Anda di halaman 1dari 59

PERSEBARAN DAN

MORFOMETRI TIKUS
SERTA KELELAWAR
DI INDONESIA

B. Yuliadi

1
DAFTAR ISI

Judul 1
Daftar Isi 2
Daftar Tabel 4
Kata Pengantar 6
Pendahuluan 7
A. Persebaran dan morfometri tikus di Indonesia 9
I. Tikus Jawa, ketinggian 0-1000 mdpl 11
II. Tikus Sumatera, ketinggian 0-1000 mdpl 12
III. Tikus Kalimantan, ketinggian 0-1000 mdpl 13
IV. Tikus Sulawesi, ketinggian 0-1000 mdpl 14
V. Tikus Maluku Kepulauan, ketinggian 0-1000 mdpl 15
VI. Tikus Sunda Kecil Kepulauan, ketinggian 0-1000 mdpl 16
VII. Tikus Papua, ketinggian 0-1000 mdpl 17
VIII. Tabel morfometrik genus tikus 18
B. Ciri khusus, morfometri dan persebaran kelelawar di Indonesia 23
I. Famili Pteropodidae 23
1. Genus Acerodon 24
2. Genus Aethalops 24
3. Genus Balionycteris 24
4. Genus Boneia 25
5. Genus Chironax 25
6. Genus Cynopterus 25
7. Genus Dobsonia 26
8. Genus Eonycteris 27
9. Genus Harpyionycteris 27
10. Genus Macroglossus 27
11. Genus Megaerops 28
12. Genus Neopteryx 28
13. Genus Nyctimene 28
14. Genus Paranyctimene 29
15. Genus Penthetor 29
16. Genus Pteropus 30

2
17. Genus Rousettus 32
18. Genus Styloctenium 32
19. Genus Syconycteris 32
20. Genus Thoopterus 33
II. Famili Megadermatidae 33
III. Famili Nycteridae 33
IV. Famili Vespertilionidae 34
1. Genus Glischropus 34
2. Genus Harpiocephalus 35
3. Genus Hesperoptenus 35
4. Genus Kerivoula 35
5. Genus Miniopterus 36
6. Genus Murina 38
7. Genus Myotis 39
8. Genus Nyctophilus 41
9. Genus Philetor 41
10. Genus Phoniscus 42
11. Genus Pipistrellus 42
V. Famili Rhinolophidae 45
VI. Famili Hipposideridae 47
VII. Famili Emballonuridae 50
VIII. Famili Rhinopomatidae 52
IX. Famili Molossidae 52
1. Genus Chaerophon 52
2. Genus Cheiromeles 53
3. Genus Marmopterus 53
4. Genus Mops 53
5. Genus Otomops 53
6. Genus Tadarida 54
C. Dosis Anestesi ketamine sylla pada tikus dan kelelawar 55
DAFTAR PUSTAKA 58

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Morfometrik spesies genus Rattus 18


Tabel 2. Morfometrik genus Bunomys 19
Tabel 3. Morfometrik genus Bandicota 19
Tabel 4. Morfometrik genus Melomys 20
Tabel 5. Morfometrik genus Maxomys 21
Tabel 6. Morfometrik genus Mus 22
Tabel 7. Morfometrik genus Uromys 22
Tabel 8. Persebaran genus anggota famili Pteropodidae di Indonesia 23
Tabel 9. Persebaran Jenis-jenis anggota genus Acerodon. 24
Table 10. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota mara Acerodon 24
Tabel 11. Persebaran jenis-jenis anggota genus Cynopterus 25
Tabel 12. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Cynopterus 26
Tabel 13. Persebaran jenis-jenis anggota genus Dobsonia 26
Tabel 14. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Dobsonia 27
Tabel 15 Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Megaerops 28
Tabel 16. Persebaran jenis-jenis anggota genus Nyctimene 28
Tabel 17. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Nyctimene 29
Tabel 18. Persebaran jenis-jenis anggota genus Pteropus 30
Tabel 19. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Pteropus 31
Tabel 20. Persebaran dan ukuran lengan bawah sayap jenis-jenis anggota genus Rousettus. 32
Tabel 21. Persebaran dan ukuraan bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Syconycteris. 32
Tabel 22. Persebaran jenis-jenis anggota genus Nycteris 33
Tabel 23. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Nycteris 33
Tabel 24. Persebaran anggota famili Vespertilionidae di Indonesia 34
Tabel 25. Persebaran jenis-jenis anggota genus Kerivoula 35
Tabel 26. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Kerivoula 36
Tabel 27. Persebaran jenis-jenis anggota genus Miniopterus 37
Tabel 28. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Miniopterus 37
Tabel 29. Persebaran jenis-jenis anggota genus Murina 38

4
Tabel 30. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Murina. 38
Tabel 31. Persebaran jenis-jenis anggota genus Myotis 39
Tabel 32. Ciri-ciri anggota kelompok genus Myotis 39
Tabel 33. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota Myotis kelompok Chrysopteron 40
Tabel 34. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota Myotis kelompok Selysius 40
Tabel 35. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota Myotis kelompok Leuconoe 40
Tabel 36. Persebaran jenis-jenis anggota genus Nyctophilus 41
Tabel 37. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Nyctophilus 41
Tabel 38. Persebaran jenis anggota genus Phoniscus 42
Tabel 39. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Phoniscus 42
Tabel 40. Persebaran jenis-jenis anggota genus Pipistrellus 43
Tabel 41. Ciri-ciri anak genus Pipistrellus 43
Tabel 42. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis Pipistrellus anggota anak genus Pipitrellus 44
Tabel 43. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis Pipisterllus anggota anak genus Hypsugo 44
Tabel 44. Ukuran bagian tubuh jenis Pipistrellus anggota anak genus Falsistrellus 44
Tabel 45. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis Pipistrellus anggota anak genus Arielulus 44
Tabel 46. Persebaran jenis-jenis anggota genus Rhinolophus 45
Tabel 47. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Rhinolophus 46
Tabel 48. Persebaran jenis-jenis anggota genus Hipposideros 47
Tabel. 49. Ukuran bagian tubuh dan ciri kelompok jenis anggota genus Hipposideros 48
Tabel. 50. Ciri-ciri jenis-jenis anggota Hipposideros 48
Tabel. 51. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Hipposideros 49
Tabel 52. Persebaran anggota famili Emballonuridae di Indonesia 50
Tabel 53. Persebaran jenis-jenis anggota genus Embballonura 50
Tabel. 54. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Emballonura 51
Tabel 55. Persebaran jenis-jenis anggota genus Taphozous 51
Tabel 56. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Taphozous 51
Tabel 57. Persebaran jenis-jenis anggota genus Charephon 52
Tabel 58. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Chaerephon 52
Tabel 59. Dosis Anestesi Tikus (0.1 ml/ 100 gr BB) 55
Tabel 60. Dosis Anestesi Kelelawar (0.04 ml/100 gr BB) 57

5
KATA PENGANTAR

Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset
Kesehatan Nasional (Riskesnas) dengan tujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor
dan reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir,
baik yang baru ataupun muncul kembali di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah
pengumpulan data dan spesimen di lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta
pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku.

Pengumpulan spesimen reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis reservoir


penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data spesimen hasil riset dapat
berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik, serta
ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi hewan
reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan penularan penyakit bersumber
binatang (zoonosis). Pada Riset Khusus Vektora ini binatang reservoir dikoleksi yaitu
tikus dan kelelawar. Oleh karena itu diperlukan buku pendukung yang dapat membantu
dalam proses identifikasi.

Buku suplemen ini bertujuan agar pada pengumpulan data, khususnya identifikasi tikus
dan kelelawar dapat dilakukan secara baik dan benar sesuai standar baku sehingga
dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawwabkan secara
ilmiah

6
PENDAHULUAN

Informasi dan dokumentasi tikus serta kelelawar di Indonesia belum banyak


disajikan, buku “Kelelawar Indonesia” menjadi satu satunya pedoman identifikasi
kelelawar berbahasa Indonesia. Buku pengenalan tikus bahkan masih terbatas tikus
Jawa, kedua buku tersebut diatas merupakan karangan Bapak Suyanto LIPI. Keragaman
genus dan spesies tikus serta kelelawar di Indonesia sangat kompleks akibat kondisi bio-
geografisnya. Wilayah Oriental, peralihan (antara garis Wallace dan Webber, pertemuan
wilayah Oriental dan Australia) dan wilayah Australia.
Jenis kelelawar di dunia diketahui terdapat 18 famili, 192 genus dan 977 spesies
(Nowak 1999), menurut Anthony M. Hutson et al, (2001) dalam bukunya
“Microchiropteran Bats”, kelelawar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu
kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) dan kelelawar pemakan serangga
(Microchiroptera). Jumlah spesies terpublikasi terakhir berjumlah 1117 meliputi 1 famili
186 spesies megachiroptera dan 17 famili 931 spesies microchiroptera. (C. Srinivasulu
et al. 2010)
Jenis kelelawar di Asia Tenggara terdapat 254 spesies tersebar di “Indochina
region malaya dan islands of the continental”. Indonesia dengan kepulauan terbentang
dari Sumatera sampai Papua mendukung keanekaragaman hayati. Lebih dari 200
spesies kelelawar (20% jenis kelelawar di dunia) berada di Indonesia. Beberapa pulau
seperti Kalimantan sangat kaya jenis kelelawarnya tetapi Pulau Sulawesi memiliki
keragaman spesies endemik (Karl F. Koopman, 1989).
Tikus merupakan satwa liar dan sangat sering berhubungan dengan manusia.
Tikus merupakan binatang yang paling menikmati positif dari kemajuan ekonomi negara
– negara Asia. Di dunia, kelompok pengerat ada 29 famili, 468 genus dan 2052 spesies
(Nowak, 1999), sedangkan di Indonesia terdapat 3 famili yaitu Sciuridae, Muridae dan
Hystricidae. Sampai tahun 2014 di Indonesia terlaporkan terdapat 43 genus 165 spesies.

7
Penyusunan buku ini bertujuan untuk membantu tenaga pengumpul data dalam
proses identifikasi tikus dan kelelawar selama proses kegiatan pengumpulan data Rikhus
Vektora. Pemeriksaan yang langsung dilaksanakan pada kegiatan Rikhus Vektora tahun
2015-2017 di laboratorium lapangan adalah identifikasi spesimen tikus dan kelelawar.
Buku ini berisi persebaran tikus dan kelelawar di Indonesia yang tersaji dalam bentuk
tabel beserta cara membacanya, diambil dari buku Checklist of The Mammals of
Indonesia LIPI, 2002. Selain tabel distribusi juga ditampilkan foto foto spesies tikus dan
kelelawar yang berhasil dikoleksi pada Rikhus Vektora tahun 2015 dan beberapa foto
koleksi peneliti dari LIPI. Dilengkapi cara pengukuran dan beberapa ciri ciri khusus yang
menjadi penanda dalam menentukan spesies binatang tertangkap.
Tabel morfometri kelelawar disadur dari buku kelelawar Indonesia dengan
beberapa penciri khusus untuk identifikasi, tabel morfometri tikus disadur dari beberapa
referensi yang sudah ada.

8
A. Persebaran dan morfometri tikus dan kelelawar di Indonesia

9
10
Tikus Jawa, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Bandicota bengalensis
2. Bandicota indica
3. Chiropodomys gliroides
4. Maxomys surifer
5. Mus caroli
6. Mus cervicolor
7. Mus musculus
8. Niviventer cremoriventer
9. Niviventer fulvescens
10. Rattus argentiventer
11. Rattus exulans
12. Rattus norvegicus
13. Rattus tanezumi
14. Rattus tiomanicus

11
Tikus Sumatera, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Bandicota bengalensis
2. Bandicota indica
3. Berylmys bowersi
4. Chiropodomys gliroides
5. Lenothrix canus
6. Leopoldamys edwarsi
7. Maxomys surifer
8. Maxomys rajah
9. Maxomys whiteheadi
10. Mus caroli
11. Mus cervicolor
12. Mus musculus
13. Niviventer cremoriventer
14. Niviventer fulvescens
15. Rattus annandelai
16. Rattus argentiventer
17. Rattus exulans
18. Rattus norvegicus
19. Rattus tanezumi
20. Rattus tiomanicus
21. Sundamys muelleri

M. surifer

Perbedaan Maxomys surifer dan M. rajah


1. Rambut hitam pada
punggung M. rajah lebih
banyak sehingga lebih M. rajah
gelap
2. Rambut sisi dalam paha
kaki belakang, M. rajah
pu h

M. baeobodon

12
Tikus Kalimantan, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Chiropodomys gliroides
2. Haeromys margarettae
3. Haeromys pusillus
4. Lenothrix canus
5. Leopoldamys sabanus
6. Maxomys baeodon
7. Maxomys ochraceiventer
8. Maxomys surifer
9. Maxomys rajah
10. Maxomys whiteheadi
11. Mus caroli
12. Mus musculus
13. Niviventer cremoriventer
14. Niviventer rapit
15. Rattus argentiventer
16. Rattus exulans
17. Rattus norvegicus
18. Rattus tanezumi
19. Rattus tiomanicus
20. Sundamys muelleri

13
Tikus Sulawesi, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Bunomys andrewsi
2. Bunomys chrysocomus
3. Bunomys coelestis
4. Bunomys fratorum
5. Bunomys heirinchi
6. Bunomys penitus
7. Echiotrix leucura
8. Haeromys minahasae
9. Haeromys pusillus
10. Margarethamys parvus
11. Maxomys hellwaldi
12. Maxomys musschenbroekii
13. Maxomys wattsi
14. Melomys aerosus
15. Mus musculus
16. Paruromys dominator
17. Rattus argentiventer
18. Rattus exulans
19. Rattus dammermani
20. Rattus hoffmani
21. Rattus marmosurus
22. Rattus mollicomulus
23. Rattus nitidus
24. Rattus norvegicus
25. Rattus tanezumi
26. Rattus xanthurus
27. Taeromys celebensis
28. Taeromys punicans
29. Taeromys taerae

14
Tikus Maluku Kepulauan, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Melomys aerosus
2. Melomys bannisteri
3. Melomys fraterculus
4. Melomys leucogaster
5. Melomys obiensis
6. Mus musculus
7. Rattus argentiventer
8. Rattus ellapinus
9. Rattus exulans
10.Rattus felicius
11.Rattus leocopus
12.Rattus morotaiensis
13.Rattus nitidus
14.Rattus norvegicus
15.Rattus tanezumi
16.Stenomys ceramicus
17.Uromys caudimaculatus

15
Tikus Sunda Kecil Kepulauan, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Mus caroli
2. Mus musculus
3. Paulamys naso
4. Rattus argentiventer
5. Rattus exulans
6. Rattus hainaldi
7. Rattus norvegicus
8. Rattus timorensis
9. Rattus tanezumi

16
Tikus Papua, ketinggian 0-1000 mdpl

1. Melomys platyops
2. Melomys aerosus
3. Melomys leucogaster
4 Melomys levipes
5. Melomys rufescens
6. Mus musculus
7. Rattus argentiventer
8. Rattus exulans
9. Rattus jobiensis
10. Rattus leucopus
11. Rattus nitidus
12. Rattus norvegicus
13. Rattus praetor
14. Rattus sordidus
15. Rattus tanezumi
16. Stenomys niobe
17. Stenomys richardsoni
18. Stenomys verecundus
19. Uromys anak
20. Uromys boeadii
21. Uromys caudimaculatus
22. Uromys emmae
23. Xenuromys barbatus

17
Tabel 1. Morfometrik spesies genus Rattus
Ukuran Warna rambut
Spesies Persebaran Mammae
Warna Keterangan
Panjang Panjang
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor

R. annandelai Sumatera Coklat keabu-abuan Putih sampai ekor panjang


398-483 225-263 37-41 - 43,8-50 2+ 2
kuning pucat coklat gelap
Coklat pucat dengan Abu abu terang
R. argentiventer Seluruh Indonesia 298-380 141-186 32-40 15-21 35,6-42 3+3 bercak hitam halus sampai putih
Coklat kemerahan Putih kusam, rambut
R. dammermani Sulawesi 413-466 208-246 45-47 18-23 47,2-50 3+3 coklat
dengan ujung gelap dasar abu abu

R. exulans 220-282 117-148 25-30 17-20 28,7-32 2+2 rambut duri putih dengan
Seluruh Indonesia Coklat keabu-abuan Abu abu terang hitam
ujung coklat
- 2+2 Dengan rambut duri,
R. felicius Seram 353-415 153-185 44-47,5 20-23 Coklat kemerahan Putih hitam
ekor pendek
Bagian punggung dengan
R. hainaldi Flores 210-294 129-161 26-29,5 17-21 29,1-35 - Oranye kecoklatan Abu abu pucat banyak rambut penjaga panjang
hitam coklat lembut dan tebal
R. hoffmani Sulawesi 324-387 155-192 36-42 21-24 37,7-46 1+3 coklat gelap Telinga 13% panjang HB
kekuningan abu abu terang

R. jobiensis Papua 457 227 38 51 - 2+2 Coklat gelap Putih kusam Abu abu gelap
coklat kemerahan kekuningan dengan Coklat dengan
Dengan rambut duri

18
R. leocopus Aru, Papua 324-387 155-192 36-42 21-24 37,7-46 1+2 ujung putih
bercampur abu abu rambut dasar abu abu pada sisiknya
coklat kemerahan abu abu dengan cincin
R. marmosurus Sulawesi 367-575 192-345 40-44 - 42-47 1+2 rambut dasar abu abu gelap sampai ujung rambut panjang dan lembut
coklat kekuningan putih kusam dengan
R. mollicomulus Sulawesi 294-311 141-154 33-45 - - 1+3
dasar abu abu dasar abu abu
prehensile tail
R. morotaiensis Morotai, Halmahera 340-424 185-224 31-39,5 17-18,7 - 2+3 Coklat gelap putih bentuk sisik rambut runcing panjang
dasar abu abu berbeda
R. nitidus Sulawesi, Halmahera, dua warna
337-385 165-190 39-41 17-20 44-47,6 3+3 Coklat keabu abuan Abu abu
Papua atas dan bawah
R. norvegicus Seluruh Indonesia 367-575 192-345 39-44 17-22 42-47 coklat Abu abu terang
3+3 atau coklat

R. praetor Papua 325,3-345 148-149 36,3-38,5 19-19,5 42,9-45 2+2 Coklat keabu abuan Abu abu
R. sordidus Papua 246-365 106-167 27,5-37 - 36,5 3+3 Coklat gelap Abu abu terang dua warna
atas dan bawah
R. tanezumi Seluruh Indonesia 231-439 121-220 27,5-39 16-22 41-44 2+3 coklat kusam Abu abu gelap,
abu abu kecoklatan
R. timorensis Flores (234) (77) 30 20,5 38,7 1+2 Coklat zaitun abu abu dua warna
Sumatera, Kalimantan 260-399 120-211 28-36 16-22 41 Halus, coklat zaitun
R. tiomanicus 2+3 Putih susu coklat gelap
Jawa bercampur putih
Coklat oranye abu abu dengan cincin
R. xanthurus Sulawesi 394-540 200-275 40-46 - 45-55 1+2 dengan dasar putih gelap sampai ujung
Tabel 2. Morfometrik genus Bunomys
Ukuran Warna rambut
Warna
Spesies Persebaran Panjang Panjang Mammae Keterangan
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor

Bunomys andrewsi Sulawesi 247-362 110-167 35-44 22-27 37-45,5 0+2 coklat abu abu Gelap
putih
coklat gelap

Bunomys chrysocomus Sulawesi 187-360 90-180 31-40 17-28 35,8-41 0+2 coklat putih Gelap
Abu abu gelap, abu abu abu abu keputihan, abu abu Lembut, dengan rambut penjaga
Bunomys coelestis Sulawesi 283-344 136-165 35-39 21-25 37,6-41 0+2 kecoklatan/berbintik coklat gelap dengan berbintik putih Gelap
sedikit lebih panjang
putih keabu-abuan Gelap ujung Warna putih pada ujung ekor
Bunomys fratorum Sulawesi 307-390 150-200 36-39 26-28 41-46,5 0+2 abu abu kecoklatan putih 30-40% panjang ekor
dengan kuning pucat

Bunomys heirinchi Sulawesi 272-315 130-153 32-36 - 37,6-40 0+2 Coklat kemerahan Putih susu dengan Gelap
dasar abu abu
Bunomys penitus Sulawesi 293-440 138-198 38-45 23-29 39,3-46 0+2 Oranye kecoklatan Abu abu pucat Gelap ujung Warna putih pada ujung ekor
putih 10-15% panjang ekor

19
Tabel 3. Morfometrik genus Bandicota
Ukuran Warna rambut
Warna
Spesies Persebaran Panjang Panjang Mammae Keterangan
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor

Bandicota indica Jawa, Sumatera 278-608 190-280 46-60 25-33 48-64,5 3+3 coklat kehitaman Abu abu gelap Gelap Rambut pemandu bagian
punggung panjang seperti ijuk
Bandicota bengalensis Jawa, Sumatera 273-371 90-180 27-38 20-24 36-43,9 > 12 Abu abu coklat Abu abu Gelap Gigi seri atas menjorok ke depan
kehitaman
Abu abu terang Lembut, dengan rambut penjaga
Rattus norvegicus Seluruh Indonesia 367-575 192-345 39-44 17-22 42-47 3+3 Coklat Gelap
atau coklat sedikit lebih panjang

Perbedaan posisi gigi seri atas


B. indica dan B. bengalensis

Bandicota bengalensis
Bandicota indica
Tabel 4. Morfometrik genus Melomys
Ukuran Warna rambut
Warna
Spesies Persebaran Panjang Panjang Mammae Keterangan
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor

Melomys aerosus Sulawesi, Halmahera 300-336 125-138 31-34 16-18 35-37 0+2 Coklat gelap Coklat abu abu Coklat gelap
Papua
Melomys bannisteri Kai, Maluku 218-232 106-117,6 23-25,5 12,8-15 32,75 0+2 Coklat kemerahan putih Coklat abu abu
Melomys fraterculus Seram, Halmahera 321-325 153-155 26 17-18 31-33 0+2 ekor lebih
Coklat terang Abu abu terang melomys kecil
panjang dari HB
Melomys fulgens Seram 355 205 34 17 - 0+2 Oranye kecoklatan Putih The long
prehensile tail

20
Melomys leucogaster Seram, Papua 285-370 142-189 26,5-37 - 30-39,7 0+2 Coklat kelabu Putih susu dua warna melomys besar

Melomys levipes Papua 278-293 131-141 36-37 - 33,4-34,4 0+2 Coklat gelap Putih kelabu
Melomys obiensis Obi 271-305 148-175 26,7-29 14-17 33,4-34,4 0+2 Coklat kemerahan Putih Melomys ukuran sedang
255 120 30 10 - 0+2 Coklat gelap Putih kusam, rambut ekor lebih
Melomys platyops Papua
dasar abu abu pendek dari HB
Coklat gelap ekor lebih
Melomys rufescens Papua 275 135 28 10,5 - 0+2 dengan coklat merah Putih
pendek dari HB
Tabel 5. Morfometrik genus Maxomys
Ukuran Warna rambut
Habitat Warna
Spesies Persebaran Panjang Panjang Mammae Keterangan
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor
Jawa,Sumatera, Coklat kemerahan Bicolor
Maxomys surifer Terestrial 306-439 146-148 32-40 20-25 39,4-46,1 2+2 Putih ujung putih Rambut duri pendek dan keras
Kalimantan jingga
Maxomys rajah Sumatera, Kalimantan Terestrial 328-426 162-210 35-43 21-24 40,9-48,6 2+2 Coklat kemerahan Putih Bicolor lebih gelap dari M.surifer, rambut
ujung putih paha sisi dalam putih
Maxomys whiteheadi Sumatera, Kalimantan Terestrial 188-234 88-108 24-28 15-18 29,2-33,7 2+2 Coklat kekuningan Abu abu kecoklatan Bicolor, gelap Rambut punggung bentuk duri,
bawah pucat abu abu dengan ujung hitam

Maxomys baeodon Kalimantan Terestrial 245-273 119-133 25-28 17-19 33,2-35,2 2+2 Coklat gelap Kekuningan Bicolor dengan rambut duri

21
Maxomys ochraceiventer Kalimantan Terestrial 270-346 130-175 20-35 15-19 35,3-39,6 2+2 Coklat kemerahan Abu abu kekuningan Bicolor ada rambut duri

Maxomys wattsi Sulawesi Terestrial 289-339 125-154 35-38 20-25 39,8-44,1 - Coklat kekuningan abu terang Bicolor Tanpa rambut duri
very long, soft, and dense fur
Abu abu dengan Bicolor The sides of the body are bright,
Maxomys hellwaldi Sulawesi Terestrial 350-407 165-191 43-48 26-32 44,1-49,9 1+2 Putih
rambut dasar coklat orange-brown
Maxomys musschenbroekii Sulawesi Terestrial 248-300 117-142 32-38 19-22 33-39 2+2 - Putih ujung putih Tanpa rambut duri

GG Musser, 1991, Sulawesi Rodents: Descriptions of New Species of Bunomys and Maxomys (Muridae, Murinae)
Tabel 6. Morfometrik genus Mus
Ukuran Warna rambut
Warna
Spesies Persebaran Panjang Panjang Mammae Keterangan
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor

Mus caroli Jawa, Sumatera 133-197 66-90 17-19 11-18 20-29 3+2 coklat kuning Coklat Abu abu Gelap
kehitaman terang
Mus cervicolor Jawa, Sumatera 118-189 48-90 27-38 11-18 20-28 3+2 Coklat Abu abu terang Gelap

16 12 19 Coklat Abu abu terang Gelap


Mus musculus Seluruh Indonesia 153 79 3+2 atau coklat

22
Tabel 7. Morfometrik genus Uromys
Ukuran Warna rambut
Warna
Spesies Persebaran Panjang Panjang Mammae Keterangan
Telinga Tengkorak Dorsal Ventral ekor
Total Ekor

Uromys anak Papua 618-735 323-400 38,5 16-22 20-29 - Coklat gelap coklkat, abu abu Gelap
kekuningan
Uromys boeadii Papua 490 235 62 25 - - Coklat gelap Putih susu Gelap

16-20 - - Coklat Abu abu terang bicolor 1/2-2/3 ujung ekor putih
Uromys caudimaculatus Papua, Seram 385-620 195-310 49-61 atau coklat

50,5 20,5 - - Coklat Abu abu terang Gelap


Uromys emmae Papua 490 258 atau coklat
B. Ciri khusus, morfometri dan persebaran kelelawar di Indonesia
I. Famili Pteropodidae
Ciri ciri: mata besar, telinga tidak memiliki tragus dan antitragus, tonjolan geraham tumpul, proicessus postorbitalis
umumnya berkembang. Genus Eonycteris, Dobsonia dan Neopteryx jari sayap nomor dua tidak bercakar

Tabel 8. Persebaran genus anggota famili Pteropodidae di Indonesia.

Genus Persebaran
Acerodon Sulawesi dan Nusa Tenggara
Aethalops Sumatera, Kalimantan dan Pegunungan Jawa
Balionycteris Sumatera dan Kalimantan
Boneia Sulawesi
Chironax Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Lombok dan Sulawesi
Cynopterus Seluruh Indonesia, kecuali Papua Barat. Dapat dijumpai di gua-gua dangkal
Dobsonia Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua Barat (menghuni ceruk-ceruk / gua dangkal
Dyacopterus Sumatera dan Kalimantan
Eonycteris Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (menghuni gua yang dalam)
Harpyionycteris Sulawesi
Macroglossus Seluruh pulau-pulau di Indonesia
Megaerops Sumatera, Kalimantan dan Jawa
Neopteryx Sulawesi
Nyctimene Sulawesi, Maluku dan Papua Barat
Paranyctimene Papua Barat dan Maluku
Penthetor Sumatera dan Kalimantan. Dapat dijumpai di gua-gua dangkal
Pteropus Seluruh Indonesia
Rousettus Seluruh Indonesia. Dapat dijumpai juga di dangkal
Styloctenium Sulawesi
Syconycteris Maluku dan Papua Barat
Thoopterus Sulawesi dan Maluku

23
1. Genus Acerodon

Ciri ciri: Warna rambut sekitar bahu kuning kontras dengan bagian tubuh lainnya, abu abu, coklat kekuningan atau
kehitaman (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P2P3P4M1M2/I1I2CP1P3P4M1M2

Tabel 9. Persebaran Jenis-jenis anggota genus Acerodon.

Nama ilmiah Nama daerah Persebaran


A. celebensis (Peters, 1867) Kalong sulawesi Sulawesi
A. humilis (K. Andersen, 1909) Kalong talaud Kep. Talaud
A. mackloti (Temminck, 1873) Kalong nusatenggara Nusa Tenggara

Table 10. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota mara Acerodon

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6
A. celebensis Coklat kekuningan 0 62,5-64,9 120,5-144,3 50,2-71,0 Panjang, >moncong 28.8-30,5
A. humilis Coklat kehitaman + 62,3-63,2 140 57 Panjang, <moncong 24
A. mackloti Coklat kekuningan 0 66-72 135-160 62,5-71,0 Panjang, >moncong 32,5
Keterangan:
1: warna, 2: Tonjolan mesolingual pada P3 jelas, 3: Panjang tengkorak total, 4: Lengan Bawah sayap, 5: betis, 6:
telinga. Tanda + artinya ya dan “0” artinya tidak, Anserson (1912)

2. Genus Aethalops
Ciri ciri: tidak berekor jumlah gigi seri bawah hanya dua. (Suyanto 2001) hanya ada 1 spesies yaitu Codot Bukit, A
alecto (Thomas, 1923). Persebaran: Jawa, Bali, Lombok, Sumatera, Kalimantan, pada ketinggian 900-2700 mDpl.
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1/I2CP1P3P4M1M2
Aethalops alecto, Thomas 1923 (Codot Bukit)
Panjang lengan bawah: 43,5-52,7 mm, Panjang Betis: 16,6-20,6 mm, Panjang telinga: 10-15,3 mm, Panjang
kaki belakang: 8,6-12,3 mm, Rambut punggung coklat kelabu sampai coklat kemerahan

3. Genus Balionycteris
Ciri ciri: Mremiliki totol totol putih pada sayap, terutama pada persendian tulang telapak dan jari, gigi seri bawah dua
pasang, tidak berekor. (Suyanto 2001) hanya ada 1 spesies yaitu Langai isiq, B. maculata (Thomas, 1893).
Persebaran: Sumatera, Kalimantan.
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I2CP1P3P4M1M2
Balionycyteris maculata, Thomas 1893 (Langai isiq)
Panjang lengan bawah: 39-45mm, Rambut punggung coklat kehitaman dengan warna paling hitam di bagian
kepala

24
4. Genus Boneia
Ciri ciri: rambut leher membentuk jumbai berwarna coklat tua. (Suyanto 2001) Muka di depan telinga coklat
kekuningan dan belakang kepala sampai sisi leher dan bahu kuning keemasan. Dagu, dada, perut, paha dan bagian
atas humerus coklat gelap. Bagian membran sayap dan interfemoral coklat (Jentink, F. A, 1879)
Rumus gigi: I2CP1P3P4M1M2/I1I2CP1P3P4M1M2M3
Boneia bidens, Jentink 1879 (Cecadu Sulawesi)
Panjang lengan bawah: 95 - 95.5 mm, Panjang Betis: 50.5 mm, Panjang telinga: 23.5 mm, Panjang kaki
belakang: 31 mm, Sekilas sama dengan Rousettus, Gigi seri atas 1 pasang, gigi seri bawah sebelah luar lebih
besar

5. Genus Chironax
Ciri ciri: tidak berekor warna kepala hitam, badan coklat kehitaman, (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1/I1I2CP1P3P4M1M2
Chironax melanochepalus, Temminck 1825 (Bukal Kepala Hitam)
Panjang lengan bawah: 40 – 46 mm, Ekor tidak ada, Warna kepala lebih hitam, Warna bagian lain coklat
kehitaman, Pada spesies dewasa terdapat warna jingga kuning pada sisi leher, Telinga memiliki tepi gelap.
Hanya satu pasang gigi seri bawah.

6. Genus Cynopterus

Ciri ciri: Pada Genus Cynopterus semua tepi telinganya ada garis putih tegas kecuali C. nusatenggara, berekor dan
moncong pendek (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1/I1I2CP1P3P4M1M2

Tabel 11. Persebaran jenis-jenis anggota genus Cynopterus

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


C. brachyotis (Muller, 1838) Codot Krawar Nepal, India, Sri Langka, Myanmar Thailand,
Indocina, Kep. Andaman dan Nicobar, Malaysia,
Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali, Maluku
C. horsfieldi Gray, 1843) Codot Horsiefld Thailand, Semenanjung Malaysia Barat,
Sumatera, Jawa, Kalimantan
C. Iuzoniensis (Peters, 1861) Codot Sulawesi Sulawesi dan Filipina
C. minutus (Milier, 1906) Codot Mini Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi
C. nusa tenggara (Kitchener & Codot Nusa Tenggara Nusa Tenggara
Maharadatunkamsi, 1991)
C. sphinx (Vahl, 1797) Codot Barong Pakistan, India ke timur sampai Indocina dan
Malaysia, Sumatera, Bali
C. titthaeecheilus (Temminck, 1827) Codot Besar Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Timor

25
Tabel.12. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Cynopterus

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8
C. brachyotis 0 Putih 27,0,-30,7 13,3-16,2 54,7-66,7 18,7-26,3 15-17 13,5-15,5
C. horsfieldi + Putih 26-31 - 64-78 18-27 15-17 14,5-17
C. luzoniensis 0 Putih 27,2-30,5 13,5-16,0 56,0-68,9 19,2-25,2 15-16 14-17
C. minutus 0 Putih 25,4-28,3 12,5-14,5 52,9-61,9 19,0-25,2 13-15 11,0-12,5
C. nusa tenggara 0 Hitam 26,0-29,9 13,5-15,2 55-65 21-27 15-18
C. sphinx 0 Putih 28,1-33,7 14,3-18,2 58-76 20,1-27,6 18-20 16,0-18,5
C. titthaecheilus 0 Putih 35-39 16,0-16,3 74-83 29-33 18-21 19-22
Keterangan:
1: Tonjolan di tengah permukaan kunyah pada P4 dan M1, 2: Tepi telinga, 3: Panjang tengkorak total, 4: Panjang tilang
langit langit, 5: Lengan Bawah sayap, 6: betis, 7: telinga. 8: kaki belakang, Tanda + artinya ya dan “0” artinya tidak,
Kitchener dan Maharadatunkamsi (1991)

7. Genus Dobsonia
Ciri ciri: Rambut di daerah punggung tidak tumbuh, membran sayap terlihat menyambung di bagian punggung. Ukuran
panjang lengan bawah menjadi ciri identifikasi Genus Dobsonia. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2CP3P4M1M2/I2CP1P3P4M1M2M3

Tabel 13. Persebaran jenis-jenis anggota genus Dobsonia.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


D. beauforti (Bergmans, 1975) Kubu beafort Papua Barat (Sorong, P. Biak, Waigeo dan Owii)
D. crenulata (Andersen, 1909) Kubu halmahera P. Sangihe, Kep. Togian, Kep. Banggai, P.
Halmahera
D. emersa (Bergmans & Sarbini, 1985) Kubu biak Papua Barat (P. Biak dan Owi)
D. exoleta (K. Andersen, 1909) Kubu sulawesi Sulawesi
D. magna (Thomas, 1905) Kubu moni Papua Barat
D. minor (Dobson, 1879) Kubu kecil Sulawesi dan Papua Barat
D. moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830) Kubu maluku Maluku
D. peroni (E. Geoffroy, 1810) Kubu nusatenggara Bali dan Nusa Tenggara
D. viridis (Heude, 1896) Kubu Hijau Sulawesi dan Maluku

26
Tabel.14. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Dobsonia.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8
D. beauforti Kuning gading 0 + 41,3-43,8 105,5-110,5 46,8-50,9 22,9-26,6 25-27
D. crenulata Kuning kecoklatan 0 + 49,51,2 125,0-136,0 56,5-65,2 27-28 28-31
D. emersa Kuning gading 0 0 41,0-44,5 112,4-119,4 53,0-55,1 25,3-28,1 25-27
D. exoleta Kuning gading 0 0 52,0-53,7 108,5-122,0 48,8-57,3 22,3-26,7 33-36
D. magna Kuning gading 0 0 57,9-62,0 120,152,5 65,5-71,5 27-35 37-43
D. minor Kuning gading 0 0 37,0-40,6 80,2-86,5 29,5-33,3 19,1-19,5 17-23
D. moluccensis putih 0 0 52,1-57,8 133,5-141,3 60,5-63,0 24,0-25,5 36-39
D. peroni kuning gading + 0 48,8-51,9 108,5-127 49,5-63,5 24,2-32,8 24,2-32,8
D. viridis hijau + + 46,5-49 111-130,3 44-63,5 27-31 27-31
Keterangan:
1: Warna cakar, 2: M1 mempunyai tonjolan tambahan sebelah dalam, 3: M1 mempunyai tonjolan tambahan sebelah
depan dalam, 4: Panjang tengkorak total, 5: Lengan Bawah sayap, 6: betis, 7: telinga. 8: kaki belakang, Tanda + artinya
ya dan “0” artinya tidak,

8. Genus Eonycteris
Ciri ciri: tidak memiliki cakar pada jari sayap kedua, moncong sempit panjang, lidah panjang dan rambut halus pendek
seperti beludru. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I1I2CP1P3P4M1M2M3
Eonycteris mayor, Anderson 1910 (Lalai Besar)
Panjang lengan bawah: 72-85 mm, Panjang betis: 33-40 mm,
Eonycteris spelaea, Dobson 1873 (Lalai Kembang)
Panjang lengan bawah: 60 – 81 mm, Panjang betis: 25 – 37 mm,

9. Genus Harpyionycteris
Ciri ciri: tidak berekor dan taring atas lebih lebar serta kurang mencuat ke depan. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2CP1P3P4M1M2/I2CP1P3P4M1M2M3, P1 kecil
Harpyionycteris celebensis, Miller & Hollister 1921 (Codot Harpi)
Panjang lengan bawah: 83.8 – 89.8 mm, Panjang betis: 29.2 – 30.8 mm, Panjang telinga: 16.4 – 18.7 mm,
Panjang kaki belakang dengan cakar: 19.2 – 24.7 mm.

10. Genus Macroglossus


Ciri – ciri: warna tubuh coklat, lidah sangat panjang, 2 kali panjang moncong, (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I1I2CP1P3P4M1M2M3,
M. minimus, Geoffroy, 1810 (Cecadu Pisang Kecil)
Panjang lengan bawah: 37,74-45,95 mm, Panjang betis: 15,13-19,30 mm, Ada alur pada tengah bibir atas
M. sobrinus, Anderson 1911 (Cecadu Pisang Besar)
Panjang lengan bawah: 40,19-53,16 mm, Panjang betis: 15,26-21,56 mm, Tidak ada alur pada tengah bibir
atas

27
11. Genus Megaerops
Ciri – ciri: tidak berekor, jumlah gigi seri bawah hanya dua, hidung pendek, lebih pendek dari Cynopterus, Rostrum
agak lebih tinggi dan cekung di bagian atas (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1/I2CP1P3P4M1M2,

Tabel 15 Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Megaerops.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5
M. ecaudatus 50,5-57 25,6-27,7 7,8-8,3 0 0
M. kusnotoi 48-53 25,0-25,9 8,0-8,3 + 0
M. wetmorei 46-52,5 22,2-24,3 6,8-7,7 0 +
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Panjang tengkorak total, 3: C-M1 4: Bibir atas berkerut kerut seperti bibir anjing bulldog 5:
Ada berkas ranbut putih pada sisi leher dan meluas sampai punggung, Tanda + artinya ya dan “0” artinya tidak.

12. Genus Neopteryx


Ciri – ciri: berwarna kecoklatan dengan mantel keputih putihan, sayap melekat dekat tengah punggung. Tidak memiliki
cakar pada jari kedua sayap, ada garis putih disepanjang sisi wajah dan hidung bersambung dengan alis mata
(Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I2CP1P3P4M1M2M3
Neopteryx frosti, Hayman 1946 (Codot Gigi Kecil)
Panjang lengan bawah: 104.9 – 110.6 mm, Panjang betis: 39.7 – 45.0 mm, Panjang kaki belakang dengan
cakar: 30.2 – 33.3 mm

13. Genus Nyctimene


Ciri ciri: hidung berbentuk tabung dan ada bercak bercak kuning pada sayap dan telinga dengan warna seluruh tubuh
kecoklatan. Ada garis coklat kehitaman sepanjang tengah punggung, gigi seri bawah tidak tumbuh dan gigi seri atas
besar. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1CP1P3P4M1/CP1P3P4M1M2

Tabel 16. Persebaran jenis-jenis anggota genus Nyctimene.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


N. aello (Thomas, 1900) Paniki besar P. Slawati, Papua Barat dan Papua Niugini
N. albiventer (Gray, 1863) Paniki kecil Maluku Utara, P. Yapen, Papua Barat, Papua Niugini,
Kep. New. Britain, New Irleand dan Manus (Australia)
N. cephalotes (Pallas, 1767) Paniki pallas Sulawesi, Maluku, NTT, Papua Barat, Papua Nugini
N. certans (Andersen, 1912) Paniki telinga-bundar Papua Barat dan Papua Niugini
N. cyclotis (Andersen, 1910) Paniki pegunungan Papua Barat dan Papua Niugini
N. draconilla (Thomas, 1922) Paniki kecil Papua Barat dan Papua Niugini
N. keasti (Kitchener, Packer & Paniki keasti Kep. Tanimbar , P. Dullah, Maluku, P. Gag, Papua Barat
Maryanto, 1993)
N. minutus (K. Andersen, 1910) Paniki sulawesi Sulawesi dan P. Buru, Maluku

28
Tabel 17. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis genus Nyctimene.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
N. aello Utuh (memanjang
dari tengkuk 0 35,4-38,5 34,0-36,7 16,0-22,7 77,7-87,0 14,1-31 27,4-36,0 13,6-24,0 0
sampai ekor), lebar
N. albiventer Utuh, sempit 0 24,8-28,8 23,5-27,0 11,3-18,4 49,0-59,2 17,9-30,1 18,1-28,5 11,5-20,9 0
N. cephalotes Utuh, sempit 0 28,3-32,4 27,0-30,7 10,0-18,0 59,1-71,0 20,6-26,2 24,4-27,5 12,7-16,5 0
N. certans Utuh, sempit + - 28,5-31,0 13,6-15,2 57,9-67,0 19,3-24,5 22,2-25,5 13,6-15,2 0
N. cyclotis Tidak utuh
(separuh punggung + 23,9-27,3 26,5-28,2 11,0-24,0 57,0-69,0 19,30 23,4-26,0 12,0-18,5 0
belakang), sempit
N. draconilla Utuh, sempit 0 - - Sep-13 48,3-54,2 15-22 17,1-21,7 10,7-17 0
N. keasti Utuh, sempit 0 28,0-30,8 26,0-28,7 - 55,1-63,0 18,0-25,4 - 14,2-16,9 0
N. minutus tidak utuh (2/3
punggung bagian 0 29,1 0 13 51 - 17 - +
belakang), sempit
Keterangan:
1: Garis coklat di tengh punggung, 2: Telinga bundar dan bertepi tebal, 3: Panjang tengkorak total, 4: Panjang
tengkorak condylobasal 5: kaki belakang, 6: Lengan Bawah sayap, 7: ekor, 8: Betis, 9: Telinga, 10: P2 Tonjolan luar
dan dalam bersatu, Tanda + artinya ya dan “0” artinya tidak.

14. Genus Paranyctimene


Ciri – ciri: hidung berbentuk tabung, berukuran lebih kecil dari nyctimene, tidak memiliki garis coklat di tengah
punggung serta warna sayap kehijauan, distribusi Papua (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1CP1P3P4M1/CP1P3P4M1M2
Paranictymene raptor, Tate 1942 (Paniki Polos)
Panjang lengan bawah: 48-54 mm, Panjang betis: 18-21 mm, Telinga: 10-13 mm

15. Genus Penthetor


Ciri – ciri: mirip Cynopterus perbedaan pada warna rambut punggung coklat kelabu dan perut kelabu muda (Suyanto
2001). Distribusi Sumatera, Kalimantan
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1/I2CP1P3P4M1M2
Penthetor lucasi, Dobson 1880
Panjang lengan bawah: 57-67 mm, Panjang betis: 25-33mm, Telinga: 4-17 mm, Gigi seri bawah sepasang

29
16. Genus Pteropus
Genus ini merupakan kelelawar pemakan buah terbesar, di dunia dilaporkan ada 60 jenis, sedangkan di
Indonesia 20 jenis. Jenis jenis Genus Pteropus dibedakan berdasarkan ada tidaknya tonjolan belakang pada geraham
depan, ukuran panjang lengan bawah, telinga dan warna bulu (Suyanto 2001; Suyanto, A., et all, 2002).
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I1I2CP1P3P4M1M2M3

Tabel 18. Persebaran jenis-jenis anggota genus Pteropus.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


P. alecto (Temminck, 1873) Kalong hitam P. Bawean (Jawa), Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,
Papua Barat, Papua Niugini dan Australia
P. argentatus (Gray, 1844) Kalong ambon Maluku, Ambon
P. caniceps (Gray, 1871) Kalong morotai Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara
P. chrysopicillatus (Gould, 1850) Kalong maluku Maluku
P. conspicillatus (Gould, 1850) Kalong kacamata Maluku, Papua Barat,Papua Niugini dan Australia
P. griseus (E. Geoffroy,1810) Kalong kelabu Asia Tenggara benua, Filipina dan Sulawesi, Nusa
Tenggara, P. Timor, Maluku
P. hypomelanus (Temminck, Kalong kecil Asia Tenggara benua, Pulau-pulau kecil sekitar Jawa,
1853) Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua Barat,
Papua Niugini sampai Solomon
P. lombocensis (Dobson, 1878) Kalong lombok Nusa Tenggara dan Maluku
P. macrotis (Peters, 18670 Kalong nissi P. Aru, Salawati, Wokam, Papua Barat dan Papua Niugini
P. melanopogon (Peters, 1878) Kalong awab P. Aru dan Maluku
P. melanotus (Blyth, 1863) Kalong enggano Pkep. Enggano, Kep. Andaman, dan Asia Tenggara Benua
P. neohibernicus (Peters, 1876) Kalong bismark Papua Barat dan Papua Niugini
P. ocularis (Peters, 1867) Kalong seram P. Buru, P.Seram, Maluku
P. personatus (Temminck, 1825) Kalong manu Maluku
P. pohlei Kalong manguai P. Yapen dan P. Biak (Papua Barat)
P. pumilus (Miller, 1910) Kalong talaud Filipina, P. Talaud, dan sulawesi
P. scapulatus (Peters, 1862) Kalong merah Papua Barat, Papua Niugini dan Australia
P. speciosus (Andersen, 1908) Kalong Laut Kep. Talaud dan Filipina
P. temmincki (Peters, 1867) Kalong Temmincki Timor (keberadaannya diragukan oleh Goodwin 1979),
Maluku dan Papua Niugini
P. vampyrus (Linnaeus, 1758) Kalong kapauk Tanasserim, Thailand, Indocina, Malaysia dan Filipina,
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara

30
Tabel 19. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Pteropus

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
P. alecto 0 140-182 65-77 0 (22-23) 64,7-77,2 + 0 + 0 0 0 0 0
P. argentatus + - - 31 - 0 0 0 0 0 0 0 0
P. caniceps + 135-145 58-67,2 (30,3 - 31) - 0 0 0 0 0 0 - -
P. chrysoproctus + 160-180 72,0-75,6 26,2-30,5 68,7-73,9 0 + 0 + + 0 0 0
P. conspicillatus 0 167,5-188,5 49,2-55,6 0 (29-40) 76,0-78,9 0 0 + 0 0 0 + 0
P. griseus + 113-130 - 0 54,3-6-,6 0 0 0 0 0 0 0 0
P. hypomelanus + 105-150 57,5-72 0 (22-27) 61-69 0 0 0 0 0 0 - -
P. lombocensis + 94-127 47-56 0 (24-28) 52-58 0 + 0 + + 0 0 0
P. macrotis 0 125,0-157,0 50-69 (28,0-37,0) - 0 0 0 0 0 0 0 0
P. melapogon + 175-205 83-87 0 (27-30) 90 + 0 0 0 + 0 - -
P. melanotus + 125-165 61-64 0 (27) 61,7-66,8 + 0 + 0 0 0 - -
P. neohibernicus 0 165,0-224,0 76-100 0 (20,0-31) 65,0-91,5 0 0 0 0 0 0 0 0
P. ocularis 0 129-142 - 0 (24) 60,2-66,5 0 0 + 0 0 0 + 0
P. personatus + 85-105 39-44 0 (19,5-23,8) 42,3-47,8 0 + 0 + 0 + 0 +
P. pohlei 0 111,0-136,8 56,3-62,3 0 (24,0-26,2) 54,7-54,9 0 0 0 0 0 + 0 0
P. scapulatus 0 131-143 - 31 54-59,5 0 0 0 0 0 0 0 0
P. pumilus + 109 - 0 - 0 0 0 0 0 + 0 0
P. speciosus + 120,5-123,0 54 0 (25.5) - 0 0 0 0 0 0 0 0
P. temmincki + 96,5-108,0 41-44,5 0 (19-22) 48,0-53,9 0 + 0 + 0 0 0 0
P. vampyrus 0 145-220 86-107 (36-39,5) 72,8-91 + 0 + 0 0 0 0 0

Keterangan:
1: Premolar besar dengan basal ledge tumbuh baik, 2: Lengan Bawah sayap, 3: Betis, 4: Telinga panjang meruncing
5: Panjang tengkorak total, 6: membrane interfemolar tumbuh di tengah, 7: Betis berambut sebelah dorsal, 8:
Punggung kehitaman, 9: Moncong pendek, 10: Gigi geligi sangat besar, 11: Gigi geligi sangat kecil, 12: Lingkaran
mata enyerupai kaca mata, Garis putih dan hitam pada wajah, Tanda + artinya ya dan “0” artinya tidak. (Corbet and
Hill, 1992, Flannery 1995, Andersen 1912)

31
17. Genus Rousettus
Ciri ciri: moncong panjang, perbedaan antar jenis genus ini pada ukuran lengan bawah dan ada tidaknya perlekatan
sayap di bagian punggung (Suyanto 2001). Besar, cakar pada jari kedua dan ekor berkembang baik. Menghasilkan
panggilan khas ekolokasi dengan lidah
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2M3/I1I2I3P1P3P4M1M2M3

Tabel 20. Persebaran dan ukuran lengan bawah sayap jenis-jenis anggota genus Rousettus.

Lengan bawah
Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran
sayap
R. amplexicaudatus (E. Nyap biasa di seluruh wilayah Indonesia, Asia Tenggara Kontinental,
Geoffroy, 18140) Malaysia Timut, Filipina, Kep. Bismarck dan Solomon 77-87,2
R. celebensis (K. Andersen, Nyap sulawesi Sulawesi dan Maluku
72,5-75
1907)
R. leschenaulti (Desmarest, Nyap besar Pakistan, India, Nepal, Bhutan, Myanmar, Thailand, Indocina,
1820) dan Cina Selatan, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok 80,5-87,5
R. spinalatus (Bergmans dan Nyap prapat Sumatera Utara, Kalimantan dan Malaysia Timur
83-89
Hill, 1980)

18. Genus Styloctenium


Ciri ciri: Berwarna kecoklatan dengan mantel keputih putihan, sayap melekat dekat tengah punggung. Tidak memiliki
cakar pada jari kedua sayap, ada garis putih di sepanjang sisi wajah dan sepanjang hidung bersambung dengan alis
mata (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I2CP1P3P4M1M2
Styloctenium wallacei, Gray 1866 (Codot Muka Garis)
P1 sangat kecil, P1 dan M2 kecil, Panjang lengan bawah: 90 – 100 mm, Panjang betis: 38 - 45 mm

19. Genus Syconycteris


Ciri ciri: moncong panjang mirip Macroglossus, perbedaan tidak ada rumpang pada I1, gigi seri lebih kecil dari
Macroglossus (Suyanto 2001). Dibedakan berdasar ukuran panjang lengan bawah sayap, Distribusi: Maluku
Kepulauan dan Papua
Rumus gigi: I1I2CP1P3M1(M2)/I1I2I3P1P3P4M1M2(M3)

Tabel 21. Persebaran dan ukuraan bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Syconycteris.

Nama Lengan Bawah


Nama Ilmiah Persebaran Betis Telinga
Daerah Sayap
S. australis Codot bunga Maluku, Papua Barat, Papua Niugini,
(Peters, 1867) australia Kep. Bismarck dan Australia 38,6-44,6 12,2-18,0 11,5-14,6
S. carolinae Codot bunga P. Hamahera dan Maluku Utara
Rozendaal, 1984 halmahera 55,6-61,6 20,5-24,7 13,2-16,8
S. hobbit (Ziegler, Codot bunga Papua Barat dan Papua Niugini
1982) gunung 46,5-49,4 15,6-16,5 11,1-12,6

32
20. Genus Thoopterus
Genus ini hanya memiliki 1 spesies dan hanya dijumpai di Sulawesi dan Maluku, Berwarna coklat kelabu, mirip
Cynopterus tetapi tidak berekor (Suyanto 2001; Suyanto, A., et all, 2002).
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1/I1I2CP1P3P4M1M2
Thoopterus nigrescens, Matschie 1899 (Codot Walet)
Panjang lengan bawah: 70 – 82 mm, Panjang betis: 29 - 30 mm

II. Famili Megadermatidae


Di Indonesia hanya memiliki 1 genus dan 1 spesies, persebaran meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi
(Suyanto 2001; Suyanto, A., et all, 2002).
Ciri ciri: Telinga bersambungan antara kiri dan kanan pada pangkalnya, tegak dan besar, daun hidung tegak besar.
Tragus panjang dan terbelah, Ekor sangat pendek/tidak ada, kalau ada terbenam dalam selaput kulit antar paha
(Suyanto 2001)
Rumus gigi: I 0/2, C 1/1, P 2/2, M3/3
Megaderma spasma, Linnaeus 1758 (Vampir Palsu)
Panjang lengan bawah: 53 – 58 mm, Panjang betis: 29 -32 mm, Panjang kaki belakang: 14 – 17 mm, Panjang
telinga: 32 – 39 mm, Daun hidung tegak panjang

III. Famili Nycteridae


Ciri ciri: Telinga besar dan sangat panjang, kanan dan kiri terpisah, Ujung ekor berbentuk huruf T terbenam dalam
selaput kulit antar paha. Tragus pendek dan bengkok (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I 2/3, C 1/1, P 1/2, M3/3

Tabel 22. Persebaran jenis-jenis anggota genus Nycteris

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


N. javanica (E. Geoffroy 1813) Pedan Jawa Jawa, Bali, dan Kangean
N. tragata (K. Andersen 1912) Pedan Sunda
Thailand, Malaysia, Sumatera dan Kalimantan

Tabel 23. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Nycteris.

Panjang tengkorak
Jenis Lengan Bawah C-M3 Gigi seri atas
condylocaninus
N. javanica 43-50 < 19,0 < 8,0 Belah tiga
N. tragata 46-55 > 19,2 > 8,0 Belah dua

33
IV. Famili Vespertilionidae
Di dunia famili Vespertilionidae memiliki 43 genus dan 342 spesies, di Indonesia 14 genus 63 spesies (Suyanto 2001;
Suyanto, A., et all, 2002)
Ciri ciri: lipatan kulit sekitar hidung tidak ada dan telinga kanan kiri terpisah kecuali pada genus Nyctophilus. Tragus
berkembang dengan baik, ekor terbenam semua pada selaput kulit antar paha dan berbentuk “V” (Suyanto 2001,
Yasuma S, et al, 2003)

Tabel 24. Persebaran anggota famili Vespertilionidae di Indonesia.

Genus Persebaran
Glischropus Sumatera, Kalimantan dan Jawa
Harpiocephalus Sumatera, Kalimantan, Jawa, Lombok dan Maluku
Hesperoptenus Kalimantan dan Sulawesi
Kerivoula Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi
Miniopterus Seluruh Indonesia. Sering dijumpai dalam gua
Murina Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara
Myotis Seluruh Indonesia
Nyctophilus Nusa Tenggara dan Papua Barat
Philetor Sumatera, Kalimantan dan Jawa
Phoniscus Sumatera, Kalimantan dan Jawa
Pipistrellus Seluruh Indonesia
Scotophilus Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali
Scotorepens Timor, Papua Barat
Tylonycteris Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi

1. Genus Glischropus
Terdapat 2 spesies, Kesindap Jawa G. javanus persebaran hanya di P. Jawa dan Kesindap tilopi G. tylopus persebaran
Sumatera, Kalimantan dan P. Bacan. (Suyanto 2001)
Ciri ciri: Mirip dengan Pipistrellus tetapi kaki dan pangkal ibu jari mempunyai bantalan kulit yang tidak berpigmen.
(Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP3P4M1M2M3/I1I2I3CP1P3P4M1M2M3 P1 kecil kurang dari separuh P4
Glischropus tylopus, Dobson 1875
Punggung coklat kehitaman dan perut coklat kekuningan, Panjang ekor: 32-38 mm, Panjang lengan bawah:
28-30 mm, Telinga: 9-11 mm
Glischropus javanus, Chasen 1939
Panjang lengan bawah: 33 mm

34
2. Genus Harpiocephalus
Bengkalit Harpia H. harpia persebaran di P. Jawa, Sumatera, Kalimantan, Lombok, Maluku dan Ambon. (Suyanto
2001)
Ciri ciri: Rambut tebal seperti wol, Warna rambut punggung, sayap dan selaput kulit antar paha oranye, hidung bentuk
tabung seperti murina. Moncong pendek dan lebar. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP3P4M1M2M3/ I1I2I3CP1P3P4M1M2M3
Harpiocephalus harpia, Temminck 1840
Panjang HB: 52,3-53,7 mm, Panjang ekor: 45,8-50,0 mm, Panjang lengan bawah: 43,3-46,8 mm, Telinga: 16,2-
16,4 mm, Kaki belakang: 9,5-10,2 mm, betis: 21,5-23,3 mm

3. Genus Hesperoptenus
Genus ini dikenali melalui bentuk telinganya, bundar dan pendek dengan tragus berbentuk seperti sabit. Di Indonesia
hanya ada 1 jenis.
Ciri ciri: warna punggung coklat kehitaman, daerah antara lubang hidung gundul serta permukaan dorsal lengan
bawah sayap tidak ditumbuhi rambut. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP1P3P4M1M2/I2CP1P3P4M1M2M3
Hesperoptenus geskelli, Hill 1983 (Bengkalit Sulawesi)
Panjang badan dan kepala: 40 – 75 mm, Panjang ekor: 24 – 53 mm, Panjang lengan bawah: 26 – 60 mm,
Berat: 6,1 – 32 gr

4. Genus Kerivoula
Ciri ciri: Telinga berbentuk corong dengan lekukan lebar di sebelah luar. Jenis genus Kerivoula dibedakan
berdasarkan warna tubuh, ukuran lengan bawah, ekor dan telinga (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP2P3P4M1M2M3/I1I2I3CP24M P3P 1M2M3

Tabel 25. Persebaran jenis-jenis anggota genus Kerivoula.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


K. flora (Thomas, 1914) Lenawai hutan Nusa Tenggara, Sabah
India ke timur sampai Cina Selatan dan Filipina,
K. hardwickei (Horsfield, 1824) Lenawai hardwick ke selatan melawati Malaysia Barat ke seluruh
Indonesia, kecuali Maluku dan Papua Barat
K. intermedia (Hill & Francis, 1824) Lenawai sabah Malaysia dan Kalimantan
K. minuta (Miller, 1898) Lenawai kecil Thailand, Malaysia Barat dan Kalimantan
K. muscina (Tate, 1941) Lenawai irian Papua Barat dan Papua Niugini
K. myrella (Thomas, 1914) Lenawai bismarck P. Wetar, Papua, Kep. Bismarck
K. papillosa (Temminck, 1840) Lenawai besar Jawa, Sumatera, Kaimantan, Malaysia, Filipina
K. pellucida (Waterhouse, 1845) Lenawai sayap terawang Jawa, Sumatera, Nusa Tenggara, Maluku
Malaysia ke barat sampai India, ke timur sampai
K. picata (Pallas, 1767) Lenawai kupu-kupu
Cina Selatan
K. whiteheadi (Thomas, 1894) Lenawai sutera Kalimantan, Malaysia, Thailand, Filipina

35
Tabel 26. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Kerivoula.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
K. flora 38,1-38,4 19,0-20,0 45,5-49,8 14,2-14,9 15,4-15,7 14,4 14,0-14,4
K. hardwickei 31,7-36,7 16,9-19,8 38,6-48,0 12-14* 12,7-14,7 12,3-13,7 11,9-13,6
K. intermedia 26,5-31,3 - 32-41 9-11,5 - 11,1-11,8 -
K. minuta 25-29,5 - 39 8-10* 11,4 10,0-11,1 -
K. muscina 32,0-36,0 14,7-17,3 32,7-44 13-14 13,5 - -
K. myrella 31,5-37,9 14,2-17,8 34,3-46,0 11,4-13,9 - - -
K. papillosa 38-49 - 44,9-56,0 14-17 18 16,5 16,4
K. pellucida 28,5-33,5 - 39-53 14,5-17 - - -
K. picta 32-39 19,9-20,0 40-49,8 13-14,9 14,2-15,7 12,7-14,4 11,9
K. whiteheadi 28-29 - 36-39 13,5-13,5 11,9 - -
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Betis, 3: Ekor 4: Telinga 5: Panjang tengkorak total, 6: Panjang tengkorak condylobasal,
7: Panjang tengkorak condylocaninus, Tanda “-” artinya tidak ada data.

5. Genus Miniopterus
Ciri ciri: Ukuran ruas tulang terakhir jari ke tiga 3 kali panjang tulang jari pertama, telinga pendek bundar dengan
lipatan di bagian belakang. Tragus pendek tumpul melengkung sedikit ke arah depan (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP3P4M1M2M3/I1I2I3CP2P3P4M1M2M3; P3 separuh tinggi P4
Ciri pengenal lain:
M. australis: ukuran tubuh paling kecil, rambut pada selaput kulit antar paha tumbuh sampai garis yang
menghubungkan kedua tumit, betis ditumbuhi rambut halus
M. paululis: kaki belakang dengan cakar 6,3-7,2 mm
M. pusillus: rambut pada selaput kulit antar paha mencapai tulang ekor ketiga
M. tristis: uluran tubuh paling besar

36
Tabel 27. Persebaran jenis-jenis anggota genus Miniopterus.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


M. australis (Tomes, 1858) Tomosu australi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi,
Filipina, Papua Barat, Papua Niugini, Australia
M. macroceneme (Reviliod, Tomosu Sulawesi, Maluku, P. Timor, Papua Barat, Papua Niugini, Australia
1914) melanesia kecil
M. magnater (Sanborn, 1931) Tomosu terbesar Hong Kong, Thailand, Sabah (Malaysia Timur), Sumatera dan Jawa
M. medius (Thomas & Tomosu asteng Thailand, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara,
Wroughton, 1909) Maluku, Sulawesi, Papua Barat dan Papua Niugini
M. paululus (Holister, 1913) Filipina, Sulawesi dan Jawa
M. propitristis (Peterson, Tomosu Papua Barat dan Papua Niugini, New Britain, New Ireland, Australia
1981) melanesia
M. pusillus (Dobson, 1876) Tomosu kerdil India, Nepal, Hong Kong, Kep. Nicobar, Thailand, Sumatera, Jawa,
Timor, Sulawesi, Maluku, Papua Barat, Kaledonia Baru, Kep. Loyalty
M. schreibersi (Kuhl, 1819) Tomosu biasa Eropa Barat, Afrika, Jepang, Pakistan, India Sri Lanka, Nepal,
Mnyanmar, Cina Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia Barat,
Sumatera, Kalimantan, Sabah dan Sarawak, Jawa, Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, Kep. Solomon, dan Australia
M. tristis (Waterhouse, 1845) Tomosu besar Filipina, Sulawesi, Papua Barat dan Papua Niugini

Tabel 28. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Miniopterus.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6
M. australis 34-40 12,7-13,0 0 11-15,7 37,7-44,2 8,5-10,5
M. macroceneme 40,5-49,5 12,6-14,1 0 16,7-20,9 61,0-64,0 8,6
M. magnater 47,5-52,5 15,7-17,3 0 21-21,5 - 11,9-14,0
M. medius 38-44,5 13,8-14,5 0 20 51,63,3 11,7-14,7
M. paululus 34,8-38,0 11,8-13,4 0 - - -
M. propitristis 48,5-55,9 - + 20,0-2-,5 50,5-54,5 13,7-14,5
M. pusillus 39,3-45,5 12,7-13,3 0 16,8-18,4 43,5-52,0 -
M. schreibersi 42,5-51,7 14,6-15,9 0 - 52,2-62,5 13,6-14,4
M. tristis 51,1-58,5 18,4-19,9 + 23,7-26,0 55,3-70,0 13,8-16,1
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Panjang tengkorak condylobasal, 3: Crista sagitalis tumbuh baik 4: Betis 5: Ekor Panjang
tengkorak total, 6: Telinga, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

37
6. Genus Murina
Ciri ciri: Bentuk hidung seperti tabung dan rambut lebat seperti wol (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP3P4M1M2M3/I1I2I3CP3P4M1M2M3

Tabel 29. Persebaran jenis-jenis anggota genus Murina.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


M. aenea (Hill, 1964) Ripo Kalimantan Semenanjung MalaysiaTimur dan kemungkinan di
Kalimantan
M. cyclotis (Dobson, 1872) Ripo Tumpul Sri Langka, India di timur sampai Indocina dan
Semenanjung Malaysia, Malaysia Timur, Filipina dan
Lombok
M. florium (Thomas, 1908) Ripo Flores Sulawesi, Sumbawa, Flores, Maluku Selatan, Papua
Niugini dan Australia
M. rozendaali (Hill & Francis, 1984) Ripo Rozendal Malaysia Timur dan kemungkinan di Kalimantan
M. suilla (Temminck, 1840) Ripo Coklat Malaysia, Sumatera, Nias, Kalimantan dan Jawa

Tabel 30. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Murina.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
M. aenea 35-38 15,5-18,5 35-41 - 13,5-15,5 15,3-16,1 0
M. cyclotis 34-41 - 38-50 - 13-16 15,4-16,9 0
M. florium 30,0-36,2 - 32,9-39,0 7,6-9,0 10,6-15,8 12,5-15,8 +
M. rozendaali 31,5-33,5 - 35-41 - 13,5-15,5 15,3-16,1 0
M. suilla 28-31 - 26-35 7,5 10,5-13 12,6-13,3 +
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Betis, 3: Ekor 4: Kaki belakang 5: Telinga, 6: Panjang tengkorak condylobasal, 7:
PM2≤1/2 PM4, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

38
7. Genus Myotis
Ciri ciri: tragus relatif lurus, panjang dan langsing, ujungnya tumpul. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP2P3P4M1M2M3/I1I2I3CP2P3P4M1M2M3

Tabel 31. Persebaran jenis-jenis anggota genus Myotis.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


M. adversus (Horsfield, 1824) Lasiwen kaki besar Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi,
kelabu Maluku, Papua Barat, Papua Niugini, Asia,
Filipina, Australia
M. ater (Peters, 1866) Lasiwen hitam Malaysia Timur, Mentawai, Sulawesi, Filipina,
Maluku
M. formosus (Hodgson, 1835) Lasiwen hosgon Sumatera, Jawa, Sulawesi, Filipina
M. hasseltii (Temminck, 1840) Lasiwen haselti Malaysia Timur, Kalimantan, sumatera, Jawa,
Asia
M. hermani Thomas, 1923 Lasiwen sumatera Hanya di Sumatera
M. horsdieldii (Temminck, 1840) Lasiwen deignan Malaysia Timur, Jawa, Sulawesi, Filipina, Asia
M. marchotarsus (Waterhouse, 1845) Lasiwen filipina Malaysia Timur, dan Filipina
M. montivagus (Dobson, 1874) Lasiwen berjambang Malaysia Timur, Asia
M. muricola (Gray, 1846) Lasiwen biasa Seluruh Inonesia kecuali Papua Barat, Filipina
dan Asia
M. ridleyi (Thomas,1898) Lasiwen ridley Kalimantan, Malaysia Timur, Asia
M. siligorensis (Horsfield, 1855) Lasiwen himalaya Malaysia Timur, Asia
M. stalkeri (Thomaas, 1910) Lasiwen kai Hanya di Maluku

Tabel 32. Ciri-ciri anggota kelompok genus Myotis.

Ciri-ciri Myotis Selysius Leoconoe Chrysopteron


Membran sayap dan antarpaha, & lengan bawah sayap
berwarna campuran hitam, merah oranye dan kuning 0 0 0 +
Telinga kecil 0 0 + 0
Kaki belakang, termasuk cakar:betis < 1/2 < 1/2 1/2 - 3/4 < 1/2
Kotak tengkorak rendah, profil dorsal melengkung landai + + 0 0
I2 dan I3 ada empat tonjolan + + 0 +

39
Tabel 33. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota Myotis kelompok Chrysopteron.

Ciri
Jenis
1 2 3
M. formosus 45-51 16,3-17,8 6,8-7,3
M. hermani 60 20 8,6
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Panjang tengkorak condylobasal, 3: C-M3, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-”
artinya tidak ada data.

Tabel 34. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota Myotis kelompok Selysius.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5
M. ater 34,3-41,5 37-41 8-6 13,1-14,1 12,8-13,5
M. montivagus 42-45 43-48 6-7 16,4-16,9 -
M. muricola 30,1-37,0 35,7-43,4 5,7-7,2 - 12,0-13,2
M. ridleyi 27-32 28-36 - - 10,4
M. siligorensis 29,5-35 - - - -
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Betis, 3: Kaki belakang 4: Panjang tengkorak condylobasal 5: Panjang tengkorak
condylocaninus, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

Tabel 35. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota Myotis kelompok Leuconoe.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5
M. adversus 37,8-41 10,3-12,1 - 14,1-17,3 +
M. hasseltii 37-42,5 - - 14,1-14,6 0
M. horsfieldi 35-38 10-11 37-39 14,3-14,7 0
M. marcrotarsus 45-49 12-14 46-51 16,9 0
M. stalkeri - - - 17,6 0
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Kaki belakang, 3: Ekor 4: Telinga, 5: P3=P1, tidak keluar dari deretan gigi, Tanda “+”
artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

40
8. Genus Nyctophilus

Ciri ciri: Memiliki struktur tambahan diatas lubang hidung berupa tonjolan kulit, telinga panjang, bersatu di bagian
pangkal kecuali N. microtis. Daun telinga sebelah dalam mempunyai garis lekukan kulit sehingga pada saat istirahat
dapat dilipat. (Suyanto 2001)

Tabel 36. Persebaran jenis-jenis anggota genus Nyctophilus.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


N. bifax (Thomas, 1915) Molbongo australi Papua Barat, Papua Niugini, Australia
N. heran (Kitchener, How & Molbongo lembata P. Lembata
Maharadatunkamsi, 1991)
N. microtis (Thomas, 1888) Molbongo telinga-pendek Papua Barat, Papua Niugini
N. timoriensis (E. Geoffroy, 1806) Molbongo besar P. Timor, Papua Niugini, Australia

Tabel 37. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Nyctophilus.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6
N. bifax 38-45,6 19,8 34,0-46,0 17,0-25,1 & lebar + 16,2-17,1
N. heran 39,3 18,8 40,7 23,4 + 16,7
N. microtis 37,0-40,9 16,1-20,3 - 14,0-19,4 & sempit 0 -
N. timoriensis 39,0-50,0 23,1 35,0-50,5 22,5-30 & lebar + 19,2-19,8
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Betis, 3: Ekor 4: Telinga, 5: Pangkal telinga kanan dan kiri bersambungan, 6: Panjang
tengkorak total, tidak keluar dari deretan gigi, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

9. Genus Philetor
Hanya terdapat satu spesies Philetor brachypterus, persebaran di seluruh Indonesia kecuali NTT, Maluku dan Papua
Nugini. (Suyanto 2001)
Ciri ciri: Warna rambut punggung coklat kehitaman. (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I2I3CP4M1M2 M3/ I1I2I3CP1P3P4M1M2M3, I2 panjang dan sempit dengan 2 tonjolan
Philetor brachypterus, Thomas 1902
Panjang lengan bawah: 30-36 mm, Telinga 13-16 mm, Ekor: 30-38 mm

41
10. Genus Phoniscus
Rumus gigi: I2I3CP2P3P4M1M2M3/I1I2I3CP2P3P4M 1M2M3
Ciri ciri:
P. atrox: Warna rambut lurik mulai dari pangkal: coklat, coklat kehitaman dan ujungnya kuning keemasan,
sayap dan telinga kehitaman, tragus putih merah-jambu
P. jagori: Warna rambut lurik hitam kelabu berseling dengan putih dan hitam, tragus agak melebar di pangkal,
meruncing diujung dan melengkung kea rah luar, ada dua takik pada daun telinga luar
P. papuensis: Warna rambut kuning keemasan

Tabel 38. Persebaran jenis anggota genus Phoniscus.

Jenis Nama Daerah Persebaran


P. atrox (Mille, 1905) Lenawi gigi belekuk Thailand, Malaysia Barat, Sumatera, Kalimantan, Sabah
P. jagori (Peters, 1866) Lenawai terumpet Jawa, Bali, Sulawesi, Filipina dan Kalimantan
P. papuensis (Dobson, 1878) Lenawai emas Papua Barat, Papua Niugini, Australia

Tabel 39. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Phoniscus

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
P. atrox 31,0-35,0 - 37-39 12,5-13,6 12,9-13,8 12,9-13,8 0
P. jagori 37,5-39,4 16,5-18,2 40,5-48,3 14,5-21,2 15,3-15,9 15,3-15,9 +
P. papuensis 35,4-39,3 11,3-18,3 35,3-46,4 11,0-15,1 - - -
Keterangan:
1: Lengan Bawah sayap, 2: Betis, 3: Ekor 4: Telinga, 5: Panjang tengkorak condylobasal, 6: C-M3, 7: P3 dengan
pemanjangan anterointernal yang mencolok, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

11. Genus Pipistrellus


Mirip Myotis tetapi telinga lebih membundar, jarak telinga kiri dan kana jauh serta tragus lebih pendek dan tidak
meruncing (Suyanto 2001)
Rumus gigi: I1I2CP3P4M1M2M3/I1I2I3CP3P 4M1M2M3
Ciri ciri:
P. circumulus: Warna rambut punggung coklat kehitaman dan ujung kuning keemasan atau oranye, rambut
dada lebih coklat dengan ujung abu abu muda
P. javanicus: Warna rambut coklat kehitaman, warna rambut dada lebih muda, tragus panjang tetapi ujung
tidak meruncing, telinga pendek dan membundar.
P. kitcheneri: Warna rambut dorsal dan ventral sama, coklat kemerahan dengan pangkal hitam, telinga sedang
dengan tragus lebar dan pendek
P. macrotis: Warna rambut coklat
P. petersi: Rambut sangat panjang dan kusut warna coklat kehitaman dengan coklat kelabu pucat pada
permukaan atas, rambut dada pendek coklat.
P. tenuis: Warna rambut punggung seragam coklat kehitaman
p. vordermanni: Telinga besar warna sayap keputih putihan

42
Tabel 40. Persebaran jenis-jenis anggota genus Pipistrellus.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


P. angulatus (Peters, 1880) Nighi papua P. Aru dan Papua
P. circumdatus (Temminck, 1840) Nighi sepuhan Jawa dan Asia Tenggara daratan
P. collinus (Thomas, 1920) Nighi gunung Hanya ada di Papua
P. curprosus (Hill & Francis, 1984) Nighi sabah Sabah, Malaysia Timur
P. imbricatus (Horsfield, 1824) Nighi coklat Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi dan
Filipina
P. javanicus (Gray, 1838) Nighi jawa Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara dan
Sulawesi, Filipina, Asia Tenggara daratan sampai Cina,
Jepang
P. kitcheneri (Thomas, 1916) Nighi Kalimantan Hanya ada di Kalimantan
P. macrotis (Temminck, 1840) Nighi sumatera Sumatera, Bali dan Malaysia Barat
P. minahassae (Meyer, 1899) Nighi minahasa Hanya di Sulawesi
P. mordax (Peters, 1866) Nighi jamur Hanya di Jawa
P. papuanus (Peters & Doria, 1881) Nighi irian Maluku dan Papua
P. petersi (Meyer, 1899) Nighi peter Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Filipina
P. stenopterus (Dobson, 1875) Nighi sayap sempit Sumatera, Sabah, Asia Tenggara daratan dan Filipina
P. tenius (Temminck, 1840) Nighi kecil seluruh Indonesia, Asia Tenggara daratan, Filipina dan
Australia
P. vordermanni (Jentink, 1890) Nighi sayap putih P. Belitung dan Sabah

Tabel 41. Ciri-ciri anak genus Pipistrellus.

Ciri-ciri Pipistrellus Hypsugo Falsistrellus Arielulus


Warna ujung bulu dorsal tembaga, perunggu/kuning 0 0 0 +
Kotak tengkorak tinggi + 0 0 +
Kotak tengkorak mencolok panjang 0 0 + 0
Zygomata kuat 0 +/0 + 0
Deretan gigi rahang atas konvorgen 0 0 + 0
I2 belah deoan dan belakang + 0 0 0
P2 sangat kecil, jarang tidak muncul 0 + 0 +
Tulang penis bentuk huruf Y 0 0 0 +

43
Tabel 42. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis Pipistrellus anggota anak genus Pipitrellus.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7
P. angulatus - 33-35,1 12,8-14,0 34,0-38,9 10,0-12,8 - 11,9-12,5
P. collinus - 33,0-38,0 14,2-16,4 30,0-45,2 7,5-13,9 - 12,9-13,5
P. javanicus + 31,7-36 12,2-14,0 34-41 11-12,5 12,4-12,7 12,5-13,4
P. minahassae + - - - - - -
P. papuanus 0 27,3-32,2 10,9-13,2 22,0-35,0 7,5-13,0 - 11,1-12,5
P. tenuis + 29-34,6 - 30-37 8-11 10,1-11,1 -
Keterangan:
1: P3 terdesak keluar deretan gigi, 2: Lengan Bawah sayap, 3: Betis 4: Ekor, 5: Telinga, 6: Panjang tengkorak
condylobasal, 7: Panjang tengkorak total, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

Tabel 43. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis Pipisterllus anggota anak genus Hypsugo.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P. imbricatus 31,9-37,3 11,6-15,5 35,8-41,0 13,5-14,9 12,3-12,6 11,7-12,1 0 + 0 0
P. kitcheneri 35-38 - - - 13,1-13,6 - 0 0 + 0
P. macrotis 33-34 14,0-14,5 - 15,1 11,6-12,0 11,5 0 + 0 0
P. stenopterus 38-42 - - - 15,1-15,8 - + + 0 +
P. vordermani 30,5-31,5 - - 14,7-15,1 11,1 10,8 0 + 0 0
Keterangan:
1: P3 terdesak keluar deretan gigi, 2:, 3: Betis 4: Ekor, 5: Telinga, 6: Panjang tengkorak condylobasal, 7: Panjang
tengkorak total, Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan “-” artinya tidak ada data.

Tabel 44. Ukuran bagian tubuh jenis Pipistrellus anggota anak genus Falsistrellus.

Ciri
Jenis
1 2 3 4
P. modrax 36-41,8 - 13,15,5 -
P. petersi 40-42 39-41 13,15,5 15,3

Tabel 45. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis Pipistrellus anggota anak genus Arielulus.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8
P. circumdatus 40,5-44,0 38-39 12,5 14,9-16,0 1,9-6,4 > 7,5 + 0
P. cuprosus 34,5-36,5 - - - 4,8-4,9 < 7,0 0 +

44
V. Famili Rhinolophidae
Ciri ciri: Daun hidung belakang berbentuk segitiga pipih dengan ujung meruncing dan berdiri tegak, hidung tengah
seperti cula dan hidung bagian depan berbentuk tapal kuda. Telinga besar dengan lipatan menonjol di tepi luar, tidak
memiliki tragus, ekor terbenam di selaput kulit antar paha.
Rumus gigi: I1CP2P3M1M2M3/I1I2CP2P3M1M2M3

Tabel 46. Persebaran jenis-jenis anggota genus Rhinolophus.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


R. acuminatus (Peters, 1871) Prok-bruk loncos Jawa, sumatera, Nusa Tenggara, Malaysia Timur,
Filipina, Asia Tenggara benua
R. affinis (Horsfield, 1823) Prok-bruk hutan Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malaysia,
Asia benua (India ke timur sampai Cina Selatan)
R. arcuatus (Peters, 1871) Prok-buk ladam Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, Papua
Niugini, dan Filipina
R. borneensis (Peters, 1871) Prok-bruk kalimantan Jawa, Kalimantan, Sarawak, & Sabah, Asia
R. canuti (Thomas & Prok-bruk jawa Jawa dan Nusa Tenggara
Wroughton, 1909)
R. celebensis (Ardersen, 1905) Prok-bruk sulawesi Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi
R. creaghi (Thomas, 1896) Prok-bruk creaghi Kalimantan, Sabah, Jawa, dan P. Timor
R. euryotis (Temminck, 1834) Prok-bruk maluku Maluku dan Papua Barat, Papua Niugini
R. keyensis (Peters, 1871) Prok-bruk kai Maluku
R. lepidus (Blyth, 1844) Prok-bruk kelabu Sumatera, Jawa, Malaysia Barat, dan Asia benua,
(Afganistan sampai Cina Selatan)
R. luctus (Temminck, 1834) Prok-bruk besar Sumatera, Jawa, Sarawak, dan Sabah, Asia (India ke
timur sampai Cina Tenggara)
R. macrotis (Blyth, 1844) Prok-bruk asia Sumatera, Filipina, Asia (Pakistan ke timur sampai Cina
Selatan)
R. nereis (Andersen, 1905) Prok-bruk anamba P. Anamba, Kep. Natuna
R. philippinensis (Waterhouse, Prok-bruk telinga Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua
1834) panjang Barat, Papua Niugini, Filipina dan Australia
R. pusillus (Horsfield, 1823) Prok-bruk kecil Kalimantan, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Asia
benua (India ke timur sampai Cina)
R. sedulus (Andersen, 1905) Prok-bruk Sarawak, Malaysia Barat, Sumatera (MZB 18360) dan
pusangntung mungkin ada di Kalimantan
R. simplex (Andersen, 1905) Prok bruk lombok Nusa Tenggara
R. stheno (Andersen, 1905) Prok-bruk stheno Sumatera, Jawa, Malaysia Barat dan Thailand
R. trifoliatus (Temminck, 1834) Prok-bruk wajah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Myanmar, Thailand,
kuning Malaysia dan Singapura

45
Tabel 47. Ukuran bagian tubuh dan ciri jenis-jenis anggota genus Rhinolophus.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
R. acuminatus 0 + 0 0 0 0 46,1-48,1 20,1-21,5 21-31 20-21 17,7-18,7 0
R. affinis 0 0 0 + 0 0 46-54,8 23,5-26,5 21-30 16-25 19,9-21,0 0
R. arcuatus 0 0 + 0 0 + 48,0-54 19,8-24 16-23 15-22 - 0
R. borneensis 0 0 0 0 0 0 40-44 - 21-26 17-19 - 0
R. canuti 0 0 0 0 0 + 49,4-50,5 - - - 19,3-20,2 0
R. celebensis 0 0 0 0 0 + 39,7-44,7 17,8-18,3 20 16 15,5-16,0 0
R. creaghi 0 0 0 0 0 0 46-51 - 19-24 19-23 18,7-19,1 +
R. euryotis 0 0 + + 0 0 50,0-58,5 23,0-28,5 16,0-28,0 19,0-26,5 19,5-22,5 0
R. keyensis 0 0 0 0 0 + 44,7-46,8 18,8-20 23,0 - - 0
R. lepidus 0 + 0 0 0 + 37-42 16,6-17 15-20 15-16 - 0
R. luctus + 0 + 0 0 0 72-75 - 48-56 35-42 - 0
R. macrotis 0 + 0 0 0 + 36-41 - 14 19-22 - 0
R. nereis 0 0 0 0 0 0 45 21 17 - - 0
R. philippinensis 0 0 0 0 + + 48-55,4 23 25-35 27-31 - 0
R. pusillus 0 + 0 0 0 0 36-40,8 16,2-17 13-21,4 12,5-16,6 13,6-13,8 0
R. sedulus + 0 0 0 0 + 40-44 - 20-25 22-23 - 0
R. simplex 0 0 0 0 0 0 40,9-44,6 17,9-18,7 20,8-25,3 17,0-19,5 16,2-16,3 0
R. stheno 0 0 0 + 0 0 45-48 19,8-20,8 16-18 16-17 19,7-20,2 0
R. trifoliatus + 0 0 0 0 + 47-55 - 27-38 22-27 - 0
Keterangan:
1: Lapet lateral, 2: Taju penghubung runcing, 3: Daun hidung anterior menutupi moncong, 4: Daun hidung anterior
bertakik, 5: Sekat lubang hidung berbentuk mangkok, 6: Sella besar, 7: Lengan bawah sayap 8: Betis 9: Ekor, 10:
Telinga, 11: Panjang tengkorak condylocaninus, 12: Taju penghubung tidak ada, berupa seberkas rambut. Tanda “+”
artinya ya, “0” artinya tidak dan tanda “-“ artinya data tidak tersedia.

46
VI. Famili Hipposideridae
Ciri ciri: hidung kompleks, bagian anterior (depan) berbentuk seperti tapal kuda, bagian tengah bangunan daging
berbentuk bantal dan bagian posterior (belakang) berbentuk struktur seperti kantong bersekat sekat, tidak memiliki
tragus, jari kaki II – IV hanya 2 ruas
Rumus gigi: I 1/2, C 1/1, P 1/1 atau 2/2, M 3/3

Tabel 48. Persebaran jenis-jenis anggota genus Hipposideros.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


H. ater (Templeton, 1848) Barong malaya Sumatera, Kalimantan, Jawa, Lombok, Sulawesi, Maluku, Papua
Barat, Papua Niugini, Solomon, Australia, Filipina, dan Vietnam
H. bicolor (Temminck, 1834) Barong dwiwarna Thailand, Malaysia, Sumatera, Kalimanta, Jawa dan Nusa
Tenggara
H. breviceps (Tate, 1941) Barong pagai P. Pagai, Kep. Mentawai
H. calcaratus (Dobson, 1877) Barong bertaji Papua Barat, Papua Niugini dan Solomon
H. cervinus (Gould, 1854) Barong gould Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, P. Kangean, P. Bacan, P. Kai,
Papua Niugini, Solomon, Malaysia, Singapura, Filipina dan
Australia
H. cineraceus (Blyth, 1853) Barong kelabu Sumatera, P. Krakatu, P. Kangean, Kalimantan, Malaysia,
Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar, Pakistan dan Filipina
H. corynophyllus (Hill, 1985) Barong irian Papua Barat dan Papua Niugini
H. crumenisferus (Leseur & Petit, 1807) Barong timor P. Timor
H. diadema (Geoffroy, 1813) Barong besar Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi,
Papua Barat, Papua Niugini,
H. dinops (Andersen, 1905) Barong galak Sulawesi dan P. Solomon
H. dyacorum (Thomas, 1902) Barong dayak Kalimantan, Sarawk, dan Malaysia Barat
H. galeritus (Cantor, 1846) Barong cantor Jawa, Kalimantan, Malaysia, India, Srilangka dan Thailand
H. inexpectatus (Laurie & Hill) Barong bermahkota Sulawesi Utara
H. larvatus (Horsfield, 1823) Barong horsfield Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Malysia, Singapura,
Thailand, Vietnam, Cina, Myanmar dan India
H. macrobullatus (Tate, 1941) Barong makro Sulawesi, P. Kangean dan P. Seram
H. madurae (Kitchener & Maryanto, 1993) Barong madura Jawa dan Madura
H. maggietaylorae (Smith & Hill, 1981) Barong maggie Papua Barat dan Papua Niugini
H. muscinus (Thomas & Doria, 1886) Barong sungai Papua Barat dan Papua Niugini
H. papua (Thomas & Doria, 1886) Barong geelvink Maluku dan Papua Barat
H. ridleyi (Robinson & Kloss, 1911) Barong ridley Sabah, Malaysia Barat, dan Singapura
H. sabanus (Thomas, 1898) Barong kecil Sumatera, Kalimantan dan Malaysia
H. sorenseni (Kitchener & Maryanto, 1993) Barong Jawa
pangandaran
H. sumbae (Oei, 1960) Barong sumba Nusa Tenggara
H. wollastoni (Thomas, 1913) Barong wollaston Papua Barat dan Papua Niugini

47
Tabel. 49. Ukuran bagian tubuh dan ciri kelompok jenis anggota genus Hipposideros.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok bicolor 14 + 0 +/0 0 0 12,6-17,1 4,8-7,5 kecil =
Kelompok cyclops 3 0 0 0 + + 15,1-16,3 6,4-7,1 kecil >(sedikit)
Kelompok diadema 3 0 + 0 0 0 25,0-34,7 11,0-15,2 besar >
Kelompok speoris 4 0 0 + 0 0 15,8-29,8 6,7-9,5 besar >

Tabel. 50. Ciri-ciri jenis-jenis anggota Hipposideros.

Ciri
Jenis
1 2 3 4
H. atera 0 0 0 0
H. bicolorb 0 0 0 0
H. brevicepsc 2 0 0 +
H. calcaratusa 0 0 0 0
H. cervinusa 2 0 0 0
H. cineraceus 0 + 0 0
H. corynophyllus 2 0 + (sedang) 0
H. crumeniferusd 0 0 0 0
H. diadema 3 (4) 0 + (kuat) 0
H. dinops 4 0 + (kuat) 0
H. dyacorumc 0 0 0 0
H. galeritusc 2 0 0 0
H. Inexpectatus 0 0 + (kuat) 0
H. larvatus 3 0 0 0
H. macrobullatus 0 0 0 0
H. maduraef 3 0 0 0
H. maggietayloraea 0 0 0 0
H. muscinusa 2 0 + (sedang) 0
H. papuag 3 (yang ketiga mengecil) 0 0 0
H. ridleyi 0 0 0 0
H. sabanusc 0 0 0 0
H. sorensenif 3 0 0 0
H. sumbaef 0 0 0 0
H. wollastonia,d,g 2 0 + (sedang) 0

48
Tabel. 51. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Hipposideros.

Ciri
Jenis
5 6 7 8 9 10
H. atera 36,2-43,0 16,0-20,6 18-30 19-22 13,5-14,7 7,5-8,4
H. bicolorb 42,3-45,9b 18,5-20,6b 27,4-36,5b 17,4-20,8b 15,4-16,1 8,6-9,5
H. brevicepsc 43 - 23 15 - 9,5
H. calcaratusa 46,2-52,7 19,9-23,7 31-38 16,5-22,0 19 10,7-11,6
H. cervinusa 44,3-50,7 17,5-20,8 21-33 13-16 14,3-14,9 8,8-9,1
H. cineraceus 34,0-40,5 - 24-30 18,5-21 12,7-13,7 7,0-7,6
H. corynophyllus 51,7-55,5 20,4-22,0 9,0-12,2 18,9-22,4 - -
H. crumeniferusd - - - - - -
H. diadema 71,4-87,5 28,8-36,0 39,0-65,0 21-37 27,1-30,0 17,0-19,6
H. dinops 90,0-96,9 39,9-44,7 54-63 31-35 30,4-33,9 20,2-2,0
H. dyacorumc 38-42 - 19-24 15-18 14,1 9,2-9,5
H. galeritusc 47-51 18,8-19,7 26,8-43 13,1-15,4 15,0-16,0 9,1-10,4
H. Inexpectatus 96-101 - - - 34,7 21,9-22,4
H. larvatus 53,1-62,1 18,4-24,9 26,1-35,4 18,6-23,3 18,5-20,6 11,7-13,48
H. macrobullatus 40,2-42,0 17,6-18,0 33 19,2-20,3 - 8,2
H. maduraef 53,13-57,93 17,58-20,81 23,55-30,91 19,61-21,23 - 11,75-12,78
H. maggietayloraea 52,5-58,5 21,3-29,8 30,0-44,0 13,5-22,0 - -
H. muscinusa 42,0-48,0 17,9-24,0 15,0-29,0 15,7-21 16,3 10,7
H. papuag 49,5-52,7 18,3-21,7 23,6-34,8 16,9-17,5 16,7 11
H. ridleyi 47,3-48,5 - - 21-23 17,1 9,4
H. sabanusc 34-37 - - - 12,9 8,8
H. sorensenif 55,41-60,22 21,38-23,31 30,07-36,20 20,16-22,78 - 12,34-12,81
H. sumbaef 49,86-57,02 17,38-21,24 24,05-32,55 19,11-23,77 - 11,19-12,79
H. wollastonia,d,g 43-44,9 16,18,9 23,3-31 14,3-20 15,1 9,3
Keterangan:
1: Daun hidung tambahan, 2: Sekat tulang hidung mengembung, , 3: Crista sagitalis, 4: PM2 kecil sehingga PM4 dan
C bersentuhan, 5: Lengan bawah sayap, 6: Betis, 7: Ekor 8: Telinga 9: Panjang tengkorak, 10: Lebar tulang pipi.
Tanda “+” artinya ya, “0” artinya tidak dan tanda “-“ artinya data tidak tersedia. a). Bonaccorso 1999, b). Kitchener dkk
1996, c). Tate 1941, d). Hill 1963, e). Payne Dkk 2000, Kitchener dan Maryanto 1993, g) Flannery 1995b

49
VII. Famili Emballonuridae

Ciri ciri: Tidak memiliki daun hidung, mata relatif besar, tragus pendek dan ujungnya membundar, Genus Saccolaimus
dan Taphozous pada ujung sayap terdapat stuktur kantong disebut kantong radio metakarpal, ekor muncul bebas dari
selaput kulit antar paha
Rumus gigi: I 2/3, C 1/1, P 2/2 M 3/3 (Emballonura & Mosia)
I 1/2, C 1/1, P 2/2 M 3/3 (Taphozous & Saccolaimus)

Tabel 52. Persebaran anggota famili Emballonuridae di Indonesia.

Anggota Persebaran
Emballonura Seluruh Indonesia
Mosia Maluku dan Papua Barat
Saccolaimus Seluruh Indonesia
Taphozous Seluruh Indonesia

1. Genus Emballonura

Ciri ciri: memiliki gigi seri atas sepasang, tragus berujung bundar dan mengarah ke depan,

Tabel 53. Persebaran jenis-jenis anggota genus Embballonura.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


E. alecto (Eydoux & Gervais, Kelelawar ekor - trubus besar Kalimantan, Sabah & Sarawak, Sulawesi,
1836) Filipina dan Maluku
E. beccarii (Peters & Doria, Kelelawar ekor - trubus kecil Maluku, Papua Barat, dan Papua Niugini
1881)
E. furax (Thomas, 1911) Kelelawar ekor - trubus irian Papua Barat dan Papua Niugini
E. monticola (Temminck, 1838) Kelelawar teng-teng Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura,
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi
E. raffrayana (Dobson, 1879) Kelelawar ekor - trubus raffrayana Maluku, Papua Barat, dan Papua Niugini

50
Tabel. 54. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Emballonura.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6
E. alecto 43-49 14-15 12-13 4,5-7 - -
E. beccarii 36-42 - 12,5-18 4-4,5 14-17 37-41,5
E. monticola 43-45 11-14 12-13 4,5-5,5 12,2-16,1 -
E. raffrayana 37,4-41,8 10,5-12,7 - 4,2-6 14,1-16,1 37,5-51
E. furax 50,4-53,0 16,8-19 16,9-19,4 9,6-14,3 19,6-19,8 54,6-61
Keterangan:
1: Lengan bawah sayap, 2: ekor, 3: Telinga, 4: Bobot, 5: Betis, 6: Panjang Badan dan Kepala, Tanda “-“ artinya data
tidak tersedia

Tabel 55. Persebaran jenis-jenis anggota genus Taphozous.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


T. atchates (Thomas, 1915) Kubar coklat P. sabu dan P. semau, P. werae, P. yamdena, P. leti, P.
barbar, P. tanimbar dan Kai Besar
T. longimanus (Hardwicke, 1825) Kubar sayap panjang Sri Langka, India, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara
T. melanopogon (Temminck, Kubar janggut hitam Sri Langka, India ke timur melewati Thailand, Malaysia,
1841) ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara,
Sulawesi dan Filipina
T. theobaldi (Dobson, 1872) Kubar theobald India, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia,
Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi

Tabel 56. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Taphozous.

Ciri
Jenis
1 2 3 4
T. achates 23,4-30,8 59,5-65,4 23,8-26,5 18,3
T. melanopogon 18,8-29,5 60,9-66,1 19,9-25,5 19-22
T. longimanus 24-33 54-58 - 20
T. theobaldi 25-30 70-76 - 22-28
Keterangan:
1: Ekor, 2: Lengan bawah sayap, 3: Betis, 4: Telinga, Tanda “-“ artinya data tidak tersedia.

51
VIII. Famili Rhinopomatidae

Ciri ciri: selaput kulit antar paha sangat sempit, rambut punggung pendek, tragus berkembang baik. Ekor sangat
panjang dan sebagian besar bebas. Ada struktur lipatan kulit terletak di atas lubang hidung,
Rhinopoma microphyllum, Brunnich, 1782 (Kelelawar ekor tikus besar)
Rumus gigi: I 1/ 2, C1/1, P 1/ 2, M 3/3
Panjang lengan bawah: 62-75 mm, persebaran hanya di Balige Sumatera

IX. Famili Molossidae

Ciri ciri: bibir berkerut kerut, tidak memiliki daun hidung atau bentuknya sangat sederhana, telinga kanan dan kiri
dihubungkan selaput kulit, kecuali pada genus Mormopterus selaput kulit antar paha tidak berkembang baik, ekor
separuh atau kurang bebas dari selaput kulit antar paha

1. Genus Chaerophon

Ciri ciri: Wajah ditumbuhi rambut kaku, pendek dan hitam, bibir sangat berkerut kerut, telinga tebal, bundar dan lebar
Rumus gigi: I 1/2, C 1/1, P 2/2, M 3/3

Tabel 57. Persebaran jenis-jenis anggota genus Charephon.

Nama Ilmiah Nama Daerah Persebaran


C. johorensis (Dobson, 1873) Tayo johor Sumatera dan Malaysia
C. jobensis (Miller, 1902) Tayo yobi Maluku (P. Seram), Papua Barat (P. Yapen) dan Papua Niugini
C. plicata (Buchanan, 1800) Tayo kecil Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, Malaysia, Filipina, Sri Langka, India, Myanmar,
Thailand

Tabel 58. Ukuran bagian tubuh jenis-jenis anggota genus Chaerephon.

Ciri
Jenis
1 2 3 4 5 6
C. johorensis 71 46-49 - 43 - -
C. jobensis 58,7-65,0 43,3-45,5 18,2-20,0 31,3-45 14,9-15,7 10,5-13,5
C. plicata 65-88 40-50 21-24 30-41 15-18 17-31
Keterangan:
1: Panjang badan dan kepala, 2: Lengan bawah sayap, 3: Telinga 4: Ekor 5: Betis, 6: Bobot, Tanda “-“ artinya data
tidak tersedia.

52
2. Genus Cheiromeles

Ciri ciri: Tidak berbulu, crista sagitalis tumbuh baik dan geraham depan pertama bawah sangat kecil
Rumus gigi: I 1/2, C 1/1, P 1/2, M 3/3
Cheiromeles parvidens, Miller and Hollister 1921 (Sulawesi)
Panjang lengan bawah: 72 mm, Panjang tengkorak: 27.2 mm
Cheiromeles torquatus, Horsfield 1824 (Sumatera, Kalimantan, Jawa)
Panjang lengan bawah: 73–85 mm, Panjang tengkorak: 27.7– 32.5 mm

3. Genus Marmopterus

Ciri ciri: Bibir tidak berkerut kerut, telinga terpisah pada pangkalnya, berbentuk segitiga tegak meruncing dan tipis,
Rumus gigi: I 1/ 2-3, C 1/1, P 2/2, M 3/3
M. beccarii, Peter 1881, Tayo bekari, (Maluku dan Papua)
Memiliki gigi seri bawah dua pasang, Panjang lengan bawah: 33,4-34,9 mm, Betis: 12,5 mm, HB: 62-66 mm,
Ekor: 28-30 mm, Telinga: 12-16,2 mm
M. doriae, Andersen 1907, Tayo sumatera, (Sumatera)
Memiliki gigi seri bawah tiga pasang

4. Genus Mops

Ciri ciri: Daun telinga tebal, kanan kiri bersambungan pada pangkalnya oleh selaput kulit menyilang kepala. Bibir
sangat berkerut kerut, geraham atas terakhir mengecil dan membentuk pola huruf “V”
Mops mops, de Blainville 1840, Tayo Malaya (Sumatera, Kalimantan)
Panjang lengan bawah: 43-46 mm, Panjang tengkorak: 19,9-21,9 mm
Mops sarasinorum, Meyer 1899, Tayo Sulawesi (Sulawesi)
Panjang lengan bawah: 38 – 45 mm, Panjang tengkorak: 18.4 – 20.2 mm

5. Genus Otomops

Ciri ciri: Memiliki rambut punggung, bawah leher dan sekitar bahu berwarna keputih putihan, telinga tebal sangat
panjang dan lebar, bagian pangkal telinga kanan dan kiri dihubungkan selaput kulit yang tipis (Suyanto, 2001)
Rumus gigi: I 1/ 2, C 1/1, P 1/ 2, M 3/3
O. formasus, Otomop jawa, (Jawa)
Panjang lengan bawah: 56,5-60,5 mm, Betis : 16,5-16,6 mm, HB: 79-86 mm, Ekor: 36-43 mm, Telinga: 28,4-
30 mm
O. johnstonei, Otomop alor, (P. Alor dan Nusa Tenggara)
Panjang lengan bawah: 60 mm, Betis: 17,3 mm, HB: 79,4 mm, Ekor: 43,7 mm, Telinga: 31,1 mm

53
6. Genus Tadarida
Ciri ciri: telinga tebal bagian pangkal telinga kanan dan kiri dihubungkan selaput kulit yang menyilang kepala, bibir
berkerut kerut seperti dijahit (Suyanto, 2001)
Tadarida kuboriensis, Nowak 1999, Tay li, (Papua)
Panjang lengan bawah: 54,6-60 mm, Betis : 19-23 mm, HB: 71,8-89 mm, Ekor: 41-50 mm, Telinga: 17-21 mm

54
C. Dosis ketamine sylla pada tikus dan kelelawar
Tabel 59. Dosis Anestesi Tikus (0.1 ml/ 100 gr BB)

Berat Badan Tikus (gram) Dosis Ketamin dan Xylazine (ml)

100 0.1
125 0.125
150 0.15
175 0.175
200 0.2
225 0.225
250 0.25
275 0.275
300 0.3
325 0.325
350 0.35
375 0.375
400 0.4
425 0.425
450 0.45
475 0.475
500 0.5
525 0.525
550 0.55
575 0.575
600 0.6
625 0.625
650 0.65
675 0.675
700 0.7
725 0.725

55
750 0.75
775 0.775
800 0.8
825 0.825
850 0.85
875 0.875
900 0.9
925 0.925
950 0.95
1000 1

56
Tabel 60. Dosis Anestesi Kelelawar (0.04 ml/100 gr BB)

Berat Badan Tikus (gram) Dosis Ketamin dan Xylazine (ml)

100 0.04

150 0.06

200 0.08

250 0.10

300 0.12

350 0.14

400 0.16

450 0.18

500 0.2

550 0.22

600 0.24

650 0.26

700 0.28

750 0.3

800 0.32

850 0.34

900 0.36

950 0.38

1000 0.4

57
DAFTAR PUSTAKA

Aplin, K.P., Brown, P.R., Jacob, J., Krebs, C.J. and Singleton, G.R. 2003. Field methods for rodent studies
in Asia and the Indo-Pacific. ACIAR Monograph No. 100, 233p.
Chaval J, 2011; South East Asian Murines Field Guide; Kasetsart University press, Bangkok
Corbet, G.B. and Hill, J. E. 1992. The Mammals of the Indomalayan Region: A Systematic Review, Oxford
University Press, Oxford
Flannery T. 1995. Mammals of the South-West Pacific & Moluccan Islands. Sydney. Australian Museum/
Reed Book
G. H. H. Tate, 1951, The Rodents Of Australia And New Guinea, Bulletin'of American Museum Of Natural
History Vol. 97, Art. 4
G. H. H. Tate, 1936, Some Muridae of the Indo-Australian Region' Bulletin'of American Museum Of Natural
History vol. LIXI, Art. VI, pp. 601-728
Guy G. Musser, 2014. A Systematic Review Of Sulawesi Bunomys (Muridae, Murinae) With The Description
Of Two New Species. Bulletin Of The American Museum Of Natural History, Number 392, 313 Pp
Guy G. Musser, 1991. Sulawesi Rodents: Descriptions of New Species of Bunomys and Maxomys (Muridae,
Murinae). Bulletin Of The American Museum Of Natural History, Number 3001, 41 Pp
Guy G. Musser' And Mary Ellen Holden2 1991, Sulawesi Rodents (Muridae: Murinae): Morphological And
Geographical Boundaries Of Species In The Rattus Hoffmanni Group And A New Species From
Pulau Peleng. Contributions To Mammalogy In Honor Of Karl F. Koopman. Bulletin Of The American
Museum Of Natural History Number 206, 432 Pages, 155 Illustrations, 75 Tables Issued September
12.
Guy G. Musser 1973. Zoogeographical significance ofthe ricefield rat, Rattus argentiventer, on Celebes and
New Guinea and the identity of Rattus pesticulus. Ibid., 2511: 30 pp.
Guy G. Musser 1981b. The giant rat of Flores and its relatives east of Borneo and Bali. Ibid., 169: 67-176.
.Groves, C. P., and Tim F. Flannery, 1994. A revision of the genus Uromys Peters, 1867 (Muridae:
Mammalia) with descriptions of two new species. Records of the Australian Museum 46(2): 145–
169
Musser, G. G., and C. Newcomb 1983. Malaysian murids and the giant rat of Sumatra. Bull. Am. Mus. Nat.
Hist. 174: 327-598Henry C.Raven 1935,Wallace's Line And The Distribution Of Indo-Australian,
Bulletin'of American Museum Of Natural History, Volume LXVIII 1935.Article Iv
Hutson, A.M., Mickleburgh, S.P., and Racey, P.A. (comp.). (2001). Microchiropteran bats: global status
survey andconservation action plan. IUCN/SSC Chiroptera Specialist Group. IUCN, Gland,
Switzerland and Cambridge, UK. x + 258 pp
Simon P. Mickleburgh, Anthony M. Hutson and Paul A. Racey, 1992, Old World Fruit Bats, An Action Plan
for their Conservation, IUCN/SSC Chiroptera Specialist Group, IUCN, Gland, Switzerland

58
Suyanto, A., Yoneda, M., Maryanto, I., Maharadatunkamsi and Sugardjito, J. 2002, Checklist of the Mammals
of Indonesia, LIPI-JICA-PHKA, Bogor
Suyanto A. 2001, Kelelawar di Indonesia, Lipi – Seri Panduan Lapangan, Puslitbang Biologi Lipi,
Yasuma S, Andau M, Apin L, Mr. Fred Tuh Yit Yu, Kimsui L; 2003; Identification Keys To The Mammals Of
Borneo, Sabah Parks and JICA, Kinabalu, Sabah

59

Anda mungkin juga menyukai