Anda di halaman 1dari 7

Refarat

Lidah Buaya Terhadap Kesembuhan Luka Bakar

Nama : Albab Purwoko

Nim : 19/441921/KU/21467

Pendahuluan

Luka bakar menjadi salah satu luka trauma yang disebabkan oleh
kalor atau panas dan merusak bagian epidermis (Smeltzer, 2014). Epidermis
di bagian kulit memiliki fungsi yang vital dan signifikan dalam menjaga
homeostasis, cairan, termoregulasi, imunologis serta metabolise (Schommer
dalam Ashilah 2020). Epidermis juga sebagai pelindung dari infeksi secara
fisik. Ketika pelindung tersebut rusak maka pathogen akan mudah masuk
kedalam tubuh. Pelindung dapat rusak apabila terjadi luka salah satunya
adalah luka bakar. Luka bakar dapat sembuh pada derajat tertentu namun
akan terhambat oleh beberapa hal seperti keadaan patologis diabetes,
immunodefisiensi, iskemia, vena stasis. Sehingga diperlukan zat pembantu
dalam proses penyembuhan luka untuk mengatasi masalah tersebut.

Aloe vera dapat memberikan hasil anti inflamasi yang bisa


digunakan dalam mencegah infeksi. Pemberian Aloe vera dapat membantu
meringankan dan merendakan luka bakar tingkat pertama dan keuda.
Pemberian Aloe vera Dapat digunakan secara topikal langsung pada
jaringan luka. Selain itu Aloe vera dapat dengan mudah ditemukan
dipekarangan rumah dan luka bakar sendiri memiliki presentase yang tinggi
dalam kecelakaan dalam rumah tangga sehingga pentingnya diketahui Aloe
vera yang dapat membantu dalam proses penyembuhan luka.
PEMBAHASAN

Aloe vera

Aloe vera memiliki segudang manfaat dalam perkembangannya.


Daun yang tebal serta memiliki duri di daerah perifernya serta tangkat yang
pendek. Aloe vera walaupun terlihat seperti tumbuhan sukulen namun
ternyata Aloe vera adalah tumbuhan dari famili lily, sebagai Aloe
barbandensis. Tumbuhan tersebut dapat dipanen secara musiman Bersama
dengan kelompok keluarga lily lain seperti bunga bakung, lobak dan
bawang-bawangan.

Walaupun asal dari tumbuhan tersebut dari benua Afrika


pembudidayaan sudah meranah keseluruh benua termasuk diantaranya
Asia, Eropa, dan Amerika. Hal ini disebbakan oleh fungsinya yang tidak
hanya sebagai makanan komoditi unggul berkhasiat namun juga manfaat
lain seperti membantu dalam hidrasi kulit serta bentuk pengobatan alternatif
lain. Makanan yang mengandung Aloe vera pun menjadi makanna
fungsional yang dinyatakan dapat membantu mengatasi hiperkolesterolemia
dan diabetes (Maan et al, 2018).

Kandungan Aloe vera

Diversifikasi produk pada kelompok lidah buaya seperti pembuatan


jel, jus dan formulasi tambahan lain dengan tujuan sebagai pengobatan,
pangan, serta kosmetik telah popular. Klaim yang diberikan dari produksi
produk harus sesuai dengan uji klinis intensif oleh otoritas yang
bersangkuatan agar tren lidah buaya tidak turun.

Gel yang ada dalam lidah buaya terdiri dari 98% air dan sisianya
dalah zat terlarut yang bergantung kepada musim. Bahan kering dari gel
lidah buaya sendiri mengandung polisakarida (55%), gula sederhana (17%),
mineral (16%), Protein (7%) dan senyawa fenolik (1%). Selain itu
antioksidan serta beberapa vitamin seperti vitamin C, E, B1, B2,B12, kolin
serta asam folat (Bharadwaj et al, 2018). Studi yang ditunjukan setidaknya
terdapat empat glukomanan terasetilisasi secara parssial menjadi polimer
liner tanpa cabang .

Luka Bakar

Pada kelompok penyintas luka bakar penyembuhan didasarkan


kepada angiogenesis dari jalur utama pembentukan jaringan granulasi.
Selama proses regenerasi luka angiogenesis teradapat interaksi antara sel
endotel dan pericytes. Pericytes memiliki peran penting dalam proliferasi
dan migrasi endothelium serta stabilisasi. Sel yang mengalamai inflamasi
juga ditransmigrasi dengan membrane basalis endothelium untuk memasuk
area luka.

Kedalam luka bakar pun menjadi dasar pengelompokan derajat luka


bakar yang terdapat 4 jenis: superfisial (derajat 1), ketebalan parsial dalam
(derajat 2), ketebalan penuh (derajat 3) dan derajat 4. Teknik perawatan
luka bakar serta penyembuhan secara kuratifnya dapat digolongkan pula
berdasarkan derajat luka bakar. Pengguanakn topical seperti salep, krim,
dan pembalut biologis dan nonbiologis serta bantuan antibiotic dianjurkan
padal luka bakar derajat 2, 3, dan 4. Pemberian antibiotic yang tidak tepat
dengan anjuran dapat meningkatkan resistensi dari pathogen yang berada
dalam tubuh (Avni dalam Ashilah, 2020).

Pada luka bakar derajat satu epidermis utuh, ada eritema missal
disebabkan oleh air panas. Pada luka bakar derajat dua terjadi kerusakan
pada intregasi epidermis. Namun, apabila lapisan yang lebih seperti
reticular menyebabkan luka bakar derajat dua yang dalam. Luka bakar lebih
permukaan atau superfisial memiliki kadar sakit yang lebih tinggi dikarekan
sensor rasa sakit pada epidermis dan rasa panas di ruffini. Luka bakar
derajat ketiga semua lapisan dermis terlibat dengan ciri kulit mengeras,
berwarna gelap, kekurangan air, tidak nyeri, trombosisi didalam pembuluh
darah, dan ada luka eschar bakar yang dapat dibedakan. Pada derajat empat
hingga bagian subkutan dan jaringan ikat bagian dalam (Yasti dalam
Ashilah 2020).

Pada percobaan yang dilukan oleh Hosseinmenhr yang melakukan


studi komparasi pada pemberian krim lidah buaya dan perak suladiazin di
luka bakar pada tikus dengan menggunakan empat kelompok selama 24 jam
yang disebabkan oleh air panas. Keadaan yang diukur adalah histopatologi
sampel epidermis yang diberi krim secara topikal. Ukuran jaringan yang
rusak semakin kecil pada kelompok yang diberikan lidah buaya
dibandingkan dengan kelompok lain. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa lidah buaya memiliki repetalisasi pada luka bakar yang lebih
signifikan dibandingkan denga perak sulfadiazine.

Pada studi kasus yang terjadi dalam Avijgan et al di usia 17 tahun


yang mengalami luka bakar hingga 40% dengan derajat dua yang berletak
di wajah, telinga, leher, kulit kepala, kelopak, anterior dada, dan tungkai
atas 40 hari sebelum masuk rumah sakit. Dengan prosedur yang diberikan
seperti cangkok kulit pada dada anterior dengan mengambil dari paha oleh
dokter bedah plastik, yang walaupun mengalami penolakan selama 5 hari.
Pasien dirawat karena cedera kulit kronis akibat kegagalan cangkok kulit.
Luka yang dialami pasien mengakibatkan ketika diperiksa pasien
mengalami takipnea, dispnea dan demam dengan tanda vital yang fluktuatif.
Lesi yang dialami mengalami sedikit luka, serta hangan dengan sekresi
serosa.
Seharunsya luka bakar diberikan lidah buaya dengan waktu 12 jam
sebagai pengganti Vaseline gas. Pembalutan gel lidah buaya dilakukan pada
seleruh termenerus. Kulit akan merasa keras dan tegang di area cedera
seperti leher dan siku setelah 21 hari. Namum, tidak ada tanda infeksi kulit
yang terdeteksi pada kelompok yang melalkukan perawatan rutin. Pasien
melaporkan tidak ada efeksamping yang diberikan kepada Aloe vera
meskipun sekresi serosa sudah berehenti, fibrosis kuli telah menyebabkan
pengikatakn ketegangan kulit yang telah menyebabkan penignaktakn
ketegangan kulit dan striktur sendi dan setelah 40 hari dalam ICU dan rutin
diberika Aloe vera setelah operasi plastic tambahan dilaukan untuk
melepaskan ketegangan kulit dan meringankan berbagai Gerakan sendi
tungkai atas (Avijgan dalam Ashilah, 2017).

Penelitain yang dilakukan terhadap 32 pasien oleh Shazad dan


Ahmed yang diberikan krim Aloe vera dan krim perak sulfadiazine 1%
setiap hari. Dengna membandingkan peningkatakan rata-rata pada kedua
kelompok selama 15 hari. Perbedaan yang cukup signifikan ditemukan di
dua kelompok berikut (P <0,0001) sehingga disimpulkan bahwa gel Aloe
vera lebih cepat sembuh. Hal ini dikarenakan lidah buaya menginduksi
pematan kolagen lebih cepat (Rahman, 2017).

Kesimpulan

Aloe vera menunjukan bahwasannya tumbuhan tersebut dapat digunakan


dengan penggunaan topikal pada proses penyembuhan luka dan cenderung
mempercepat proses penyembuhan luka serta epitaliasi pada luka bakar
pertama dan kedua jika dikomparasikan dengan perawatan konvensional.

Daftar Pustaka
Avijgan M, Alinaghian M, and Hafizi M, 2017. Aloe vera Gel as a
Traditional and Complementary Method for Chronic Skin Burn: A Case
Report. Advances in Infectious Diseases. 7(01).

Hekmatpou D, Mehrabi F, Rahzani K, and Aminiyan A, 2019. The Effect


of Aloe vera Clinical Trials on Prevention and Healing of Skin Wound: A
Systematic Review. Iranian Journal of Medical Sciences. 44(1): 1-9

Hakim, A.M., 2020. Efektifitas Aloe Vera Terhadap Luka Bakar. Jurnal


Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 9(2), p.245.

Hosseinimehr SJ, Khorasani G, Azadbakht M, Zamani P, Ghasemi M et al,


2010. Effect of Aloe Cream versus Silver Sulfadiazine for Healing Burn
Wounds in Rats. Acta Dermatovenerologica Croatica.

Lai-Cheong JE and McGrath JA, 2017. Structure and Function of Skin,


Hair and Nails. Medicine. 37(5): 223-226.

Rahman S, Carter P, and Bhattarai N, 2017. Aloe vera for Tissue


Engineering Applications. Journal of Functional Biomaterials. 8(1): 6.

Shahzad MN, and Ahmed N, 2013. Effectiveness of Aloe vera Gel


Compared with 1% Silver Sulphadiazine Cream as Burn Wound Dressing
in Second Degree Burns. Journal of the Pakistan Medical Association.
63(2): 225- 230

Yasti AC, Senel E, Saydam M, Ozok G, Coruh A et al, 2015. Guideline and
Treatment Algorithm for Burn Injuries. Turkish Journal of Trauma and
Emergency Surgery. 21(2): 79-89.

Anda mungkin juga menyukai