Anda di halaman 1dari 5

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu tumbuhan akan dikatakan sehat apabila tumbuhan tersebut dapat

melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensial genetik yang

dimilikinya (Chatri, 2016), begitupun sebaliknya tanaman dikatakan sakit apabila

tanaman tersebut tidak dapat melakukan fungsi fisiologisnya dengan normal. Menurut

Semangun (1996), penyakit pada tumbuhan dapat didefinisikan dari dua sudut

pandang yaitu, dari sudut biologi, penyakit tumbuhan didefinisikan sebagai

penyimpangan dari sifat normal, yang menyebabkan tumbuhan atau bagian tumbuhan

tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasa. Sedangkan dari sudut

ekonomi, penyakit merupakan ketidakmampuan tumbuhan untuk memberikan hasil

yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan

pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis. Peredaran benih di

pasaran yang terdistribusi pada beberapa toko benih, berada dalam kemasan yang

berlebel maupun yang tidak berlebel. Kemasan berlebel adalah kemasan yang

memuat informasi tentang keadaan benih yang meliputi benih murni bebas dari

varietas lain, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah di atas 80% dengan bibit

yang tumbuh kekar, bebas dari biji gulma, bebas hama dan penyakit yang

informasinya dicantumkan pada label di kemasan benih tersebut, sedangkan benih

yang tidak berlebel adalah benih lokal yang tidak memuat informasi tentang keadaan

benih tersebut (Lesilolo et al., 2013.).


Benih sehat memiliki arti bahwa biji yang digunakan sebagai benih harus

bebas dari infeksi ataupun kontaminasi patogen. Patogen yang menginfeksi benih

terdiri atas beberapa jenis jamur, bakteri dan virus. Berbeda dengan penyakit pada

bagian vegetatif tanaman seperti daun dan batang, penyakit benih seringkali tanpa

gejala kerusakan sehingga sulit diketahui secara visual. Penyakit terbawa benih

memiliki arti penting karena merugikan secara kualitas dan kuantitas terhadap

produksi tanaman atapun industri makanan berbahan baku biji (Rahayu, 2016).

Secara umum penyebaran penyakit pada benih tanaman budidaya dapat

dilakukan melalui media udara (air borne disease), percikan air hujan (water borne

disease), serangga yang menjadi vektor (insect borne disease) (Sudantha, 2009).

Tanaman atau benih yang sakit akan menunjukkan gejala (symptom) dan tanda

(sign). Gejala merupakan perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai reaksi

terhadap patogen. Perubahannya dapat dilihat pada warna daun, bentuk dan terjadinya

layu pada tanaman. Tanda penyakit atau sign adalah indikasi penyakit tanaman yang

terlihat bersama gejala.

Gejala penyakit benih nampak secara visual ketika benih dikecambahkan,

umumnya berupa busuk biji (seed rot), rebah bibit (damping-off) atau tanaman mati

dan menyebabkan turunnya populasi tanaman di lapangan. Penyakit terbawa benih

menjadi penting karena dua hal yaitu mengganggu perkecambahan, pertumbuhan dan

produktivitas tanaman dan menyebarkan penyakit lewat biji dan bibit (seed and seed-

lings disease) melalui infeksi yang berkembang sistemik atau lokal (Rahayu, 2016).
Selain benih, komoditas pasca panen seperti buah dan sayuran juga dapat

terserang penyakit. Penyakit pada komoditas pascapanen akan mengurangi kualitas

dan kuantitas buah dan sayuran. Selain itu penyakit pasca panen juga mengakibatkan

buah dan sayuan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Serangan beberapa penyakit

pascapanen dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri dan virus.

Umumnya, penyakit pascapanen disebabkan oleh golongan atau kelompok jamur

patogen (Phoulivong et al.,2012).

Untuk mengamati patogen yang menyerang benih dan komoditas pasca panen

perlu dilakukan isolasi dan identifikasi patogen. Setelah jamur diisolasi dan

diidentifikasi maka dapat diamati lebih lanjut tentang patogen pada tanaman tersebut.

Isolasi adalah proses pemisahan mikroorganisme yang diinginkan dari populasi

campuran ke media biakan (buatan) untuk mendapatkan kultur murni. Inokulasi

merupakan perpindahan inoculum dari sumbernya ke dalam tanaman inang, dengan

dilakukannya inokulasi, berarti patogen memiliki peluang yang besar untuk

menyerang inangnya dan menimbulkan penyakit (Hidayati, 2018).

Menurut (Semangun, 2006) dan (Agrios, 2005) dalam mengidentifikasi

penyakit tanaman harus melewati beberapa tahap uji, seseorang tidak boleh langsung

menarik kesimpulan suatu mikroorganisme tertentu penyebab penyakit tersebut. Ada

kemungkinan mikroorganisme itu hanya bersifat sekunder atau saprofitik yang hanya

dapat masuk ke dalam jaringan setelah jaringan tersebut dilemahkan oleh

mikroorganisme primer. Penyebab penyakit harus dibuktikan dengan dasar-dasar

yang dibuat oleh Robert Koch atau sering disebut postulat Koch.
Uji Postulat Koch mempunyai kriteria tertentu untuk menentukan patogen

penyebab penyakit. Ada 4 tahapan yang dilakukan dalam uji Postulat Koch, tahapan-

tahapan dalam Postulat Koch adalah: a). Patogen atau mikroorganisme tertentu harus

didapatkan dari tanaman inang yang sakit; b). mikroorganisme penyebab penyakit

harus dapat diisolasi dan dibuatkan biakkan murninya; c). Jika patogen

diinokulasikan pada inang sehat yang sama spesiesnya, mikroorganisme tersebut

harus menghasilkan gejala yang sama dan d). Mikroorganisme yang menimbulkan

penyakit tersebut harus dapat dibuat biakan murninya (Sastrahidayat, 1992).


DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Elsevier Academic Press. USA.

Chatri, M. 2016. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi ke-1. Penerbit Kencana.
Jakarta.

Hidayati, N. 2018. Identifikasi Penyebab Penyakit Lodoh pada Semai Kaliandra.


Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 12(2):135-142.

Lesilolo, M. K., J. Riry dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor
Benih Beberapa Jenis Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon. Jurnal
Agrologia. 2 (1): 1-9.

Phoulivong S, McKenzie EHC and Hyde KD. 2012. Cross infection of


Colletotrichum Species; a case studywith tropical fruits. Current Research in
Environmental & Applied Mycology 2(2): 99–111.

Rahayu, M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian KesehatanBenih Tanaman Aneka


Kacang. Junal Buletin Palawija. 14(2):78-88.

Sastrahidayat, I.R. 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tanaman. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Sudantha, I. M. 2009. Laporan Penelitian Uji Antagonisme Jamur Endofit dan


Saprofit terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp. glycine pada Tanaman
Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai