Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BERDASARKAN HASIL PENELITIAN

TENTANG PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN MADU

NAMA KELOMPOK 1:

1. APRILIANTI
2. DEWI HASTUTI KOMALASARI
3. GITA SOFIYAN ARDY
4. HASNIA
5. HILDA RIZA FEBRIANA
6. HIRWAN JAYADI
7. HOFIZAH ASTUTIK

STIKES HAMZAR PRODI S1 ALIH JENJANG KEPERAWATAN


LOMBOK TIMUR-NTB
2021/2022
JURNAL 1 :MANFAAT OLESAN MADU PADA PENYEMBUHAN LUKA KULIT

OLEH : ARANTSA LOMBAN, SONNY J.R KALANGI, TAUFIQ F. PASIAK

PENDAHULUAN:

Penggunaan madu dalam perawatan luka telah digunakan sejak saat zaman kuno,
Pengamatan klinis dari uji coba pada manusia melaporkan bahwa madu membantu pembentukan
jaringan granulasi, meningkatkan epitelisasi, dan mengurangi peradangan yang mempengaruhi
percepatan penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan proses fisiologis yang penting
untuk menjaga keutuhan kulit pasca trauma, baik karena kecelakaan maupun karena sengaja.
Luka adalah suatu keadaan rusaknya fungsi dan struktur anatomi yang normal, sedangkan untuk
menghasilkan perbaikan fungsi dan kontinuitas anatomi harus melewati proses penyembuhan
luka yang merupakan proses dinamik kompleks. Proses penyembuhan luka secara klasik dibagi
menjadi empat stadium: hemostasis (detik sampai menit), inflamasi (3-5 hari), proliferasi (4-14
hari), dan remodeling (8 hari menjadi 1 tahun).

Sejak zaman dulu, madu telah dikenal, karena nilai nutrisi dan terapeutiknya, madu
diproduksi di seluruh dunia. Negara China, Turki, Argentina, Ukraina, Meksiko, dan Amerika
Serikat adalah negara yang utama dalam memproduksi madu.

Madu pertama kali disebutkan sebagai pengobatan luka oleh ''Papirus Edwin Smith''
(2600- 2200 SM).8 Orang Yunani dan Mesir kuno, menggunakan madu untuk mengobati luka
kulit dan luka bakar dengan mengoleskan secara topikal pada kulit. Madu telah diketahui dapat
memperbaiki berbagai macam penyakit tetapi fokus tinjauan ini adalah pada sifat terapeutik
madu dalam pengobatan luka pada kulit.

Dalam tradisi Malaysia, madu digunakan untuk mengobati furunkel, bisul, luka diabetes
dan luka bakar. Obat tradisional Persia mendokumentasikan madu efektif dalam pengobatan
luka, eksim, dan peradangan. Dalam pengobatan Ayurveda, obat tradisional asli India, madu
digunakan untuk mengobati luka, eksim, dermatitis, luka bakar, penyakit kulit, dan gangren
Fournier. Di Burkina Faso, Afrika, telah dilaporkan bahwa masyarakat adat menggunakan madu
sebagai bahan pembersih kulit dan sebagai pengobatan ruam campak.

Madu juga telah banyak digunakan sebagai bahan dalam produk kosmetik perawatan
kulit baik di masa lalu maupun sekarang. Kemampuan penyembuhan kulit dari madu telah
dikaitkan dengan sifat antimikroba, kemampuannya untuk memodulasi sistem kekebalan kulit
dan meningkatkan perbaikan jaringan.
HASIL PENELITIAN:

1. Empat kelompok: dengan pengobatan honey gel, dengan pengobatan honey film,
kelompok tanpa pengobatan, dengan pengobatan marketed product B. Pada fase ini
kelompok honey film mengalami persentase penutupan luka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainnya (10,47% ± 4,38).
2. Tujuh kelompok : 1. Tanpa pemberian (kontrol) 2. Kelompok Madu, 3. Kelompok Ghee,
4. Kelompok GG (Glycyrrhiza Glabra), 5. Kelompok NI (Nerium Indicum), 6. Kelompok
H+G (honey+ghee), 7. Kombinasi semua kelompok (Tot). Hasil penelitian ini fase
penutupan luka lebih baik pada semua kelompok kecuali kelompok kontrol. Kelompok
kombinasi menunjukan peningkatan yang signifikan pada penutupan luka dari hari ke-2
sampai hari ke-16 dan pada kelompok Honey + Ghee dari hari ke-6 sampai ke-16
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
3. Paolo Governa, et al (2019)/Italy Experimental/Pasien ulkus kaki diabetik Lima
kelompok: 1) BL1H (acacia, lime, heather, 2) chestnut,citrus fruits) 3) BL2H (wild
fennel, acacia, thistle rosemary, clover, citrus, almond, cherry) 4) BL3H (chestnut honey)
5) BLH4 (acacia honey) 6) BL5H (orange honey). Evaluasi aktivitas penyembuhan luka
madu Calabrian menunjukkan hasil yang baik performanya terutama untuk BL1E (madu
multifloral dari pantai Tyrrenian), mampu membantu penyembuhan luka pada setiap
konsentrasi yang diuji, dibandingkan dengan kontrol.
4. Raman Malhotra, et al (2016)/Inggris Experimental/27 pasien mengoleskan madu di
kanan &19 di kiri. Pasien diinstruksikan untuk mengoleskan madu Manuka dua kali
sehari dan mengoleskan Vaseline 4 kali sehari ke kedua sisi selama 6 minggu. Hasil
penelitian ini Pada 4 bulan, skala penilaian bekas luka tidak menunjukkan perbedaan;
namun, pasien melaporkan nyeri bekas luka lebih sedikit pada sisi yang diobati dengan
Manuka daripada kontrol. Sebanyak 31 dari 46 pasien percaya bahwa bekas luka serupa
di kedua sisi, 11 lebih memilih sisi yang diobati dengan madu, dan 4 lebih memilih
kontrol.

KESIMPULAN:

Penggunaan madu olesan bermanfaat pada proses penyembuhan luka kulit, karena
pemberian madu meningkatkan proses granulasi dan epitelisasi, mengurangi jumlah eksudat, dan
sterilisasi luka dari mikroba, juga keasaman dan osmolaritas dari madu memainkan peran
penting. Selain kandungan nutrisinya yang berharga, madu memiliki aktivitas antiinflamasi dan
antioksidan yang menjadikannya bahan alami yang cocok untuk penyembuhan luka.
JURNAL 2 : PENGGUNAAN MADU DALAM PERAWATAN UNTUK PENYEMBUHAN
LUKA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS : LITERATURE REVIEW

OLEH : ENNY FATINI, TITAN LIGITA, SUHAIMI FAUZAN

PENDAHULUAN:

Penyakit Diabetes Melitus (DM) termasuk penyakit yang jumlah penderitanya terus
mengalami peningkatan kasus setiap tahunnya. Diabetes Mellitus merupakan penyakit berupa
menigkatnya kadar glukosa darah atau biasa disebut hiperglikemia yang melebihi batas normal.
Kondisi tersebut diakibatkan dari penurunan sekresi insulin yang terjadi karena adanya disfungsi
dipankreas, sensitifitas insulin semakin menurun, atau dari keduanya (Ningsih, Darwis &
Graharti, 2019)

Pasien diabetes melitus dapat mengalami komplikasi berupa gangrene atau ulkus, yaitu
kondisi yang dapat mengalami kerusakan/ gangguan pada integritas kulit atau jaringan sehingga
timbulnya nekrotik dan jaringan menjadi membusuk (Ningsih et al., 2019). Maka dari itu
perlunya melakukan perawatan luka itu penting untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Pada perawatan luka cenderung dilakukan pemberian berupa cairan NaCl atau RL dengan
melakukan tindakan pengangkatan jaringan kulit mati (debridement) pada bagian luka.
Selanjutnya menggunakan kasa steril dan penggunaan obat antibiotic. Adapun perawatan luka
secara non farmakologis yaitu seperti menggunakan minyak zaitun, madu, dan aloe vera. Contoh
perawatan luka yang biasanya digunakan adalah dengan menggunakan madu. Madu banyak
memiliki manfaat dan banyak mengandung beberapa kandungan khususnya untuk mengatasi
luka (Ningsih et al., 2019).

Madu dapat memberikan pengaruh terhadap kolonisasi bakteri pada penderita luka
diabetes, sifat antibakteri yang dimiliki oleh madu dapat mencegah infeksi dan luka menjadi
cepat sembuh. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Nabhani dan Widiyastuti
(2017) mengatakan bahwa melakukan perawatan luka yang dilakukan selama 2 minggu
menggunakan madu terbukti terjadinya perbaikan luka yang mempengaruhi dan memberikan
manfaat dalam proses penyembuhan luka ganggren diabetes melitus.

Terkait penggunaan madu pada penyembuhan luka ini belum ada review yang lebih
lanjut tentang karakteristik luka, jenis madu, penggunaan madu yang digunakan, dan dampak
setelah diberikan madu terhadap penyembuhan luka diabetes melitus.
METODE PENELITIAN:

Penelitian ini menggunakan desain literature review dengan menggunakan format PICOT
(Population, Intervention, Comparison, Outcome, Time). PICOT terdiri dari P (Population) yang
merujuk kepada populasi atau sampel pasien diabetes mellitus, I (Intervention) yaitu kepada
rencana tindakan yang dilakukan dalam karya ilmiah berupa penggunaan madu dalam perawatan
luka, C (Comparison) yaitu kepada ada atau tidak intervensi perbandingan yang akan dilakukan
dalam karya ilmiah, O (Outcome) merupakan target atau hasil dari sebuah penelitian berupa
adanya penyembuhan luka pada diabetes mellitus, dan T (Time) yaitu penelitian selama periode
2014-2021.

HASIL PENELITIAN:

Penggunaan madu dalam pengobatan diabetes mellitus, secara rinci penelusuran dari dari
masing-masing yaitu:

1. Google Scholar ditemukan 3.264 (14,85%) artikel


2. Proquest ditemukan 4.969 (22,61%) artikel
3. Science Direct ditemukan 16 (0,07%) artikel
4. Perpusnas ditemukan 13.731 (62,47%) artikel. Selanjutnya dari data-data yang
didapatkan tersebut dimasukkan pada tahapan selanjutnya yakni tahapan
identification, screening, elgibility dan included yang merupakan metode yang
digunakan untuk menganalisis hasil penelusuran yang telah didapatkan.

PEMBAHASAN:

Menurut Sundari dan Djoko (2017) luka diabetik setelah diberikan perawatan madu
mulai dari derajat I, derajat II, dan derajat III didapatkan bahwa jaringan nekrotik berkurang,
luka sudah mulai mengering, tampak jaringan baru dan pus yang dihasilkan sudah berkurang.

Dalam melakukan perawatan yang memiliki klasifikasi luka pada derajat I, derajat II, dan
derajat III terdapat perubahan sebelum dan setelah diberikan madu pada luka diabetes melitus.
Selain itu penelitian menurut Rahman dan Rahmayani (2016) yaitu menggunakan madu
campuran dapat menyembuhkan luka pada penyakit dibetes luka bagian kaki grade II dan grade
III.

Didapatkan hasil dari penggunaan madu campuran menunjukkan bahwa ternyata


penyembuhan luka berangsur-angsur membaik yakni dengan munculnya jaringan baru.
Penelitian Sari dan Sari (2020) yang dimana penelitian ini berjumlah 10 responden mulai dari
derajat II sampai dengan derajat IV diberikan pengobatan nonfarmakologi berupa madu
kaliandra. Ternyata dapat membantu mempercepat pemulihan pada luka diabetes melitus berupa
adanya perubahan pada jumlah, warna, dan efektif mempercepat pembentukan granulasi pada
luka diabetes mellitus. Berdasarkan jurnal yang direview dapat disimpulkan bahwa mengenai
karakteristik luka pada pasien yang mengalami diabetes mellitus menggunakan madu dapat
diberikan pada pasien yang memiliki luka diabetik pada derajat luka I, derajat II, dan derajat III.

KESIMPULAN:

Berdasarkan hasil literatur review dapat disimpulkan bahwa jenis madu campuran dan
madu kaliandra untuk penyembuhan luka diabetes mellitus efektif dalam melakukakan
perawatan luka diabetes mellitus. Didapatkan bahwa setelah diberikan perawatan terlihat adanya
perubahan mulai dari jumlah, warna jaringan sebelum dan setelah dilakukan terapi madu, dan
adanya pertumbuhan jaringan granulasi pada luka diabetes mellitus. Penggunaan madu yaitu
dengan cara melakukan irigasi, debridement, pengolesan madu dan penutupan luka. Mengenai
karakteristik luka diabetes mellitus menggunakan madu dapat diberikan pada pasien yang
memiliki luka diabetik pada derajat luka I, derajat II, dan derajat III. Pemberian madu aman dan
tidak menimbulkan efek samping, mudah diterapkan secara mandiri dan terjangkau oleh pasien
dan keluarga sehingga dapat direkomendasikan untuk diterapkan dalam mempercepat
kesembuhan saat perawatan luka diabetes mellitus.

JURNAL 3: PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA KAKI


DIABETIK

OLEH: AIDA SRI RACHMAWATI

PENDAHULUAN:

Prevalensi penederita luka kaki diabetik di Indonesia diperkirakan 15% dan angka
amputasi sebanyak 30%, dengan angka mortalitas 32%. Jumlah penderita luka kaki diabetik di
indonesia ialah 8,4 juta di tahun 2001 dan terus mengalami peningkatan menjadi 14 juta di tahun
2006 kemudian diprediksikan berjumlah 21,4 juta penderita di tahun 2021. Penderita luka kaki
diabetik membutuhan perawatan atau pengobatan secara terus – menerus atau perawatan jangka
panjang untuk bisa sembuh.

Perawatan luka menggunakan madu telah di lakukan sejak jaman dahulu, madu terbukti
memiliki sifat antibakteri dan kadar pH yang rendah sehingga membuat kondisi lingkungan
menjadi tidak baik bagi perkembangan bakteri. Efektivitas madu untuk membantu penyembuhan
proses luka menjadi lebih cepat dikarenakan kandungan madu, berbagai jenis enzim serta
antiviral dan madu juga dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi, madu efektif bagi proses
penyembuhan luka dikarena madu kaya nutrisi sehingga zat-zat yang diperlukan oleh luka selalu
ada, memiliki osmolaritas tinggi hingga dapat menyerap air memperbaiki sirkulasi juga
pertukaran udara di lokasi luka (Husaini, 2019).

Tujuan penelitian literature review ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian madu
terhadap penyembuhan luka kaki diabetik, variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel
independent (variabel bebas) yaitu terapi madu dan variabel dependent (variabel terikat) yaitu
penyembuhan luka kaki diabetik.

HASIL :

Pemberian madu dengan beberapa cara yaitu ditetes, dioles, dikompres dan dikombinasikan
dengan habbatus sauda dan minyak zaitun menunjukan adanya peningkatan derajat luka,
epitelisasi dan granulasi berdasarkan metode DESIGN dan skala BJWAt.

1. Hasil penelusuran jurnal dengan search engine Free Full PDF (n = 1.620)
2. Hasil penelusuran jurnal dengan search engine google scholar ( n=725)
3. Hasil seleksi jurnal secara keseluruhan (n =2.345)
4. Screening jurnal didapatkan hasil (n = 40)
5. Jumlah jurnal yang tidak eligible dengan kriteria inklusi dan duplikasi (n = 30)
6. Hasil penilaian kualitas berdasarkan kriteria inklusi
7. Jurnal yang masuk dalam analisa ( n = 10)
Adapun hasil literature review disampaikan yaitu:

1. Pengaruh madu sebagai topikal terapi terhadap tingkat kenyamanan klien dengan luka
kaki diabetik (Sukhri Herianto, 2016) Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Quasy Experiment dengan rancangan penelitian One group pretest-posttest design, 50
penderita luka kaki diabetic, Hasil peneltian sebelum di berikan intervensi skala
kenyamanan 1 dan setelah Pengaruh terapi madu terhadap luka diabetik pada pasien
dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rw 011 Kelurahan Pegirian Surabaya
2. (Fauziyah Sundari, Hendro Djoko 2016) Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Quasy Experiment dengan rancangan penelitian One group pretest-posttest design, 10
penderita luka kaki diabetic, Hasil penelitian sebelum di lakukan intervensi menggunakan
madu pasien luka yang berat dan setelah dilakukan intervensi menggunakan madu derajat
luka 4 pasien menjadi sedang
3. Pengaruh Penggunaan Topikal Madu Dan Zinc Cream Terhadap Epitelisasi pada proses
perawatan luka kaki, Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Experiment
dengan rancangan penelitian One, 60 penderita luka kaki diabetic, Hasil penelitian
menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p-value > 0,05 namun
perawatan luka menggunakan madu lebih cepat dibandingkan zinkcream
KESIMPULAN:

Pemberian madu efektif terhadap penyembuhan luka kaki diabetik. Pemberian madu
dengan dengan cara ditetes, dioles, di kompres dan di kombinasikan dengan habbatus sauda dan
minyak zaitun dengan jumlah yang telah di sesuaikan dan rentang pemberian sekali sehari
terbukti efektif dalam penyembuhan luka kaki diabetik, karena kandungan Madu memiliki
glukosa dan fruktosa dengan kadar air yang dapat memberikan sifat osmosis serta bisa
mempertahankan lingkungan yang lembab/moist pada luka. Lingkungan luka yang lembab dapat
menstimulasi terjadinya granulasi serta epitelisasi pada luka madu dapat mengabsorbsi cairan
luka serta mencegah berkembangbiaknya bakteri luka sehingga aktifitas bakteri dapat terhambat
dan bisa mempercepat proses penyembuhan luka kaki diabetic. Literature Review ini dapat di
jadikan masukan dalam pemberian asuhan keperawatan, sebagai Evidence based practice (EBP)
dan rekomendasi pemberian madu dalam penyembuhan luka kaki diabetik.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2020). Introduction : standards ofmedical care in


diabetes 2020

Awaluddin. (2019). Perbedaan Efektifitas Madu Dan Sofratulle Terhadap Penyembuhan


Luka Diabetik Pada Vol. 2 No.1 Edisi 2 Oktober 2019 Pasien Diabetes Mellitus. Ensiklopedia
ofJournal Vol. 2 No.1 Edisi 2 Oktober 2019

Awaluddin, Syarifah, A., & Nurhayatina. (2019). Perbedaan Efektifitas Madu Dan
Sofratulle Terhadap Penyembuhan Luka Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus. Ensiklopedia
of Journal, 2(1), 187– 195.

Haryanto. (2019). Penggunaan Madu Dalam Perawatan Luka. Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak Perawat Spesialis Luka.

Husaini, M. (2019). Pengaruh Penggunaan Topikal Madu Dan Zinc Cream Terhadap
Epitelisasi Pada Proses Perawatan Luka Kaki Diabetik.

Nengke, P (2020). Pengaruh Pemberian Topikal Madu Kaliandra Terhadap Pengurangan


Jaringan Nekrotik Pada Luka Diabetes Melitus. Journal of Health Studies Vol 4, No. 2,
September 2020, pp. 33-37. ISSN 2549-3353

Ningsih, A., Darwis, I., & Graharti, R. (2019). Terapi Madu Pada Penderita Ulkus
Diabetikum. Medula, 9(12), 192–197.

Sari, N. P & Sari, M. (2020). Pengaruh Pemberian Topikal Madu Kaliandra Terhadap
Jaringan Granulasi Pada Luka Diabetes Mellitus di Puskesmas Kota Bengkulu. 1 (2), 40-43.

Sundari, F & Hendro, D. (2017). Pengaruh Terapi Madu Terhadap Luka Diabetik Pada
Pasien Dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di RW 011 Kelurahan Pegirian Surabaya. Pengaruh
Terapi Madu Terhadap Luka Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus, 6(1), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai