Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PERLINDUNGAN TANAMAN

Disusun Oleh:

Nama : Oktavian Dian Putra Mahendra


NIM : H0221087
Coass : Calista Dottie Indriashari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman ini disusun untuk melengkapi


tugas mata kuliah Perlindungan Tanaman dan telah diterima, disetujui dan
disahkan oleh Co-Assisten dan Dosen Mata Kuliah Perlindungan Tanaman pada:
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh:

Nama : Oktavian Dian Putra Mahendra


NIM : H0221087

Mengetahui,

Dosen Pengampu Mata Kuliah Co Assisten


PerlindunganTanaman

Dr. Ir. Subagiya, M.P. Calista Dottie Indriashari


NIP. 196102271988031004 NIM. H0720038

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan Praktikum....................................................................................2
C. Metode.....................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................14
A. Acara I. Pengenalan Jenis dan Gejala Hama-Hama Penting Tanaman
Pangan/hortikultura/perkebunan.............................................................
B. Acara II. Pengenalan Tipe Gejala dan Tanda Penyakit pada Tanaman
Pangan/Hortikultura/Perkebunan............................................................
C. Acara III. Mengidentifikasi Hama/Patogen dari Lapangan....................29
D. Acara IV. Diagnosis Penyakit dari Lapangan.........................................35
E. Acara V. Pengendalian OPT...................................................................
A. Pengenalan Musuh Alami/Agens Pengendali Hayati
(Predator, Parasitoid, dan Entomopatogen)
..........................................................................................................
47
B. Pengenalan Jenis/Formulasi Pestisida..............................................52
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................57
A. Kesimpulan..............................................................................................57
B. Saran........................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan sering


dihadapkan pada gangguan hama. Hama merupakan organisme yang
menyerang tanaman dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Serangan hama dapat menyebabkan produktivitas tanaman menjadi menurun
secara drastis, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dampak yang diakibatkan
oleh hama dapat merugikan petani jika dalam jumlah yang banyak bahkan
dapat menyebabkan gagal panen total. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan pengendalian terhadap hama. Sebelum melakukan pengendalian
hama perlu dilakukan pengenalan terhadap jenis jenis hama (nama umum,
siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat
penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah
pengendalian.
Hama dapat menyerang sejak tanaman dalam bentuk benih, pada saat
pembibitan, pemanenan, hingga pengolahan pasca panen dan penyimpanan.
Serangan hama tersebut dapat menghambat tumbuh kembang tanaman. Contoh
hama yang dapat menyerang tanaman adalah wereng, gangsir, tikus, ulat tanah,
lalat buah, walang sangit, kutu, dan lain-lain. Populasi hama paling banyak
meyerang tanaman adalah serangga. Serangga hama akan menimbulkan gejala
serangan yang khas terkait tipe mulut dan perilaku khas yang dilakukan
masing-masing serangga.
Serangga memiliki tiga bagian tubuh yang utama, diantaranya kepala
(caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Kerusakan yang disebabkan oleh
hama berbeda-beda tergantung hama dan tanaman yang diserang. Pengendalian
hama dapat dilakukan dengan tepat jika telah mempelajari morfologi dan gejala
yang ditimbulkan. Pengendalian hama dapat dilakukan secara kimiawi, biologi,
budidaya, dan mekanis serta penggunaan tanaman tahan. Berdasarkan hal

1
2

tersebut maka praktikum mengenai pengenalan jenis dan gejala serangan hama
penting tanaman pangan/hortikutura/perkebunan dilaksanakan agar
pengetahuan mengenai hama pada tanaman pangan, hortukultura, dan
perkebunan dapat lebih dipahami.
B. Tujuan Praktikum
1. Pengenalan Jenis dan Gejala Serangan Hama Penting Tanaman
Pangan/Hortikultura/Perkebunan
a. Mahasiswa mengenal morfologi dan tipe alat mulut Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)
b. Mahasiswa mampu mengenal gejala kerusakan akibat serangan OPT
2. Pengenalan Tipe Gejala dan Tanda Penyakit pada Tanaman
Pangan/Hortikultura Perkebunan
a. Mengenal gejala dan tipe gejala, dan tanda penyakit tumbuhan yang
umum.
b. Mengembangkan kecakapan mahasiswa dalam mendiagnosis penyakit
secara cepat berdasarkan deskripsi gejala dan tanda penyakit.
3. Mengidentifikasi Hama/Patogen dari Lapangan
a. Mahasiswa mampu mengenali gejala kerusakan hama/ppenyakit tanaman
di lapangan
b. Mahasiswa mampu mengenali jenis/nama umum hama /patogen tanaman
di lapangan
4. Diagnosis Penyakit Dari Lapangan
a. Isolasi:
1) Mempelajari beberapa cara isolasi dari jamur dan bakteri patogen
tanaman
b. Inokulasi :
1) Mengenal beberapa teknik inokulasi
2) Mempelajari cara masuk patogen ke dalam tubuh tanaman inang
3) Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi
buatan
5. Pengendalian OPT
3

a. Pengenalan Musuh Alami (Predator, Parasitoid dan Entomopatogen) dan


Agens Pengendali Hayati
1) Mahasiswa mampu mendiskripsikan morfologi/gejala /tanda serangan
(sesui specimen/preperat)
2) Mengenalkan agens pengendali penyakit (antagonis)
b. Pengenalan Jenis/Formulasi Pestisida
1) Mahasiswa mampu memjelaskan jenis-jenis pestisida
(Insektisida,fungisida, dll).
2) Mahasiswa mampu menjelaskan OPT sasaran pestisida
3) Mahasiswa mampu menjelaskan arti kode formulasi dan cara aplikasi
masingmasing formulasi pestisida.
C. Metode
1. Pengenalan Jenis dan Gejala Serangan Hama Penting Tanaman
Pangan/Hortikultura/Perkebunan
a. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Alat tulis
b) Laporan sementara (Hard file)
c) Handphone
2) Bahan
a) Preparat dari spesimen yang akan diamati
b. Cara Kerja
1) Mengklasifikasikan berdasarkan ordo, spesies dan nama umum dari
spesimen yang diamati.
2) Menggambar hama dan gejala yang ditimbulkan dari preparat yang
telah disedikan.
3) Mendeskripsikan berdasarkan hasil amatan pada serangga yang
meliputi ciri morfologi dari masing-masing bagian tubuh yang
meliputi: kepala, thorax, dan abdomen.
4) Mendeskripsikan berdasarkan hasil amatan pada gejala serangan
hama secara umum dengan sistematika hama merusak pada tanaman
4

berdasarkan hasil amatan, bagian tanaman yang dirusak, stadium


hama yang merusak, dan status hama sebagai hama utama/sekunder
tanaman.
1. Pengenalan Tipe Gejala dan Tanda Penyakit pada Tanaman
Pangan/Hortikultura Perkebunan
a. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Laporan sementara (Hard file)
b) Alat tulis
c) Handphone
d) Mikroskop
e) Obyek glass dan cover glass
f) Jarum
g) Pipet drop
2) Bahan
a) Preparat segar maupun foto tanaman yang bergejala penyakit, dan
pathogen (penyebab penyakit)
b. Cara Kerja
1) Menggambar secara sistematis gejala dari preparat ataupun foto yang
tersedia dengan diberi keterangan gambarnya meliputi:
a) Gejala/tanda penyakit diberi keterangan, tipe gejala (nekrosis,
hipoplasis, atau hiperplasis), tanaman apa saja yang dapat
menjadi inang, bagian jaringan sehat dan sakit, dan deskripsi
gejala.
b) Patogen/penyebab penyakit diberi keterangan nama/spesies
pathogen, kelas dalam taksonomi, tipe parasit (obligat/fakultatif),
dan mekanisme parasitisme (pathogen necotroph/biotroph).
2. Mengidentifikasi Hama/Patogen dari Lapangan
a. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Alat tulis
5

b) Laporan sementara (Soft file)


c) Handphone
2) Bahan
a) Sampel tanaman
b. Cara Kerja
1) Mencari lokasi pertanaman terdekat dari rumah, baik pertanaman
pangan, hortikultura ataupun perkebunan.
2) Menyiapkan peralatan praktik sesuai kebutuhan dan mencari sampel
tanaman yang sehat dan tanaman dan atau bagian tanaman sakit/rusak
akibat serangan OPT.
3) Mengamati OPT (hama dan penyakit tanaman) yang menyerang
tanaman berdasarkan morfologi/tipe alat mulut hama beserta
kerusakannya dan atau gejala serta tanda penyakitnya).
4) Mengambil gambar/foto (lengkap dengan koordinat dan lokasi tempat
foto diambil) jenis OPT dan gejala serta tanda serangan OPT serta
mencatat/mendeskripsikan morfologi/gejala/tanda serangan OPT
dengan lengkap.
5) Pengamatan dilakukan di beberapa titik pengamatan untuk
mendapatkan jenis /gejala serangan OPT yang lain yang juga
menyerang tanaman sama.
6) Mencatat kondisi umum lokasi (jenis dan perkiraan umur tanaman,
jenis habitat sekitarnya dan informasi penting lain).
7) Mengidentifikasi berdasar deskripsi/foto/gambar dari buku atau
referensi valid lainnya untuk memastikan nama hama dan atau
penyebab penyakitnya.
3. Diagnosis Penyakit Dari Lapangan
a. Alat dan Bahan
1) Isolasi Jamur
a) Alat
1. Petridish steril
2. Lampu bunsen
6

3. Pisau
4. Pinset
5. Gelas beaker
6. Kertas label
7. Kertas saring
8. Plastik wrap
9. Kapas
10. Jarum ose
11. Gunting
12. Sarung tangan lateks
b) Bahan
1. Padi dan apel yang terinfeksi
2. Aquades
3. Sublimat 1%
4. Alkohol 70%
5. Media PDA
2) Isolasi Bakteri
a) Alat
1. Petridish steril
2. Lampu bunsen
3. Pisau
4. Pinset
5. Gelas beaker
6. Kertas label
7. Kertas saring
8. Plastik wrap
9. Kapas
10. Jarum ose
11. Gunting
12. Sarung tangan lateks
b) Bahan
7

1. Wortel yang terinfeksi


2. Aquades
3. Sublimat 1%
4. Alkohol 70%
5. Media NA
3) Inokulasi Jamur dan Patogen melalui Stomata
a) Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet drop
3. Kertas label
4. Sarung tangan lateks
5. Kapas
b) Bahan
1. Tanaman kacang tanah yang sehat
2. Tanaman kacang tanah yang terinfeksi
3. Aquades
4) Inokulasi Jamur dan Patogen melalui Luka
a) Alat
1. Petridish
2. Jarum ose
3. Lampu bunse
4. Pipet drop
5. Pisau
6. Kertas label
7. Sarung tangan lateks
b) Bahan
1. Apel yang sehat
2. Aquades
3. Alkohol 70%
5) Inokulasi Bakteri melalui Luka
a) Alat
8

1. Petridish
2. Jarum ose
3. Lampu bunse
4. Pipet drop
5. Pisau
6. Kertas label
7. Sarung tangan lateks
b) Bahan
1. wortel yang sehat
2. Aquades
3. Alkohol 70%
b. Cara Kerja
1) Isolasi Jamur Jaringan Tipis
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakukan sterilisasi diri dan meja kerja.
c) Meyiapkan media biakan berupa media PDA, lalu emotong daun
padi yang terinfeksi menjadi kecil-kecil sebanyak 3 bagian, daun
yang dipotong harus setengah bagian sakit dan setengah bagian
sehat.
d) Hasil potongan tersebut direndam kedalam alkohol selama 30
detik, lalu direndam dengan sublimat selama 30 detik, terakhir
dicuci dengan aquades selama 30 detik.
e) Memasukkan kedalam media biakan dengan menggunakan pinset
steril secara aseptik dan meletakkannya pada 3 titik membentuk
segitiga.
f) Petridish diberi wrap serta diberikan label untuk identitas dan
perlakuan. Membungkus kembali petridish menggunakan wrap
dengan posisi terbalik dari semula.
g) Menginkubasi selama 4x24 jam pada suhu kamar.
h) Melakukan pengamatan pada hari ke-4 dan ke-7, serta mencatat
hasilnya.
9

2) Isolasi Jamur Jaringan Tebal


a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakukan sterilisasi diri dan meja kerja.
c) Meyiapkan media biakan berupa media PDA, lalu memotong
buah apel yang terinfeksi menjadi kecil-kecil sebanyak 3 bagian,
buah apel yang dipotong harus setengah bagian sakit dan setengah
bagian sehat.
d) Hasil potongan tersebut direndam kedalam alkohol selama 30
detik, lalu direndam dengan sublimat selama 30 detik, terakhir
dicuci dengan aquades selama 30 detik.
e) Memasukkan kedalam media biakan dengan menggunakan pinset
steril secara aseptik dan meletakkannya pada 3 titik membentuk
segitiga.
f) Petridish diberi wrap serta diberikan label untuk identitas dan
perlakuan. Membungkus kembali petridish menggunakan wrap
dengan posisi terbalik dari semula.
g) Menginkubasi selama 4x24 jam pada suhu kamar.
h) Melakukan pengamatan pada hari ke-4 dan ke-7, serta mencatat
hasilnya.
3) Isolasi Bakteri
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakukan sterilisasi diri dan meja kerja.
c) Meyiapkan media biakan berupa media NA, lalu mengkorek
wortel yang sakit dengan menggunakan jarum ose yang steril.
d) Memasukkan kedalam media biakan dengan menggunakan jarum
ose tersebut dibentuk zig-zag.
e) Petridish diberi wrap serta diberikan label untuk identitas dan
perlakuan.
f) Membungkus kembali petridish menggunakan wrap dengan
posisi terbalik dari semula.
g) Menginkubasi selama 4x24 jam pada suhu kamar.
10

h) Melakukan pengamatan pada hari ke-4 dan ke-7, serta mencatat


hasilnya.
4) Inokulasi Jamur dan Patogen melalui Stomata
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakukan sterilisasi diri dan meja kerja.
c) Menyiapkan suspensi Uredospom karat, mengkorek dengan
menggunakan jarum ose titik-titik seperti karat pada permukaan
daun sakit secukupnya.
d) Memasukkan korekan tersebut kedalam tabung reaksi yang berisi
10 ml aquades, lalu menggojoknya hingga merata.
e) Memilih daun kacang tanah yang tidak terlalu muda namun juga
tidak terlalu tua, kemudian mencucinya dengan kapas yang
ditetesi aquades.
f) Memberikan suspensi Uredospom karat dengan cara menetesinya
kebagian permukaan daun bagian bawah dengan menggunakan
pipet drop hingga mereta, lalu diberikan lebel untuk memberi
identitas. Melakukan hal yang sama dengan kontrol pada daun
yang berbeda, yaitu daun kacang tanah ditetesi menggunakan
aquades.
g) Menginkubasi selama 7x24 jam pada suhu kamar. Mengamati dan
mencatat hasilnya pada hari ke-7.
5) Inokulasi Jamur dan Patogen melalui Luka
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakukan steriliasasi diri dan meja kerja.
c) Membersihkan buah apel dengan mencucinya menggunakan
kapas yang terdapat alkoholnya, dilakukan dengan perlahan agak
tidak terluka.
d) Memilih salah satu bagian buah kemudian membuat luka-luka
berupa tusukan kecil dengan ujung jarum yang steril.
e) Mengorek inokulum lalu menempelkan pada lubang tersebut
setelahnya balut dengan kapas dan diberi label untuk identitas.
11

Melakukan hal yang sama untuk perlakuan kontrol, namun bagian


yang dilubangi tidak perlu diberi inokulum.
f) Menginkubasi selama 7x24 jam pada suhu kamar. Melakukan
pengamatan dan mencatat hasilnya pada hari ke-7.
6) Inokulasi Bakteri melalui Luka
a) Menyiapkan alat dan bahan.
b) Melakukan steriliasi diri dan meja kerja.
c) Mencuci wortel dengan alkohol 70% menggunakan kapas, lalu
membelah menjadi dua bagian menggunakan pisau atau silet yang
steril.
d) Petridish diberi tisu dan pada bagian tengah diberi pembatas
untuk membetasi 2 perlakuan yang akan diterapkan.
e) Menetesi aquades pada salah satu dari dua bagian yang dibelah,
hal ini untuk perlakuan kontrol. Satu bagian lagi ditetesi aquades
lalu ditetesi lagi suspensi bakteri pada permukaannya
menggunakan pipet drop.
f) Memberikan label sebagai identitas dari perlakuan. Menginkubasi
selama 7x24 jam pada suhu kamar.
g) Mengamati dan mencatat hasil inokulasi pada hari ke-7.
4. Pengendalian OPT
a. Pengenalan Musuh Alami (Predator, Parasitoid dan Entomopatogen) dan
Agens Pengendali Hayati
Pengenalan Musuh Alami
1) Alat dan Bahan
a) Alat
1. Laporan sementara (Hard file)
2. Handphone
3. Alat tulis
b) Bahan
1. Predator
12

 Kelas Insekta: belalang sembah (Mantidae, Orthoptera),


kumbang buas Coccienellidae (Coleoptera), lalat buas
Xyrphidae (Diptera), Capung (Odonata), kepik buas
Reduviidae (Hemiptera)
 Kelas Arachnida: Laba-laba  Lycosidae (Araneida)
2. Parasitoid
 Parasitoid telur: Trichogramma spp.
(Trichogrammatidae/Hymenoptera), Telenomus sp.
(Scelionidae/Hymenoptera), Tetrasticus sp.
(Eulopidae/Hymenoptera)
 Parasitoid larva atau larva-pupa: Apanteles sp.
(Braconidae/Hymenoptera), Xantopimpla sp.
(Ichnemonidae/Hymenoptera), lalat parasit
(Tachinidae/Diptera)
 Parasitoid pupa: Brachymeria sp.
(Chalcidoidae/Hymenoptera)
3. Patogen serangga: Metarrhizium anisopliae (Ser.)
2) Cara Kerja
a) Menggambar masing-masing preparat gejala serangan/musuh
alami yang telah disediakan.
b) Menentukan jenis musuh alami dan mendeskripsikan morfologi
musuh alami serta gejala dan tanda serangan.
c) Deskripsi morfologi meliputi:
 Morfologi dewasa: bentuk sayap depan dan belakang, jumlah
sayap, bentuk tubuh, warna tubuh, ukuran, alat mulut.
 Morfologi stadia muda: ciri kaki/tungkai, alat mulut, ciri lain.
 Catatan tambahan: mendeskripsikan juga stadia yang bertindak
sebagai musuh alami, sumber makanan stadium yang tidak
sebagai musuh alami; cara makan/ status endo/ekto parasit, arti
penting/potensi sebagai agens pengendali hayati.
Pengenalan Agens Pengendali Hayati
13

a) Cara Kerja
1) Menggambar secara mikroskopis masing-masing preparat agens
hayati.
2) Mendeskripsikan mengenai mekanisme kerja dan deskripsi umum
dari agens hayati yang digunakan.
b. Pengenalan Jenis/Formulasi Pestisida
1) Alat dan Bahan
a) Alat
1. Alat tulisa
2. Laporan sementara (Hard file)
3. Handphone
b) Bahan
1. Beberapa jenis pestisida (insektisida, fungisida dan
bakterisida)
2) Cara Kerja
a) Melakukan pengamatan terhadap beberapa jenis pestisida yang
telah disediakan.
b) Menggambar kemasan dari pestisida yang digunakan.
c) Menentukan formulasi dari pestisida berdasarkan informasi yang
terlah didapat melalui pengamatan.
3) Mendeskripsikan arti dari kode yang ada pada kemasan pestisida, cara
pengaplikasian, dan OPT sasaran
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Praktikum Perlindungan Pertanian yang telah dilakukan dari


acara 1-5 dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan praktikum acara 1, terdapat ciri khas morfologi yang
membedakan hama satu dengan yang lainnya, salah satu pembeda pada
hama serangga adalah bentuk sayap dan tipe alat mulut.
2. Berdasarkan praktikum acara 2, gejala adalah kelainan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang ditunjukkan oleh tumbuhan atau tanaman.
Gejala penyakit pada tumbuhan yang disebabkan oleh patogen ada 3 yaitu
gejala nekrosis, hipoplasis, dan hiperplasis. Penyakit tanaman merupakan
gangguan pada tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang disebabkan oleh patogen maupun non
patogen
3. Berdasarkan praktikum acara 3, tanaman padi yang dijadikan objek
pengamatan terserang oleh organisme penggangu tanaman (OPT). OPT
yang terdapat pada pengamatan adalah walang sangit, dan penyakit blast.
Gejala serangan dari hama walang sangit yaitu adanya bintik-bintik hitam
pada bulir padi. Gejala yang paling umum dari penyakit bercak sempit
adalah adanya bercak berwarna coklat tua, berbentuk oval sampai bulat,
berukuran sebesar biji wijen, pada permukaan daun, pada pelepah atau
pada gabah.
4. Berdasarkan praktikum acara 4, keberhasilan isolasi dan inokulasi buatan
tergantung pada kesterilan tempat, orang yang melakukakan, dan alat yang
digunakan. Media biakan isolasi jamur ialah (petridish steril) Potato
Dextrose Agar (PDA), sedangkan isolasi bakteri dilakukan pada pada
media biakan (petridish steril) Nutrient Agar (NA). Isolasi dan Inokulasi
harus dilakukan secara aseptik agar tidak terkontaminasi mikroorganisme
lain yang tidak diharapkan

57
58

5. Berdasarkan praktikum acara 5, agen pengendali OPT yaitu predator,


parasitoid, entomopatogen, dan agen pengendali hayati penyakit.
Pretadormerupakan organisme yang hidup dengan memangsa bintang lain,
terutama hama. Parasitoid adalah organisme yang hidup didalam tubuh
binatang lain (hama) dengan merugikan inangnya. Entomopatogen
merupakan mikroorganisme yang hidup sebagai parasit pada serangga
(hama). Agen pengendali hayati penyakit merupakan mikroorganisme
yang mengendalikan patogen dengan cara menghambat penyebaran,
pertumbuhan, dan dapat membunuh patogen. Pestisida adalah bahan kimia
yang dipergunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Berdasarkan jenis racunnya, pestisida dibedakan menjadi pestisida
racun kontak dan pestisida racun sistemik. Pestisida memiliki beberapa
formulasi seperti WP (Wettable Powder), SP (Soluble Powder),
tepung/powder, butiran/granule, larutan dalam air dan lain sebagainya

B. Saran

Berdasarkan praktikum Perlindungan Tanamanyang telah dilakukan dapat


diberikan saran antara lain:

1. Sebaiknya untuk praktikum kedepannya tidak menyusun laporan dengan


tulis tangan.
2. Kedepannya komunikasi antara coass dan praktikan lebih ditingkatkan lagi
supaya tidak terjadi salah paham.
3. Kedepannya coass diusahakan lebih responsif dan membersamai
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, S. R, Widiantini, F, & Yulia, E. 2019. Metode inokulasi buatan untuk


menguji infeksi Peronosclerospora maydis penyebab penyakit bulai
tanaman jagung. Jurnal Agro, 6(1): 77-85.
Aprillya, M. R, Suryani, E, Dzulkarnain, A. 2019. The analysis of quality of
paddy harvest yield to support food security: A system thinking approach
(case study: East Java). Procedia Computer Science, 161, 919-926.
Armah, Z., Naim, N., & Pratama, R. 2022. perbandingan pertumbuhan candida
albicans pada media Potato Dextrose Agar (PDA) dan Chrom Agar
Candida (CAC). Jurnal Medika: Karya Ilmiah Kesehatan, 7(2): 66-76.
Asrul, et al. 2021. Karakterisasi jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang
(Basal Rot) pada bawang wakegi (Allium x wakegi Araki). J Agricultural
4(3): 341-350.
Ayu P. N, Pelealu, J, Kandowangko, D. S, Tumbelaka, S. 2020. Populasi dan
intensitas serangan hama walang sangit (Leptocorisaoratorius) pada
beberapa varietas tanaman padi sawah di Desa Tolotoyon Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan. In COCOS (Vol. 6, No. 6).
Badaring, D R., Fiqriansyah M W., Arsad B. 2020. Identifikasi morfologi mikroba
pada ruangan water closet jurusan biologi Universitas Negeri Makassar.
Jurnal Biologi Universitas Makassar. 2(1): 161-169.
Bambang N. 2017. Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani) pada padi dan
taktik pengelolaannya. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 21(2), 63-
71.
Febriza, M. A., & Adrian, Q. J. 2021. Penerapan AR dalam media pembelajaran
klasifikasi bakteri. Jurnal BIOEDUIN: Program Studi Pendidikan
Biologi, 11(1), 10-18.
Indrawan, P. N., & Sujaya, I. N. 2021. kontaminasi bakteri pada uang kertas:
systematic review. Health. 8(1): 492-513.
Murwarni, A, Satya, R, Putrimulya, G, Nurbayti, H, Qurrota, A, Hanik, N. R.
2022. Identification of pests and diseases in long bean plants (Vigna
sinesis L .) in Ploso Village, Jumapolo, Karanganyar. Biologi Tropis,
22(2), 511–517.
Nugroho YA, Ningsih EMN, Jannah RMF. Kajian penggunaan ekstrak gulma
bandotan (Ageratum conyzoides L.) dan sintrong (Crassocephalum
crepidioides Benth) terhadap perkembangan bakteri Erwinia carotovora
pada umbi wortel (Daucus carota L.). Agrika 16(1): 14-26.
Paulus L., Naharia, O, Moko, E. M, Yalindua, A, & Ngangi, J. 2021. Karakter
morfologi dan identifikasi hama pada tanaman dalugha (Cyrtosperma
merkusii (Hassk.) Schott) di Kabupaten Kepulauan Talaud Propinsi
Sulawesi Utara. JURNAL ILMIAH SAINS, 21(1), 96-112.
Pertiwi, B. G., Puji, K., dan Dwiastuti, M. 2019. Pengaruh pemberian
pyraclostrobin dan pzoxystrobin pada pertumbuhan bibit tanaman jeruk
(Citrus reticulata) dengan teknik sambung pucuk dan inokulasi penyakit.
Jurnal Produksi Tanaman, 7(6): 1040-1047.
PRASETYO, M. S. H. (2017). Kajian intensitas penyakit bercak coklat sempit
(Cercospora oryzae) dan teknik pengendaliannya pada pertanaman padi di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
Prihatiningrum C, Nafi’udin A F, Habibullah M. 2021. Identifikasi teknik
pengendalian hama penyakit cabai di Desa Kebonelgi Kecamatan
Kaliangkrik Kabupaten Magelang. J Cemara 18(1):19-24.
Putra, D. G. P., & Sholahuddin, A. H. 2019. potensi pengendalian gulma teki
dengan pestisida hayati untuk mengurangi pencemaran
perairan. EDUSAINTEK, 3: 2685-5852.
Ramadhan R, Juariah S, Riyani WS. 2021. Potensi ubi jalar putih (Ipomoea
batatas linneaus varietas) sebagai media alternatif pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 10(1):23-26.
Rina, H. S. S., Rianto, F., & Syahputra, E. 2022. identifikasi penyakit hawar
bakteri malai padi di kabupaten kubu raya. Jurnal Sains Pertanian
Equator, 11(4): 282-290.
Sa’adah, N. (2018). Pembiakan khamir Saccharomyces Cerevisiae dan uji
antagonis terhadap Gloeosporium sp. penyebab penyakit busuk buah pada
apel. Skripsi.
Sarjani, T. M., Mawardi, M., Pandia, E. S., & Wulandari, D. (2017). Identifikasi
morfologi dan anatomi tipe stomata famili piperaceae di Kota Langsa.
Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 1(2): 182-191.
Sembiring, A. B., Sudana, I. M., & Suniti, N. W. 2021. Identifikasi jamur
penyebab penyakit kudis pada buah Jeruk Siam Kintamani (Citrus nobilis
L.) dan pengendaliannya secara hayati. Jurnal Agroekoteknologi Tropika,
5(2): 2301-6515.
Suradi, A. A. M., Rasyid, M. F., Mushaf, M., & Rizal, M. 2023. deteksi tingkat
kematangan buah apel menggunakan segmentasi ruang warna HSV.
In SISITI: Seminar Ilmiah Sistem Informasi dan Teknologi Informasi,
12(1): 19-26.
Thohari, N. M., Pestariati, P., & Istanto, W. 2019. pemanfaatan tepung kacang
hijau (Vigna Radiata L.) sebagai media alternatif NA (Nutrient Agar)
untuk pertumbuhan bakteri escherichia coli. ANALIS KESEHATAN
SAINS, 8(2).
Tjahjono, B. (2017). Ilmu penyakit tumbuhan. Univ. Nusant. PGRI Kediri.
Yosmaniar, Y., Novita, H., & Setiadi, E. 2018. Isolasi dan karakterisasi bakteri
nitrifikasi dan denitrifikasi sebagai kandidat probiotik. Jurnal Riset
Akuakultur, 12(4), 369-378.

Anda mungkin juga menyukai