnya juga di peroleh.
Dengan demikian, uji organoleptik dapat membantu analisis usaha untuk
meningktakan produksi atau pemasaranya.
Uji organolpetik juga memiliki kelemahan dan keterbatasan akibat
beberapa sifat indrawi tidak dapat di deskripsikan. Manusia merupakan
panelis yang kadang – kadang dapat di pengaruhi oleh kondisi fisik dan
mental, sehingga panelis dapat menjadi jenuh dan menurun kepekaanya.
Selain itu dapat terjadi pula salah komunikasi antara manajer dan panelis.
G. Uji Hedonik
13
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya
ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senag, suka
atau kebalikkannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.
Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya, dalam hal suka
dapat mempunyai skala hedonik seperti amat sangat suka, sangat suka, suka,
agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu tidak suka, dapat mempunyai skala
hedonik seperti amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak
tidak suka. Diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang ada
tanggapan yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan
tidak suka (Harris, 2011).
Dalam penganalisisan skala hedonik ditransformasi menjadi skala numerik
dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini
dapat dilakukan analisis statistik. Dengan adanya skala hedonik itu
sebenarnya uji hedonik secara tidak langsung juga dapat digunakan untuk
mengetahui perbadaan. Karena hal ini, maka uji hedonik paling sering
digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau produk pengembangan secara
organoleptik (Harris, 2011).
H. Panelis
14
perseorangan biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang
tidak terlalu banyak dan mengenali penyebabnya.
2. Panel terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-
faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.
3. Panel terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik.
Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-
latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak
terlampau spesifik.
4. Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk
mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan
terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat
menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.
5. Panel tidak terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan
jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak terlatih
hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana seperti
sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel tidak
terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria
sama dengan panelis wanita.
6. Panel konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada target
pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan dapat
ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.
7. Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian
produk-produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan
15
sebagainya. Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap, yaitu dengan
pemberitahuan atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk
diminta responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar
seperti boneka snoopy yang sedang sedih, biasa atau tertawa(Soekarto, 2002).
16
BAB III
A. Kerangka Konsep
Daya terima
Teh daun insulin Rasa
dengan dosis : Tekstur
10mg , 30mg Aroma
Warna
B. Definisi Oprasional
Teh daun insulin adalah teh yang diperoleh dari tanaman yacon (daun insulin)
dengan cara diekstrak dan diolah menjadi teh.
C. Daya Terima
Daya terima adalah penerimaan cita rasa terhadap teh daun insulin akibat
rangsangan indra penglihatan, penciuman, perabaan ,dan penngecapan.
a. Rasa
Yang digunakan indra rasa ini lidah dengan cita rasa dari teh daun insulin
yang dilakukan oleh panelis.
Skala : Ordinal
Alat Ukur : formulir
Hasil ukur :
1. Sangat Tidak Suka
2. Tidak Suka
3. Agak Suka
4. Suka
5. Sangat Suka
b. Tekstur
Penilaian organoleptik terhadap teh daun insulin yang dilakukan secara
indrawi pancaindra peraba yang dilakukan oleh panelis.
17
Skala : Ordinal
Alat Ukur : formulir
Hasil ukur :
1. Sangat Tidak Suka
2. Tidak Suka
3. Agak Suka
4. Suka
5. Sangat Suka
c. Aroma
Penilaian dengan menggunakan panca indra penciuman terhadap aroma teh
daun insulin, yang dilakukan oleh panelis.
Skala : Ordinal
Alat Ukur : formulir
Hasil ukur :
1. Sangat Tidak Suka
2. Tidak Suka
3. Agak Suka
4. Suka
5. Sangat Suka
18
BAB IV
METODE PENELITIAN
D. Jenis penelitian
E. Rancangan Penelitian
a. Alat
Alat pembuatan teh daun insulin
Piring Blender
Sendok Pisau
Baskom Talenan
Panci Nampan
19
oven Pembungkus teh
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan teh daun
insulin
Bahan
10mg 30mg
bakuu
Daun 10mg 30mg
insulin
Air hangat 100ml 300ml
b. Waktu
Penelitian ini di lakukan pada tahun 2019
H. Panelis
20
I. Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 1 produk yaitu pengolaan teh daun
insulin , dengan tingkat penilaian nya adalah sangat suka dengan skor (5), suka
dengan skor (4), agak suka dengan skor (3), biasa dengan skor (2), tidak suka
dengan skor (1), kemudian seluruh penilaian panelis tersebut
ditabulasikan.Penilaian lalu dibandingkan dengan tabel jumlah terkecil untuk
menyatakan suatu contoh melalui metode distribusi binomial. Pada pengujian
pengolahan teh daun insulin, kriteria penilaian yang digunakan adalah
rasa,warna,aroma dan tekstur .
DAFTAR PUSTAKA
(Candra achmad (2014). Efek ekstrak daun insulin terhadap kadar glukosa
darah. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014)
(Azmi agnia (2015). Efek estrak daun insulin terhadap glukosa darah dan
berat badan. Jakarta 2015)
(Moehyi (1992). Faktor yang mempengaruhi daya terima makanan. Bahana
Media Jakarta. 1992., 1992)
21
(Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta.,
1997)
22