MORFOLOGI BENIH
Oleh :
Muhammad Farhan Rangkuti 201201037
Agustinus Rolando Jogi 201201087
Alex Febrianto 201201089
Debora Rotua 201201104
Rikson A Silalahi 201201152
Angeli Triwany 201201209
Gian Siregar 201201214
BDH 6
Puji syukur penulis memanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan ini dengan baik.
Laporan Praktikum Teknologi Benih yang berjudul “Morfologi Benih” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Teknologi Benih sebagai syarat
masuk praktikum di minggu yang akan datang pada Departemen Budidaya Hutan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Teknologi Benih Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP. karena telah
memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis
mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki isi
laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................................1
Tujuan ...................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...............................................................................................6
Alat dan Bahan .....................................................................................................6
Prosedur Praktikum ..............................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil......................................................................................................................8
Pembahasan ........................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................................13
Saran ...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
0
DAFTAR TABEL
iii
0
DAFTAR GAMBAR
iv
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit.
Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan yang terkekang. Biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia misalnya terbawa perantaraan binatang. Benih ialah biji
tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani,
memiliki fungsi agronomis. Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami
perlakukan khusus sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman.
Bibit yaitu benih/biji yang telah disemai sebelumnya yang akan ditanam ke
lahan/media tanam dan memenuhi persyaratan dalam budidaya tanaman. Termasuk
dalam kategori bibit yaitu hasil cangkokan, sambungan, okulasi, kultur jaringan dan
bibit hasil perbanyakan vegetatif lainnya (Sutopo, 2014).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah
yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke
permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan
jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk
memperkirakan kedalaman tanam (Morla et al., 2015).
Mutu benih, baik sifat fisik, fisiologis serta patologis ikut menentukan viabilitas
dan vigor benih. Mutu benih juga ikut menentukan pertumbuhan tanaman dan
produksinya di lapangan. Oleh karena itu analisis mutu benih sangat penting
dilakukan sebelum benih disebarkan kepada konsumen. Analisis kemurnian benih
merupakan komponen dasar dari kualitas suatu lot benih. Hasil analisis kemurnian
akan mengindikasikan apakah materi yang ada di dalam tempat benih (karung,
gudang dan lain-lain) merupakan benih yang sesuai dengan keterangan pada label
kemasan yang diberikan. Analisis kemurnian benih ini dilakukan pada sejumlah
2
Tujuan
Tujuan Praktikum Teknologi Benih yang berjudul “Morfologi Benih”
adalah untuk praktikan dapat mengetahui struktur benih, berat benih dan
mengetahui perbedaan benih ortodoks dan benih rekalsitrans serta dapat
menghitung berat benih.
3
TINJAUAN PUSTAKA
memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan kedua struktur tersebut. Biji
tanaman dikotil seperti kacang-kacangan, apabila terbelah menjadi dua, akan
didapatkan struktur biji yang terdiri atas plumula, hipokotil, radikula,kotiledon dan
embrio. Sedangkan struktur biji tanaman monokotil, seperti jagung terdiri atas
koleoptil, plumula, radikula, koleoriza, skutelum dan endosperma. Benih
mengandung tanaman mini yang dilengkapi struktur dan bagian-bagianyang sesuai
dengan peranannya sebagai unit penyebaran atau perbanyakan. Disamping itu
dilengkapi pula dengan cadangan makanan yang mendukung pertumbuhan tanaman
muda sampai tanaman dewasa dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sebagai
organisme autotropik (Sekarindhar et al., 2017).
Benih pohon hutan memiliki berat, warna dan ukuran yang sangat
bervariasi. Ukuran benih berkorelasi positif terhadap vigor benih. Benih yang relatif
berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik. Benih yang berukuran besar dan
berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang
berukuran kecil dan diduga bahwa ukuran embrionya juga lebih besar. Kandungan
yang tersimpan dalam biji yaitu karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-
bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
proses perkecambahan berlangsung benih berukuran besar dan sedang (14,0-19,9
mm) memiliki korelasi terhadap kecepatan berkecambah. Hal ini sebagai gambaran
kemampuan benih untuk berkecambah, vigor benih, dan pertumbuhan tinggi bibit
yang baik. Ukuran benih memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit,
ukuran benih besar dan sedang memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik
dibandingkan dengan ukuran benih yang kecil. Benih yang berukuran besar dan
paling berat memiliki nilai persentase kecambah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan benih berukuran sedang dan ringan (Wulandari et al., 2015).
Pengadaan benih untuk meningkatkan keberhasilan penanaman
memerlukan benih dalam jumlah dan mutu yang baik. Permasalahan yang
terkadang muncul dalam rangka pengadaan benih adalah menentukan cara seleksi
benih yang memiliki mutu fisiologis yang tinggi, salah satunya berhubungan
dengan ukuran benih. Benih berukuran besar memberikan keuntungan dilihat dari
mutu fisiologis kerena persediaan cadangan makanan yang lebih mencukupi
untuk perkecambahan. Untuk jenis-jenis tertentu benih besar mempunyai kualitas
5
yang lebih baik daripada benih kecil, namun pada jenis tertentu ukuran benih tidak
berpengaruh signifikan terhadap viabilitas dan vigor benih. Benih yang berukuran
besar menghasilan bibit yang pertumbuhannya lebih cepat daripada benih kecil
walaupun diameter pangkal batangnya dan bibit tersebut tidak berbeda nyata,
diduga karena benih besar mempunyai embrio dan cadangan makanan yang lebih
besar sehingga pertumbuhannya lebih cepat. Sifat ini berlanjut sampai tanaman
berumur satu tahun di lapangan (Suita et al., 2013).
Benih yang memiliki kulit luar yang tebal dan keras pada umumnya proses
perkecambahannya lama. Benih yang demikian digolongkan sebagai benih yang
memiliki sifat dorman. Dormansi benih sering menjadi hambatan dalam proses
perkecambahan untuk penyediaan bibit siap tanam. Dormansi benih merupakan
kondisi gagalnya perkecambahan benih meskipun berada pada kondisi lingkungan
yang mendukung. Dormansi benih disebabkan oleh tingginya kadar asam absisat
pada kotiledon, tingginya kadar lignin kulit benih dan kerasnya kulit benih. Ukuran
benih berkorelasi dengan vigor. Benih yang relatif berat lebih dipilih karena
umumnya berhubungan dengan perkecambahan. Begitu juga untuk spesies tertentu,
benih besar mempunyai kualitas yang lebih baik daripada benih kecil. Berdasarkan
beberapa penelitian, untuk jenis-jenis tertentu benih besar mempunyai kualitas yang
lebih baik daripada benih kecil, namun kondisi tersebut tidak berlaku umum karena
pada kondisi tertentu ukuran benih tidak berpengaruh nyata terhadap vibialitas dan
vigor bibit (Rahmi et al., 2018).
Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu berproduksi normal pada
kondisi sub optimum dan di atas kondisi normal, memiliki kemampuan tumbuh
serempak dan cepat, serta lebih tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak
ideal. kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh benih karena
benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang
suboptimal. Salah satu parameter viabilitas benih adalah vigor. Vigor merupakan
kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi sub
optimum. Peubah vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor
benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan,
keserempakan tumbuh. Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolak ukur
pada daya hantar listrik (Sahrullah et al., 2017).
6
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
A. Struktur Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan benih ortodoks dan rekalsitran masing-masing 5 benih
3. Dipotong benih secara melintang dan membujur
4. Diamati benih yang sudah dipotong
5. Digambar benih yang dipotong ke dalam buku data
B. Penyimpanan Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan 25 benih rekalsitran
3. Disiapkan media penyimpanan benih, yaitu 100% arang, 100% cocopit, dan
campuran 50% arang dan 50% cocopeat di dalam plastik ziplock.
4. Dimasukkan benih ke dalam masing-masing media yang disiapkan
5. Disimpan benih selama 2 minggu
C. Kadar Air Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan benih ortodoks dan rekalsitran masing-masing 15 benih
7
Pembahasan
Pada praktikum berat benih, kami menggunakan benih sawo (ortodoks) dan
benih mahoni (rekalsitran). Pengukuran berat benih dilakukan dengan cara
ditimbang dan benih dimasukkan dalam suatu wadah dan dilakukan sebanyak 10
ulangan. Pada benih rekalsitran didapati berat rata-rata 100 biji benih pada satu
ulangan yaitu 738 gram dan pada benih ortodoks didapati berat rata-rata berat 100
biji benih yaitu 960.8 gram. Dari data yang kita dapatkan, bisa disimpulkan bahwa
biji rekalsitran lebih ringan daripada biji ortodoks, hal ini tentunya tidak sesuai
dengan beberapa teori yang menyatakan dimana seharusnya biji rekalsitran
memiliki kadar air yang lebih banyak. Dengan memiliki kadar air yang lebih banyak
dari biji ortodoks, seharusnya biji rekalsitran harus lebih berat daripada biji
ortodoks. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusdi dan Mursimin (2017) yang
menyatakan bahwa biji rekalsitran memiliki kandungan air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan biji ortodoks. Kandungan air yang tinggi pada biji rekalsitran
menyebabkan bobotnya menjadi lebih berat.
Pada perhitungan kadar air benih ortodoks dan rekalsitran, didapati data
berat segar benih rekalsitran 5 gram dan berat kering yaitu 3,64 gram. Pada benih
ortodoks didapati berat segar yaitu 14,34 gram dan berat kering 13,2 gram. Dari
hasil tersebut, didapatkan hasil bahwa benih segar lebih berat. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan Dewi (2015) yang menyatakan bahwa biji yang segar memiliki
kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang masih kering.
Karena kandungan air pada biji segar yang lebih tinggi, maka beratnya pun menjadi
lebih berat.
Benih adalah struktur reproduktif pada tumbuhan yang berfungsi untuk
mempertahankan dan menyebarluaskan spesies tersebut. Struktur benih terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu embrio, endosperma dan kulit biji. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ahmad (2014) yang menyatakan bahwa tiga bagian utama benih adalah
embrio merupakan calon tumbuhan baru yang terdiri dari plumula, radikula dan
kotiledon. Plumula dan radikula terletak di ujung atas dan bawah embrio,
sedangkan kotiledon berada di antara keduanya. Endosperma yaitu jaringan berisi
cadangan makanan yang akan digunakan oleh embrio selama perkecambahan.
Endosperma terbentuk dari sel-sel yang berada di sekitar inti biji dan biasanya
11
terdiri dari pati, protein, dan lemak. Kulit biji (perikarp) merupakan lapisan terluar
pada biji yang melindungi embrio dan endosperma dari kerusakan atau cedera
akibat kondisi lingkungan. Kulit biji terdiri dari beberapa lapisan seperti testa,
tegmen, dan hilum.
Setiap bagian benih memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup
benih, namun bagian yang paling memiliki banyak manfaat bagi benih adalah
endosperma. Endosperma, dalam botani, adalah bagian dari biji tumbuhan
berbunga yang merupakan hasil dari pembuahan berganda selain embrio.
Endosperma merupakan jaringan berisi cadangan makanan yang akan digunakan
oleh embrio selama perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diyah (2019)
yang menyatakan bahwa endosperma mengandung pati, protein, dan lemak yang
menjadi sumber energi dan nutrisi bagi embrio selama perkecambahan dan
pertumbuhan awal tanaman. Ketersediaan cadangan makanan yang cukup pada
endosperma sangat penting untuk memastikan keberhasilan perkecambahan benih
dan pertumbuhan awal tanaman yang sehat dan kuat.
Salah satu bagian utama kulit benih yaitu kulit ari (testa), kulit ari pada benih
sering digunakan sebagai karakteristik untuk mengidentifikasi jenis tanaman atau
benih tertentu, dan dapat memberikan petunjuk tentang kematangan dan kualitas
biji. Kulit ari merupakan bagian terluar dari biji yang melindungi biji dari kerusakan
dan serangan organisme pengganggu. Kulit ari terdiri dari beberapa lapisan, di
mana lapisan terluar biasanya keras dan keras, sedangkan lapisan dalamnya lebih
lembut dan sering mengandung serat atau sel-sel penyimpanan nutrisi. Selain
berfungsi untuk melindungi benih kulit ari juga memiliki fungsi lain, hal ini sesuai
dengan pernyataan Erlin (2016) yang menyatakan bahwa selain melindungi biji,
kulit ari pada benih juga berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar air, oksigen, dan
zat-zat lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan biji.
Berat benih dipengaruhi oleh kadar air pada benih. Kadar air benih adalah
persentase jumlah air yang terdapat di dalam benih pada saat pengukuran tertentu,
dibandingkan dengan berat kering benih pada saat yang sama. Kadar air benih
adalah faktor penting yang mempengaruhi kualitas benih dan mempengaruhi
keberhasilan pertumbuhan tanaman dari biji tersebut. Kadar air benih harus
seimbang, tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar air yang terlalu
12
rendah atau terlalu tinggi dapat berakibat buruk pada benih. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wulandari et al, (2015) yang menyatakan bahwa kadar air benih yang
terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan atau kematian benih, sementara
kadar air benih yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur, busuk,
atau pembusukan benih. Kadar air benih yang ideal bervariasi tergantung pada jenis
tanaman dan kondisi lingkungan, tetapi umumnya berkisar antara 5% hingga 15%.
Pengukuran kadar air benih harus dilakukan secara teratur selama masa
penyimpanan dan pemrosesan benih untuk memastikan kualitas dan keberhasilan
pertumbuhan tanaman yang optimal.
Berat benih adalah berat total dari biji atau benih tanaman yang diukur
dalam satuan tertentu, seperti gram atau ons. Berat benih adalah salah satu faktor
penting yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas benih, karena berat benih
dapat memberikan petunjuk tentang ukuran, ketebalan, dan kepadatan benih, serta
potensi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari biji tersebut. Berat benih
merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan suatu kualitas benih,
pada umumnya benih yang lebih besar atau lebih berat memiliki kualitas yang lebih
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryadi (2016) yang menyatakan bahwa
berat benih dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, kondisi lingkungan, dan
proses produksi benih. Benih dari tanaman yang sehat dan berkualitas biasanya
lebih berat dibandingkan dengan benih yang kurang sehat atau terkena penyakit
atau hama. Ukuran dan ketebalan benih juga dapat mempengaruhi berat benih,
karena benih yang lebih besar dan lebih padat biasanya memiliki berat yang lebih
besar.
Mutu benih, baik merupakan sifat fisik, sifat fisiologis serta patologis ikut
menentukan viabilitas dan vigor benih. Mutu benih juga ikut dalam menentukan
pertumbuhan tanaman dan produksinya di lapangan. Oleh karena itu analisis mutu
benih sangat penting dilakukan sebelum benih disebarkan kepada konsumen. Hal
ini sesuai dengan Kamil (2016) bahwa analisis kemurnian benih merupakan
komponen dasar dari kualitas suatu lot benih. Hasil analisis kemurnian akan
mengindikasikan apakah materi yang ada di dalam tempat benih (karung, gudang
dan lain-lain) merupakan benih yang sesuai dengan keterangan pada label kemasan
yang akan di berikan
13
Kesimpulan
1. Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan khusus sehingga
dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman.
2. Berat benih adalah berat total dari biji atau benih tanaman yang diukur dalam
satuan tertentu, seperti gram atau ons.
3. Dari data yang diperoleh pada benih rekalsitran didapati berat rata-rata 100
benih pada satu ulangan yaitu 738 gram dan pada benih ortodoks didapati berat
rata-rata berat 100 biji benih yaitu 960.8 gram.
4. Dari data, pada perhitungan kadar air didapati data berat segar benih rekalsitran
5 gram dan berat kering yaitu 3,64 gram.
5. Dari data, pada perhitungan kadar air didapati data berat segar benih 14,34
gram dan berat kering 13,2 gram.
Saran
Sebaiknya pada saat mengikuti praktikum, praktikan lebih teliti dalam
menimbang benih agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.
0
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad D. 2014. Tanaman Padi (Oryza sativa). Gontor Agrotech Science Journal,
6(3): 631-648.
Dewi U. 2017. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan. Laporan Akhir. Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Peternakan. Universitas Muhamadiyah Malang.
Diyah P. 2019. Struktur Benih dan Dormansi pada Benih Panggal Buaya (Olaceae)
dalam Kaitannya dengan Sifat-sifat Parasitisme. Jurnal IPB, 15(2): 66-74.
Sahrullah, Yakop U, Aji I. 2017. Pengaruh Ukuran Benih dan Lama Perendaman
Terhadap PertumbuhanTanaman Kemiri (Aleurites moluccana L.).
Program Studi Kehutanan. Universitas Mataram.