Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Teknologi Benih Medan, Maret 2023

MORFOLOGI BENIH

Dosen Penanggung Jawab :


Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP.

Oleh :
Muhammad Farhan Rangkuti 201201037
Agustinus Rolando Jogi 201201087
Alex Febrianto 201201089
Debora Rotua 201201104
Rikson A Silalahi 201201152
Angeli Triwany 201201209
Gian Siregar 201201214

BDH 6

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis memanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan ini dengan baik.
Laporan Praktikum Teknologi Benih yang berjudul “Morfologi Benih” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Teknologi Benih sebagai syarat
masuk praktikum di minggu yang akan datang pada Departemen Budidaya Hutan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Teknologi Benih Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut., MP. karena telah
memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis
mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki isi
laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.

Medan, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................................1
Tujuan ...................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...............................................................................................6
Alat dan Bahan .....................................................................................................6
Prosedur Praktikum ..............................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil......................................................................................................................8
Pembahasan ........................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................................13
Saran ...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
0

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Data Berat Benih Rekalsitran Mahoni (Swietenia mahagoni) ......................... 8
2. Data Berat Benih Ortodoks Sawo (Manilkara zapota) .................................... 8
3. Data Kadar Air Bersih Rekalsitran Mahoni (Swietenia mahagoni)................. 9
4. Data Kadar Air Bersih Ortodoks Sawo (Manilkara zapota) ........................... 9

iii
0

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Mahoni (Swietenia mahagoni) ......................................................................... 8
2. Sawo (Manilkara zapota)................................................................................. 8

iv
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit.
Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan yang terkekang. Biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia misalnya terbawa perantaraan binatang. Benih ialah biji
tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani,
memiliki fungsi agronomis. Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami
perlakukan khusus sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman.
Bibit yaitu benih/biji yang telah disemai sebelumnya yang akan ditanam ke
lahan/media tanam dan memenuhi persyaratan dalam budidaya tanaman. Termasuk
dalam kategori bibit yaitu hasil cangkokan, sambungan, okulasi, kultur jaringan dan
bibit hasil perbanyakan vegetatif lainnya (Sutopo, 2014).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan jagung. Pada epigeal hipokotillah
yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke
permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini misalnya terjadi pada kacang hijau dan
jarak. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk
memperkirakan kedalaman tanam (Morla et al., 2015).
Mutu benih, baik sifat fisik, fisiologis serta patologis ikut menentukan viabilitas
dan vigor benih. Mutu benih juga ikut menentukan pertumbuhan tanaman dan
produksinya di lapangan. Oleh karena itu analisis mutu benih sangat penting
dilakukan sebelum benih disebarkan kepada konsumen. Analisis kemurnian benih
merupakan komponen dasar dari kualitas suatu lot benih. Hasil analisis kemurnian
akan mengindikasikan apakah materi yang ada di dalam tempat benih (karung,
gudang dan lain-lain) merupakan benih yang sesuai dengan keterangan pada label
kemasan yang diberikan. Analisis kemurnian benih ini dilakukan pada sejumlah
2

sampel (contoh) di laboratorium. Pengujian kemurnian digunakan untuk


mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian dan identitas benih yang akan
mencerminkan komposisi lot benih (Kamil, 2016).
Kadar air di dalam benih berdasarkan keterikatannya dapat dibedakan atas
air yang terikat secara kimiawi dan air yang terikat secara fisik. Dalam praktek
teknologi benih hanya air yang terikat secara fisik yang dapat diukur dan air ini
pulalah yang menguap atau terlepas saat benih dikeringkan. Ada berbagai metode
yang dapat digunakan untuk menentukan kadar air dari suatu benih. Bermacam-
macam alat pengukur kadar air benih secara otomatis telah berhasil diciptakan dan
banyak digunakan dalam praktek sehari-hari seperti Universal Moisture Tester,
Burrow Moisture Recorder, dan Digital Moisture Teste. Sedangkan untuk
pengujian-pangujian yang lebih teliti dilaboratorium metode oven lebih banyak
digunakan (Rahmi et al., 2018).
Viabilitas adalah kemampuan benih untuk berkecambah pada kondisi yang
optimal. Uji viabilitas dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penggunaan tetrazolium pada uji Tz merupakan salah satu uji viabilitas benih secara
kualitatif. Benih yang viabel merupakan benih yang menunjukkan pewarnaan pada
jaringan-jaringan yang nanti akan berkembang menjadi kecambah normal. Adapun
pengujian viabilitas benih secara kuantitatif menggunakan persentase
perkecambahan benih sebagai tolok ukurnya. Standard Germination Test (SGT)
atau uji kecambah baku sering juga diartikan sebagai uji daya berkecambah yang
ditujukan untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah pada kondisi
lingkungan yang menguntungkan. Yang penting dalam uji daya berkecambah benih
adalah memberi peluang sebesar-besarnya bagi masing-masing individu benih
untuk berkecambah dalam kondisi yang menguntungkan. Oleh sebab itu media
perkecambahan haruslah dalam kondisi yang menguntungkan bagi benih yang
dikecambahkan (Widayati, 2014).

Tujuan
Tujuan Praktikum Teknologi Benih yang berjudul “Morfologi Benih”
adalah untuk praktikan dapat mengetahui struktur benih, berat benih dan
mengetahui perbedaan benih ortodoks dan benih rekalsitrans serta dapat
menghitung berat benih.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan khusus


sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Bibit yaitu
benih/biji yang telah disemai sebelumnya yang akan ditanam ke lahan/media tanam
dan memenuhi persyaratan dalam budidaya tanaman. Termasuk dalam kategori
bibit yaitu hasil cangkokan, sambungan, okulasi, kultur jaringan dan bibit hasil
perbanyakan vegetatif lainnya. Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Untuk mendapatkan benih yang baik, sebelum disimpan biji harus benar-benar
masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Karena selama masa
penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal tersebut, yang
tidak dapat dihentikan lajunya. Kelembaban lingkungan yang tinggi merupakan
lingkungan yang cocok bagi organisme perusak misalnya jamur, dengan demikian
benih akan banyak mengalami kerusakan (Dewi, 2017).
Bagian-bagian biji terdiri dari 3 bagian dasar embrio, Jaringan penyimpan
cadangan makanan dan pelindung biji. Embrio adalah suatu tanaman baru yang
terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses
pembuahan. Embrio yang berkembangnya sempurna terdiri dari struktur-struktur
sebagai berikut : a. Epikotil (calon pucuk); b. Hipokotil (calon batang); c. Kotiledon
(calon daun); d. Radikula (calon akar). Struktur biji yang dapat berfungsi sebagai
jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu kotiledon, misalnya pada kacang-
kacangan, semangka dan labu. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan
golongan serelia lainnya. Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna putih dan
dapat dimakan merupakan endospermnya (Kurniati et al., 2017).
Kingdom plantae mempunyai dua kelas tumbuhan berbiji, yaitu
angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup) dan gymnospermae (tumbuhan berbiji
terbuka). Angiospermae terdiri dari dua subkelas yaitu monokotil dan dikotil yang
masing-masing memiliki perbedaan pada struktur dan morfologi benih.
Pengetahuan tentang struktur benih masing-masing subkelas tanaman tersebut akan
4

memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan kedua struktur tersebut. Biji
tanaman dikotil seperti kacang-kacangan, apabila terbelah menjadi dua, akan
didapatkan struktur biji yang terdiri atas plumula, hipokotil, radikula,kotiledon dan
embrio. Sedangkan struktur biji tanaman monokotil, seperti jagung terdiri atas
koleoptil, plumula, radikula, koleoriza, skutelum dan endosperma. Benih
mengandung tanaman mini yang dilengkapi struktur dan bagian-bagianyang sesuai
dengan peranannya sebagai unit penyebaran atau perbanyakan. Disamping itu
dilengkapi pula dengan cadangan makanan yang mendukung pertumbuhan tanaman
muda sampai tanaman dewasa dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sebagai
organisme autotropik (Sekarindhar et al., 2017).
Benih pohon hutan memiliki berat, warna dan ukuran yang sangat
bervariasi. Ukuran benih berkorelasi positif terhadap vigor benih. Benih yang relatif
berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik. Benih yang berukuran besar dan
berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang
berukuran kecil dan diduga bahwa ukuran embrionya juga lebih besar. Kandungan
yang tersimpan dalam biji yaitu karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-
bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
proses perkecambahan berlangsung benih berukuran besar dan sedang (14,0-19,9
mm) memiliki korelasi terhadap kecepatan berkecambah. Hal ini sebagai gambaran
kemampuan benih untuk berkecambah, vigor benih, dan pertumbuhan tinggi bibit
yang baik. Ukuran benih memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit,
ukuran benih besar dan sedang memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baik
dibandingkan dengan ukuran benih yang kecil. Benih yang berukuran besar dan
paling berat memiliki nilai persentase kecambah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan benih berukuran sedang dan ringan (Wulandari et al., 2015).
Pengadaan benih untuk meningkatkan keberhasilan penanaman
memerlukan benih dalam jumlah dan mutu yang baik. Permasalahan yang
terkadang muncul dalam rangka pengadaan benih adalah menentukan cara seleksi
benih yang memiliki mutu fisiologis yang tinggi, salah satunya berhubungan
dengan ukuran benih. Benih berukuran besar memberikan keuntungan dilihat dari
mutu fisiologis kerena persediaan cadangan makanan yang lebih mencukupi
untuk perkecambahan. Untuk jenis-jenis tertentu benih besar mempunyai kualitas
5

yang lebih baik daripada benih kecil, namun pada jenis tertentu ukuran benih tidak
berpengaruh signifikan terhadap viabilitas dan vigor benih. Benih yang berukuran
besar menghasilan bibit yang pertumbuhannya lebih cepat daripada benih kecil
walaupun diameter pangkal batangnya dan bibit tersebut tidak berbeda nyata,
diduga karena benih besar mempunyai embrio dan cadangan makanan yang lebih
besar sehingga pertumbuhannya lebih cepat. Sifat ini berlanjut sampai tanaman
berumur satu tahun di lapangan (Suita et al., 2013).
Benih yang memiliki kulit luar yang tebal dan keras pada umumnya proses
perkecambahannya lama. Benih yang demikian digolongkan sebagai benih yang
memiliki sifat dorman. Dormansi benih sering menjadi hambatan dalam proses
perkecambahan untuk penyediaan bibit siap tanam. Dormansi benih merupakan
kondisi gagalnya perkecambahan benih meskipun berada pada kondisi lingkungan
yang mendukung. Dormansi benih disebabkan oleh tingginya kadar asam absisat
pada kotiledon, tingginya kadar lignin kulit benih dan kerasnya kulit benih. Ukuran
benih berkorelasi dengan vigor. Benih yang relatif berat lebih dipilih karena
umumnya berhubungan dengan perkecambahan. Begitu juga untuk spesies tertentu,
benih besar mempunyai kualitas yang lebih baik daripada benih kecil. Berdasarkan
beberapa penelitian, untuk jenis-jenis tertentu benih besar mempunyai kualitas yang
lebih baik daripada benih kecil, namun kondisi tersebut tidak berlaku umum karena
pada kondisi tertentu ukuran benih tidak berpengaruh nyata terhadap vibialitas dan
vigor bibit (Rahmi et al., 2018).
Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu berproduksi normal pada
kondisi sub optimum dan di atas kondisi normal, memiliki kemampuan tumbuh
serempak dan cepat, serta lebih tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak
ideal. kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh benih karena
benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang
suboptimal. Salah satu parameter viabilitas benih adalah vigor. Vigor merupakan
kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi sub
optimum. Peubah vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor
benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan,
keserempakan tumbuh. Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolak ukur
pada daya hantar listrik (Sahrullah et al., 2017).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi Benih yang berjudul “Morfologi Benih” dilaksanakan
pada hari Senin, 28 Februari 2022 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai.
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau, timbangan
digital, oven, wadah, dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih Sawo
(Manilkara zapota), benih Mahoni (Swietenia mahagoni), arang, cocopeat, plastik
ziplock, dan buku data.

Prosedur Praktikum
A. Struktur Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan benih ortodoks dan rekalsitran masing-masing 5 benih
3. Dipotong benih secara melintang dan membujur
4. Diamati benih yang sudah dipotong
5. Digambar benih yang dipotong ke dalam buku data
B. Penyimpanan Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan 25 benih rekalsitran
3. Disiapkan media penyimpanan benih, yaitu 100% arang, 100% cocopit, dan
campuran 50% arang dan 50% cocopeat di dalam plastik ziplock.
4. Dimasukkan benih ke dalam masing-masing media yang disiapkan
5. Disimpan benih selama 2 minggu
C. Kadar Air Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan benih ortodoks dan rekalsitran masing-masing 15 benih
7

3. Dimasukkan masing-masing 5 benih ortodoks dan rekalsitran kedalam 6


wadah
4. Ditimbang benih dan ditulis beratnya di buku data
5. Setelah ditimbang, dipotong kecil-kecil benih dengan menggunakan pisau
6. Dimasukkan benih ke dalam oven bersuhu 103C selama 17 jam
7. Dikeluarkan benih dari dalam oven lalu timbang kembali benih
8. Ditulis hasil timbangan benih ke dalam buku data
D. Berat Benih
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Disiapkan benih ortodoks dan rekalsitran masing-masing 100 benih
3. Ditimbang 10 benih di dalam wadah dan lakukan 10 kali pengulangan
4. Ditulis hasil timbangan benih ke dalam buku data
5. Dihitung rata-rata berat benih dan tulis hasilnya di buku data
8

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari Praktikum Teknologi Benih yang berjudul
“Morfologi Benih” adalah sebagai berikut:
1. Gambar Struktur Benih Rekalsitran dan Ortodoks

Gambar 1. Mahoni (Swietenia mahagoni) Gambar 2. Sawo (Manilkara zapota)


Tabel 1. Data Berat Benih Rekalsitran Mahoni (Swietenia mahagoni)
No Ulangan Berat benih Berat benih x 100
1 P1 7.70 770
2 P2 6.75 675
3 P3 6.79 679
4 P4 7.10 710
5 P5 7.62 762
6 P6 7.54 754
7 P7 7.83 783
8 P8 7.87 787
9 P9 7.36 736
10 P10 7.24 724
Rata-Rata 7.38 738

Tabel 2. Data Berat Benih Ortodoks Sawo (Manilkara zapota)


No Ulangan Berat benih Berat benih x 100
1 P1 9.17 917
2 P2 9.88 988
3 P3 9.26 926
4 P4 9.54 954
5 P5 10.06 1006
6 P6 9.69 969
7 P7 9.73 973
8 P8 9.47 947
9 P9 9.74 974
10 P10 9.54 954
Rata-Rata 9.608 960.8
9

• Koefisien Varian (Mahoni)


10 𝑥 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= 2,85 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ
10 𝑥 1,12 11,2
= 2,85 𝑥 738 = 2103,3 = 0,0053

• Jumlah Benih Perkilo (Mahoni)


1.000.000
= 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑖𝑙𝑜
1.000.000
= = 1355,01/kg
738

• Koefisien Varian (Sawo)


10 𝑥 𝑏𝑒𝑑𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
= 2,85 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑖ℎ
10 𝑥 0,89 8,9
=2,85 𝑥 960,8 = 2738,2 = 0,0032

• Jumlah Benih/kg (Sawo)


1.000.000
=𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑖𝑙𝑜
1.000.000
= = 1.040/kg
960,8

Tabel 3. Data Kadar Air Bersih Rekalsitran Mahoni (Swietenia Mahagoni)


No Ulangan Berat Segar Berat Kering
1 P1 1.50 1.09
2 P2 1.61 1.25
3 P3 1.89 1.3
Jumlah 5 3.64

Tabel 4. Data Kadar Air Bersih Ortodoks Sawo (Manilkara Zapota)


No Ulangan Berat Segar Berat Kering
1 P1 4.51 4.14
2 P2 4.75 4.45
3 P3 5.08 4.61
Jumlah 14.34 13.2

• Kadar Air (Mahoni)


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟
14,34−13,2
= 𝑋100 = 7,95
14,34

• Kadar Air (Sawo)


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟
5−3,64
= 𝑥100 = 27,2
5
10

Pembahasan
Pada praktikum berat benih, kami menggunakan benih sawo (ortodoks) dan
benih mahoni (rekalsitran). Pengukuran berat benih dilakukan dengan cara
ditimbang dan benih dimasukkan dalam suatu wadah dan dilakukan sebanyak 10
ulangan. Pada benih rekalsitran didapati berat rata-rata 100 biji benih pada satu
ulangan yaitu 738 gram dan pada benih ortodoks didapati berat rata-rata berat 100
biji benih yaitu 960.8 gram. Dari data yang kita dapatkan, bisa disimpulkan bahwa
biji rekalsitran lebih ringan daripada biji ortodoks, hal ini tentunya tidak sesuai
dengan beberapa teori yang menyatakan dimana seharusnya biji rekalsitran
memiliki kadar air yang lebih banyak. Dengan memiliki kadar air yang lebih banyak
dari biji ortodoks, seharusnya biji rekalsitran harus lebih berat daripada biji
ortodoks. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusdi dan Mursimin (2017) yang
menyatakan bahwa biji rekalsitran memiliki kandungan air yang lebih tinggi
dibandingkan dengan biji ortodoks. Kandungan air yang tinggi pada biji rekalsitran
menyebabkan bobotnya menjadi lebih berat.
Pada perhitungan kadar air benih ortodoks dan rekalsitran, didapati data
berat segar benih rekalsitran 5 gram dan berat kering yaitu 3,64 gram. Pada benih
ortodoks didapati berat segar yaitu 14,34 gram dan berat kering 13,2 gram. Dari
hasil tersebut, didapatkan hasil bahwa benih segar lebih berat. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan Dewi (2015) yang menyatakan bahwa biji yang segar memiliki
kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang masih kering.
Karena kandungan air pada biji segar yang lebih tinggi, maka beratnya pun menjadi
lebih berat.
Benih adalah struktur reproduktif pada tumbuhan yang berfungsi untuk
mempertahankan dan menyebarluaskan spesies tersebut. Struktur benih terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu embrio, endosperma dan kulit biji. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ahmad (2014) yang menyatakan bahwa tiga bagian utama benih adalah
embrio merupakan calon tumbuhan baru yang terdiri dari plumula, radikula dan
kotiledon. Plumula dan radikula terletak di ujung atas dan bawah embrio,
sedangkan kotiledon berada di antara keduanya. Endosperma yaitu jaringan berisi
cadangan makanan yang akan digunakan oleh embrio selama perkecambahan.
Endosperma terbentuk dari sel-sel yang berada di sekitar inti biji dan biasanya
11

terdiri dari pati, protein, dan lemak. Kulit biji (perikarp) merupakan lapisan terluar
pada biji yang melindungi embrio dan endosperma dari kerusakan atau cedera
akibat kondisi lingkungan. Kulit biji terdiri dari beberapa lapisan seperti testa,
tegmen, dan hilum.
Setiap bagian benih memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup
benih, namun bagian yang paling memiliki banyak manfaat bagi benih adalah
endosperma. Endosperma, dalam botani, adalah bagian dari biji tumbuhan
berbunga yang merupakan hasil dari pembuahan berganda selain embrio.
Endosperma merupakan jaringan berisi cadangan makanan yang akan digunakan
oleh embrio selama perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diyah (2019)
yang menyatakan bahwa endosperma mengandung pati, protein, dan lemak yang
menjadi sumber energi dan nutrisi bagi embrio selama perkecambahan dan
pertumbuhan awal tanaman. Ketersediaan cadangan makanan yang cukup pada
endosperma sangat penting untuk memastikan keberhasilan perkecambahan benih
dan pertumbuhan awal tanaman yang sehat dan kuat.
Salah satu bagian utama kulit benih yaitu kulit ari (testa), kulit ari pada benih
sering digunakan sebagai karakteristik untuk mengidentifikasi jenis tanaman atau
benih tertentu, dan dapat memberikan petunjuk tentang kematangan dan kualitas
biji. Kulit ari merupakan bagian terluar dari biji yang melindungi biji dari kerusakan
dan serangan organisme pengganggu. Kulit ari terdiri dari beberapa lapisan, di
mana lapisan terluar biasanya keras dan keras, sedangkan lapisan dalamnya lebih
lembut dan sering mengandung serat atau sel-sel penyimpanan nutrisi. Selain
berfungsi untuk melindungi benih kulit ari juga memiliki fungsi lain, hal ini sesuai
dengan pernyataan Erlin (2016) yang menyatakan bahwa selain melindungi biji,
kulit ari pada benih juga berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar air, oksigen, dan
zat-zat lain yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan biji.
Berat benih dipengaruhi oleh kadar air pada benih. Kadar air benih adalah
persentase jumlah air yang terdapat di dalam benih pada saat pengukuran tertentu,
dibandingkan dengan berat kering benih pada saat yang sama. Kadar air benih
adalah faktor penting yang mempengaruhi kualitas benih dan mempengaruhi
keberhasilan pertumbuhan tanaman dari biji tersebut. Kadar air benih harus
seimbang, tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar air yang terlalu
12

rendah atau terlalu tinggi dapat berakibat buruk pada benih. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wulandari et al, (2015) yang menyatakan bahwa kadar air benih yang
terlalu rendah dapat mengakibatkan kerusakan atau kematian benih, sementara
kadar air benih yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur, busuk,
atau pembusukan benih. Kadar air benih yang ideal bervariasi tergantung pada jenis
tanaman dan kondisi lingkungan, tetapi umumnya berkisar antara 5% hingga 15%.
Pengukuran kadar air benih harus dilakukan secara teratur selama masa
penyimpanan dan pemrosesan benih untuk memastikan kualitas dan keberhasilan
pertumbuhan tanaman yang optimal.
Berat benih adalah berat total dari biji atau benih tanaman yang diukur
dalam satuan tertentu, seperti gram atau ons. Berat benih adalah salah satu faktor
penting yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas benih, karena berat benih
dapat memberikan petunjuk tentang ukuran, ketebalan, dan kepadatan benih, serta
potensi pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari biji tersebut. Berat benih
merupakan salah satu hal yang penting untuk menentukan suatu kualitas benih,
pada umumnya benih yang lebih besar atau lebih berat memiliki kualitas yang lebih
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haryadi (2016) yang menyatakan bahwa
berat benih dapat bervariasi tergantung pada jenis tanaman, kondisi lingkungan, dan
proses produksi benih. Benih dari tanaman yang sehat dan berkualitas biasanya
lebih berat dibandingkan dengan benih yang kurang sehat atau terkena penyakit
atau hama. Ukuran dan ketebalan benih juga dapat mempengaruhi berat benih,
karena benih yang lebih besar dan lebih padat biasanya memiliki berat yang lebih
besar.
Mutu benih, baik merupakan sifat fisik, sifat fisiologis serta patologis ikut
menentukan viabilitas dan vigor benih. Mutu benih juga ikut dalam menentukan
pertumbuhan tanaman dan produksinya di lapangan. Oleh karena itu analisis mutu
benih sangat penting dilakukan sebelum benih disebarkan kepada konsumen. Hal
ini sesuai dengan Kamil (2016) bahwa analisis kemurnian benih merupakan
komponen dasar dari kualitas suatu lot benih. Hasil analisis kemurnian akan
mengindikasikan apakah materi yang ada di dalam tempat benih (karung, gudang
dan lain-lain) merupakan benih yang sesuai dengan keterangan pada label kemasan
yang akan di berikan
13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan khusus sehingga
dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman.
2. Berat benih adalah berat total dari biji atau benih tanaman yang diukur dalam
satuan tertentu, seperti gram atau ons.
3. Dari data yang diperoleh pada benih rekalsitran didapati berat rata-rata 100
benih pada satu ulangan yaitu 738 gram dan pada benih ortodoks didapati berat
rata-rata berat 100 biji benih yaitu 960.8 gram.
4. Dari data, pada perhitungan kadar air didapati data berat segar benih rekalsitran
5 gram dan berat kering yaitu 3,64 gram.
5. Dari data, pada perhitungan kadar air didapati data berat segar benih 14,34
gram dan berat kering 13,2 gram.

Saran
Sebaiknya pada saat mengikuti praktikum, praktikan lebih teliti dalam
menimbang benih agar tidak terjadi kesalahan dalam perhitungan.
0

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D. 2014. Tanaman Padi (Oryza sativa). Gontor Agrotech Science Journal,
6(3): 631-648.

Dewi U. 2017. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan. Laporan Akhir. Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Peternakan. Universitas Muhamadiyah Malang.

Diyah P. 2019. Struktur Benih dan Dormansi pada Benih Panggal Buaya (Olaceae)
dalam Kaitannya dengan Sifat-sifat Parasitisme. Jurnal IPB, 15(2): 66-74.

Erlin R. 2016. Karakter Morfologi dan Pola Perkecambahan Biji Strombosia


javanica. Jurnal Berita Biologi, 4(5): 235-240.

Haryadi. 2016. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan Benih Gmelina


arborea. Jurnal Nusa Sylva. 6(1): 10-16.

Kurniati A. 2017. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan. Laporan Akhir.


Jurusan Agroteknologi, Fakultas Peternakan. Universitas Muhamadiyah
Malang.

Sahrullah, Yakop U, Aji I. 2017. Pengaruh Ukuran Benih dan Lama Perendaman
Terhadap PertumbuhanTanaman Kemiri (Aleurites moluccana L.).
Program Studi Kehutanan. Universitas Mataram.

Sekarindhar D. 2017. Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan. Laporan Akhir.


Jurusan Agroteknologi, Fakultas Peternakan. Universitas Muhammadiyah
Malang.

Suita E, Megawati. 2013. Pengaruh Ukuran Benih Terhadap Perkecambahan dan


Pertumbuhan Bibit Mindi (Melia azedarach). Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 6(1): 1-8.

Windi W, Bintoro A, Duryat. 2015. Pengaruh Ukuran Berat Benih Terhadap


Perkecambahan Benih Merbau Darat (Intsia palembanica). Jurnal Sylva
Lestari, 3(2): 79-88.

Wulandari W, Afif B, Duryat. 2015. Pengaruh Ukuran Berat Benih Terhadap


Perkecambahan Benih Merbau Darat. Jurnal Sylva Lestari, 3(2): 79-88.

Anda mungkin juga menyukai