Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan dapat dikatakan sakit apabila pohon-pohon yang ada di dalamnya
mengalami tekanan secara terus-menerus oleh faktor-faktor abiotik (fisik dan
kimia) ataupun faktor biotik (hidup) lingkungannya sedemikian rupa hingga
menimbulkan kerugian. Kerugian itu dapat dalam bentuk kualitas atau kuantitas
produksinya. Bahan di dalam hutan umumnya menjadi sakit karena serangan
fungi dan hama. Serangan hama dan penyakit, jika tidak dikelola dengan cepat
dan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada suatu ekosistem.
Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak pada kegiatan pada
produktivitas dan kualitas pada tanaman (Alam et al., 2013).
Ilmu penyakit tumbuhan (phytopathology) merupakan salah satu ilmu
yang mempelajari tentang penyakit tumbuhan atau tanaman. Dimana penyakit
tumbuhan atau tanaman adalah kondisi terganggunya fungsi fisiologis pada
tumbuhan atau fungsi sel maupun jaringan tumbuhan akibat iritasi yang secara
terus menerus akibat patogen yang nantinya akan menimbulkan gejala. Penyakit
pada tumbuhan atau tanaman mungkin sudah tidak asing lagi bagi banyak orang
sehingga ada yang merasa sudah mengetahui apa penyakit tersebut. Penyakit
sendiri ada yang diakibatkan oleh patogen namun ada juga yang disebabkan oleh
faktor lingkungan. Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan disebut penyakit
tidak menular (non-infectious plant diseases) sedangkan penyakit yang
disebabkan oleh patogen disebut penyakit menular (infectious plant diseases)
(Sari dan Prasetyawati, 2016).
Isolasi penyakit tanaman hutan telah menjadi fokus utama dalam upaya
untuk mengidentifikasi agen penyebab penyakit, memahami siklus hidupnya, dan
mengembangkan strategi pengendalian yang efektif. Isolasi penyakit tanaman
hutan melibatkan proses pemisahan dan identifikasi mikroorganisme patogen,
seperti bakteri, jamur, dan virus, yang bertanggung jawab atas penyakit pada
tanaman hutan. Metode isolasi yang umum digunakan melibatkan pengambilan
sampel jaringan tanaman yang terinfeksi. Sampel ini kemudian ditanam pada
media khusus yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme patogen. Setelah
isolasi berhasil, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi patogen tersebut
menggunakan teknik laboratorium seperti pemeriksaan morfologi, analisis
genetik, atau teknik molekuler seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) (Muna
dan Khariri, 2020)
Isolasi merupakan teknik memperoleh kultur murni dengan cara
memisahkan satu jenis sel mikroba dari campuran mikroba lainnya. Tujuan isolasi
adalah untuk memperoleh kultur murni. Isolasi adalah suatu cara untuk
memisahkan mikroba dalam hal ini bakteri dari sampel atau alam dan
menumbuhkannya dalam media kultur secara in-vitro sehingga dapat diperoleh
biakan murni. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kultur mikroba
adalah jenis media kultur, sifat mikroba, metode atau tekniknya. Media semisolid
umumnya dipergunakan untuk melihat motilitas penyakit. Media tumbuh penyakit
diperkaya dengan vitamin, sumber karbon dan nitrogen (Marwani, 2015).
Isolasi penyakit tanaman hutan memainkan peran kunci dalam memahami
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran penyakit. Dengan
mengidentifikasi patogen dan memahami mekanisme penularannya kita dapat
merancang strategi manajemen hutan yang lebih efektif, termasuk langkah
pencegahan dan pengendalian yang dapat diterapkan di lapangan. Penelitian
terbaru dalam isolasi penyakit tanaman hutan juga melibatkan penggunaan
teknologi canggih, seperti analisis genomik dan metagenomik, yang
memungkinkan peneliti untuk memahami keragaman genetik patogen
(Roeswitawati dan Sukorini, 2022).
Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari identifikasi
mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Pengisolasian merupakan suatu
cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya,
sehingga diperoleh kultur murni. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk
menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural,
morfologis, fisiologis, maupun serologis. Perkembangan penyakit juga bergantung
pada faktor lingkungan, setelah faktor inang dan patogen. Fungi patogen dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik (Ristiari et al., 2019).

Tujuan
Adapun tujuan praktikum Hama dan Penyakit Hutan berjudul ”Isolasi
Penyakit pada Tanaman” adalah untuk mengetahui teknik-teknik isolasi yang
tepat, mengetahui penyakit dengan cara mengisolasi dan mengidentifikasi patogen
yang menyebabkan penyakit pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Alam MS, Sarjono PR, Aminin ALN. 2013. Isolasi Bakteri Selulolitik Termofilik
Kompos Pertanian Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Chem Info, 1(1) :
190-195.
Marwani S. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang : UB Press.
Muna F, Khariri. (2020. Efektivitas Identifikasi Bakteri Sumber Infeksi dengan
Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) Multipleks. Jurnal sains, vol
2746, No. 7902, p. 212.
Ristiari NPN, Julyasih KSM, Suryanti IAP. 2019. Isolasi dan identifikasi jamur
mikroskopis pada rizosfer tanaman jeruk siam (Citrus nobilis Lour.) di
Kecamatan Kintamani, Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 6(1),
10-19.
Roeswitawati D, Sukorini H. 2013. Isolasi dan Identifikasi Jamur dari Organ
Bergejala Sakit pada Tanaman Jeruk Siam. Protobiont, 1 (1) : 1-7.
Sari R, Prasetyawati A. 2016. Isolasi dan Karakter Jamur Patogen pada Tanaman
Murbei di Persemaian. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan dan
Bioteknologi, 1 (2) : 13-14.

Anda mungkin juga menyukai