Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KMB III

SISTEM INTEGUMEN DENGAN KASUS LUKA BAKAR

OLEH :
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NERS NON


REGULER
STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
Sistem integumen
Kasus 1.
Tn. K usia 42 tahun diantar anggota keluarganya
dengan luka bakar pada tangan kiri dan dada. Tn.
K mengeluh nyeri pada area kulit yang terbakar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa
kulit kemerahan dengan disertai ada bula, klien
terlihat menyeringai kesakitan, TD 130/95 mmHg,
Nadi 86 kali/menit, Suhu 37,20C, RR 24 kali/menit.
Klien dirawat diruang flamboyan untuk
mendapatkan terapi lebih lanjut.
Fokus Analisis :
1. Pengkajian : anamnesa, Pemeriksaan Fisik, dan Penunjang
2. Analisis data : pengelompokan data, etiologi, dan masalah
keperawatan
3. Diagnosis keperawatan : berpikir kritis pada etiologi
4. Intervensi : rencana tindakan mandiri, observasi, pemberian HE,
dan kolaborasi
5. Implementasi : tindakan mandiri, observasi, HE dan kolaborasi
6. Evaluasi : SOAP, evaluasi tindakan demonstrasi perawat.
7. Pemberian HE focus pada keluhan pasien dan masalah
keperawatan, pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pengetahuan tentang persiapan, pelaksanaan dan paska
pemeriksaan diagnostic dan laboratorium.
8. Pemanfaatan trend issue dan hasil penelitian tentang tindakan
mandiri keperawatan, tindakan komplementer untuk mengatasi
masalah keperawatan.
9. Anatomi, fisiologi, kimia, fisika dan biokimia, Patofisiologi,
farmakologi dan terapi diet pada gangguan yang terkait sistem-
sistem.
INTERVENSI

• ASKEP KMB FIX.docx


Health education untuk keluhan utama dan masalah
keperawatan:
1. Untuk nyeri pasien, ajarkan pasien tentang tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri seperti
relaksasi nafas dalam, distraksi, terapi music dan lain-
lain.
2. Untuk kerusakan integritas kulit, ajarkan pasien dan
keluarga tentang menjaga luka agar tetap bersih
3. Untuk resiko kekurangan volume cairan, ajarkan pasien
dan keluarga tentang pentingnya meningkatkan asupan
cairan untuk mencegah dehidrasi dan resiko.
4. Untuk resiko infeksi, ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala infeksi dan pentingnya
menjaga kebersihan luka untuk mencegah infeksi
Pencegahan Primer
Salah satu tindakan preventive yang dilakukan seorang perawat
untuk mencegah terjadinya luka bakar atau luka bakar yang
berulang, berikut ini beberapa hal yang bisa disampaikan
perawat untuk mencegah terjadinya luka bakar :
1. Jangan pernah meninggalkan kompor yang menyala tanpa
dijaga dan jauhkan cairan panas dari jangkauan anak-anak
2. Gunakan pelindung tangan ketika memasak dan mengambil
makanan dari oven
3. Gunakan alat setrika di meja yang tinggi dan jangan lupa
mematikan alat setrika ketika sudah selesai
menggunakannya
4. Jauhkan bahan kimia, korek api, lilin, atau bahan yang
mudah terbakar lainnya dari jangkauan anak-anak.
5. Siapkan alat pemadam api darurat dirumah
6. Letakkan peralatan elektronik jauh dari sumber air.
Pencegahan Sekunder
Tindakan sekunder merupakan tindakan kuratif terhadap
luka bakar grade II pasien untuk mencegah terjadi
keparahan luka bakar atau meminimalkan komplikasi dari
luka bakar:
Pra rumah sakit
1. Hentikan pajanan segera
2. Lepaskan semua pakaian atau perhiasan diseputar area kulit
yang terbakar
3. Dinginkan luka bakar dengan air mengalir pada ruangan
selama 20 menit, segera setelah terjadi cedera (jangan gunakan
air es, krim atau zat berminyak seperti mentega
4. Hangatkan orang yang mengalami cedera. Gunakan selimut
atau pakaian yang tebal. Tapi hindari bagian yang terluka.
5. Bila terjadi luka pada daaerah wajah, usahakan penderita yang
engalami cedera berada dalam posisi duduk
6. Konsultasi ke fasilitas kesehatan terdekat
Perawatan Intra-Rumah Sakit
• Nutrisi
• Perawatan luka
• Medikasi
• Dukungan psikososial
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada rehabilitasi. Rehabilitasi
meliputi pemulihan terhadap individu yang cacat akibat
penyakit dan luka hingga pada tingkat fungsi yang
optimal.
a. Dukungan Psikososial
b. Terapi fisik
c. ADL
Tren dan issue
 Khan et al (2007)
Mendeskripsikan fakta nutrisional dari madu.
Sebagai agen penyembuh luka madu memiliki 4
karakteristrik yang efektif melawan pertumbuhan
bakteri. Karakteristik itu adalah tinggi kandungan
gula, kadar kelembaban rendah, asam glukonik
(yang menciptakan lingkungan asam, pH 3,2-4,5)
dan hydrogen peroksida.
Jadi, kadar gula yang tinggi dan kadar
kelembaban yang rendah akan membuat madu
memiliki osmolaritas yang tinggi, yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri.
Lanjutan
Subrahmanyan (1998) membandingkan keefektifan
madu dan silver sulphadiazine (SSD) pada luka bakar
superficial. Beliau menemukan bahwa pada hari
ketujuh observasi, 84% pasien yang dirawat
menggunakan madu menunjukkan epitelialisasi yang
memuaskan, dan pada luka-luka yang dirawat
dengan SSD 72% epitelialisasi dengan sel inflamasi.
Pada hari ke-21, 100% epitelialisasi dicapai oleh luka
yang dirawat dengan madu.sedangkan luka yang
dirawat di dengan SSD 84% nya mengalami
epitelialisasi.
Lanjutan
 Rantiyana (2017) berdasarkan hasil penelitian
tentang pemberian terapi murrotal terhadap nyeri
luka bakar
Didapatkan hasil:
Sebelum diberikan dan setelah diberikan terapi :
Skala 4 (sedang) skala 2 (rendah)
Skala 8 (tinggi) skala 5(sedang)

(terdapat penurunan skala nyeri )


ANATOMI DAN FISIOLOGI
LUAS LUKA BAKAR

Rule of Nine untuk memperkirakan TBSA (Total Body


Surface Area) yang terkena cedera luka bakar
PATHWAY
FARMAKOLOGI

1. Nyeri
 Pada tahap darurat perawatan narkotik yang
diberikan melalui intravena seperti morfin,
hidromorfon, atau fentanil merupakan cara terbaik
mengani nyeri.
 Selama tahap akut, opinioid diberikan secara
kontinui untuk mengurangi nyeri yang terjadi pada
saat istirahat.
 Setelah pasien memasuki tahap rehabilitasi
perawatan, terapi alternatif untuk pengendalian
nyeri dapat ditambahkan pada rencana asuhan.
Distraksi, hipnotis diri, imajinasi terbimbing, dan
tehnik relaksasi adalah tambahan yang bermanfaat
dalam mengatasi nyeri dan koping terhadap
kehilangan..
LANJUTAN

2. ANTIBIOTIK
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk
mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah
golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas. Bila ada infeksi antibiotik diberikan
berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Antasida diberikan untuk pencegahan tukak
beban (tukak stres) dan antipiretik diberikan bila
suhu tinggi.
3. OBAT TOPIKAL
Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk
larutan, salep, atau krim
DIET
Diet Luka Bakar II
• Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan
pasien, dapat berbentuk cair, saring, lumat, lunak, atau
biasa.
• Cairan AGGS, tidak terbatas.
• Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8
kali sehari. Volume setiap kali pemberian disesuaikan
dengan kemampuan pasien, maksimal 300 ml.
• Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian
3-4 kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan
Makanan Cair Penuh untuk memenuhi kebutuhan gizi.
• Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi
pemberian disesuaikan dengan kemampuan pasien
sehingga asupan zat gizi terpenuhi.
TERIMA KASIH

><

Anda mungkin juga menyukai