Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN INVASIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


“Kajian Biologi dalam Sistem Kehidupan”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Djukri, M.S.

Disusun Oleh:
Sri Arwini Bahrun 21308251003

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Peta Konsep.....................................................................................................................2
E. Kajian Jurnal yang Relevan............................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................4
A. Tumbuhan Invasif...........................................................................................................4
B. Keanekaragaman Tumbuhan Invasif di Berbagai Wilayah............................................6
C. Relevansi Materi dengan Kompetensi Dasar................................................................16
BAB III.....................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati yang terdapat dalam kawasan hutan lindung diketahui dapat
memiliki ancaman gangguan yang dapat menurunkan kualitas keanekaragaman hayati
(Yuliana, 2018). Salah satu ancaman tersebut ialah keberadaan tumbuhan asing invasif.
Tumbuhan asing invasif adalah jenis asing dengan pertumbuhan yang cepat dan
memberikan dampak ekologis, salah satunya adalah mengganggu flora endemik pada
suatu daerah (Zimdahl, 2007).
Kekayaan keragaman hayati yang ada di seluruh dunia saat ini mengalami berbagai
ancaman. Salah satu di antara banyak ancaman terhadap keragaman hayati disebabkan
oleh keberadaan spesies invasif. Pengaruh adanya spesies invasif terhadap suatu
ekosistem sangat besar, membahayakan dan biasanya berjalan terus menerus. Spesies
tersebut dapat merusak spesies asli dan ekosistem dalam skala global, sehingga
menyebabkan terjadinya degradasi dan hilangnya suatu habitat (Sunaryo, 2012).
Mekanisme yang dilakukan tumbuhan asing invasif untuk mempengaruhi
komunitasnya yaitu dengan cara kompetisi, spesies invasif mampu berkompetisi dengan
spesies tumbuhan lokal dan menggeser keberadaannya, menyebabkan kerusakan
ekosistem alami (Solfiyeni, 2016). Sifat tersebut menimbulkan kekhawatiran, yaitu
terjadinya penurunan keragaman spesies tumbuhan dalam suatu ekosistem. Keberhasilan
spesies tumbuhan untuk menginvasi daerah atau habitat baru sangat kecil, yaitu hanya
sekitar 10 %. Meskipun memiliki kemungkinan yang sangat kecil namun tetap harus
diwaspadai karena spesies tersebut menyebabkan dampak yang cukup besar terhadap
populasi, komunitas atau ekosistem (Tjitrosoedirjo, 2016)
Beberapa permasalahan tentang spesies tumbuhan invasif di Indonesia, antara lain
masyarakat belum peduli terhadap bahanya spesies invansif dan pemerintah belum siap
untuk menangani masalah tersebut serta masih kurangnya informasi terkait ancaman dari
spesies invansif. Pengenalan tumbuhan invasif di suatu wilayah sangat penting untuk
mengetahui bahaya kerusakan yang ditimbulkan sebagai akibat hadirnaya spesies invasif
tersebut (Waterhouse, 2003).

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan malah pada makalah ini
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian tumbuhan invasif?
2. Bagaimana keanekaragaman tumbuhan invasif di berbagai wilayah?
3. Bagaimana relevansi materi keanekaragaman tumbuhan invasif dengan kompetensi
dasar SMP?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dalam makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian tumbuhan invasif.
2. Untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan invasif di berbagai wilayah.
3. Untuk mengetahui relevansi materi keanekaragaman tumbuhan invasif dengan
kompetensi dasar.

D. Peta Konsep

keanekaragaman
Tumbuhan Invasif

Keanekaragaman Tumbuhan
Invasif di Berbagai Wilayah

Proses Invasi dan Faktor yang Dampak Ekologi


Karakter Biologis Mempengaruhi Invasi dari Tumbuhan
Tumbuhan Invasif Tumbuhan Invasif Invasif

E. Kajian Jurnal yang Relevan


1. Jurnal yang berjudul Diversity of Invansive Alien Plant Species in National Baluran
Park, SituBondo, East Java oleh (Susilo et al., 2020) yang membahas tentang
keanekaragaman tumbuhan invasif yang ada di Taman Nasional Baluran.
2. Jurnal yang berjudul Diversity of Invasif Aliens Species in Sultan Thaha Saifuddin
Grand Forest Park, Jambi oleh (Nursanti & Ade Adriadi, 2018) yang membahas
tentang identifikasi komposisi dan struktur dari keanekaragaman tumbuhan invasif
yang terdapat di Kawasan Tahura.
3

3. Jurnal yang berjudul Keanekaragaman Tumbuhan Asing Invasif Di Kawasan Cagar


Alam Gunung Burangrang, Kabupaten Subang, Jawa Barat oleh (Meta Audrya et al.,
2021) yang membahas tentang keanekaragaman serta pola penyebaran tumbuhan
asing invasif pada kawasan CA Gunung Burangrang.
4. Jurnal yang berjudul Keanekaragaman dan Kemelimpahan Jenis Tumbuhan Invasif di
Hutan Wisata Penggaron Kabupaten Semarang Jawa Tengah oleh (Sri Utami &
Murningsih, 2018) yang membahas tentang jenis-jenis tumbuhan yang bersifat
invasive dan kemelimpahan jenis tumbuhan invasif di Hutan Wisata Penggaron.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tumbuhan Invasif
Tumbuhan invasif adalah semua jenis tumbuhan yang telah menyebar ke
dalam suatu komunitas dan menyebabkan gangguan terhadap komunitas dan
menyebabkan gangguan terhadap jenis tumbuhan lain. Tumbuhan asing invasif
memiliki adaptasi yang baik di habitat baru, sehingga dapat mempertahankan
populasinya dengan baik dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan oleh tumbuhan asing invasif yaitu ancaman terhadap
kelestarian keanekaragaman hayati, gangguan terhadap jenis tumbuhan yang terancam
punah, dapat mengubah habitat, mengubah proses ekologi alami (suksesi) tumbuhan,
dan mengganggu asosiasi tumbuhan dengan tumbuhan lain atau dengan hewan
(Supriatna, 2008).
Beberapa jenis tumbuhan asing invasif memiliki kemampuan membelit pada
tumbuhan lain dan menutup seluruh areal yang luas. Jika tidak dilakukan upaya
penanggulangan maka akan menimbulkan dampak negatif, karena pertumbuhan
tumbuhan asing invasif dapat mematahkan semai jenis-jenis tumbuhan lain yang
dililitnya dan menutupinya, sehingga menjadi terhambat pertumbuhannya (Sunaryo,
2012).
1. Proses Invasi dan Karakter Biologis Tumbuhan Invasif
Tumbuhan asing invasif dikenal sebagai tumbuhan bukan asli dari suatu
ekosistem dan mampu bersaing dengan baik dalam memperoleh sumber daya di
ekosistem barunya sehingga meyebabkan dampak yang merusak bagi struktur,
komposisi, dan pertumbuhan vegetasi asli pada ekosistem tersebut. Pada dasarnya
proses invasi dari jenis tumbuhan asing dapat dibagi menjadi tiga proses, yaitu
proses introduksi, proses kolonisasi, dan proses naturalisasi.
Perkembangan jenis tumbuhan yang bersifat invasif tidak lepas dari upaya
introduksi yang dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja. Potensi
mengintroduksi jenis tumbuhan di luar ekosistem alaminya terjadi akibat kondisi
ekosistem alami yang jenuh oleh jenis-jenis tumbuhan yang sangat sedikit atau
hampir tidak ada. Jenis tumbuhan yang diintroduksi akan menjadi invasif apabila
mampu bernaturalisasi dengan habitat yang baru sehingga sukses membangun

4
5

populasi jenisnya, menyebar secara luas dan bergabung dengan sekelompok


tumbuhan.
Karakteristik biologi yang berhubungan dengan sifat invasif suatu jenis
tumbuhan diantaranya mudah tersebar oleh manusia dan hewan, kecocokan dengan
lingkungan yang konstan, ukuran genom kecil, perkembangbiakan vegetatif dan
penyebaran biji yang efektif serta sangat bergantung terhadap keberadaan musuh
biologisnya. Karakteristik yang paling terlihat pada tumbuhan asing invasif
diantaranya cepat membentuk naungan, merupakan jenis pionir, memiliki fenologi
yang berbeda dan tidak memiliki musuh alami.
2. Faktor yang Mempengaruhi Invasi Tumbuhan Invasif
Distribusi jenis invasif dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik.
Faktor abiotik yang mempengaruhi keberadaan jenis tumbuhan asing invasif
diantaranya jenis tanah, kemasaman tanah, kelembaban tanah, kualitas dan kuantitas
pencahayaan, pola presipitasi, variasi temperatur pada tanah, air dan udara. Terdapat
empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses invasi suatu jenis yaitu
ketersediaan sumberdaya, gangguan, kompetisi dan tekanan terhadap propagul.
Kualitas suatu lahan merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan
tumbuhan asing menginvasi ekosistem barunya. Lingkungan komunitas tumbuhan
dengan ketersediaan sumberdaya yang tinggi memiliki kemungkinan besar untuk
terganggu dan terinvasi. Komunitas yang kaya akan jenis (tingkat heterogenitas yang
tinggi) menjadi kondisi yang disukai oleh jenis asing untuk mendapatkan
keuntungan daripada kondisi lingkungan dengan tingkat keanekaragaman yang
rendah. Kesuksesan tumbuhan asing menginvasi suatu lingkungan juga dipengaruhi
oleh gangguan yang terjadi di lingkungan tersebut. Gangguan pada lingkungan
menyebabkan ketidakseimbangan kompetisi dan okupasi habitat tumbuhan utama
pada ekosistem tersebut dan menyebabkan faktor abiotik lebih berperan sebagai
suksesor invasi tumbuhan asing daripada faktor biotiknya.
3. Dampak Ekologi dari Tumbuhan Invasif
Keberadaan jenis invasif di luar lingkungan alaminya dapat menjadi ancaman
bagi kelangsungan proses alami yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Kehadiran
jenis tumbuhan asing invasif dapat menyederhanakan ekosistem dengan menekan
pertumbuhan jenis asli dan mengubahnya menjadi sistem yang monokultur.
Perkembangbiakan dari jenis tumbuhan asing invasif selalu menyebabkan
keanekaragaman jenis asli dan proses regenerasi alaminya menurun, produktivitas
6

hutan menurun dan menyebabkan degradasi lingkungan Beberapa dampak ekologi


yang disebabkan oleh tumbuhan asing invasif yaitu:
a. mereduksi keanekaragaman hayati
b. gangguan terhadap jenis yang terancam punah dan habitatnya
c. habitat bagi serangga, burung, dan satwa liar asli terancam hilang
d. mengubah proses ekologi alami seperti suksesi
e. meningkatnya frekuensi dan intensitas dari kebakaran alami
f. gangguan terhadap asosiasi tumbuhan dengan satwa seperti polinasi dan
penyebaran benih.

B. Keanekaragaman Tumbuhan Invasif di Berbagai Wilayah


1. Keanekaragaman Tumbuhan Invasif di Kawasan Taman Nasional Baluran,
Situbondo, Jawa Timur
Tumbuhan yang ada pada Taman Nasional ini memiliki sangat banyak
jenisnya yang di setiap tahunnya mengalami peningkatan pertumbuhan. Salah
satunya adalah Tumbuhan Invasif. Tumbuhan invasif adalah spesies tumbuhan yang
tumbuh secara liar ataupun hasil introduksi di luar habitat alaminya yang
mengancam keanekaragaman hayati. Kondisi Taman Nasional Baluran yang sudah
terbuka mengakibatkan spesies asing mudah untuk tumbuh, terutama jenis tumbuhan
invasif. Tumbuhan invasif merupakan spesies yang mengintroduksi ke dalam
ekosistem lain, spesies invasif menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati
melalui kepunahan spesies dan dampaknya terhadap fungsi ekosistem.
Pada kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur terdapat
bergam jenis tumbuhan terdapat 50 jenis dengan jumlah sebanyak 1183 indivdu
yang tersebar secara acak di daerah evergreen Untuk daftar jenis tumbuhan dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Spesies-Spesies Tumbuhan Kawasan Taman Nasional Baluran
Nama Tumbuhan Nama Ilmiah
Babadotan* Ageratum conyzoides
Telep* Erechtites valerianifolia
Patikan kebo* Euphorbia hirta
Kundur/Beligo/Baligo* Benincasa hispida
Epatorium* Eupathorium sp.
7

Mimicilon Memecylon sp.


Sannek Xanthophyllum sp.
Gebang* Corypha utan
Jarong* Achyranthes aspera
Garung/Gadung* Dioscorea hispida
Lantepan/Serut* Strepblus asper
Kayu Kendung Helicia javanica
Akasia* Acacia nilotica
Ketul* Bidens pilosa
Trenggulum Protium javanicum
Girang Leea aequata L.
Asam Jawa Tamarindus indica
Legetan . Urena lobata L
Selasih Ocimum americanum L.
Nyawon* Vernonia cinerea
Lagetan Acmella oleracea
Bidara Laut Ximenia americana L.
Talok* Muntingia calabura L.
Jeluak Microcos tomentosa
Pring-Pringan* Setaria palmifolia
Cemplak* Abutilon indicum
Lamuran Putih Schima nervosum
Clovaria* Trifolium hybridum
Uwi* Dioscorea alata
Aseman Polygonum chinense
Brideria Bridelia glauca
Tembelekan* Lantana camarra
Legetan Warak Adenostemma lavenia L.
Lamuran Merah Heteropogon contortus L.
Widoro Gunung Diospyros montana
Putri Malu* Memosa pudica
Rambusa* Passiflora foetida
Kunyit Curcuma sp.
8

Bama/Godong Encok* Plumbago zeylanica


Sida akuta* Sida rhombifolia
Kopi-Kopian Palusta indica
Mimbo/Mimba* Azadirachta indica
Bidara Gunung* Ziziphus mauritiana
Angsoka* Pavetta indica
Kapasan* Thespesia lampas
Paria Laut* Colubrina asiatica
Sembukan/kentut Paederia foetida
Mentimun Cucumis sativus
Sagu Metroxylon Sagu
Kesambi Schleichera oleosa
Keterangan:
*Tumbuhan invasif habitus semak, perdu, herba
*Tumbuhan invasif habitus pohon

Berdasarkan hasil analisis jenis invasif tumbuhan di kawasan Taman Nasional


Baluran, Situbondo, Jawa Timur didapatkan 831 individu, 22 jenis, 14 famili.
Jumlah individu Bidens pilosa paling banyak dengan 225 individu dilanjutkan oleh
Ageratum conyzoides 215 individu. Karena kemampuan bijinya berkecambah cepat,
yang menginvasi tempat-tempat terbuka, tanah longsor, tepi jalan, jalan setapak,
ladang bekas tebangan dan rumpang di hutan serta dapat cepat tumbuh dan toleran
terhadap naungan. Dari data lapangan yang diambil di kawasan Taman Nasion
Baluran, Situbondo, Jawa Timur, tumbuhan invasif terdiri dari 4 habitus yaitu
semak, perdu, herba, dan rumput dimana habitus perdu paling banyak didapati.
tingkat menyebar karena telah mampu bertahan hidup dan berkembang biak maka
tumbuhan invasif akan melakukan penyebaran propagul dan populasi meluas dari
lokasi pertama di introduksi; keenam tingkat dampak karena tumbuhan invasif
tersebut telah menyebar luas sehingga akan memberi dampak negatif (ekologi dan
ekonomi) pada lingkungan di sekitarnya terutama tumbuhan asli disana (bulian).
Berkembang pesatnya tumbuhan invasif akan mengakibatkan tumbuhan
invasif mendominasi di lingkungan tersebut mengakibatkan terjadi perebutan unsur
9

hara dan zat-zat mineral dengan tumbuhan asli di kawasan Taman Nasional Baluran
tersebut. keberadaan invasif menjadi ancaman bagi tumbuhan asli dan tumbuhan
invasif tersebut menjadi indikator bahwa di lingkungan tersebut telah terjadi
penebangan, pembalakan liar dan kebakaran sehingga menjadi indikator lingkungan
yang bukan lagi primer tetapi sudah menjadi skunder.
Pada dasarnya tumbuhan invasif diketahui dapat muncul dalam bentuk habitus
atau forma yang sangat beragam, mulai dari bentuk pohon, semak,liana, tumbuhan
pemanjat atau merambat, rerumputan, herba dan jenis-jenis tumbuhan yang memiliki
umbi-umbian, rhizoma, samapi dengan tumbuhan air. Setiap bentuk habitus tersebut
akan dapat memberi akibat yang sangat berbeda pada ekosistem alami dan spesies
flora dan fauna di dalamnya. Sebagai contoh, tumbuhan invasif yang berbentuk
semak dapat memebentuk rumpun yang rapat dan padat saat berhasil menginvasi
dan menguasai suatu daerah. Semak-semak ini kemudian pada akhirnya secara
langsung akan mencegah dan menghambat pertumbuhan bibit dan semai jeni-jenis
tumbuhan asli daerah tersebut.
Sementara seperti yang teramati di daerah Kawasan Tamana Nasional Baluran
tumbuhan invasif yang berbentuk perdu yang paling banyak di temukan, sehingga
dampak dampak yang selanjutnya yang mungkin terjadi adalah kematian jenis-jenis
tumbuhan asli karena kalah berkompetisi akan sumber daya yang di butuhkannya
serta berkurangnya keindahan kawasan. Tingkat keberhasilan invasif suatu jenis
tumbuhan asing dalam suatu kawasan alami akan sangat tinggi apabila tumbuhan
tersebut memiliki benih (propagul) yang mampu tersebar dan terdistribusi secara
luas dan cukup jauh dari tumbuhan induknya, sekaligus mampu memenangkan
kompetisi dengan tumbuhan lainnya terutama tumbuhan asing dengan menguasai
dan menduduki daerah tersebut, sebagai contoh, jenis-jenis invasif yang
menghasilkan biji sebagai propagul akan dapat menyebar dengan vantuan
angin,udara,hewan bahkan oleh manusia menjadi beberapa cara umum penyebaraan
jenis-jenis invasif yang sangat umum terjadi, yang secara alami akan berkaitan ciri-
ciri alami jenis-jenis tersebut.
Bidens pilosa (Ketul) Berasal dari Amerika Selatan dan biasa ditemukan di
wilayah yang beriklim tropis dan subtropis di penjuru dunia. Tanaman ini tercatat
sebagai rumput liar yang mengganggu yang tumbuh pada tanah atau lahan yang
sedang dibudidayakan dan dikenal sebagai tanaman herbal di negara-negara afrika
seperti Kenya, Kongo, Boswana,Afrika selatan dan Mozambik. Tanaman Bidens
10

pilosa ini memiliki habitat yang biasa ditemukan di daerah guru,padang rumput,
perkebunan, pembukaan tanah, pinggiran jalan, dan seluruh daerah padang gurun.
Batang tanaman ini berbentuk tegak, bercabang, persegi, dan tidak berbulu. Ketika
musimnya sedang berlangsung, cabangnya akan menyebar cabang utamanya
cenderung memancar dan akarnya akan berada pada simpul yang renadah dan
menyentuh tanah. Bunga yang dihasilkan tanaman ini memiliki bentuk bunga yang
kecil, berwarna putih dan kuning, sedangkan buah yang dihasilkan oleh tanaman ini
tidak enak, dan dapat menusuk dengan cepat melalui lapisan pakaian, B. Pilosa juga
memiliki buah kecil yang kering dan bercabang yang saling mengait, bijinya bisa
menempel pada pakaian atau bulu binatang

Gambar 1. B. Pilosa
Ageratum conyzoides (Babandotan) adalah herba tahunan yang tumbuh sekitar
60cm tinggi dan mengahasilakn bunga-bunga fink kecil di bagian atas batang
berbulunya. Di beberapa negara itu dian ggat gulma yang sulit untuk mengontrol,
Ageratum berkisar dari tenggara Amerika Utara ke Amerika Tengah, tetapi pusat
asal dari Amerika Tengah dan Karibia. Ageratum juga ditemukan di beberapa negara
di daerah tropis dan subtropis termasuk Brazil. Tumbuhan ini merupakan herba
menahun, mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-
mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.

Gambar 2. Ageratum conyzoides


11

2. Keanekaragaman Tumbuhan Invasif Di Kawasan Taman Hutan Raya


Sultan Thaha Saifuddin, Jambi
Berdasarkan hasil analisis vegetasi jenis pada Kawasan Tahura Sultan Thaha
Saifuddin dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada
kawasan Tahura Sultan Thaha Syaifuddin didapatkan 1.775 individu, 9 jenis dan 7
famili. Jumlah individu Clidemia hirta paling banyak yaitu 607 individu dan
dilanjutkan Acacia mangium 304 individu. Semua jenis pada tabel 2 tersebut adalah
tumbuhan invasif (ISSG 2005), (Webber 2003) dan Sudarmiyati et al. (2016).

Tabel 2. Komposisi jenis pada Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin

Clidemia hirta merupakan tumbuhan gulma dan invasif yang banyak tumbuh
di lahan pertanian, lahan bekas tebangan dan merupakan spesies pionir yang agresif
karena kemampuan bijinya berkecambah cepat, yang menginvasi tempat-tempat
terbuka, tanah longsor, tepi jalan, jalan setapak, ladang bekas tebangan dan rumpang
di hutan serta dapat cepat tumbuh dan toleran terhadap naungan. Clidemia hirta
tercatat dalam 100 spesies asing paling invasif di dunia. Tingkat kehadiran Clidemi
hirta tinggi, hampir ditemukan pada semua plot sehingga mendominasi dan
memiliki pengaruh di komunitasnya. Spesies tersebut berasal dari Amerika Utara
(Meksiko) dan Amerika Selatan (daerah tropis dan Karibia). Clidemia hirta
merupakan tumbuhan asing invasif yang menimbulkan masalah besar terhadap
keanekaragaman hayati di Comoros Archipelago dan Réunion serta sebagai
tumbuhan asing invasif penting di Mauritius dan Seychelles.
12

Gambar 3. Clidemia hirta


Acacia mangium merupakan spesies dominan kedua yang ditemukan setelah
Clidemia hirta. Acacia mangium dikenal dengan nama akasia adalah salah satu
spesies pohon yang cepat tumbuh yang paling banyak digunakan dalam program
ilmu kehutanan dan perkebunan di seluruh Asia dan Pasifik. Pertumbuhannya cepat,
kualitas kayunya baik dan kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis tanah
dan lingkungan (Moran GF, 1989). Acacia mangium tidak memerlukan persyaratan
tumbuh yang tinggi. Jenis ini dapat tumbuh pada tanah yang miskin hara, pada
alang-alang, bekas tebangan, tanah-tanah tererosi, tanah berbatu dan juga pada tanah
aluvial. Jenis tumbuhan ini tumbuh baik pada tanah laterit, yaitu tanah dengan
kandungan oksida besi dan aluminium yang tinggi. Meskipun demikian, jenis ini
tidak toleran terhadap naungan dan lingkungan salin (asin). Di bawah naungan,
akasia akan tumbuh kerdil dan kurus (Retnowati, 1998).

Gambar 4. Acacia mangium


Berdasarkan Tabel 1, terdapat 9 jenis tumbuhan invasif di Tahura Sultan
Thaha Saifuddin. Tumbuhan invasif tersebut dapat masuk ke area Tahura Sultan
Thaha Saifuddin dengan cara atau proses invasi dengan enam tingkatan: proses
pertama disebut tingkat transport, merupakan perpindahan propagule ke lokasi baru
dari masing-masing spesies invasif tersebut; kedua tingkat introduksi merupakan
kedatangan atau tumbuhnya propagule di lokasi Tahura Sultan Thaha Saifuddin;
ketiga tingkat kolonisasi, pada tingkatan ini kemampuan atau kesesuaian bertahan
13

hidup dari spesies tumbuhan invasif tersebut, pada lokasi Tahura Sultan Thah
Saifuddin ini banyak bekas penebangan dan pembakaran sehingga spesies dari
tumbuhan invasif tersebut berkembang dengan cepat; keempat tingkat naturalisasi,
pada proses ini tumbuhan invasif telah cocok dengan habibatnya sehingga akan lebih
mampu lagi untuk bertahan hidup dan berkembang biak sehingga mencapai populasi
berkelanjutan; kelima tingkat menyebar karena telah mampu bertahan hidup dan
berkembang biak maka tumbuhan invasif akan melakukan penyebaran propagul dan
populasi meluas dari lokasi pertama di introduksi; keenam tingkat dampak karena
tumbuhan invasif tersebut telah menyebar luas sehingga akan memberi dampak
negatif (ekologi dan ekonomi) pada lingkungan di sekitarnya terutama tumbuhan asli
disana (bulian) (Catford JA, 2009). Berkembang pesatnya tumbuhan invasif akan
mengakibatkan tumbuhan invasif mendominasi di lingkungan tersebut
mengakibatkan terjadi perebutan unsur hara dan zat-zat mineral dengan tumbuhan
asli di tahura tersebut.
3. Keanekaragaman Tumbuhan Asing Invasif Di Kawasan Cagar Alam
Gunung Burangrang, Kabupaten Subang, Jawa Barat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di CA Gunung Burangrang diperoleh
data komposisi tumbuhan asing invasif yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Tumbuhan Asing Invasif di Kawasan CA Gunung


Burangrang, Kabupaten Subang, Jawa Barat

Komposisi tumbuhan asing invasif yang ditemukan antara lain terdiri dari
Austroeupatorium inulifolium, Chromolaena odorata, dan Ageratina riparia,
Calliandra calothyrsus, Clidemia hirta, Musa acuminata, dan Maesopis eminii
14

dengan jumlah total individu pada keempat transek sebanyak 144 individu. Famili
dengan anggota jenis paling banyak yaitu famili compositae atau yang sering dikenal
dengan asteraceae. Menurut (Clout, 2005) jenis tumbuhan asing invasif famili
asteraceae masuk kedalam kategori 100 jenis tumbuhan asing invasif yang paling
merusak di dunia.
Maesopsis eminii awalnya didatangkan ke Indonesia dengan tujuan utama
yaitu agroforestri oleh pihak kehutanan dan untuk memenuhi kebutuhan seperti
serat, kayu, dan bahan bakar. Jenis ini juga memiliki kemampuan dalam
menyesuaikan lingkungan dan toleransi yang tinggi pada berbagai macam jenis
tanah dan juga naungan. Sehingga dapat tumbuh dengan baik di kawasan hutan yang
belum terganggu (Tihurua, 2012)

Gambar 5. Maesopsis eminii

4. Keanekaragaman dan Kemelimpahan Jenis Tumbuhan Invasif di Hutan


Wisata Penggaron Kabupaten Semarang Jawa Tengah
Di hutan wista Penggaron, didapatkan jenis-jenis tumbuhan invansif dari
famili Poaceae yaitu Axonopus Compressus, Cynodon dactylon, Pennisetum
purpureum, Paspalum conjugatum dan Eleusine indica. Famili lain yang memiliki
jumlah jenis tumbuhan invansif yang cukup banyak dan memiliki kemelimpahan
relatif tinggi adalah famili Compositae yang terdiri dari jenis Chromolaena odorata,
Elephantopus scaber dan Synedrella nodiflora. Hasil ini sama dengan jenis
tumbuhan invasif yang terdapat di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan
Tengah, yang juga didominasi oleh jenis tumbuhan dari famili Poaceae (Sunaryo dan
Girmansyah, 2015). Sementara itu hasil penelitian Tjitrosudirdjo (2015), spesies
asing invansif yang paling banyak jumlah jenisnya adalah Asteraceae, Poaceae dan
Papillionaceae. Di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur jenis tumbuhan
15

invansif didominasi oleh famili Compositae, Poaceae dan Leguminosae dan di hutan
lindung Pulau Panjang famili yang mendominasi adalah Compositae, Poaceae dan
Verbenaceae (Utami S, 2016)

Tabel 4. Kanekaragaman dan Kemelimpahan Tumbuhan Invasif di Hutan


Penggaron Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Di hutan wisata Penggaron, jenis tumbuhan invasif yang memiliki kemelimpahan


jenis paling tinggi adalah Eleusine indica. Selain jenis Eleusin indica, jenis
tumbuhan invasif lain yang cukup melimpah berturut-turut : Synedrella nodiflra,
Elephantopus scaber dan Paspalum conjugatum. Kemelimpahan jenis tumbuhan
invansif disebabkan karena tumbuhan tersebut memiliki sifat-sifat : pertumbuhannya
cepat, menghasilkan biji banyak, perakarannya banyak dan rapat, cepat membentuk
naungan, cepat mengalami fase dewasa, metode penyebaran biji yang efektif dan
tahan terhadap hama (Tjitrosemito, 2004).
Jenis Eleusine indica memiliki karakteristik : daun bentuk pita, akar yang
sangat kuat, berbunga sepanjang tahun, setiap individu mampu menghasilkan biji
140.000 setiap musim, perkembangbiakan terutama melalui biji, biji sangat kecil dan
ringan sehingga mudah penyebarannya (Lee, 2000). Struktur biji dan kemampuan
berbanyakan yang tinggi menyebabkan jenis Eleusine indica berpotensi hadir
sepanjang tahun. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa Eleusine indica bersifat invansif
dan ditemukan paling melimpah di hutan wisata Penggaron.
16

Gambar 6. Eleusine indica


Jenis tumbuhan Synedrella nodiflora juga ditemukan dengan jumlah individu
yang banyak (Tabel 4). Jenis ini termasuk famili Compositae yaitu kelompok
tumbuhan yang mampu menghasilkan biji yang sangat banyak dan daerah
penyebarannya luas. Pada jenis S. nodiflora memiliki kemampuan reproduksi sangat
tinggi, setiap individu mampu menghasilkan hingga 100 inflorensia dan masing-
masing inflorensia mengandung 30 biji fertil, sehingga setiap individu bisa
menghasilkan 3000 biji yang tidak dorman. Selain itu mampu tumbuh di berbagai
ketinggian tempat (Dwiati, 2003). Hutan Penggaron memiliki lingkungan yang sejuk
dengan ketingian mencapai 360 mdpl. Lingkungan tersebut cocok untuk kehidupan
flora dan fauna serta cocok untuk tempat wisata. Namun demikian lingkungan
tersebut juga cocok untuk tumbuh dan berkembangnya jenis tumbuhan invansif.

Gambar 7. Synedrella nodiflora

C. Relevansi Materi dengan Kompetensi Dasar


Kelas VII Semester 1
3.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup dan benda berdasarkan karakteristik yang
diamati
4.2 Menyajikan hasil pengklasifikasian makhluk hidup dan benda di lingkungan
sekitar berdasarkan karakteristik yang diamati
17

Kelas IX Semester 1
3.2 Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia beserta
ancaman dan pelestariannya.
4.2 Menyajikan hasil observasi berbagai tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia
dan usulan upaya pelestariannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tumbuhan invasif adalah semua jenis tumbuhan yang telah menyebar ke
dalam suatu komunitas dan menyebabkan gangguan terhadap komunitas dan
menyebabkan gangguan terhadap jenis tumbuhan lain. Tumbuhan asing invasif
memiliki adaptasi yang baik di habitat baru, sehingga dapat mempertahankan
populasinya dengan baik dan menyebabkan kerusakan lingkungan.
Distribusi jenis invasif dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik.
Faktor abiotik yang mempengaruhi keberadaan jenis tumbuhan asing invasif
diantaranya jenis tanah, kemasaman tanah, kelembaban tanah, kualitas dan kuantitas
pencahayaan, pola presipitasi, variasi temperatur pada tanah, air dan udara. Terdapat
empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses invasi suatu jenis yaitu
ketersediaan sumberdaya, gangguan, kompetisi dan tekanan terhadap propagul.
Materi keanekaragaman tumbuhan invasif memiliki relevansi dengan
kompetensi dasar SMP yang terletak pada KD 3.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup
dan benda berdasarkan karakteristik yang diamati dan kompetensi dasar SMA ynag
terletak pada KD 3.2 Menganalisis berbagai tingkat keanekaragaman hayati di
Indonesia beserta ancaman dan pelestariannya.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dengan penyusunan makalah ini
dapat memberikan pemahaman tentang keanekaragaman tumbuhan invasif.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat ketidak sempurnaan dalam
kepenulisan makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah ini serta penulis ucapkan terimakasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adriadi, N. &. (2018). Diversity of Invasif Aliens Species in Sultan Thaha Saifuddin Grand
Forest Park, Jambi. Media Konservasi, 23, 85-91.
Catford JA, J. R. (2009). Reducing redudancy in invasion ecology by integrating hypotheses
into a single theoretical framework. Diversity and Distributions, 15, 22-40.
Clout, M. N. (2005). International Initiatives Against Invasive Alien Species. Weed
Technology, 19, 523-527.
Dwiati, M. R. (2003). Persistensi dan toksisitas herbisida Reflex serta kemampuan tumbuh
kembalibiji Synedrella nodiflora dilihat dari kandungan bahan aktif fomesafen
dalamtanah dan tubuh gulma. In Prosiding Himpunan Ilmu Gulma, 2, pp. 47-54.
Lee, L. J. (2000). Control of Asystasia intrusa (BI) In Pineapple with Emphasis on New
Techniques. Papper presented at theSeminar and Discussion on the Weed Asystasia,
West Johore Agric.
Metha Audrya, T. C. (2021). KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN ASING INVASIF DI
KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG BURANGRANG, KABUPATEN
SUBANG, JAWA BARAT. Seminar Nasional Biologi (SEMABIO), 6.
Moran GF, M. O. (1989). Acacia mangium: a tropical forest tree of the coastal lowlands with
low genetic diversity. Evolution, 43, 231-235.
Murningsih, S. U. (2018). Keanekaragaman dan Kemelimpahan Jenis Tumbuhan Invasif di
Hutan Wisata Penggaron Kabupaten Semarang Jawa Tengah. BIOMA, 20, 100-104.
Retnowati, E. (1998). Beberapa catatan tentang Acacia mangium Willd. jenis potensial untuk
hutan industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 4, 24-27.
Solfiyeni, .. C. (2016). Analisis vegetasi tumbuhan invasif di kawasan Cagar Alam Lembah
Anai, Sumatera Barat. Proceeding Biology Education Conference, 13, pp. 743-747.
Padang.
Sunaryo. (2012). Komposisi Jenis dan Potensi Ancaman Tumbuhan Asing Invasif di Taman
Nasional Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat. Jurnal Berita Biologi,, 11.
Sunaryo dan Girmansyah, D. (2015). Identifikasi Tumbuhan Asing Ivansif di Taman
Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1,
1034-1039.
Sunaryo, U. S. (2012). Jenis Tumbuhan Asing Invasif Yang Tumbuhan Asing Invasif Yang
Nasional Gunung Gede Pangrango, Resort Bodogol, Jawa Barat. J. Hayati, 17, 147-
152.
Supriatna. (2008). Melestarikan Alam Indonesia,. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Susilo, A. D. (2020). Diversity of Invansive Alien Plant Species in National Baluran Park,
SituBondo, East Java.

16
17

Tihurua, E. F. (2012). Studi anatomi daun dan batang Maesopsis eminii Rhamnaceae.
Journal of Biological Researches, 17, 193-196.
Tjitrosemito. (2004). The concept of invasive alien species. Regional Training Course on
Integrated Management of Invasive Alien Plant Species. BIOTROP, 18-28.
Tjitrosoedirjo, S. S. (2016). Pedoman Analisis ResikoTumbuhan Asing Invasif (Post Border).
FORIS Indonesia., 3-48.
Utami S, A. S. (2016). Diversity of Invasive Plant in the Panjang Island Reserve Jepara
Central, Indonesia. ASL, 23, 6490-6492.
Waterhouse, B. M. (2003). Know Your Enemy: Recent Records Of Potentially Serious
Weeds In Northern Australia,(Indonesia). Telopia?, 10, 488-485.
Yuliana, S. &. (2018). Deteksi dan Identifikasi Jenis Tumbuhan Asing Meja Manokwari,
Papua Barat. Jurnal Penelitian Kehutanan, 2, 89-102.
Zimdahl, R. L. (2007). Fundamentals of Weed Science. USA: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai