Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum

Mata kuliah Identifikasi OPT

IDENTIFIKASI OPT (PATOGEN TANAMAN)

Oleh :

Nama : Dewi Budianti


Nim : G111 15 030
Kelas :A
Kelompok : 3 (Tiga)

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisme penganggu tanaman (OPT) menjadi salah satu faktor pembatas
produksi tanaman di Indonesia. Seperti yang telah diketahui bahwa organisme
pengganggu tanaman terbagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma.
Organisme pengganggu tanaman selain menjadi faktor pembatas juga yang
menjadi penyebab ditolaknya sebuah produk masuk ke suatu negara, karena
dikawatirkan bisa menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Gangguan
terhadap tumbuhan disebabkan oleh organisme dibagi menjadi dua yaitu hama
dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh
berbagai sistem organ pada tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena
kelainan genetis, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan
hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit dalam skala besar pada
tanaman budidaya dapat mengganggu persediaan bahan pangan
bagi manusia.
Pentingnya pengenalan hama dan penyakit tanaman yang adalah sebagai
dasar perlindungan tanaman yang disebabkan oleh patogen. Mengidentifikasi
hama dan penyakit yang disebabkan oleh patogen baik biotik maupun abiotik
sangat diperlukan untuk mengetahui cara mengidentifkasinya dan cara
penanggulangannya untuk perbaikan kulitas tanaman. Hama dan penyakit terjadi
karena bagian dari hasil interaksi antara komponen-komponen dan campur tangan
manusia dalam mengelolanya. Oleh karena itu perlu difahami hakekat berbagai
masalah yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit tanaman sebagai dasar untuk
mengatasi masalah hama dan penyakit yang lebih efisien, efektif dan ramah
lingkungan (Triwibowo, dkk. 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum identifikasi
organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga dapat diketahui karakteristik
suatu patogen yang menyerang tanaman dan dapat mengetahui bagaimana teknik
pengendalian yang baik terhadap patogen agar dapat diantisipasi terjadinya
kerusakan yang lebih parah dari hasil produk pertanian.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui identifikasi bentuk makro dan
mikro dari cendawan, bakteri, nematoda dan virus.
Sedangkan kegunaannya adalah sebagai bahan informasi/pengetahuan bagi
mahasiswa tentang cara mengidentifikasi cendawan, bakteri, nematoda dan virus.
1.3 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik identifikasi bentuk makro dan mikro dari cendawan ?
2. Bagaimana teknik mengidentifikasi bentuk makro dan mikro dari bakteri ?
3. Bagaimana teknik mengidentifikasi bentuk makro dan mikro nematoda ?
4. Bagaimana teknik mengidentifikasi bentuk makro dan mikro virus ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Identifikasi Cendawan


Cendawan merupakan salah satu golongan organisme heterotrof, hidup
sebagai saprob atau parasit. Cara makannya secara absorbsi dengan mengeluarkan
enzim Ekstrasel. Enzim yang berperan dalam mekanisme tersebut ialah lipase,
protease dan kitinase (Cook.1977 dalam Amalia. 2008). Cendawan atau di sebut
juga jamur (Fungi dan Pseudofungi) adalah organisme yang sel-sel berinti sejati
(eukaryotik), biasannya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil,
dinding selnya mengandung kitin, selulosa atau ke duannya (Dwe, dkk. 2016).
Dalam identifikasi cendawan terdapat dua metode yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi fungi (cendawan) yang menyebabkan penyakit tanaman
yaitu secara makroskopis dan mikroskopis. Metode makroskopis mencakup tanda
dan gejala yang timbul pada tanaman inang dan pertumbuhan miselium atau tubuh
buah yang diamati dengan mata langsung atau dengan bantuan lensa tangan (Lup),
sedangkan cara mikroskopis untuk menentukan sifat-sifat khas seperti bentuk hifa
yang bersepta/tidak berseptat, bentuk spora, badan buah, bentuk alat reproduksi
dan lain-lain yang dapat mencirikan jenis fungi dengan mikroskop (Street, 1980
dalam Irawan, dkk. 2015). Pengamatan secara makroskopis tubuh buah dilakukan
dengan mengamati diantaranya adalah bentuk basidiocarp, tekstur permukaan
bawah basidiocarp, warna dan ukuran basidiocarp. Selain ciri makroskopis tubuh
buah, koloni biakan juga perlu dilakukan, diantaranya adalah keadaan permukaan
koloni, warna koloni, warna bagian bawah (reverse) koloni dan daerah lingkaran
konsentris (zonation) (Meiliawati dan Kuswytasari, 2013).
Selain itu identifikasi cendawan dengan metode mikroskopis dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik PCR dan perunutan DNA memiliki kepekaan yang
tinggi, cepat, dan akurat. Identitas cendawan endofit dapat diketahui hingga
tingkat spesies berdasarkan pada analisis BLASTN hasil perunutan DNA. Seiring
dengan perkembangan biologi molekul, metode ini menjadi pilihan untuk
mengidentifikasi, terutama bila identifikasi secara morfometri sulit untuk
dilakukan (Legiastuti dan Aminingsih, 2012).
2.2 Teknik identifikasi Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki
selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi genetik
berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat khusus (nukleus) dan tidak
memiliki membran inti. DNA bakteri tidak terletak di dalam nukleus. Banyak
bakteri mengandung lingkaran DNA ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Di
dalam sitoplasma hanya terdapat organel ribosom dengan ukuran lebih kecil
dibandingkan sel-sel eukariotik. Selain mikoplasma, bakteri dikelilingi oleh suatu
dinding sel kompleks, yang berbeda antara bakteri Gram-positif dan Gram-
negatif. Bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif memiliki suatu membran
plasma yang dibentuk oleh lapisan lemak dua lapis (lipid bilayer) bersama dengan
protein. Banyak bakteri memiliki flagella, filia atau kapsul eksternal pada dinding
sel (Stiaji Ari, 2009).
Proses identifikasi bakteri dilakukan dengan cara pengamatan baik secara
morfologi maupun fisiologi. Pengamatan secara morfologi dapat meliputi bentuk
koloni, struktur koloni, bentuk sel, ukuran sel, bentuk flagel dan pewarnaan
endospore dari bakteri. Pengamatan secara fisiologi yaitu meliputi uji biokimia
dan molekuler. Identifikasi bakteri secara genetik, yaitu dengan metode PCR
(polymerase chain reaction) yaitu dengan mengekstrak DNA bakteri kemudian di
perbanyak dan dielekroforesis. Hasil elektroforesis akan menunjukan karakteristik
dari DNA yang dimiliki (Suryanto, 2004).
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang
diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah
H2O2 menjadi H2O dan O2 yang ditandai jika ada gelembung maka uji katalase
positif sebaliknya jika tidak ada gelembung maka uji katalase negative. Uji
novobiosin dengan diameter zona penghambat pertumbuhan ≥18 uji dikatakan
sensitive, sedangkan dengan diameter zona penghambat pertumbuhan < 18 mm 10
resisten. Uji koagulase positif ditandai dengan adanya butiran pasir, terjadi
koagulase plasma yang mengandung protein yang digumpalkan oleh enzim
koagulase dalam bakteri (Hapsari, 2010).
Uji biokimia bakteri merupakan suatu cara atau perlakuan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu biakan murni bakteri hasil
isolasi melalui sifat-sifat fisiologinya. Proses biokimia memiliki kaitan yang erat
dengan metabolisme sel, yakni selama reaksi kimiawi yang dilakukan oleh sel
yang menghasilkan energi maupun yang menggunakan energi untuk sintesis
komponen-komponen sel dan untuk kegiatan seluler, seperti pergerakan (Rahayu
dan Gumilar, 2017).
2.3 Teknik identifikasi Nematoda
Bentuk nematoda seperti cacing kecil sepanjang anatara 200 - 1000µ. Untuk
mengamati nematoda harus dengan mikroskop. Pada mulutnya terdapat stylet
yang di gunakan untuk menghisap zat makan (cairan) dari tanaman. Ukuran badan
nematoda jantan lebih kecil dari pada betina. Badan nemotoda betina sedikit lebih
gemuk Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada
jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan.
Nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar,
tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman,
yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan
dalam cuaca panas. Puru akar merupakan ciri khas dari serangan
nematoda Meloidogyne spp (Sinaga, 2006).
Identifikasi nematoda dapat dilakukan dengan menghitung jumlah paralel
ridges antara anus dan vulva (Granek ratio) yang bisa didapatkan dengan
membandingkan nilai dari jarak anus hingga diameter terluar vulva dan nilai
diameter vulva. Identifikasi nematoda dapat dilakukan dengan dengan
membandingkan karakteristik morfologi, akan tetapi identifikasi menggunakan
metode ini membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga dibutuhkan metode
tambahan metode lain seperti metode identifikasi berdasarkan DNA. Metode ini
dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Perpaduan identifikasi baik secara
morfologi maupun molekuler akan memberikan keuntungan berupa hasil
identifikasi yang bersifat lebih kompleks dan dapat dipercaya (Subagia, 2008).
Identifikasi berdasarkan karakter morfologi secara umum dalam membedakan
antar spesies nematoda dapat dilihat dari berbagai karakter seperti: bentuk tubuh,
tipe stylet dan bentuk knob, tipe esofagus, kutikula berdasarkan anulasi serta
berbagai parameter pendukung seperti warna dan ukuran tubuh (Chatri dan
Moralita, 2016).
2.4 Teknik identifikasi Virus
Virus adalah agensia yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat melalui
mikroskop elektron serta hanya berkembang biak di sel hidup. Mereka berpotensi
menyebabkan penyakit pada tanaman serta menyebabkan penurunan produksi
baik secara kualitas maupun kuatitas. Partikel virus umumnya diukur dalam
nanometer (nm) atau milimikron. Virus terdiri dari asam nukleat yang biasanya
diselubungi oleh mantel pelindung protein atau lipoprotein. Virus dapat
bereplikasi sendiri hanya di dalam sel inang hidup yang cocok (Nurhayati, 2012).
Virus tanaman sukar dilakukan karena virus mudah tersebar melalui beberapa
media seperti bahan tanaman yang diperbanyak secara vegetatif, biji, dan
serangga vektor. Selain itu banyak virus tanaman yang memiliki kisaran inang
yang sangat luas, baik pada tanaman monokotil maupun dikotil. Penggunaan
varietas tahan adalah salah satu metode pengendalian yang murah dan mudah,
namun sejauh ini belum ada varietas cabai yang dilaporkan tahan terhadap virus
yang menginfeksi cabai termasuk CMV (Taufik, dkk. 2009).
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam identifikasi virus, diantaranya
yaitu secara morfologi, serodiagnosis, serta molekuler. Identifikasi secara
molekuler telah banyak dikembangkan dalam mengidentifikasi virus, yaitudengan
teknik polymerase chain reaction (PCR) dengan hasil yang cepat dan akurat. PCR
untuk mengidentifikasi Begomovirus telah banyak dilakukan dengan
menggunakan primer Krusty Homer yang dapat mengamplifikasi sebagian dari
coat protein virus tersebut (Revill et al., 2003). Teknik deteksi dan identifikasi
virus terbagi dalam dua kategori, yaitu berdasarkan sifat-sifat biologi yang
berhubungan dengan interaksi virus dengan inang dan vektor dan berdasarkan
bagian dari partikel virus, yaitu asam nukleat dan coat protein (CP) (Naidu dan
Hughes, 2003). Deteksi berdasarkan CP dan asam nukleat dapat dilakukan dengan
uji serologi dan teknik molekuler.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Cendawan
3.1.1 Tempat dan Waktu
Praktikum identifikasi cendawan Fusarium sp, dan Phytophthora
palmivora dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Departemen Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar
pada tanggal 11 April 2018.
3.1.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu jarum preparat, kaca
preparat, degglass, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu air,
isolat cendawan (Fusarium sp, dan Phytophthora palmivora), dan buah kakao
yang terserang Phytophthora palmivora .
3.1.3 Pelaksanaan Kerja
Adapun langkah-langkah identifikasi ini yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Meneteskan air pada kaca preparat.
3. Mengambil miselium cendawan dengan menggunakan jarum preparat atau
pentul.
4. Meletakkan miselium yang telah diambil ke kaca preparat dan ditutup
dengan deck glass kemudian letakkan pada meja mikroskop.
5. Mengamati secara mikroskopis hifa, spora, septa, dan nukleinya pada
mikroskop.
3.2 Bakteri
3.2.1 Tempat dan Waktu
Praktikum identifikasi bakteri dilaksanakan di Laboratorium penyakit
Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin Makassar pada tanggal 2 Mei 2018.
3.2.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu jarum ose, dan kaca
preparat. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu isolat bakteri, larutan KOH, dan
larutan H2O2 .
3.2.3 Pelaksanaan Kerja
Adapun langkah-langkah identifikasi ini yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengambil bagian isolat bakteri dengan menggunakan jarum ose
 Untuk uji gram suspensi bakteri dibuat dengan mencampur setetes larutan
KOH dengan sebagian kecil koloni bakteri dan diratakan hingga menjadi
sediaan yang tipis. Kemudian akan terjadi reaksi yang ditandai dengan
adanya lendir yang berarti gram (-) namun apabila tidak berlendir maka
gram (+).
 Untuk uji katalase suspensi bakteri dibuat dengan mencampur setetes
larutan H2O2 dengan sebagian kecil koloni bakteri dan diratakan hingga
menjadi sediaan yang tipis. Kemudian mengamati jika pada uji
menggunakan H2O2 tersebut bergelembung maka hasilnya (+) namun
apabila sebaliknya maka hasilnya (-)
3. Mencatat hasil yang telah diamati
3.3 Nematoda
3.3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum identifikasi nematoda dilaksanakan di Laboratorium Penyakit
Tumbuhan, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin Makassar pada tanggal 4 Mei 2018.
3.3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pipet tetes, kaca
preparat, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu isolat nematoda.
3.3.3 Pelaksanaan Kerja
Adapun langkah-langkah identifikasi ini yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengambil isolat nematoda dengan menggunakan pipet tetes secukupnya.
3. Meletakkan isolat nematoda yang telah diambil ke kaca preparat.
4. Mengamati isolat dengan menggunakan mikroskop lalu mencatat bentuk
badan,stilet dan ekor nematoda tersebut.

3.4 Virus
3.4.1 Tempat dan Waktu
Praktikum identifikasi virus dilakukan di dua tempat yaitu di teaching farm
untuk pengambilan sampel tanaman yang bergejala sedangkan identifikasi lebih
lanjut dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin pada hari Selasa,
15 Mei 2018 pukul 11.00 WITA sampai selesai.
3.4.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kamera. Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum ini yaitu daun tanaman cabai yang mengeriting
3.4.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Mengambil tanaman yang bergejala dilapangan.
2. Mengamati gejala yang terdapat pada tanaman yang terserang virus.
3. Membandingkan hasil pengamatan yang didapatkan dengan hasil penelitian
lain.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Cendawan
Adapun hasil dari identifikasi cendawan Phytophthora palmivora secara
makroskopis dan mikroskopis yaitu :

(a) (b)
Gambar 1. Karakteristik makroskopis cendawan Phytophthora palmivora pada
buah (a) hasil yang didapatkan (b) hasil hasil beradasarkan literatur

(a) (b)
Gambar 2. Karakteristik makroskopis cendawan Phytophthora palmivora pada
cawan (a) hasil yang didapatkan (b) hasil hasil beradasarkan literatur

(a) (b)
Gambar 3. Karakteristik mikroskopis cendawan Phytophthora palmivora pada
buah (a) hasil yang didapatkan (b) hasil hasil beradasarkan literatur
(a ) ( b)

Gambar 4. Karakteristik mikroskopis cendawan Phytophthora palmivora pada


cawan (a) hasil yang didapatkan (b) hasil hasil beradasarkan literatur

Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Makroskopis dan Mikroskopis


Cendawan Phytophthora palmivora
Makroskopis

buah Cawan

Bentuk badan
berbenang berbenang
buah

Warna koloni putih Putih

Deskripsi
menyebar menyebar
pertumbuhan

Mikroskopis

Bentuk hifa Panjang dan bercabang Panjang dan bercabang

Bentuk spora klamidiospora klamidiospora

Bentuk Panjang, berbentuk


Panjang
konidiofor seperti batang

Septa ada ada

Nuclei ada ada

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018


Dari hasil pengamatan pada isolasi Phytophthora palmivora yang
ditumbuhkan langsung pada buah kakao yaitu pada pengamatan secara
makroskopis tampak koloni berwarna putih dan pertumbuhannya menyebar serta
membuat permukaan kulit buah jadi menghitam didaerah tempat penyebaran
koloni. Sedangkan pada mikroskopis, bentuk hifa terlihat memanjang dan
bercabang, bentuk spora yaitu klamidiospora, konidiofor memiliki ukuran yang
panjang dan berbentuk seperti batang serta terdapat nuklei. Adapun Phytophthora
palmivora yang telah diisolasi dan ditumbuhkan pada media PDA memiliki ciri
yang tidak jauh berbeda dengan isolasi pada buah yaitu pada makroskopis koloni
berwarna putih dan tempat tumbuhnya menyebar. Sedangkan pada mikroskopis
yaitu bentuk hifa memanjang, warna koloni putih, bentuk badan buah yaitu
berbentuk benang-benang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Umayah dan
Purwantara (2006) yang menyatakan bahwa isolat Phytophthora palmivora
apabila ditumbuhkan pada media PDA mengalami pertumbuhan yang lambat,
berbentuk bulat dengan pinggiran tidak rata, seperti kapas, berwarna putih jika
dipotong-potong menggunakan skalpel. Gejala timbul pada buah dengan berbagai
tingkatan umur mulai dari Warna buah berubah menjadi coklat kehitaman, mulai
dari bagian ujung atau dekat dengan tangkai buah. Buah akhirnya menjadi hitam
dan sering diselimuti jamur sekunder berwarna putih. Menurut (Semangun, 2008
dalam Fauzan, dkk. 2013) menyatakan bahwa pada buah kakao jamur membentuk
banyak sporangium berbentuk buah per, dengan ukuran 35-60 x 20-40 µm. Jamur
dapar membentuk klamidiospora yang bulat dengan garis tengah 30-60 µm.
Adapun hasil dari identifikasi cendawan Fusarium sp. secara makroskopis dan
mikroskopis yaitu :

(a) (b)
. Gambar 5. Karakteristik makroskopis cendawan Fusarium sp.
(a) hasil yang didapatkan (b) hasil hasil beradasarkan literatur
(a) (b)

Gambar 6. Karakteristik mikroskopis cendawan Fusarium sp.


(a) hasil yang didapatkan (b) hasil hasil beradasarkan literatur

Tabel 2. Hasil Pengamatan Karakteristik Makroskopis dan Mikroskopis


Cendawan Fusarium sp.
Makroskopis

buah

Bentuk koloni Seperti kapas dan bulat

Warna koloni putih

Deskripsi pertumbuhan Berkoloni dan bulat

Mikroskopis

Bentuk hifa -

Makrokonidia -

Mikrokonidia -

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018.


Pada Fusarium sp. yang telah diisolasi, pada makroskopis berwarna putih
krem dan tempat tumbuh menyebar. Sedangkan pada mikroskopis, bentuk hifanya
yaitu memanjang, septa tidak terlihat, konidiospora pendek, dan spora berbentuk
bulan sabit. Menurut penelitian Semangun (2004), bahwa Mikrokonidia berbentuk
bulat telur, tidak bersekat atau bersekat satu dengan ukuran 8-12 x 3 μm pada
perbesaran 400x. Makrokonidia berbentuk bulan sabit dengan sekat 3-5,
berukuran 27,536,25 x 3-5 μm.
Fusarium sp. adalah jamur patogen yang dapat menginfeksi tanaman
dengan kisaran inang sangat luas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Nuryani,
2001 dalam Saragih dan Silalahi, 2006) Fusarium sp. menghasilkan senyawa
metabolik yang toksik pada tanaman. Toksin itu bersifat tidak spesifik inang,
dikenal dengan nama asam fusarat. Jamur ini menyerang jaringan bagian vaskuler
dan mengakibatkan kelayuan pada tanaman inangnya dengan cara menghambat
aliran air pada jaringan xylem. Jamur Fusarium sp. juga merupakan jamur tular
tanah (soil borne) yang mempunyai banyak spesies dan kisaran inang seperti
cabai, tomat, kacang tanah, kacang panjang, kedelai dan lain-lainnya.
4.2 Bakteri
Adapun hasil dari identifikasi serratia sp. secara makroskopis dan uji biokimia
yaitu :

(a) (b) (c)

Gambar 7. Karakteristik makroskopis bakteri serratia sp. hasil yang


didapatkan (a) hasil hasil berad(b) asarkan literatur (c) uji gram dan uji
katalase

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Gram dan Uji Katalase Pada Serratia sp.
Morfologi Uji Fisiologis
Isolat Bentuk Tepi Warna Gram Katalase

Serratia Filiform Entire Merah + +


sp. (Tepian
rata)
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018
Berdasarkan pengamatan diatas maka dapat diketahui bahwa pengamatan
secara makroskopis kenampakan dari bakteri tersebut memiliki bentuk koloni
yang tumbuh sepanjang bekas inokulasi (filiform), tepian koloni yang rata atau
entire, serta warna koloni pada media buatan yaitu berwarna merah. Pada uji gram
didapatkan hasil yaitu menunjukkan gram positif karena tidak terdapat lendir.
Sedangkan pada uji katalase didapatkan hasil menunjukkan reaksi positif karena
menghasilkan gelembung. Hal ini sesuai dengan pendapat Dalahi, dkk (2014),
bahwa bakteri Serratia sp. adalah jenis bakteri Gram negatif, dari family
Enterobactericeae. Bakteri ini berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5-0,8 x
1,5-5,0 μm. Uji katalase positif, motil, suhu optimum pertumbuhan pada 30-370C.
Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerobik yang tidak terlalu
membutuhkan oksigen.
Menurut Priyatno,dkk (2011), bahwa bakteri serratia memiliki warna yang
unik yaitu warna merah dengan bentuk koloni filiform, dan memiliki garis
pingiran koloni yang rata, topografi yang melengkung, dan ukuran koloni yang
relatif sedang. Pigmen merah merupakan salah satu indikasi produksi prodigiosin
pada genus serretia. Pigmen merah yang dihasilkan oleh serratia merupakan
metabolit sekunder yang dikenal sebagi prodigiosin yang tergolong dalam pigmen
merah tripyrrole. Bakteri serratia merupakan bakteri gram negatif dari famili
enterobateriaceae yang memiliki flagella peritrik sehingga bersifat motil. Selain
itu, Serratia sp. memiliki kisaran inang yang luas, tidak terbatas pada serangga
hama, tetapi juga bakteri patogen tanaman, sehingga pemanfaatannya untuk
pengendalian hayati tidak terbatas pada pengendalian terhadap serangga hama,
tetapi juga untuk mengendalikan bakteri patogen tanaman, seperti penyakit hawar
daun padi atau kresek yang disebabkan oleh X. oryzae, karena Serratia sp.
4.3 Nematoda
Adapun hasil dari identifikasi nematode pada tanaman lada secara
mikroskopis yaitu :

(a) (b)
Gambar 8. Karakteristik fisiologis nematode Meloidogyne sp. hasil yang
didapatkan, (b) hasil berdasarkan Literatur
Berdasarkan hasil pengamatan diatas maka dapat diketahui bahwa
nematoda yang berasal dari ekstraksi tanaman lada yaitu memiliki bentuk yang
panjang, stilet tidak nampak, serta memiliki bentuk ekor yang bulat. Nematoda
pada tanaman lada dapat menyebabkan penyakit kuning pada tanaman lada. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sinaga (2006), yang menyatakan bahwa
penyebab penyakit kuning yaitu nematoda Radopholus similis dan Meloidogyne
incognita. Perkembangan penyakit tanaman sangat bergantung pada banyak
faktor, baik lingkungan, tanaman, maupun teknik budi daya yang digunakan.
Teknik atau sistem budi daya yang digunakan petani diduga berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit kuning pada pertanaman lada. Dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan maka diketahui bahwa nematoda yang diamati merupakan
nematoda patogen yang menyebabkan penyakit kuning (yellowing) pada tanaman.
4.4 Virus

(a) (b)
Gambar 6. Penampakan daun cabai yang terserang virus (a) hasil yang
didapatkan, (b) hasil berdasarkan Literatur
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diketahui bahwa tanaman
tersebut terserang penyakit mosaik yang disebabkan oleh Mozaic Virus, dengan
menampakkan gejala keriting pada daun dan terdapat hama kutu aphids yang
merupakan vektor pembawa virus. Menurut Putra, dkk (2015),Untuk mengetahui
virus yang menginfeksi tanaman cabai rawit tidak cukup hanya mengetahui gejala
dari masing-masing virus tersebut, namun hal yang sangat penting dilakukan
adalah mendiagnosis virus yang menginfeksi tanaman tersebut dengan uji serologi
yaitu dengan uji Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) maupun uji
molekuler dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan maka diketahui bahwa tanaman yang diamati
merupakan nematoda patogen yang menyebabkan penyakit kuning (yellowing)
pada tanaman. Selain tanaman pangan, Meloidogyne spp. juga diketahui mampu
menginfeksi tanaman perkebunan seperti lada, kapas, dan kopi, juga tanaman
hortikultura seperti tomat, timun, dan wortel. Gejala umum yang disebabkan oleh
infeksi Meloidogyne spp. adalah menguningnya daun di sekitar tajuk, tanaman
menjadi kerdil, pertumbuhan terhambat, layu pada siang hari meskipun air
tersedia bagi tanaman. Gejala terjadi akibat terhambatnya saluran pengangkut air
dan nutrisi. Selain gejala tersebut, infeksi nematoda juga menyebabkan gejala di
bawah permukaan tanah, yaitu pada akar tanaman.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Identifikasi patogen cendawan dapat dilakukan dengan metode makroskopik
yaitu dengan melihat langsung keadaan koloni, serta metode mikroskopik
dengan menggunakan mikroskop.
2. Identifikasi patogen bakteri dapat dilakukan melalui uji biokimia, diantaranya
dengan uji katalase dan uji reaksi gram.
3. Identifikasi patogen nematoda dilakukan dengan melihat ciri morfologi dari
nematoda di mikroskop.
4. Identifikasi patogen virus dapat dilakukan dengan melihat gejala pada
tanaman. Selain itu, untuk identifikasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan uji
serologi.
5. Spesies dari patogen yang diamati adalah Phytophthora palmivora, Fusarium
sp, Serratia sp, Meloidogyne sp, dan Mozaic Virus. Semua mikroorganisme
tersebut merupakan mikroorganisme yang menyebabkan penyakit (patogen).
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya asisten dan praktikan saling
membicarakan waktu yang tepat untuk melaksanakan praktikum sesuai perkiraan
durasi lama dalam menemukan hasil saat melakukan identifikasi patogen.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R. 2008. Ragam Cendawan Entomopatogen di Kawasan Cagar Alam


Telaga Warna, Cisarua Bogor. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Chatri, Dr. Moralita. 2016. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Perpustakaan
Nasional. Katalog Dalam Terbitan. Penerbit Kencana.
Dalahi, F., Sri, S., dan Agustono. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang
Terdapat Pada Saluran Perncernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Dengan Pemberian Pakan Komersil Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 6 (1) : 89.
Dwe, P. N. Ir, Rustianan, S. U.Dr.Ir. 2016. Modal identifikasi cendawan penyebab
penyakit tanama pengantar teori dan praktik. deeplubish.Yogyakarta.
Fauzan, A., Lubis, L., Pinem, M. I. 2013. Keparahan Penyakit Busuk Buah Kakao
(Phytophthora palmivora Bult.) Pada Beberapa Perkebunan Kakao Rakyat
Yang Berbeda Naungan Di kabuapten Langkat. Jurnal Online
Agroteknologi, 1 (3) : 9-10.
Hapsari, S. 2010. Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber Officianale) Terhadap
Penghambat Mikrobia Perusak Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
Skripsi. Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, Surakarta.
Irawan, A., Anggraeni, I., Dan Margaretta, C. 2015. Identifikasi Penyebab
Penyakit Bercak Daun Pada Bibit Cempaka (Magnolia Elegans (Blume.)
H.Keng) Dan Teknik Pengendaliannya. Jurnal WASIAN. 2 (2).
Legiastuti, T. S., & Aminingsih, T. 2012. Identifikasi Cendawan Endofit
Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction. Jurnal Fitopatologi
Indonesia, 8 (2) : 31-36.
Meiliawati, D., Dan Kuswytasari, N. D. 2013. Isolasi Dan Identifikasi Jamur
Kayu Lignolitik Dari Vegetasi Mangrove Wonorejo. Jurnal SAINS Dan
Seni Pomits, 2(1) : 16-19.
Naidu, R.A. And J.D’a Hughes. 2003. Methods For The Detection Of Plant Virus
Diseases. Proceedings Of A Conference Organized By IITA. Ibadan,
Nigeria. Pp. 233–260.
Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Jurusan Hama Dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian. Unsri.
Priyatno, T. P., Yohana A. D., Yadi, S., I Made, S., Dwi, N. S., Iman, R.,
Baskoro,S. W., dan Cahyadi, I. 2011. Identifikasi Entomopatogen Bakteri
Merah pada Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stål.). Jurnal
AgroBiogen 7(2):85-95.
Putra, P., Puspawati, M., Nyana, D. N., Siadi, K.., dan Suastika, D. 2015.
Identifikasi Virus Yang Berasosiasi Dengan Penyakit Mosaik, Kuning, Dan
Klorosis Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.).E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. 4 (3).
Rahayu, S. H Dan Gumilar, M. H. 2017. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat
Sekitar Margahayu Raya Bandung Dengan Identifikasi Bakteri
Escherichia coli. Indonesian Journal Of Pharmaceutical Science And
Technology. 4 (2) : 52-54.
Revill, P.A., C.V. Ha, S.C. Porchun , M.T. Vu, J.L. Dale. 2003. The Complete
Nucleotide Sequence Of Two Distinct Geminiviruses Infecting Cucurbits
In Vietnam. Archives Of Virology 148: 1523−1541.
Saragih, Y.S dan F.H. Silalahi. 2006. Isolasi dan Identifikasi Spesies Fusarium
Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Markisa Asam. Jurnal
Hortikultura 16(4):336-344.
Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. UGM
Press. Yogyakarta. 2930. 850.
Sinaga, S.M., 2006. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Stiaji, A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil Asetat dan
Etanol 70% Rhizoma Binahong (anredera cordifolia (tenore) steen)
Terhadap staphylococcus aureus ATCC 25923 dan escherichia coli ATCC
11229 Serta Skrining Fitokimianya. Fakultas Farmasi. Universitas
muhammadiyah surakarta. Surakarta.
Subagia. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suryanto, D. 2004. Mengenal Lintasan Aerobik Degradasi Senyawa Hidrokarbon
Aromatik Monosiklik Mikroorganisme. Warta universitaria. 18 (19) : 92-
94.
Taufik, M., A. Rahman, A. Wahab, dan S.H. Hidayat. 2009. Mekanisme
Ketahanan Terinduksi oleh Plant Growth Promotting Rhizobacteria
(PGPR) pada Tanaman Cabai Terinfeksi Cucumber Mosaik Virus
(CMV).Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Jur. Budidaya
Pertanian, Faperta Universitas Haluoleo.Kendari.
Triwibowo, H., Jumani dan Heni. E. 2014. Identifikasi Hama dan Penyakit
Shorea Leprosula Miq. Di Taman Nasional Kutai Resort Sangkima
Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR 13
(2).
Umayah, Abu,. Agus Purwantara. 2006. Identifikasi Isolat Phytophthora Asal
Kakao. Jurnal Menara Perkebunan, 74 (2) : 76-85. Universitas Sriwijaya.
Palembang.
LAMPIRAN

Gambar 1. Karakteristik makroskopis Gambar 2. Karakteristik makroskopis


cendawan Phytophthora palmivora cendawan Phytophthora palmivora
pada buah pada cawan

Gambar 3. Karakteristik mikroskopis Gambar 4. Karakteristik mikroskopis


cendawan Phytophthora palmivora cendawan Phytophthora palmivora
pada buah pada cawan

Gambar 5. Karakteristik makroskopis Gambar 6. Karakteristik mikroskopis


cendawan Fusarium sp. cendawan Fusarium sp.

Gambar 7. Karakteristik makroskopis


bakteri serratia sp. Gambar 8. uji gram dan uji katalase

Gambar 9. Karakteristik fisiologis Gambar 10. Penampakan daun cabai


nematode Meloidogyne sp. yang terserang virus

Anda mungkin juga menyukai