Anda di halaman 1dari 13

Latar Belakang

1.4 Kadar kapur ekuivalen


Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan
kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya.
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan
tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.
Pada umumnya batuan kapur/ kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.
Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam
pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut
(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO 3) dan garam alkali yang agak
mudah larut ( Ca, Mg ) memiliki karbonat yang akan berpindah bersama air, dan
bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan
besarnya sangat bervariasi. Karena terdapat perbedaan kelarutan dan mobilitas
tersebut maka yang terendapkan lebih dahulu adalah karbonat. Pada kondisi yang
ekstrem kerak garam dan kapur dapat terbentuk di permukaan tanah. Dari sini
menunjukan bahwa kadar kapur tanah dapat berbeda-beda.
Berdasarkan uraian diatas maka praktikum kadar kapur ekuivalen/setara
pada tanah untuk mengetahui seberapa besar kandungan kadar kapur dalam tanah.

1.9 Penetapan pH tanah


Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan
oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah
adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk
mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah
menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila
konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia
tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat
dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa,
sifat isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam,
netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari
pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat
pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk
yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia,
mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H +.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran
mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan
adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.

Dasar Teori
2.4. Kadar kapur ekuivalen
Tanah merupakan produk sampingan deposit akibat pelapukan kerak bumi
dan atau batuan yang tersingkap dalam matrik tanah. Kapur memiliki sifat sebagai

bahan ikat antara lain: sifat plastis baik (tidak getas), mudah dan cepat mengeras,
workability baik dan mempunyai daya ikat baik untuk batu dan bata. Bahan dasar
kapur adalah batu kapur atau dolomit, yang mengandung senyawa kalsium
karbonat (CaCO3) (Hanafiah, 2005).
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Hal ini wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering
ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ke tanah
dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah menetralkan
kemasaman tanah. Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki kandungan kapur
yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat kesuburan yang
tinggi. bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur akan menyerap
unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhannya (Tan H, 1998).
Perbedaan kadar kapur pada berbagai jenis tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain komposisi bahan induk dan iklim. Kedua faktor ini
berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah, dan
tipe vegetasi. Faktor-faktor ini merupakan komponen dalam perkembangan tanah.
Pada umumnya batuan kapur/kwarstik lebih tahan terhadap perkembangan tanah.
Pelarutan dan kehilangan karbonat diperlukan sebagai pendorong dalam
pembentukan tanah pada batuan berkapur. Garam-garam yang mudah larut
(seperti Na, K, Ca, Mg-Klorida dan sulfat, NaCO3) dan garam alkali yang agak
mudah larut ( Ca, Mg ) dengan karbonat yang akan berpindah bersama air, dan
bergantung besarnya air yang dapat mencapai kedalaman tanah tertentu. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pengayaan garam/ kapur pada horison tertentu dan
besarnya sangat bervariasi.

2.9. Penetapan pH Tanah


Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup
berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada
pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan
kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk,
1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang
merupakan hara bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan
tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut. Pada musim
kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam
akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman
(Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang
komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap.
Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya
semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda
walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama
(Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman
tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H + dan Al3+ dapat tukar
pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil
dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan
sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H + di dalam tanah, hal
ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H +). Dilihat dari pHnya
lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih
besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah

memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan,


dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut
masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat
menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah
mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya
unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral
biasanya antara 3,510 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah
dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.
Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan
tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang
terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan
dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai
dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan
komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH
tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik
mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air
dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah
menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang
dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak
mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

Pelaksanaan Praktikum
3.4. Kadar kapur ekuivalen
3.4.1. Alat
a.Calcimeter ( alat CO2 Mohr)

b.
Gelas arloji
c.Timbangan analitis teliti sampai 0.0002 gram
3.4.2. Bahan
Contoh tanah kering udara diantara 2,0 mm
Khemikalia
HCl 2 N
3.4.3 Cara kerja
1. Timbang contoh tanah yang menggunakan gelas arloji yang bersih, kering,
sebanyak sekitar 15 gram ( misal a gram ). Untuk ini perlu diketahui
dahulu berat gelas arlojinya. Masukkan contoh tanah secara kuantitatif ke
dalam gelas piala 500ml, butir-butir tanah yang mungkin masih menempel
di gelas arloji dapat sedikit dibilas dengan air.
2. Tambahkan air sebanyak 50 ml, lalu 10 ml H 2O2 30% ( semua diukur
dengan tabung ukur), gelas piala ditutp dengan gelas arloji yang bersih dan
kering, kemudian dibiarkan semalam. Tindakan ini dimaksudkan untuk
menghilangkan bahan organik yang ada di dalam tanah.
3. Keesokan harinya gelas piala tertutup dipanasi diatas pemanas air yang
telah menidih, dan diawasi betul-betul kalau ada bahaya pebuihan sampai
tanahnya meluap. Kalau perlu gelas pialanya diangkat dari penangas air.
Setelah reaksi pertama mereda ( setelah 5- 10 menit) tambahkan lagi
H2O230 % sebanyak 15 ml, tutup kembali dengan menggunakan gelas
arloji dan biarkan di penangas air selama 10 menit lagi. Setelah reaksinya
mereda, celupkan gelas pialanya kedalam air yang mendidih kedalam
penangas air selama 5 menit dalam keadaan tercelup. Tanah yang sudah
bersih dari bahan menjadi muda dan butir-butir pasir sudah kelihatan
bersih permukaannya. Untuk memastika, setelah larutan agak dingin diberi
lagi beberapa ml lagi H2O230 %. Kalau tidak timbul reaksi lagi, tidak
terjadi lagi gelembung-gelembung pemercikan, ini berarti bahan organik
telah betul-betul habis. Jika reaksi timbul, maka langkah yang terakhir tadi
dapat diulang secukupnya.
4. Butir-butir tanaha yang menempel digelas arloji dan didnding gelas piala
dibilas masuk dengan air bersih. Suspensi lalu diencerkan sampai kira-kira

150 ml dengan air suling, ditutup kembali, dan didihkan diatas api spritus
selama 5 menit. Dijaga jangan sampai membuih atau memericik dan
tumpah, setelah ini dibiarkan mendingin.
5. Seteleah dingin gelas arloji tertutup dan dinding gelas piala dibilas dengan
air sampai bersih.
Untuk membersihkan dinding, sambil membilas digosok-gosok dengan
batang kaca berujung karet. Tambahkan 25 ml HCl 2 N untuk
menghilangkan kapur, garam-garam lain dan kation- kation basa
beradsorbsi. Kalau tanah mengandung kapur berlebih dari 2 % maka untuk
setiap persenya ditambah lagi 2,5 ml HCl 2N. Encerkan suspensi sampai
volume kira-kira 250ml dengan air dan tanah digosok-gosok dengan
batang kaca berujung karet. Reaksi antara tanah dengan asam dibiarkan
berlangsung selama 1 jam dengan beberapa kali digosok-gosok dengan
batang kaca. Selama pekerja ini batang kaca tetap diletakkan dalam gelas
piala, dan jangan diletakan dimana-mana karena ujungnya ada tanah yang
menempel. Setelahwaktu ini dilampaui, larutan diatas endapan tanah
diperikasa keasamannya dengan secarik kertas lakmus biru. Kertas lakmus
biru harus berubah warnanya menjadi merah, yang menandakan bahwa
telah hilang semuanya. Kalau kertas lakmus tidak berubah warnanya,
berarti asamnya kurang dan perlu ditambah lagi kira-kira 10 ml. Tanahnya
diaduk-aduk lagi dan dibiarkan selama 1 jam. Periksa lagi apakah
sekarang audah ada kelebihan asam.
6. Pasang corong gelas 0,10 cm diatas tabung erlenmayer 750ml, lapisi
dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga pinggiran kertas saring
terletak 5 mmdibawah bibir corong, kertas saring dibasahi supaya melekat
betul tanpa ada gelembung-gelembung udara diantaranya. Seringkali
suspensi tanah sampai semua tanah dipindahkan secara kuantitatif diatas
kertas saring. Dibantu dengan biasan air batang kaca, sambil dibilas bersih
ujung kaca yang bertanah tadi.
7. Tanah diatas kertas saring dicuci 4 kali dengan HCL 0,2N. Setiap kali
pencucian menggunakan 50ml.
Pendispersian :

8. Setelah selesai pencucian dan air terakhir telah menetes dari corong, kertas
saring dengan tanahnya sementara masih basah diangkat hati-hati dengan
corong, jangan sampai sobek dan paparkan diatas gelas arloji 0,10 cm
yang bersih.
Dengan memegang tepi gelas arloji dan kertas saring, jangan sampai
menjamah tanahnya, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu
erlenmayer 500ml dengan menggunakan corong yang dipakai menyaring
tadi. Untuk ini diperlukan pancaran air secukupnya jangan berlebihan.
Tanah yang masih menempel di dinding dakhil ( bagian dalam ) corong
juga dimasukkan kedalaam tanbung erlenmayer dengan pancaran air dan
kuas. Kemudian kuas dibersihkan dari butir-butir tanah yang menepel
padanya,
9. Tambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N setepat mungkin dengan
menggunakan tabung ukur yang telah dicuci bersih dari menggunakan
tabung ukur yang telah dicuci bersih dari sisa-sisa H 2O2 dan HCl.
Sumbatlah labu erlenmayer dengan sumbatan karet atau selembar plastik
serapat-rapanta, letakkan tegak dan kuat pada alat pengocok dan kocoklah
dengan kuat selama 15 menit untuk mendapatkan hasil pendispersian yang
baik.

3.9. Penentuan pH tanah


3.9.1. Alat dan Bahan
a. Beaker glass 50 ml
b. Pengaduk kaca
c. Alat pH meter dengan elektroda lengkap
d. Thermometer teliti 0,10C
e. Gelas ukur
f. Botol pemancar air
Khemikalia:
KCl 1 N
Bahan :
Contoh tanah asli gumpalan

3.9.2. Cara Kerja :


1. Ambil dan timbang contoh tanah asli gumpalan, kira-kira 10 gram.
Masukkan ke dalam beaker glass 50 ml dan tambahkan air suling
sebanyak 25 ml, lalu diaduk-aduk untuk melarutkan tanah selama jangka
waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk
2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit
3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :
Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada

meternya
Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol
pada tanda ON, sesuaikan keadaan tombol TEMP pada angka
temeratur larutan penyangga pH 7 dan aturlah tombol CALIB

hingga terbaca angka 7,00 pada layar pH meter


Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya

sampai bersih
Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol
TEMP agar sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4,
kemudian aturlah tombol SLOPE hingga terbaca angka 4,00

pada layar pH meter


Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan

pancaran air
Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu
pH meter telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH

meter yang diteliti


4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan
larutan KCl 1N sebanyak 25 ml untuk menentukan pH tanah yang sama
dengan tanah di atas tadi

Hasil dan pembahasan


Hasil
4.4. Kadar kapur ekuivalen
a. Calcimeter kosong
b. Calcimeter + tanah

=
=

80,07
85,07

c.
d.
e.
f.

Calcimeter + tanah+HCl
Kekurangan berat
Kadar lengas tanah
Berat tanah

=
=
=
=

Perhitungan :
(cd )
x 100
44
Kadar CaC 03=
x 100
100
(ba)
100+ KL
(108,6107,8)
x 100
44
Kadar CaC 03=
x 100
100
(85,0780,07)
100+0,550
Kadar CaC 03=

1,81
x 100
4,97

Kadar CaC 03=3 6,41

108,6
107,8
5,50%
5 gram

4.9. Penentuan pH tanah


Perhitungan :
pH = pH H2O pH KCl
= 6,61 6,13
= 0,48

Pembahasan
4.4. Kadar kapur ekuivalen
Kadar kapur (CaCO3) dalam tanah dapat ditentukan dengan cara
menetesi tanah dengan HCl 10%. Diukur secara relatif jelas tidaknya cara
membuihnya kapur di tanah dengan tetesan HCl tadi. Tanah vertisol adalah
jenis tanah yang memiliki kaondisi masam, itu disebabkan karena PHnya
berada dibawah kisaran normal namun, untuk mengurangi kemasaman tanah
ini dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur pada tanah.Bahan
organic yang dimiliki tanah vertisol juga cenderung sedikit, karena tanah ini
masih tergolong tanah muda. Karena kadar bahan organic yang rendah,
maka partikel tanah tisak begitu baik membentukagregat tanah. Jenis tanan
ini tidak begitu baik untuk dijadikan media budidaya pertanian, selain
karena kurang tersedianya unsure P pada tanah vertisol sebagai unsure hara
makro yang bermanfat bagi tanaman. Karena pHnya mempengaruhi tingkat
kelarutan unsure P pada tanah vertisol.
Kadar kapur yang dimiliki olen tanah vertisol jug tidak begitu besar
sehingga sulit untuk mengurangi tingkat kemasamannya, ini dapatdiubah
dan diperbaiki dengan pemberian kapur calsit (CaCO 3 dan Dolomh)Dilihat

dari kemampuan tanah vertisol dalam mempertukarkan kation, tanah dengan


diameter lebih kecil memiliki KPK lebih tinggi, dan KPK ini mempengaruhi
tekstur tanah. Karena pH tanah vertisol tergolong masam maka KPK nya
juga lebih rendah namun setiap diameter tanah berbeda nilai KPK nya.
Untuk meningkatkan KPK tanah vertisol, dapat dilakukan penambahan
bahan organic dan memperbaiki tekstur dan struktur tanah vertisol itu
sendiri.
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium
dan magnesium tanah. Pengaruh kapur dalam tanah dapat meliputi proses
pembentukanagregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah
lainyang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tanah.

4.9. Penentuan pH tanah


Pada tanah vertisol memiliki pH 6,00. Hal ini disebabkan karena
lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada
permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan
mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya
asam sulfida dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim,
dkk. (1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar
mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam
organik dan bahan organik yang banyak. Bila asam ini sampai kebagian
mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H tetapi menggantikan
basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga disebabkan
jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah
OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH
tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan
kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H + dan ion OH- juga
menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H + lebih tinggi dari
jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika

jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H + maka tanah akan bersifat
basa.
Kesimpulan
5.4. Kadar kapur ekuivalen
Kapur dalam tanah memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan
magnesium tanah. Kadar kapur tanah vertisol rendah, dipangaruhi oleh pH dan
bahan orginiknya. Karena pHnya masam maka kapur harus ditambahkan untuk
mengurangi kemasaman tanah berlebih. Karena kadar kapur yang dimiliki tanah
vertisol rendah, maka tanah vertisol belum bisa langsung digunakan dalam
budidaya tanaman. Harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu supaya semua
unsure yang dibutuhkan tanaman terpenuhi.
Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat
tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan
dengan kegiatan biologi dalam tanah.Analisis kadar kapur tanah secara kaulitatif
atau yang biasa dilakukandi lapangan, yaitu meneteskan contoh tanah dengan
larutan HCl 10 %. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi
ataupembuihan. Semakin banyak kandungan kapur dalam tanah makareaksi yang
terjadi semakin besar atau hebat.
5.9. Penentuan pH tanah
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.Tanah vertisol memiliki
pH masam sekitar 5 6. Sehingga, mempengaruhi kelarutan unsure P dan tingkat
KPK tanah vertisol itu sendiri. Dalam percobaan yang kami lakukan pH nya
adalah 0,48. Karena pH tanah vertisol termasuk rendah artinya tanah vertisol
belum bisa langsung digunakan dalam budidaya tanaman. Harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu supaya semua unsure yang dibutuhkan tanaman
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai