Anda di halaman 1dari 80

PENERAPAN KOMPRES HANGAT REBUSAN JAHE TERHADAP

NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS
DIPUSKESMAS MAPANE

PROPOSAL STUDI KASUS

DISUSUN OLEH :

MOH.FIRMAN
P00220217025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
D III KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji Poltekkes Kementerian
Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.

Nama : Moh.Firman
Nim : P00220217025

Poso,
Pembimbing I

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

Poso,
Pembimbing II

Dafrosia Darmi Manggasa,S.Kep.Ns.M.Biomed


NIP. 198106082005012003

Menyetujui
Ketua Program Studi

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah

diberikan-Nya, sehingga proposal studi kasus yang berjudul “ Penerapan kompres

hangat rebusan jahe terhadap tingkat nyeri pada asuhan keperawatan keluarga

dengan anggota keluarga yang menderita gout arthritis di puskesmas mapane” ini

bisa terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Proposal studi kasus ini tidak

akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis,

diantaranya :

1. Bapak Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Palu

2. Ibu Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu

3. Bapak Agusrianto,S.Kep.Ns.MM. Ketua Program Studi Keperawatan

Politekknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan

Poso.

4. Pembimbing 1 Agusrianto,S.Kep.Ns.MM. yang selalu sabar dan tidak pernah

lelah memberikan masukan dan bimbingannya.

5. Pembimbing 2 Ibu Dafrosia Darmi Manggasa ,S.Kep,Ns.,M.Biomed yang

telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal

studi kasus ini.

6. Bapak Agusrianto,S.Kep.Ns.MM.selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing penulis selama belajar di Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso

iv
7. Bapak/Ibu dan Tenaga Kependidikan Program Studi Keperawatan Poso yang

selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis

8. Kepada Kedua Orang Tua saya Amin Said dan ibu saya Maemunah Kelung

yang telah membesarkan dan mendidik saya sehingga menjadi seperti

sekarang. Selalu mendukung dan memberikan nasihat agar saya selalu sabar

dan ikhlas selama penyusunan Proposal ini.

9. Ulfiafebriani yang selalu memberikan semangat serta dukungan untuk selalu

sabar selama penyusunan Proposal ini.

10. Kepada teman satu tempat tinggal selama studi pembelajaran berjalan sampai

dengan selesai yang selalu menyemangati dan memberikan dukungan

sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Studi kasus ini.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki penulis maka Proposal Studi Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan

penulis untuk dijadikan sebagai perbaikan dalam penyusunan hasil penelitian.

Poso, Januari 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................iii

KATA PENGANTAR..........................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5

D. Manfaat Studi Kasus.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7

A. Konsep Teori Gout Arthritis........................................................ 7

1. Pengertian.............................................................................. 7

2. Etiologi................................................................................... 7

3. Manifestasi Klinis.................................................................. 9

4. Patofisiologi......................................................................... 10

5. Pathway................................................................................ 12

6. Komplikasi........................................................................... 13

7. Pemeriksaan penunjang....................................................... 14

8. Penatalaksanaan....................................................................15

9. Tanda dan gejala...................................................................16

vi
B. Konsep Teori Keluarga...............................................................17

1. Pengertian............................................................................ 17

2. Struktur Keluarga .................................................................17

3. Tipe Keluarga........................................................................19

4. Peran Keluarga......................................................................21

5. Fungsi Keluarga....................................................................22

6. Tugas Keluarga.....................................................................24

7. Peran Perawat Keluarga........................................................26

C. Konsep Teori Nyeri.....................................................................28

D. Kompres Rebusan Hangat Jahe..................................................29

E. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Keluarga............................32

BAB III METODE PENELITIAN......................................................45

A. Jenis penelitian............................................................................45

B. Lokasi dan waktu penelitian.......................................................45

C. Subjek studi kasus.......................................................................45

D. Fokus studi..................................................................................45

E. Definisi operasional....................................................................45

F. Pengumpulan data.......................................................................47

G. Etika penelitian...........................................................................47

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................49

Lampiran..............................................................................................51

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengambilan Data Awal

Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Penjelasan Sebelum Penelitian

Lampiran 4 : Persyaratan Keaslian Penulisan

Lampiran 5 : Format Pengkajian

Lampiran 6 : SOP

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena

penimbunan kristal monosodium urat didalam tubuh. Asam urat

merupakan hasil metabolis akhir dari purin yaitu salah satu komponen

asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Penyebab penumpukan

kristal di daerah persendian diakibatkan kandungan purinnya dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah antara 0,5 –0,75 g/ml purin

yang dikonsumsi (Jaliana, 2017).

Gout Arthitis atau yang sering orang awam katakan asam urat

merupakan pembentukan kristal pada persendian, akibat tingginya kadar

asam urat dalam darah. Asam urat merupakan sisa dari sel-sel tubuh yang

mati, sehigga sel-sel tubuh yang mati melepas purin dan asam urat

menumpuk di persendian yang membentuk garam urat (monosodium

urate). Penumpukan kristal tersebut mengakibatkan kerusakan pada daerah

persendian sehingga dapat menimbulkan nyeri (Andriani, A & Chaidir, R,

2016).

Berdasarkan data Worid Health Organization (WHO, 2018),

Prevalensi gout didunia mengalami kenaikan dengan jumlah 1370

(33,3%). Prevalensi gout juga meningkat pada kalangan orang dewasa di

Inggris sebesar 3,2% dan Amerika Serikat sebesar 3,9%. DI Korea

prevalensi asam urat meningkat dari 3,49% per 100 orang pada Tahun

2007 menjadi 7,58% per 100 orang pada Tahun 2015. Prevalensi gout di

1
Indonesia mengalami penurunan. Pada tahun 2013 kejadian Gout Artritis

di Indonesia sebesar 11,9% (Riskesda, 2013) sedangkan pada tahun 2018

prevalensi kejadian Gout Artritis di Indonesia sebesar 7,3% (Riskesda,

2018). Hasil data Riskesda tahun 2018 mengatakan bahwa prevalensi

penyakit sendi pada lansia di Sulawesi Tengah sebanyak 7,72%. Menurut

hasil data Rikesdas tahun 2018 prevalensi penyakit sendi berdasarkan

wawancara yang di diagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambah

nya umur, demikian juga yang didiagnosis dokter atau gejala. Prevalensi

tertinggi pada umur ≥75 tahun (33% dan 54,8%). Prevalensi yang

didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada perempuan (13,4%)

disbanding laki-laki (10,3%)namun jika dibandingkan dengan hasil

rikesdas pada tahun 2013 justru pernyakit sendi cenderung menurun

dibeberapa kota besar di Indonesia.

Gout Arthitis merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri yang

terjadi berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan kristal

monosodium urat yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat dari

tingginya kadar asam urat di dalam darah. Kadar asam urat normal pada

pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl (Andriani, A &

Chaidir, R, 2016)

Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh karena terkandung pada

semua makanan. Baik yang berasal dari tanaman (sayur, buah, dan kacang-

kacangan) atau hewan(daging, ikan, dan jeroan) hanya saja, ada makanan

yang mengandung purin tinggi dan rendah. Penyakit asam urat biasanya

2
ditandai dengan terjadi hiperurisemia (peningkatan kadar asam urat dalam

darah), adanya serangan disalah satu sendi,terutama sendi ibu jari kaki,

sendi terlihat kemerahan, pembengkakan dan asimetris disalah satu sendi.

Sehingga perencanaan pengelolaan asam urat harus dibicarakan secara

terapeutik antara pasien dan keluarga. Sehingga pasien dalam melakukan

pengontrolan kadar purin, keluarga dapat memahami keikut sertaan dalam

melakukan perawatan pada pasien dengan gout arthritis (Junaidi, 2016).

Masalah yang sering terjadi didalam keluarga dalam merawat pasien

gout athritis adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit gout

athritis dan kurangnya kemampuan dalam menjaga maka untuk mengatasi

masalah tersebut diperlukan peran perawat dan peran keluarga (Rendra

Eryan, 2016). Keluarga berperan dalam menjaga dan merawat anggota

keluarga yang sakit, keluarga perlu didukung oleh perawat. Peran perawat

dalam menjaga kesehatan keluarga adalah sebagai pendidik, memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat menjalankan asuhan

kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap

masalah kesehatan keluarga. Selain itu, perawat juga dapat berperan

sebagai konsultan dengan melakukan kunjungan rumah secara teratur

untuk mengidentifikasi kesehatan keluarga.

Tindakan farmakologis untuk penderita gout athritis diantaranya

adalah dengan menggunakan obat-obatan seperti obat allopurinol yang

berguna untuk menurunkan kadar asam urat dan non farmakologis untuk

penderita asam urat diantaranya adalah kompres, baik itu kompres hangat

3
dan kompres dingin. Kompres hangat dan kompres dingin dapat

meringankan rasa nyeri dan radang ketika terjadi serangan asam urat yang

berulangulang. Efek pemberian terapi kompres hangat terhadap tubuh

antara lain dapat meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang

mengalami cidera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik

kedaerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat

spasme atau kekakuan, dan meningkatkan aliran darah (Potter dan Perry,

2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indah, Nurhayati & Setiyajati

(2013), Penerapan kompres hangat yang telah sering dilakukan dapat

dikolaborasi dengan beberapa tanaman herbal salah satunya yaitu dengan

tanaman jahe. Tanaman Jahe (Zingiber officinale rosc) adalah tanaman

rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.

Beberapa senyawa, termasuk gingerol, shogaol dan zingeron memberikan

efek seperti antioksidan, anti inflamasi dan analgesik. Pilihan obat secara

empiris yang memiliki kegunaan yang sama seperti obat sintetis untuk

digunakan secara topical dengan cara kompres hal tersebut yang mendasari

penulisan untuk mengetahui khasiat dan manfaat kompres jahe untuk

menurunkan nyeri bagi pasien gout arthritis. Berdasarkan penelitian

Syarifatul Izza (2014) mengenai perbedaan efektifitas pemberian kompres

air hangat dan pemberian kompres air jahe terhadap penurunan nyeri sendi

di unit rehabilitasi social wening wardoyo ugaran, dengan hasil bahwa ada

perbedaan penurunan skala nyeri sendi setelah di berikan kompres hangat

4
dan kompres jahe dengan skala 1 pada kompres air hangat dan 2 skala

pada kompres jahe.

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk melihat

“Penerapan Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Tingkat Nyeri Pada

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota Keluarga Yang

Menderita Gout Athritis Di Puskesmas Mapane”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dalam kasus ini adalah “Bagaimanakah

Penerapan Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Tingkat Nyeri Pada

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota Keluarga Yang

Menderita Gout Athritis Di Puskesmas Mapane”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Penerapan Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap

Tingkat Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota

Keluarga Yang Menderita Gout Athritis Di Puskesmas Mapane.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada Askep Gout Arthritis

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada asuhan

keperawatan pasien dengan Gout Arthritis

c. Dapat menyusun perencanaan ( pemberian kompres hangat rebusan

jahe) keperawatan pada kasus Gout Arthritis

5
d. Dapat melaksanakan impelementasi keperawatan dengan

Penerapan Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Tingkat Nyeri

Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Anggota Keluarga

Yang Menderita Gout Athritis Di Puskesmas Mapane.

e. Dapat melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan

pada kasus gout arthritis di Puskesmas Mapane.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Manfaat bagi Keluarga

Dengan diterapkan kompres hangat rebusan jahe dengan kasus

gout arthritis, diharapkan akan terjadi penurunan nyeri dan klien dapat

mengendalikan.

2. Manfaat Bagi Insitusi

Institusi pendidik menjadikan penelitian sebagai bahan bacaan bagi

setiap mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan

pengetahuan tentang penyakit Gout Arthritis dan bagaimana cara

menerapkan terapi kompres hangat rebusan jahe terhadap penurunan

nyeri serta diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti

selanjutnya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Gout Arthritis

1. Pengertian

Gout athritis menurut Brunner & Suddarth [2015] adalah

sekumpulan kondisi inflamasi kronis yang berhubungan dengan efek

metabolisme purin secara ginetik dan menyebabkan hiperurisemia. Gout

arthritis adalah penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak,

berulang dan disertai dengan rasa nyeri karena adanya endapan kristal

monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai

akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah hiperurisemia

Junaidi.I 2016).

2. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya

deposit /penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam

urat sering terjadipada penyakit dengan metabolisme asam urat

abnormal dan Kelainan metabolikdalam pembentukan purin dan

ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung :

a. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):

1) Gout arthritis primer metabolik: terjadi karena sintesa atau

pembentukan asam urat yang berlebihan.

2) Gout arthritis metabolik: terjadi karena pembentukan asam urat

berlebihan karena penyakit lain, seperti leukemia, terutama yang

7
diobati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan

mielobrosis.

b. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):

1) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di

tubulidistal ginjal yang sehat.

2) Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginjal yang rusak,

misalnya pada glomerulonefritiskronik, kerusakan ginjal kronis

(chornic renal failure).

c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis

gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh:

1) Luka ringan

2) Pembedahan

3) Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya

akan protein purin

4) Kelelahan

5) Stres secara emosional

6) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat,

seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretik),

furosemid, asam-asam keton hasil pemecahan lemak sebagai

akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi lemak.

7) Kedinginan [Iskandar Junaidi, 2016]

8
3. Manifestasi Klinis

Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut

(serangan rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus

(endapan kristal yang menumpuk dalam jaringan aritukuler, jaringan

oseus,jaringan lunak, serta kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal)

dan pembentukan asam urat dalam traktus urunarus. Ada empat

stadium penyakit gout yang di kenali :

a. Hiperutisemia asimtomatik

b. Artiritis gout yang kronis

c. Gout interkritikal

d. Gout tofaseus yang kronik

Biasanya, serangan gout pertama hanya menyerang satu sendi dan

berlangsung selama beberapa hari. Kemudian, gejalanya menghilang

secara bertahap, di mana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul

gejala hingga terjadi serangan berikutnya. Namun, gout arthritis

cenderung akan semakin memburuk, dan serangan yang tidak diobati

akan berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa

sendi. Alhasil sendi yang terserang bisa mengalami kerusakan permanen.

Lazimnya, serangan gout arthritis terjadi di kaki (monoarthritis).

Namun. 3-14% serangan juga bisa terjadi di banyak sendi (poliarthritis).

Biasanya, urutan sendi yang terkena serangan gout arthritis (poliarthritis)

berulang adalah ibu jari kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tanggan,

lutut, dan bursa olekranon pada siku.

9
Sendi yang terserang gout arthritis akan membengkak dan kulit di

atasnya akan berwarnah merah atau keunguan, kencang dan licin, serta

terasa hangat dan nyeri jika digerakan, dan muncul benjolan pada sendi

(yang disebut tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit diatasnya

akan berwarnah merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Gejala

lainya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggiran sendi/ tendon.

Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut

dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.

Benjolan kristal dari kristal urat (tofi) diedapkan dibawah kulit disekitar

sendi. Tofi juga bisa berbentuk di dalam ginjal dan organ tubuh lainya,

di bawah kulit telinga atau di sekitar siku. Jika tidak di obati, tofi pada

tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang

menyerupai kapur Junaidi.I (2016).

4. Patofisiologi

Penyakit Gout Arthitis merupakan gangguan metabolisme asam urat

yang memuncak dengan terjadinya endapan garam monosodium urat

dalam sendi dan akhirnya dalam jaringan subkutan. Biasanya Gout

Arthitis di tandai dengan inflamasi sendi yang sangat nyeri dan endapan

urat di sekitar sendi, sering di sertai dengan kadar asam urat yang sangat

tinggi di dalam darah. Senyawa urat berasal dari purin dalam makanan

dan hasil daur ulang penguraian atau perbaikan jaringan.

Pada hiperurisemia, peningkatan pada kadar urat ada dalam cairan

ekstraselular lain, termaksut cairan synovial, dan juga pada plasma.

10
Akan tetapi cairan synovial merupakan pelarut yang buruk untuk urat

dari pada plasma. Kristal monosodium urat dapat terbentuk dalam cairan

synovial atau dalam membran synovial, kartilago, atau jaringan ikat

sendi lainnya.Kristal cenderung terbentuk pada jaringan perifer tubuh,

sementara itu suhu yang lebih rendah mengurangi kelarutan asam urat.

Kristal juga terbentuk di jaringan ikat dan ginjal. Kristal ini menstimulus

dan melanjutkan proses inflamasi, selama neutrophil berespon dengan

ingesti kristal. Neutrophil melepaskan fagolisosom, menyebabkan

kerusakan jaringan yang menyebabkan terjadinya inflamasi terus

menerus dan pada akhirnya proses inflamasi merusak kartilago sendi dan

tulang yang menyertai.(Lemone Priscilla, Dkk. 2015)

11
5. Pathway

Diet tinggi purin Peningkatan pemecahan Asam urat dalam


sel serum
Metabolisme purin
Asam urat dlm sel keluar Tdk di sekresi melalui
urin

Penyakit ginjal
Asam uarat dalam Kemampuan sekresi (glomerulonetritis
serum meningkat asam urat dan gagal ginjal)
( hiperurisemia ) terganggu/menurun

Hipersaturasi asam Peningkatan asam


urat dlm plasma laktat sebagai Konsumsi alcohol
dan garam urat di produk sampingan
cairan tubuh metabolisme

Terbentuk kristal Di bungkus oleh


monosodium urat berbagai protein Merangsang
(MSU) (termaksud IgG) ( leukosit PMN)

Terjadi fagositosis
Di ginjal Di jaringan lunak dan kristal oleh leukosit
persendian

Penumpukan Terbentuk
Penumpukan dan
dan fagolisosom
pengendapan MSU
pengendapan
MSU

Pembentukan Merusak selaput


Pembentukan topus protein kristal
batu ginjal
asam urat

Proteinuria,hiperte Terjadi ikatan hydrogen


Respon inflamasi
nsi ringan,urin antara permukaan
meningkat
asam,pekat kristal dgn memberan
lisosom

12
Resiko
ketidakseimbangan Membran lisosom
volume cairan robek, terjadi pelepasan
enzym dan oksida
radikal ke sitoplasma
(synovial)

hipetermia Pembesaran dan Peningkatan


penonjolan sendi kerusakan sendi

Nyeri akut Deformitas sendi

Kontraktur sendi Kekakuan sendi

Kerusakan
intergritas Fibrosis atau
Hambatan
jaringan akilosis
mobilisasi fisik
tulang

Sumber :Nurarif Huda Amin, & Kusuma Hardhi. 2015

6. Komplikasi

Asam urat dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga

komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal

akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25%

pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada

suasana pH urin yang basa.

13
Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan

mengendap dan terbentuk batu.Gout dapat merusak ginjal sehingga

pembuangan asam urat akan bertambah buruk. Gangguan ginjal akut

gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan dari sel

ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi

akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat

menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal

pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik (Kowalak

dkk,2012).

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Kowalak, dkk (2012), penegakan diagnosis gout arthritis

antara lain :

a. Kristal monosodium urat yang mirip jarum dalam cairan sinovial

(yang terlihat melalui aspirasi jarum suntik)

b. Hiperurisemia (kadar asam urat yang lebih dari 420 mmol kreatinin)

c. Kenaikan kadar asam urat dalam ureni 24 jam (biasanya lebih tinggi

pada gout sekunder dibandingkan pada gout primer)

d. Foto rontgen pada awalnya tampak normal, pada penyakit gou

arthritis yang kronis, foto rontgen memperlihatkan kerusakan pada

kartilago sendi dan tulang subkondrium. Pergeseran keluar bagian

tepi yang bergantung dari kontur tulang merupakan ciri khas

penyakit gout arthritis

14
8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan goutarthritis:

a. Penatalaksanaan medis

1) Kolkisin (oral parenteal), NSAID seperti indomerasin, atau

kortikosteroid diresepkan untuk meredakan serangan gout

arthritis akut.

2) Hiperurisemia, tofi, penghancuran sendi, dan masalah ginjal

diterapi setelah proses inflamasi akut redah.

3) Agnes urikosurik, seperti probenesid, memperbaiki hiperurisemia

dan melarutkan deposit urat.

4) Allopurinol efektif ketika beresiko terjadi insufisiensi ginjal atau

batu ginjal.

5) Kortikosteroid dapat digunakan pada pasien yang tidak berespon

terhadap terapi lain.

6) Terapi profilaksis dipertimbangkan jika pasien mengalami

beberapa episode akut atau terjadi pembentukan tofi.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Dorong pasien untuk membatasi konsumsi makanan tinggi purin,

terutama daging organ (jeroan), dan membatasi asupan alkohol.

Dorong pasien untuk mempertahankan berat tubuh normal. Upaya ini

dapat membantu mencegah episode gout arthritis yang nyeri.

15
Pada episode gout arthritis akut, penatalaksanaan nyeri sangat

penting. Tinjaumedikasi bersama pasien dan keluarga. Tekankan

pentingnya men medikasi untuk mempertahankan efektivitas.

9. Tanda dan gejala

Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan

menyerang pada malam hari). Jika gout menyerang sendi-sendi yang

terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa

panas disertai rasa nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakan.

Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit,

nafsu makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout

pada umumnya berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari

kaki. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain

seperti tumit, lutut dan siku. Dalam kasus encok kronis, dapat timbul

tofus (tophus), yaitu endapan seperti kapur pada kulit yang membentuk

tonjolan yang menandai pengendapan kristal asam urat.

16
B. Konsep Teori Keluarga

1. Pengertian

Menurut Harmoko (2012), keluarga adalah anggota rumah tangga

yang saling berhubungan melalui pertaliandarah,adopsi, atau

perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Depkes RI, 2012 dalam Padila,2012).

Johnson’smendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau

persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang

berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak,baik Anaknya sendiri atau adopsi dan

tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila,2012).

Jadi, dari beberapa definisi diatas maka keluarga adalah unit terkecil

yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan dan

tinggal dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan serta

mempunyai peran atau kewajiban yang harus dilaksanakan.

2. Struktur Keluarga

a. Ciri-ciri struktur keluarga menurut Widyanto (2014) :

1) Terorganisir

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota

keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk

17
mencapai tujuan keluarga. Dalam menjalankan peran dan

fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan dan saling

bergantung.

2) Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga

memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

3) Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-

masing. Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dankhas,

yang menunjukan adanya ciri perbedaan dan kekhususan.

b. Macam-macam struktur keluarga :

1) Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

4) Patrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.

5) Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar

pembinaan keluarga dan beberapa sanak (Padila,2012).

18
3. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan

sosial,maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat

mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat

kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetaui berbagai tipe

keluarga. Menurut Mubarak (2012), tipe-tipe keluarga antara lain:

a. Tradisional nuclear

Keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu,dan anak yang tinggal dalam

satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Extended family

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,misalnya

nenek,kakek,keponakan,saudara sepupu,paman bibi,dan sebagainya.

c. Reconstitude family

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri,tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan

anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil

dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar

rumah.

d. Middle age /aging couple

Suami sebagai pencari uang,istri dirumah atau kedua-duanya bekerja

19
diluar rumah, dan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karir.

e. Dyadic nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak

keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single parent

Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangnya dan anak

anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.

g. Dual carrier

Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.

h. Commuter married

Suami/istri atau keduanya orang karirdan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

i. Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

j. Three generation

Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.

k. Institusional

Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

l. Communal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang mengayomi dengan

anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.

20
m. Group Marriage

Suatu rumah terdiri atas orang tua dan keturunanya didalam satu

keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

o. Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan

4. Peran Keluarga

Peran Keluargaadalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem

(Mubarak dkk, 2012). Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan

peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan

dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka

sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut (Harmoko,

2012).

Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat

terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.

Keluarga membagi peran secara merata kepada anggotanya. Dalam

peran formal keluarga ada peran yang membutuhkan keterampilan dan

kemampuan tertentu dan ada juga peran yang tidak terlalu kompleks,

21
sehingga dapat didelegasikan kepada anggota keluarga lain yang kurang

terampil.

Beberapa contoh peran formal yang terdapat dalam keluarga adalah

pencari nafkah, ibu rumah tangga, sopir, pengasuh anak, tukang masak,

dan lain-lain. Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan

karenanya ia tidak memenuhi suatu peran maka anggota keluarga lain

akan mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar

tetap berfungsi (Mubarak, 2012).

Peran informal keluarga bersifat implisit, biasanya tidak

tampak,dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam

keluarga. Peran informal keluarga lebih didasarkan pada atribut-atribut

personalitas atau kepribadian anggota keluarga individu. Beberapa

contoh peran informal keluarga adalah pendorong, pengharmoni,

inisiator, pendamai, koordinator, pionir keluarga, dan lain-lain

(Harmoko, 2012).

5. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman dalam Padila (2012) ada lima fungsi dasar keluarga

diantaranya adalah:

a. Fungsi Afektif (the affective function)

Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif

22
tampak melalui keluarga yang bahagia. Dalam fungsi ini anggota

keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan

memiliki dan dimiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber

kasih sayang. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang

menentukan kebahagiaan keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi (the socialization function)

Sosialisasi merujuk pada proses perkembangan dan perubahan yang

dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat

individu melakukan sosialisasi. Dalam fungsi ini anggota keluarga

belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku melalui hubungan dan

interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan dalam

masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi (the reproductive function)

Dalam fungsi ini keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi (the economic function)

Fungsi ini menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti

makanan, pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan

sumber keuangan.

e. Fungsi Perawatan Keluarga/Pemeliharaan Kesehatan (the health

care function).

23
Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga

berfungsi melakukan asuhan kesehatan kepada anggotanya baik

untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang

sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan, memerlukan bantuan atau

pertolongan tenaga profesional. Kemampuan ini sangat

mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga.

6. Tugas Keluarga

Menurut Harmoko (2012) di dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas

dasar yang didalamnya terdapat 8 tugas pokok, yaitu:

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam

keluarga.

c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya.

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban

dan kehangatan para anggota keluarga.

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan

f. Memelihara ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

24
Selain keluarga harus mampu melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga

juga harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Tugas

kesehatan keluarga menurut Friedman adalah sebagai berikut:

a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga

Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan

menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya

perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Membuat Keputusan Tindakan kesehatan yang Tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang

dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang

sedang terjadi dapat dikurangi atau diatasi. Jika keluarga mempunyai

keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat

meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

perlumemperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang

lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi

pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan tindakan untuk pertolongan pertama.

25
d. Mempertahankan Suasanan Rumah yang Sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga. Oleh karena itu kondisi rumah haruslah dapat

menjadikan lambang ketenangan, keindahan dan dapat menunjang

derajat kesehatan bagi keluarga.

e. Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

kesehatan keluarga atau anggota, keluarga harus dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga dapat

berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk

memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga

keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

7. Peran Perawat Keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan

keluarga yang sehat. Fungsi perawat, membantu keluarga untuk

menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan

kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan

keluarga.Menurut Widyanto (2014), peran dan fungsi perawat dalam

keluarga yaitu :

a) Pendidik Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun informal

kepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.

26
b) Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada anggota

keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan terhadap

pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan

merawat bagi keluarga.

c) Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu

keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

d) Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit

yang akan muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan

dan pengawasan penyakit.

e) Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian

melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.

f) Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan

anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial, serta sektor lain

untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

g) Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi

masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.

h) Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan

memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber

yang diperlukan.

i) Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi lingkungan

agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan asuhan secara

mandiri.

27
C. Konsep Teori Nyeri

Nyeri merupakan fenomena yang kompleks. Nyeri merupakan

mekanisme pertahanan tubuh manusia yang dapat mengindikasikan bahwa

tubuh seorang mengalami masalah. Nyeri dapat berasal dari fisik atau

psikologis. Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Internasional

Assosiation For The Studi Of Pain), mendefinisikan nyeri sebagai suatu

sensorik subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.

Alat ukur nyeri dapat digunakan untuk menilai skala nyeri dengan

indikasi pasien dapat berkomunikasi diantaranya Numerical Rating Scale

(NRS). NRS dianggap sederhana dan mudah dipahami. Skala penilaian NRS

(Numerical Ranting Scale) digunakan sebagai pengganti alat

pendiskripsinya. Intensitas nyeri pada skala 0 tidak terjadi nyeri, intensitas

nyeri ringan pada skala 1 sampai 3 secara objektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik, intensitas nyeri sedang pada skala 4 sampai 6

secara objektif klien mendesis dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya dan dapat mengikuti perinta dengan baik, intensitas

nyeri berat pada skala 7 sampai 9 secara objektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masi berespon terhadap tindakan, dapat menunjukan

liokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat di atasi dengan

posisi napas panjang atau distraksi, dan 10 sangat berat pasien sudah tidak

mampu lagi berkomunikasi, memukul.

28
Nyeri sendi pada penderita Artitis Gout terjadi karena adanya endapan

kristal monosodium urat yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari

tingginya kadar Artitis Gout didalam darah. (Margowati Sri & Priyanto

Sigit. 2017 ).

D. Kompres Rebusan Hangat Jahe

Pemberian Kompres hangat merupakan mekanisme penghambat

reseptor nyeri pada serabut saraf besar dimana akan mengakibatkan

terjadinya perubahan mekanisme yaitu gerbang yang akhirnya dapat

memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum sampai ke

kortes serebri menimbulkan persepsi nyeri dan reseptor otot sehingga nyeri

dapat berkurang (Potter & Perry,2016). Jahe memiliki efek antiradang

sehingga dapat digunakan untuk mengatasi peradangan dan mengurangi rasa

nyeri akibat asam urat. Efek aktif jahe terdiri dari gingerol,gingerdione dan

zingeron yang berfungsi menghambat leukotriene dan prostaglandin yang

merupakan mediator radang (Herliana,2013).

Junaidi (2016) mengungkapkan manfaat kompres hangat jahe pada

asam urat dapat melancarkan peredaran darah, memberikan perasaan

nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh, melemaskan otot dan

melenturkan jaringan ikat, mengurangi penekanan atau kompresi dan nyeri

pada sendi. Kompres dilakukan pada penderita asam urat karena dapat

mengurangi nyeri, menambah kelenturan sendi, mengurangi penekanan atau

kompresi dan nyeri pada sendi, melemaskan otot dan melenturkan jaringan

29
ikat. Selain itu menurut Rusnonto (2015), kompres hangat jahe juga dapat

digunakan pada perut kembung.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )

Kompetensi :Kompres Air Hangat Rebusan Jahe

Pengertian :Pemberian Kompres Hangat di Bagian Sendi yang


Mengalami Nyeri

Tujuan :Mengurangi Nyeri

PersiapanAlat : 1. Baskom/ember berisi air hangat

2. Handuk/waslap

3. Jahe

No. Tahap Pemberian Kompres Hangat Rebusan Jahe

Pre Interaksi

1. Kaji adanya kebutuhan tindakan kompres air hangat

2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi

3. Siapkan alat dan bahan

Tahap Orientasi

4. Beri salam dan panggil klien dengan namanya

5. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap Kerja

6. Beri kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan

7. Menanyakan keluhan utama klien

8. Jaga privasi klien

9. Siapkan satu atau dua rimpang jahe

30
10. Cuci jahe hingga bersih tanpa mengupas kulitnya

11. Jahe yang sudah di cuci dipotong menjadi beberapa bagian lebih kecil lalu
dipanaskan diatas kompor sampai mendidih.

12. Tuangkan rebusan air jahe ke dalam ember dan campur dengan sedikit air mentah
hingga suhu air menjadi hangat-hangat kuku.

13. Cuci tangan dan pakai sarung tangan jika diperlukan

14. Celupkan washlap dalam air hangat rebusan jahe, peras sebelum digunakan untuk
mengompres

15. Lakukan kompres selama 5-10 menit pada lutut atau daerah yang nyeri/rematik dan
ulangi beberapa kali

16. Jika tidak ada reaksi alergi dari kompres air jahe seperti reaksi gatal atau
kemerahan, tumbuk jahe yang sudah direbus tadi menjadi bagian yang lebih halus.

17. Tempelkan tumbukan jahe tersebut pada lutut yang sakit selama + 20 menit.

18. Setelah Kompres air hangat dilakukan, yakinkan klien dalam keadaan kondisi
kering dan nyaman

19. Klien dan lingkungan dirapikan

20. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan dilakukan dengan benar

Terminasi

21. Evaluasi hasil kegiatan

22. Berikan umpanbalik positif

23. Kontrak pertemuan selanjutnya

24. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

25. Bereskan peralatan

Dokumentasi

26. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

31
E. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Menurut Mubarak (2012),pengkajian adalah tahapan seorang

perawat mengumpulkan informasi secara terus-menerus terhadap

anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar yang

dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:

a. Struktur dan karakteristik keluarga

b. Sosial, ekonomi, dan budaya

c. Faktor lingkungan

d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga

Psikososial keluarga Pengkajian data pada asuhan keperawatan

keluarga berdasarkan format pengkajian keluarga meliputi :

a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat

kepala keluarga, komposisi anggota keluarga yang terdiri atas

nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau umur,

hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-

masing anggota keluarga,dan genogram (genogram keluarga

dalam tiga generasi)

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala

atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

32
3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal

suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa terkait dengan kesehatan.

4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain

itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga

tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersamasama untuk

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan

mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu

perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang

keluarga. (Mubarak, 2012)

b. Riwayat dan Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga.

2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

33
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan

keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan alasan mengapa hal

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat Keluarga Inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga, status imunisasi,

sumber kesehatan yang biasa digunakan serta pengalaman

menggunakan pelayanan kesehatan.

4) Riwayat Keluarga Sebelumnya

Data ini menjelaska riwayat kesehatan dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

Data ini menjelaskan mengenai luas rumah, tipe, jumlah ruangan,

jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, penempatan perabot

rumah tangga, jenis WC, serta jarak WC ke sumber air. Data

karakteristik rumah disertai juga dalam bentuk denah.

2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat

Data ini menjelaskan mengenai lingkungan fisik setempat,

kebiasaan dan budaya yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas Geografis Keluarga

Biasanya keluarga cenderung memiliki tempat tinggal yang

menetap disuatu tempat atau berpindah-pindah.

4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

34
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga berkumpul,

sejauh mana keterlibatan keluarga dalam pertemuan dengan

masyarakat. (Widyanto, 2014)

c. Struktur Keluarga

1) Sitem Pendukung Keluarga

Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan

mengendalikan orang sekitar untuk mengubah perilaku keluarga

dalam mendukung kesehatan dalam keluarga. Penyelesaian

masalah lebih baik jika dilakukan dengan musyawarah akan

sehingga menimbulkan perasaan saling menghargai.

2) Pola Komunikasi Keluarga

Jika komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan

sangat mendukung bagi klien dan keluarga. Dalam proses

penyembuhan karena adanya partisipasi dari setiap anggota

keluarga.

3) Struktur Peran

Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan

perannya dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan

menghidari terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.

4) Nilai/Norma Keluarga

Perilaku setiap anggota keluarga yang dapat dilihat dari nilai dan

norma yang ada dalam keluarga.

d. Fungsi Keluarga

35
1) Fungsi Afektif

Keluarga yang saling menyayangi dan careterhadap salah satu

keluarga yang memiliki penyakit gout artritis akan mempercepat

proses penyembuhan serta setiap keluarga mampu memberikan

dukungan kepada klien.

2) Fungsi Sosialisasi

Menjelaskan bagaimana sosialisasi yang terjadi dalam keluarga

dan disekitar lingkungan untuk berinteraksi dengan orang lain.

Dalam bersosialisasi tidak ada batasan untuk klien selama itu

tidak mengganggu kondisi penyakit klien dengan gout artritis.

Interaksi sosial sangat di perlukan karena dapat mengurangi

stress bagi klien.

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor

penyebab, tanda dan gejala serta yang mempengaruhi

keluarga terhadap masalah.

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

Kemampuan keluarga yang tepat akan mendukung proses

perawatan.

36
c. Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga

mengetahui keadaaan penyakit anggota keluarganya dan cara

merawat anggota keluarga yang sakit.

d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji

bagaimana keluarga mengetahui manfaat atau keuntungan

pemeliharaan lingkungan. Kemampuan keluarga untuk

memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah resiko

cedera.

e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan

mendukung terhadap kesehatan dan proses perawatan.

f. Fungsi reproduksi Mengkaji berapa jumlah anak,

merencanakan jumlah anggota keluarga, serta metode apa

yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

g. Fungsi ekonomi Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi

kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Bagaimana keluarga

memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat guna

meningkatkan status kesehatan.

h. Stres dan koping keluarga

37
Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan, Stresor

jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan

keluarga berespon terhadap situasi atau stressor, Strategi

koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan

i. Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua

anggota keluarga. metode yang digunakan pada

pemeriksaan.Ini tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik. Pada pemeriksaan fisik kita juga bisa menanyakan

mengenai status kesehatan dari klien. Pada klien dengan

Gout arthritis kita dapat mengkaji mengenai nyeri yang

dialami klien, yaitu:

1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu

2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu

3. Keluhan utama : Jika nyeri, tanyakan mengenai PQRST:

a) Provokative/pemicu nyeri

b) Quality/kualitas nyeri

c) Region/daerah nyeri

38
d) Severity Scale/skala nyeri (0-10) 5) Timing/waktu

terjadi nyeri (pagi, siang, malam hari)

j. Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat

menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehehatan

yang ada. ( Padila, 2012).

2. Diagnosis Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar

untuk menetapkan tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk

melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil

pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera dimana

perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan

tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan

kemampuan, dan sumber daya keluarga (Mubarak, 2012).

Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga

berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen

diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah, etiology atau

penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.

a. Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul pada

penderita artritis rheumatoid.

39
b. Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose keperawatan

pada asuhan keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas kesehatan

keluarga yang meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Mengambil keputusan yang tepat.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Memodifikasi lingkungan

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil

pengkajian.

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan

artritis gout menurut SDKI tahun 2017 yaitu:

1) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

2) Gangguan mobilitas fisik akibat penurunan kekuatan otot pada

penderitaartritisgout berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

3) Defisit pengetahuan keluarga tentang penyakit artritis gout

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan nyeri
berhubungan tindakan ,skala nyeri,serta catat

40
dengan keperawatan selama lokasi dan intensitas,
ketidak 4 x 24 jam keluarga factor-faktor yang
mampuan memahami tentang mempercepat, dan
keluarga perawatan anggota respons rasa sakit
dalam keluarga dengan nonverbal.
merawat gout arthritis
anggota Kriteria Hasil : 2. Lakukan Pendidikan
keluarga yang Keluarga dapat kesehatan mengenai
sakit. melakukan kompres nyeri.
hangat dengan 3. Lakukan terapi
rebusan jahe. Relaksasi nafas dalam
4. Berikan massase yang
lembut.
5. Berikan pengobatan
dengan Teknik
nonfarmakologi“
Kompres hangat
rebusan jahe”

1.
2. Gangguan NOC : 1. Monitoring vital sign
mobilitas fisik Setelah dilakukan sebelum/sesudah
akibat asuhan keperawatan latihan dan lihat respon
penurunan selama 4 x24 jam pasien saat latihan
kekuatan otot klien dapat 2. Konsultasikan dengan
pada menunjukkan untuk terapi fisik tentang
penderitaartriti melakukan aktivitas rencana ambulasi
sgout mandiri dengan sesuai dengan
berhubungan Kriteria Hasil : kebutuhan
dengan 1. Klien meningkat 3. Bantu klien untuk

41
ketidakmampu dalam aktivitas menggunakan tongkat
an keluarga fisik saat berjalan dan cegah
dalam 2. Mengerti tujuan terhadap cedera.
merawat dan peningkatan 4. Ajarkan pasien tentang
anggota mobilitas. teknik ambulasi
keluarga yang 3. Memverbalisasik 5. Kaji kemampuan
sakit. an perasaan pasien dalam
dalam mobilisasi.
meningkatkan 6. Latih pasien dalam
kekuatan dan pemenuhan kebutuhan
kemampuan ADLs secara mandiri
berpindah. sesuai kemampuan
4. Memperagakan 7. Dampingi dan Bantu
penggunaan alat pasien saat mobilisasi
5. Bantu untuk dan bantu penuhi
mobilisasi kebutuhan ADLs
(walker) pasien.
8. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.
3. Defisit NOC : NIC :
pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
keluarga asuhan keperawatan pengetahuan pasien
tentang selama 4x24 jam dan keluarga
penyakit klien dan keluarga 2. Gambarkan tanda dan
artritis gout menunjukkan gejala yang
berhubungan pengetahuan biasamuncul pada
dengan tentang proses penyakit, dengan cara
ketidakmampu penyakit dengan yang tepat

42
an keluarga Kriteria Hasil : 3. Gambarkan proses
mengenal 1. Pasien dan penyakit, dengan
masalah keluargamenyat carayang tepat.
kesehatan akan 4. Identifikasi
pemahaman kemungkinan
tentang penyebab, dengan
penyakit, cara yang tepat.
kondisi,prognos 5. Sediakan informasi
is dan program pada pasien
pengobatan tentangkondisi,
2. Pasien dan dengan cara yang
keluargamampu tepat.
melaksanakanpro 6. Sediakan bagi
sedur yang keluarga informasi
dijelaskansecara tentangkemajuan
benar. pasien dengan cara
3. Pasien dan yang tepat
keluargamampu 7. Diskusikan pilihan
menjelaskankem terapi atau
bali apa penanganan.
yangdijelaskan 8. Dukung pasien untuk
perawat mengeksplorasi
ataumendapatkan
second opinion
dengan carayang
tepat atau
diindikasikan.
9. Eksplorasi
kemungkinan sumber
ataudukungan,
dengan cara yang

43
tepat

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan metode

pendekatan deskriptif desain penelitian studi kasus, yaitu metode penelitian

yang dilakukan dengan tujuan untuk mengekplorasi suatu masalah

keperawatan pasien dengan Gout Arthritis

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Mapane pada bulan Juli

2020 selama 2 minggu dengan menerapkan Kompres Hangat Rebusan Jahe

Terhadap Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus Gout

Arthritis Di Puskesmas Mapane Subjek Studi Kasus.

44
Subyek penelitian pasien yang mengalami Gout Arthritis pada nyeri dan

dilakukan Terapi Kompres Hangat Rebusan Jahe.

C. Fokus Studi

Fokus tindakan dan penelitian ini adalah Penerapan Kompres Hangat

Rebusan Jahe Terhadap Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan

Kasus Gout Arthritis Di Puskesmas Mapane.

D. Definisi Operasional

1. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkain kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan pada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. Meliputi pengkajian, merumuskan

diagnosa, menyusun perencanaan keperawatan, melakukan implementasi

dan mengevaluasi hasil implementasi atau tindakan yang di berikan yaitu

Penerapan Kompres Hangat Rebusan Jahe.

2. Pemberian Kompres Hangat Rebusan Jahe adalah untuk mengurangi

rasa nyeri pada penderita Gout Arthritis. Rebusan jahe hangat

digunakan 5 rimpang jahe (+ 100 gram) dan direbus menggunakan air 1

liter hingga air mendidih (1000 C) tuang rebusan jahe ke dalam baskom,

tunggu hingga suhu rebusan jahe menjadi hangat tanpa campuran air

dingin (400 C). Rebusan Jahe yang sudah dingin dapat digunakan

dengan memanaskan kembali sampai suhu 400 C (pengulangan merebus

hanya dalam waktu 1 hari), pemberian Kompres Jahe hangat dapat

45
diberikan setiap hari saat gejala nyeri muncul tetapi saat sendi tidak

mengalami pembengkakan.

3. Nyeri adalah rasa sakit pada bagian tubuh yang menghubungkan antara

tulang dan tulang menyebabkan pergerakan dan kualitas hidup

penderitanya menjadi terganggu. Nyeri bisa berlangsung singkat atau

lama, tingkat keperahan rasa sakitnya juga bervariasi mulai dari ringan,

menegah, hingga berat. Untuk melakukan pengukuran nyeri, peneliti

menggunakan skala nyeri VAS (Visual Analogue Scale). Pengukuran

akan dilakukan 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan

Kompres hangat rebusan jahe

E. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Tekhnik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara

terstruktur, yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang

harus dikumpulkan dalam penelitian.

3. Studi Dokumentasi

46
Studi dokumentasi yang dilakukan dengan melihat status pasien

untuk memperoleh data yang mendukung tentang penyakit pasien.

F. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memahami prinsip-prinsip

etika dalam penelitian karena penelitian yang digunakan adalah subjek

manusia, dimana setiap manusia memiliki hak masing-masing yang tidak

bisa dipaksakan. Adapun etika dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan, Informed

Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan. Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar

47
yang telah di isi oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama

secara lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikampulkan di jamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil

riset. Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden

akan di jaga kerahasiaannya oleh peneliti.

4. Azas Manfaat (Beneficience)

Beneficience adalah prinsip untuk memberi manfaat bagi orang lain,

bukan untuk membahayakan orang lain, melainkan bertanggung jawab

dalam memberikan perawatan serta berkewajiban untuk melindungi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A & Chaidir, R. (2016). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun


SalamTerhadap Penurunan Kadar Asam Urat.

Brunner & Suddarth (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta:EGC

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. (S, Riyadi, Ed). Yogyakarta :


Pustaka Pelajar

Herlina Ersi. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta :
FMedia

Indah, Nurhayati & Setiyati. (2013). Terapi Kompres Jahe dan Massage Pada
Osteoartritis Di Panti Wreda ST. Theresia Dharma Bhakti Kaih
Surakarta. 34-36

48
Izza, Syarifatul. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat
dan Pemberian Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi di Unit
Rehabilitasi Social Wening Wardoyo Ungaran. Jurnal. Program Studi
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Jaliana, (2017) . Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Asam Urat


pada Usia 20-44 Tahun Di RSUD Bahteramas Povinsi Sulawesi Tenggara
2017. Sulawesi : Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat.

Junaidi, I. (2016). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Margowati, Sri., Priyanto S. (2016). Pengaruh Penggunaan Kompres Kayu Manis


Terhadap Penurunan Nyeri Penderita Arthritis Gout. UAD. Yogyakarta

Mubarak, W.I, dkk. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta : Slemba


Medica

Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta:
Medication.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medica

Potter & Perry. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC

Priscilia LeMone, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.
EGC

Rendra Eryan, (2016). Upaya Peningkatan Dukungan Keluarga dalam Menjaga


Diit Pasien Gout Athritis Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhhamadiyah. Surakarta : Internet Publishing

Riskesdas (2018) Prevalensi Penyakit Sendi Menurut Provinsi 2013-2018

Rusnoto, et al. (2015). Pemberian Kompres Hangat Memakai Jahe Untuk


Meringkan Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Desa Kedungwung
Kecamatan Tegawanu Kabupaten Geroban. Skripsi Stikes Muhammadiyah
Kudus Jawa Tengah

Widyanto. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis.


Yogyakarta : Sorowajan

World Health Organization. (2018). Penderita Asam Urat.

49
LAMPIRAN
Lampiran 1

50
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Alamat :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa:

51
Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari, mengerti dan

memahami tentang tujuan, manfaat dan resiko yang mungkin timbul dalam

penelitian ini, maka saya ikut serta dalam penelitian yang berjudul “Penerapan

Kompres Hangat Rebusan Jahe Terhadap Nyeri Pada Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Kasus Gout Arthritis Di Puskesmas Mapane.” Demikian surat

pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Poso, Maret 2020

Yang menyatakan

(.................................)

52
Lampiran 5

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA


A. PENGKAJIAN

1.1. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA

A. Kepala Keluarga

1. Nama KK :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur/Tgl lahir :

4. Agama :

5. Pendidikan :

53
6. Pekerjaan :

7. Alamat : RT...... Desa

B. Susunan anggota keluarga

No Nama Umur/ Hub.D Pendidi Pekerja Status TTV Status Alat

JK gn KK kan an Gizi (TD,N,S, Imunisa Bant

(TB,B R) siDasar u/Pro

B,BMI tesa

54
No Nama Penampilan Umum Status Riwayat Analisis Status

Kesehatan Penyakit/ Kesehatan Individu

saat ini Alergi

C. TipeKeluarga:

D. Status sosialekonomikeluarga

a. Anggota keluarga yang mencari nafkah:

55
..................................................................................................................

...................

b. Penghasilan:

..................................................................................................................

...................

c. Upaya lain:

..................................................................................................................

...................

d. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:

..................................................................................................................

...................

E. Aktivitas Rekreasi keluarga:

........................................................................................................................

..................

56
........................................................................................................................

..................

........................................................................................................................

..................

F. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini:

..................................................................................................................

.................

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya:

..................................................................................................................

.................

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:

a) Riwayat kesehatan saat ini

………………………………………………………………………

……….......

………………………………………………………………………

……...........

………………………………………………………………………

…………...

............................................................................................................

...................

57
b) Riwayat penyakit keturunan

………………………………………………………………………

…………...

............................................................................................................

...................

c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

………………………………………………………………………

…………...

............................................................................................................

...................

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan

………………………………………………………………………

……………

............................................................................................................

...................

e) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:

………………………………………………………………………

…………...

............................................................................................................

...................

G. Strukturkeluarga

a. Pola/cara Komunikasi keluarga:

58
..................................................................................................................

...................

b. Struktur kekuatan keluarga:

..................................................................................................................

...................

..................................................................................................................

...................

c. Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga):

…………………………………………………………………………

…………….

..................................................................................................................

...................

d. Nilai dan norma keluarga:

…………………………………………………………………………

……………

..................................................................................................................

..................

H. Fungs keluarga

a. Fungsiafektif:

b. Fungsisosialisasi

a) Kerukunan hidup dalam keluarga:

59
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:

c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:

d) Kegiatan keluarga waktu senggang:

e) Partisipasi dalam kegiatan sosial:

c. Fungsi perawatan kesehatan

60
d. Fungsi reproduksi

a) Perencanaan jumlah anak:

b) Akseptor: ya........ yang digunakan ......... lamanya.........

c) Akseptor: belum ..........., alasannya..........

d) Keterangan lainnya

e. Fungsi ekonomi

a) Upaya pemenuhan sandang pangan

b) Pemanfaatan sumber di masyarakat

I. Stres dan kopping keluarga

61
a. Stressor jangka pendek:

..................................................................................................................

...................

b. Stressor jangka panjang:

..................................................................................................................

...................

c. Respon keluarga terhadap stressor:

..................................................................................................................

...................

d. Strategi kopping:

..................................................................................................................

...................

e. Strategi adaptasi disfungsional

..................................................................................................................

...................

J. Keadaan gizi keluarga

Pemenuhangizi: .............................................................................................

......................

Upayalain: .....................................................................................................

..................

........................................................................................................................

K. Harapan keluarga

a. Terhadap masalah kesehatannya:

62
..................................................................................................................

b. Terhadap petugas kesehatan yang ada:

..................................................................................................................

1.2 DATA PENUNJANG KELUARGA

1.4. PENGKAJIAN FISIK ANGGOTA KELUARGA YANG SAKIT

63
64
65
B. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

66
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA

No Diagnosa Keperawatan ( PES)


1

D. Penilaian (Skoring ) diagnosa Keperawatan

No. Kriteria Skor Pembenaran

67
Diag

Kep-

tan
1. a. Sifat Masalah .................... ....... x 1 =

b. Kemungkinan masalah ....... x 2 =

Dapat diubah .................... 2

c. Potensi Masalah ....... x 1 =

untuk dicegah ................... 3

d. Menonjolnya ....... x 1 =

masalah ............ 2

Total Skor
2. a. Sifat Masalah .................... ....... x 1 =

b. Kemungkinan masalah ....... x 2 =

Dapat diubah .................... 2

c. Potensi Masalah ....... x 1 =

untuk dicegah ................... 3

68
d. Menonjolnya ....... x 1 =

masalah ............ 2
3. a. Sifat Masalah .................... ....... x 1 =

b. Kemungkinan masalah ....... x 2 =

Dapat diubah .................... 2

c. Potensi Masalah ....... x 1 =

untuk dicegah ................... 3

d. Menonjolnya ....... x 1 =

masalah ............ 2

Total Skor

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan :

Tujuan Kriteria Hasil / Standar Intervensi

69
4. IMPLEMENTASI

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi

Waktu

70
4. EVALUASI

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi

Waktu

71
72

Anda mungkin juga menyukai