Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PRODUKSI DAN PENYIMPANAN BENIH

PENGUJIAN KESEHATAN BENIH






Oleh:




Disusun Oleh:
Desi Arista H0711030
Eka Miftakhul J H0711036
Eko Eri S H0711037
Fitriana Rahmawati H0711043
Galuh Novikah WU H0711044
Himawan Joko R H0711048





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benih merupakan faktor penting dalam meningkatkan keragaman dan
produksi tanaman. Benih berperan penting dalam menghasilkan tanaman yang
memiliki kualitas tinggi. Keberadaan benih juga sangat penting dalam
meningkatkan plasma nutfah untuk kepentingan pemuliaan tanaman. Benih
merupakan bahan tanam yang berasal dari pembiakkan secara generatif atau
juga disebut sebagai hasil dari persilangan. Proses budidaya, benih merupakan
faktor utama dalam produksi, tanpa benih proses budidaya tidak akan berjalan.
Proses budidaya tanaman akan dapat menghasilkan tanaman yang
berkualitas bila dalam proses budidaya tersebut menggunakan benih yang
berkualitas dan sehat. Benih yang sehat memiliki arti bahwa benih tersebut
bebas dari kontaminasi mikroba yang merugikan dimana nantinya dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan benih.
Banyaknya jenis penyakit tanaman penting yang merugikan berasal dari
benih yang telah terinfeksi sebelumnya yang menjadi sumber infeksi di lahan
pertanaman. Benih yang terinfeksi patogen dapat merupakan sumber patogen
penting di lahan pertanaman. Penularan penyakit dari benih ke kecambah
menyebabkan terjadinya infeksi primer dan merupakan sumber infeksi untuk
tanaman sekitarnya. Patogen yang terbawa benih mempunyai arti penting jika
ia berhasil menular ke tanaman yang berasal dari benih itu sendiri atau ke
tanaman sekitarnya.
Banyak patogen yang terbawa oleh benih bersifat fatogenetik. Penyakit
yang ditimbulkan oleh patogen tersebut dapat menyerang benih, kecambah,
tanaman muda maupun tanaman dewasa. Dari berbagai jenis patogen terbawa
benih, patogen dari golongan fungi telah dilaporkan mencapai jumlah kasus
yang paling banyak. Propagul patogen dapat terbawa benih dengan berbagai
cara yaitu pada permukaan benih, di dalam jaringan, dan bersama benih
dimana tidak terjadi hunbungan erat antara propagul dan permukaan benih.
Untuk mendapatkan benih yang bebas kontaminasi patogen maka perlu
dilakukan pengujian kesehatan benih. Pentingnya uji kesehatan benih
dilakukan karena penyakit yang disebabkan oleh keberadaan patogen pada
benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih dengan
demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil. Benih dapat menjadi
pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana hama dan
penyakit itu tidak ada sebelumnya. Pengujian kesehatan benih akan
mendeteksi dan dapat mengurangi kontaminasi patogen pada benih tersebut
sehingga dapat mengurangi resiko penurunan hasil produksi tanaman.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi dan karakteristik benih yang sehat.
2. Mengetahui adanya patogen yang dapat menginfeksi benih.
3. Mengetahui cara-cara pengujian kesehatan benih.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Benih
Kesehatan benih terutama ditandai oleh ada tidaknya penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus dan
penyakit yang disebabkan oleh hewan seperti cacing dan serangga, atau secara
fisiologis karena adanya kekurangan unsur mikro. Kebanyakan patogen yang
terbawa benih menjadi aktif segera setelah benih disebar atau disemaikan.
Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi damping off sebelum atau
sesudah benih berkecambah.
Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik
berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Patogen adalah suatu
kesatuan hidup yang dapat menyebabkan penyakit sedangkan patogenisitas
adalah kemampuan relatif dari suatu patogen untuk menyebabkan penyakit.
Penyakit yang ditimbulkannya kemungkinan dapat terjadi pada kecambah,
tanaman muda ataupun tanaman yang telah dewasa. Semua golongan patogen
seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda dapat terbawa oleh benih. Hal
ini dapat terjadi karena benihnya telah terinfeksi atau kerena kontaminasi pada
permukaan benih.
Terdapat beberapa pengaruh penyakit terbawa benih antara lain:
1. Penyakit terbawa benih berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung
terhadap kualitas benih komersial.
2. Patogen terbawa benih tanaman telah mengintroduksi penyakit ke
pertanaman baru sehingga menyebabkan kehilangan hasil dan menurunkan
kualitas produksi.
3. Menurunkan daya tumbuh benih di lapang.
4. Penyakit terbawa benih juga berdampak pada pengujian mutu benih
dilaboratorium seperti rendahnya daya berkecambah benih akibat infeksi
benih maupun kecambah selama masa pengujian.
5. Patogen terbawa benih juga dapat menurunkan kualitas benih selama masa
penyimpanan.
Berdasarkan masa hidup, benih dapat dibedakan atas benih orthodoks
dan rekalsitran. Pada umumnya benih tanaman perkebunan untuk komoditas
unggulan tergolong rekalsitran antara lain kakao, karet, kelapa dalam, pala dan
cengkeh. Benih orthodoks mempunyai masa hidup yang panjang, dapat
dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa mengalami kerusakan dan juga toleran
pada suhu rendah. Sedangkan benih rekalsitran tidak dapat dikeringkan hingga
di bawah kadar air 30% tanpa mengalami kerusakan dan tidak toleran pada
suhu rendah. Benih rekalsitran mempunyai masa hidup yang singkat dan sukar
untuk disimpan sebab kadar airnya tinggi sehingga mudah terkontaminasi
mikrobia dan lebih cepat mengalami kemunduran. Apabila disimpan pada
suhu di bawah nol akan menyebabkan terbentuknya kristal es yang dapat
merusak membran sel dan terjadinya pembekuan. Dalam Sukarman dan
Hasanah (2003) menyebutkan bahwa pada kadar air 18-40% benih telah
mencapai masak fisiologis, laju respirasi tinggi serta benih peka terhadap
deteriorasi, cendawan, hama dan kerusakan mekanis. Sehingga dengan
demikian pada tanaman perlu adanya pengujian kesehatan untuk mendapatkan
bibit bermutu tinggi.
Pengujian kesehatan benih adalah melihat kesehatan benih secara
seksama, apakah benih tersebut mengandung patogen yang menyebabkan
benih terjadi penyimpangan atau perubahan dari keadaan normal yang
menyebabkan benih tersebut tidak bisa melakukan fungsinya secara normal
sebagai bahan perbanyakan tanaman. Benih bermutu dengan kualitas yang
tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga
kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai
di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk menjaga kualitas benih
tersebut, maka peranan pengujian benih menjadi sangat penting dan harus
dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih
maupun pada tingkat petani.
B. Uji Kesehatan Benih
Menurut ISTA (2010) Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk
mengetahui status kesehatan dari suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu
dilakukan karena banyak mikroorganisme terbawa benih yang bersifat
patogenik. Patogen yang terbawa oleh benih dapat berupa cendawan, bakteri,
virus dan nematode.
Metode pengujian kesehatan benih yang digunakan tergantung pada
jenis benih, jenis patogen yang mungkin terbawa benih dan tujuan pengujian.
Penentuan metode tersebut dimaksudkan agar deteksi dan identifikasi patogen
terbawa benih dapat dilakukan dengan mudah dan akurat. Hal tersebut berarti
pengujian untuk suatu contoh benih dapat digunakan lebih dari satu metode
pengujian kesehatan benih.
Patogen yang terbawa oleh benih dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa golongan yaitu :
a. Cendawan
Merupakan patogen yang paling banyak terbawa dan menginfeksi
benih. Patogen ini memiliki kasus terbanyak dalam penginfeksian
terhadap benih.
b. Bakteri
Bakteri yang menginfeksi benih biasanya sangat tahan terhadap
kekeringan. Bakteri ini dapat menyebabkan bercak-bercak di permukaan
kulit benih. Bakteri yang ditularkan melalui benih adalah tergolong dalam
jenis Cory-nebacterium, Pseudomonas, dan Xanthomonas.
c. Virus
Virus yang menginfeksi benih biasanya ditularkan oleh tanaman
induk. Dengan demikian virus tersebut terdapat dalam jaringan benih.
Meskipun demikian seringkali tedapat virus yang terdapat pada permukaan
benih.
d. Nematoda
Nematoda tercampur ke dalam benih bersama-sama dengan kotoran
yang ikut terbawa pada waktu benih tersebut menjalani prosessing.
Menurut Sutopo (2002) pentingnya uji kesehatan benih dilakukan adalah
karena penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan
pertumbuhan benih dengan demikian merugikan kualitas dan kuantitas hasil,
benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain
dimana hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya. Sehingga baik
cendawan, bakteri, virus dan serangga (hama lapang dan gudang) yang semula
dari infeksi yang terbawa oleh benih dapat merusak tanaman, dengan
dilakukan uji kesehatan benih patogen akan terdeteksi dan dapat mengurangi
penyakit pada benih tersebut.
Patogen yang menginfeksi benih dapat menyebabkan benih menjadi:
a. Berubah secara fisik dan kimiawi
b. Berkecambah secara abnormal
c. Tidak dapat berkecambah
d. Kecambahnya tidak mampu muncul kepermukaan lahan
e. Hasil pengujian viabilitas kecambahnya jadi terpengaruh
Pengujian kesehatan benih berdasarkan pada patogen yang menginfeksi
meliputi:
1. Pengujian Cendawan
Infeksi cendawan pada benih dapat menyebabkan kehilangan
viabilitas, peningkatan asam lemak bebas, penurunan kadar gula,
menimbulkan bau tidak enak dan perubahan warna (Justice et al. 2002).
Cendawan terbawa benih dapat menimbulkan penyakit pada tanaman
sebelum benih berkecambah, pada waktu tanaman masih muda atau
menjelang berbunga atau berbuah. Selain dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman itu sendiri, cendawan dapat pula menjadi sumber infeksi
untuk tanaman lain. Cendawan dapat mempertahankan diri di lapang
misalnya pada sisa tanaman dan gulma. Pada keadaan ini cendawan
tersebut akan menjadi sumber inokulum. Meskipun pada saat penanaman
menggunakan benih yang sehat, tanaman akan tetap terserang penyakit.
Cendawan terbawa benih dapat bertahan lama di lapang (Sugiharso et al.
1980). Informasi tentang asosiasi cendawan pada benih serta peran dari
masing-masing cendawan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bibit dan
tanaman sehat di lapang.

Terdapat beberapa teknik dalam pengujian Cendawan :
a. Teknik inkubasi cendawan dengan metode blotter test (Metode kertas
saring)
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit
kemudian dibilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan
dikeringkan dengan tissue steril. Kemudian benih disusun pada
petridish yang telah dilapisi kertas saring steril. Petridish diletakkan di
ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet) dengan 12
jam gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari pertumbuhan
cendawan diamati dengan menggunakan compound mikroskop.
b. Teknik inkubasi cendawan dengan metode agar test
Benih disterilkan dengan natrium hipoklorit 1% selama 1 menit
kemudian dibilas dengan aquadest steril sebanyak 3 kali dan
dikeringkan dengan tissue steril. Untuk benih besar, benih dipotong
terlebih dahulu sedangkan untuk benih kecil langsung ditanam pada
media agar (PDA) yang telah disiapkan di petridish. Petridish
diletakkan di ruang inkubasi dibawah lampu NUV (Near Ultra Violet)
dengan 12 jam gelap dan 12 jam terang selama 7 hari. Setelah 7 hari
pertumbuhan cendawan diamati dengan menggunakan compound
mikroskop.
2. Pengujian Bakteri
Pada pengujian bakteri patogen terbawa benih hal yang perlu
diperhatikan adalah kesterilan media tumbuh dan ruang kerja. Penggunaan
media yang tidak steril atau ruang kerja tidak steril kemungkinan besar
akan terjadi kontaminasi sehingga akan menyulitkan dalam
mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada benih tersebut. Langkah-
langkah pelaksanaan pengujian kesehatan benih untuk bakteri terbawa
benih meliputi:
a. Persiapan Media Agar (NA, YDC, MS dan KingB)
1) Persiapan media agar dalam cawan Petri (untuk pengamatan isolat)
2) Persiapan media agar dalam tabung reaksi (untuk koleksi bakteri)
3) Sterilisasi alat dan bahan
b. Ekstraksi Bakteri dari Benih
Tujuan ekstraksi bakteri adalah untuk mengeluarkan bakteri dari
dalam atau yang berada pada benih, sehingga dapat diisolasi pada
media yang sesuai. Adapun cara-cara ekstraksi:
a) Metode penghancuran benih
b) Metode perendaman benih yang masih utuh dalam air
c) Ekstraksi bakteri dengan menabur benih langsung pada media agar
(Direct planting)
c. Pengujian Karakter Fisiologi Bakteri Terbawa Benih (Balai Besar
PPMBTPH)
d. Reaksi Gram (Uji KOH)
Uji ini dilakukan untuk membedakan antara bakteri yang bersifat gram
positif dengan gram negatif.
a) Mencampurkan satu lup bakteri dengan 2 tetes larutan KOH 3%
b) Amati
Catatan:
Apabila terbentuk lendir setelah diaduk dengan jarum ose
berarti bakteri tersebut bersifat gram negatif. Sebaliknya apabila
tidak terbentuk lendir berarti bakteri bersifat gram positif.
e. Uji Katalase
1. Teteskan larutan H2O2 3% pada gelas obyek
2. Mengambil satu lup bakteri yang berumur 48 jam
3. Dari media NA dan campurkan pada larutan H2O2 3%
4. Amati
Catatan: Adanya gelembung-gelembung gas (oksigen) menunjukkan
reaksi yang positif, berarti organism yang bersangkutan
menghasilkan enzim katalase yang mengubah air dan oksigen.
f. Uji Oksidase Kovacs
1. Kertas filter ditetesi dengan 1% (w/v) larutan
2. Tetramethyl-p-phenylenediamine yang baru dibuat
3. Bakteri digoreskan pada kertas filter
4. Amati setelah 10 detik
Catatan: Apabila kertas filter berubah warna sebelum 10 detik,
berarti bereaksi positif dan apabila tidak berubah warna berarti bakteri
tersebut bereaksi negatif
g. Uji Hipersensitifitas
1. Siapkan suspense bakteri dengan konsentrasi 10 cfu
2. Ambil suspense dengan jarum suntik 1 ml
3. Inkubasikan tanaman selama 24-28 jam
4. Amati
h. Uji patogenitas
1. Isolat murni berumur 24-48 jam
2. Bakteri yang tumbuh disuspensi dengan NB atau air steril
3. Inokulasi ke tanaman inang
4. Amati
i. Uji Virulensi
Pengujian ini dimaksudkan untuk membedakan antara bakteri
Pseudomonas solanacearum Syn Ralstonia solanacearum yang virulen
dan tidak virulen. R. solanacearum yang virulen terlihat sebagai koloni
bulat dan berlendir, dengan tepi berwarna putih dan bagian pusat koloni
berwarna pink. R. solanacearum yang tidak virulen koloninya tidak
berlendir dengan pusat yang berwarna merah tua, bentuknya bulat kecil,
tanpa atau sedikit dikelilingi warna putih.
3. Pengujian Virus
Benih memegang peranan penting dalam budidaya tanaman. Kualitas
benih yang baik merupakan syarat penting untuk mendapatkan produksi yang
tinggi dan menguntungkan. Salah satu karakter mutu adalah tidak terdapatnya
patogen terbawa benih, yang salah satunya adalah virus.
Masalah penyakit yang disebabkan oleh virus menjadi aspek yang
penting karena beberapa hal, yaitu:
a. Benih dari beberapa komoditas dilaporkan mengandung virus sehingga
benih dapat menjadi sumber infeksi.
b. Di alam penyakit yang disebabkan oleh virus ditularkan oleh serangga
(vektor) yang banyak terdapat pada tanaman yang dibudidayakan.
c. Varietas tanaman budidaya yang memiliki ketahanan tinggi terhadap virus
masih sangat jarang.
Kerugian secara ekonomis akibat serangan virus sering tidak dapat
diketahui secara pasti, karena pada kondisi lapang infeksi virus atau patogen
lainnya sering terjadi secara simultan. Berdasarkan hasil penelitian secara
umum dapat dikatakan bahwa kerugian karena serangan virus dapat berkisar
dari 10 sampai dengan 90%, tergantung dari berbagai aspek yang terkait
dengan bagaimana pola budidaya yang dilakukan (Balitsa 2006).
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala virus pada suatu tumbuhan dapat
dilakukan melalui beberapa pengujian antara lain:
a. Pengujian Growing on Test
1. Menyiapkan media tanam pasir dan kompos (1:1).
2. Mengambil benih secara acak dari sampel benih dan menanam benih
tersebut pada media yang telah disiapkan.
3. Mengamati dan mencatat gejala-gejala yang timbul pada tanaman.
b. Pengujian Tanaman indikator
1. Menyiapkan tanaman indicator misalnya tembakau.
2.Menyiapkan ekstrak daun yang memiliki gejala terserang virus.
3.Menaburi daun tanaman indicator dengan carborundrum.
4.Mengolesi daun indicator tersebut dengan ekstrak daun dengan
menggunakan cotton bud.
5.Kemudian daun tersebut disemprot dengan aquades dan dibiarkan
selama 3-4 hari atau setelah menunjukkan adanya gejala.
c. Pengujian Ellisa
Metode Ellisa disebut juga metode langsung (Direct Elisa/DAS
Elisa) yang merupakan metode pengujian untuk mengetahui suatu sampel
mengandung virus atau tidak. Adapun langkah-langkah dalam pengujian
Ellisa yaitu:
1) Persiapan Buffer. terdapat beberapa buffer yang digunakan dalam
pengujian Ellisa, antara lain:
0,05 M Larutan buffer carbonate pH 9,6 (Coating Buffer)
0,1 M PBS pH 7,4 (larutan stok 5x)
0,02 M PBS Tween (PBS-Tween)
Sample extraction buffer (sampel buffer) pH 7,4
Conjugate buffer
Substrate buffer ph 9,8 (10% Diethanolamine)
Larutan 3 M NaOH
2) Prosedur kerja elisa:
a) Isi plate dengan coating buffer + IgG CMV
b) Inkubasi plate pada T:37
o
C selama 2-3 jam
c) Cuci plate dengan washing buffer
d) Isi plate dengan SAP + ekstrak buffer
e) Inkubasi pada T: 4
o
C 1 malam
f) Cuci plate dengan washing buffer
g) Isi plate dengan conjugate buffer + AB Label
h) Inkubasi plate pada T:37
o
C selama 4 jam
i) Cuci plate dengan washing buffer
j) Isi plate dgn substrate buffer+ P-nitrophenylphosphate
k) Inkubasi pada suhu ruang selama 30 menit- 60 menit.






III. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan makalah ini antara lain:
a. Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui status kesehatan dari
suatu kelompok benih. Pengujian ini perlu dilakukan karena banyak
mikroorganisme terbawa benih yang bersifat patogenik.
b. Benih dikatakan sehat jika benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa
bakteri, cendawan, virus maupun nematoda.
c. Metode pengujian kesehatan benih yang digunakan tergantung pada jenis
benih, jenis patogen yang mungkin terbawa benih dan tujuan pengujian.
d. Pengujian kesehatan benih berdasarkan pada patogen yang menginfeksi
meliputi pengujian cendawan, bakteri dan virus.
e. Benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih,
dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman.
















DAFTAR PUSTAKA

Copeland, LO and McDonald 1995. Principles of Seed Science and Technology.
New York.: Chapman and Hall Press.
Fadhilah S 2011. Makalah disampaikan pada peserta magang di Balai Besar
PPMBTPH. Pada tanggal 17-21 Oktober 2011.
Hartati 2011. Makalah disampaikan pada peserta magang di Balai Besar
PPMBTPH. Pada tanggal 17-21 Oktober 2011.
ISTA 2010. International Rules for Seed Testing Edition 2010. Switzerland: ISTA
Co.
Metode Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura 2010.
BBP2MB-TPH Dirjen Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian.
Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
2006. Dirjen tanaman Pangan dan Holtikultura. Departemen Pertanian.
Sukarman dan Hasanah M 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman
Perkebunan Melalui Cara Panen dan Penanganan Benih. J. Litbang
Pertanian 22(1).
Sutopo 2002. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai