Anda di halaman 1dari 70

HALAMAN JUDUL

PENERAPAN ROM PASIF DAN MASSASE ABDOMEN TERHADAP


PENCEGAHAN KONSTIPASI PADA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
STROKE NON HEMORAGIC DI RSUD POSO

Proposal Studi Kasus

Oleh : STEFFI GRAFF TALUARI


NIM : PO0220218019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN POSO
TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh tim penguji
Politeknik Kesehatan Kemenetrian Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program
Studi D-III Keperawatan Poso.
Nama : Steffi Graf Taluari
Nim : PO0220218019

Poso,
Pembimbing I

Ns. Dewi Nurviana Suharto.M.Kep.Sp.Kep.MB


NIP. 198511102010122003

Poso,
Pembimbing II

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

Menyetujui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal ini. Adapun judul Proposal ini adalah “Penerapan Rom Pasif Dan
Masase Abdomen Terhadap Pencegahan Konstipasi Pada Asuhan
Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragic Di Rsud Poso”, yang diajukan
sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan Program Diploma III
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Program Studi
Keperawatan Poso.
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna karena
dalam penyusunan Proposal ini penulis banyak menemukan kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuam dan masukkan saran dari semua pihak akhirnya
peneliti dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini. Untuk itu peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada ayah dan ibu selaku orang tua yang
tercinta yang telah banyak berkorban dan selalu member nasehat, arahan serta
mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini, dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
:

1. Nasrul,SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian


Kesehatan Palu.
2. Selvi Afrida M, D.Kp.M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palu.
3. Agusrianto,S.Kep.Ns.MM selaku Ketua Program Studi Keperawatan Poso.
4. Ns. Dewi Nurviana Suharto.M.Kep.Sp.Kep.MB selaku pembimbing utama
yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan
arahan serta saran-saran kepada penulis dalam menyusun Proposal.
5. Agusrianto,S.Kep.Ns.MM selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan Proposal ini.
6. Seluruh dosen dan staff Program Studi Keperawatan Poso, yang telah banyak
mengajarkan dan membantu dalam pembelajaran dan perkuliahan.

iii
7. Kepada teman-teman sesama mahasiswa yang telah bersama-sama berjuang
untuk menyelesaikan pendidikan pada waktunya.
Penulis menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki penelitian maka Proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan peneliti untuk perbaikan penyusunan di masa akan datang.
Akhirnya peneliti berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti baik
moril dan materil, dorongan, dan perhatian akan mendapat imbalan dari Tuhan
Yang Maha Esa, Aamiin.

Poso,
Penulis

Steffi Graf Taluari

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................v
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus................................................................................................3
D. Manfaat Studi Kasus..............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
A. Tinjauan Tentang Stroke Non Hemoragic..............................................................6
B. Tinjauan Tentang Konstipasi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik......................16
C. Tinjauan Tentang Range Of Motion (ROM).........................................................20
D. Tinjauan Tentang Message Abdomen..................................................................25
E. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragik..............................26
BAB III............................................................................................................................40
METODE PENELITIAN.................................................................................................40
A. Jenis penelitian.....................................................................................................40
B. Lokasi dan waktu penelitian.................................................................................40
C. Subyek studi kasus...............................................................................................40
D. Fokus studi...........................................................................................................40
E. Definisi Operasional.............................................................................................40
F. Pengumpulan data................................................................................................41
G. Etika peneltian......................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................44

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah kesehatan serius dalam perspektif


tingkat keparahan penyakit dan biaya pengelolaannya. Stroke juga menjadi
penyebab kecacatan nomor satu yang menyebabkan >20% penderitanya
mengalami ketergantungan perawatan dan lebih dari 30% menderita
kecacatan permanen(Keperawatan et al., 2019). Penderita stroke setiap
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru di dunia dan sekitar 5,5 juta kematian
terjadi akibat penyakit stroke (World Health Organization, 2020). secara
nasional prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 sebesar 10,9%, atau diperkirakan
sebanyak 2.120. 362 orang. Sementara di Sulawesi Tengah sendiri
prevalensi penyakit stroke juga mengalami peningkatan dari 8,6 % di
tahun 2013 menjadi 10 % pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Stroke non hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
tersumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti
aterosklerosis, arteritis, trombus dan embolus. Stroke merupakan penyakit
yang sering menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berfikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan
yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Wicahyati et al., 2017).
Akibat adanya kelumpuhan anggota gerak, klien akan mengalami
keterbatasan gerak dan beresiko terjadinya konstipasi.
Konstipasi adalah kondisi dimana feses mengeras sehingga susah
dikeluarkan melalui anus, dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak
nyaman pada rektum. Konstipasi menyebabkan kotoran dari sisa makanan
tidak dapat dikeluarkan dan mengendap lama di usus. Akibat dari kotoran

1
2

yang menumpuk dan tertinggal lama juga dapat menekan dinding- dinding
usus sehingga rongga usus melebar. Feses yang mengering dan keras juga
dapat menyebabkan sumbatan usus dan beresiko melukai usus. Konstipasi
akan mengakibatkan penarikan secara persisten pada nervus pudendal
sehingga pada klien stroke dapat menyebabkan komplikasi seperti
hemoroid, prolaps rektal, atau inkontinensia (Wicahyati et al., 2017).
Salah satu bentuk latihan yang dinilai cukup efektif untuk
mencegah terjadinya konstipasi dan kekakuan sendi adalah latihan Range
Of Motion (ROM) dan message abdomen. Latihan Range Of Motion
(ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus.
ROM dapat mencegah terjadinya konstipasi dimana ROM memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot sehingga proses aliran darah
kembali menjadi lancar. Latihan ini bertujuan mempertahankan atau
memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang
sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk (Agusrianto & Rantesigi,
2020).
Intervensi Masase abdomen berguna untuk menurunkan
hiperaktifitas saraf vagus yang berfungsi meningkatkan gaya peristaltik
yaitu gerakan kontraksi berirama di perut dan usus yang menggerakan
makanan melewati saluran pencernaan sehingga akan menstimulus dan
membantu proses pengeluaran feses (Putriyana Alhuda et al., 2016).
Berdasarkan hasil penelitian dari (Nirva Rantesigi & Agusrianto, 2019)
menunjukkan bahwa masase abdomen dapat mencegah terjadinya
konstipasi pada pasien stroke. hasil penelitian lain dari (Waluyo &
Ohorella, 2019) juga menunjukkan bahwa masase abdomen efektif
mengurangi gejala konstipasi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di
RSUD Poso perawatan pada pasien stroke itu sebagian besar selama 2
minggu. Fenomena yang penulis dapatkan beberapa pasien mengeluh
3

mengatakan selama 5 hari belum BAB dan bahkan ada yang 1 minggu
belum BAB.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka saya tertarik untuk
melakukan studi kasus mengenai penerapan ROM pasif dan message
abdomen Terhadap Pencegahan Konstipasi Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Stroke Non Hemoragic Di RSUD POSO.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah sebagai berikut
“Bagaimana penerapan ROM Pasif dan Message Abdomen dalam
mencegah konstipasi terhadap pasien Stroke Non Hemoragic di RSUD
Poso? “
C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penerapan ROM Pasif dan Message Abdomen dalam
mencegah konstipasi terhadap pasien Stroke Non Hemoragic di RSUD
Poso ?
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada
pasien Stroke Non Hemoragic di RSUD POSO.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil
pengkajian pada pasien Stroke Non Hemoragic di RSUD Poso.
c. Dapat menetapkan intervensi yang sesuai dengan masalah
keperawatan pasien Stroke Non Hemoragic di RSUD Poso.
d. Dapat memberikan implementasi sesuai dengan penetapan intervensi
dan menerapkan ROM Pasif dan Message Abdomen dalam
mencegah konstipasi terhadap pasien Stroke Non Hemoragic di
RSUD Poso.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan
dan membuat pendokumentasian pada pasien Stroke Non Hemoragic
di RSUD Poso
4

D. Manfaat Studi Kasus

Manfaat penulis untuk proposal studi kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam penerapan asuhan
keperawatan berbasis EBN terkini pada pasien dengan imobilisasi
untuk mencegah konstipasi pada pasien stroke non hemoragic.
2. Bagi institusi pendidikan
sebagai masukan tambahan pengetahuan dan bahan referensi bagi
mahasiswa terkait dengan penerapan asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan sistem neurologi dengan masalah konstipasi.
3. Bagi tempat peneliti
Bahan referensi dan bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan tentang
asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non Hemoragik guna
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan di Wilayah Kerja
RSUD Poso.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Stroke Non Hemoragic


1. Pengertian
Menurut (Sari & Retno, 2014), stroke adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perubahan neurologis yang disebabkan oleh
adanya gangguan suplai darah ke bagian otak. Stroke adalah
kumpulan gejala klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi serebral lokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam
atau mengarah ke kematian.
2. Klasifikasi
Menurut (Nurarif dan Kusuma, 2016) stroke dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Stroke iskemik (non hemoragik)
Yaitu tersumbatnya pembulu darah yang menyebabkan aliran darah
ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80 % stroke adalah
stroke iskemik. Stroke iskemik dibagi menjadi :
1) Stroke Trombotik
Trombosis merupakan pembentukan bekuan atau gumpalan di
arteri yang menyebabkan penyumbatan sehingga mengakibatkan
terganggunya aliran darah ke otak. Hambatan aliran darah ke
otak menyebabkan jaringan otak kekurangan oksigen atau
hipoksia kemudian menjadi iskemik dan berakhir pada infark.
2) Stroke embolik
Emboli merupakan benda asing yang berada pada pembulu
darah sehingga dapat menimbulkan konklusi atau penyumbatan
pada pembulu darah otak. Sumber emboli diantaranya adalah
udara, tumor, lemak dan bakteri.
3) Hipoperfusi sistemik
Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh Karena

5
6

adanya gangguan denyut jantung.


b. Stroke hemoragik
Stroke ini terjadi karena perdarahan atau pecahnya pembulu darah
diotak. Stroke hemoragik dibagi menjadi :
1) Hemoragik intraserebral
Perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak
2) Hemoragik subarachnoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang subarachnoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak).
3. Etiologi
Menurut (Purwanto, 2016), adapun penyebab stroke antara lain :
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya.
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara yang umumnya berasal dari
trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik.
c. Haemoragi
Akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan
perembesan darah yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga
terjadi infark otak.
d. Hipoksia umum
Akibat hipertensi yang parah, henti jantung paru dan penurunan
cardiac output akibat aritmia.
e. Hipoksia setempat
7

Akibat spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub


arachnoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala
migraine.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke menurut (Ayu Septiandini Dyah, 2017) dapat
dibagi atas:
a) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak.
b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
c) Perubahan status mental yang mendadak.
d) Afasia (bicara tidak lancar).
e) Ataksia anggota badan.
f) Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
5. Patofisiologi
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif dan tergantung
pada oksigen karena tidak mempunyai persendian suplai oksigen.
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
akan menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen pada otak).
Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak.
Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15
menit dapat menyebabkan defisit sementara. Sedangkan iskemik yang
terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan kematian sel permanen
dan mengakibatkan infark pada otak. Arteri serebral tengah dan arteri
karotis interna adalah pembulu darah yang paling sering mengalami
iskemik (Batticaca, 2012).
Infark otak adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, besarnya
pembulu darah dan adekuatnya sirkulasi terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat atau makin cepat) pada gangguan local
(trombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis
8

sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat


berasal dari plak aterosklerotik atau darah dapat membeku pada area
yang menyempit sehingga aliran darah mengalami perlambatan.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah (Purwanto, 2016).
Stroke trombotik adalah tipe yang paling umum dan sering dikaitkan
dengan aterosklerosis dan menyebabkan penyempitan lumen arteri,
sehingga menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke otak.
Gejala-gejala dari stroke akibat trombus terjadi selama tidur atau
segera setelah bangun tidur. Hal ini berkaitan pada orangtua yang
aktifitas simpatisnya menurundan sikap berbaring menyebabkan
menurunnya tekanan darah yang akan menimbulkan iskemia otak
karena buruknya reflek terhadap perubahan posisi.
Stroke embolik yang disebabkan oleh embolus adalah penyebab
umum kedua dari stroke yang biasanya terjadi pada usia yang lebih
muda dan paling umum embolus berasal dari trombus jantung.
Kekurangan oksigen dalam otak (hipoksia) akan menimbulkan
iskemia. Keadaan iskemia yang relatif pendek/cepat dan dapat
kembali lagi disebut Transcient Ishemic Attack (TIA). Transcient
Ishemic Attac berkaitan dengan disfungsi neurologi sementara berupa
hilang kesadaran dan hilangnya seluruh fungsi sensorik dan motoric
atau hanya ada defisit fokal. Defisit yang paling umum adalah
kelemahan kontaralateral wajah, tangan, lengan dan tungkai, disfasia
sementara dan beberapa gangguan sensorik.
9

6. Pathway

sumber : (Haryono, 2019)

Faktor pencetus hipertensi, DM,


penyakit jantung Merokok, stress, gaya
hidup yang tidak baik

Faktor obesitas dan kolesterol yang meningkat dalam


darah

Penimbunan lemak/kolesterol yang


meningkat dalam darah

Pembuluh darah
menjadi kaku dan Penyempitan Pembuluh
aterosklerosis darah (oklusi vaskuler)
pecah

Aliran darah
Trombus/emboli terhambat
serebral Stroke
Kompresi
hemoragik
jaringan otak

Eritrosit
Stroke non hemoragik bergumpal,
endotel rusak

Penurunan suplai
darah dan O2 ke otak
Cairan plasma
Peningkatan TIK hilang
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
Edema serebral

Arteri vertebra Arteri cerebri


basilaris media
10

7. Faktor Resiko
Menurut (Wijaya et al.,Kerusakan
2013) faktor risiko Disfungsi :
dari stroke diantaranya
Kerusakan
Disfungsi Kerusakan neurologis N.XI
neurologis
N.XI a. Hipertensi
neuroserebr defisit
defisit
(assesoris) o spinal N.I, II, IV,
Merupakan N.I, II, IV,
N.VII, IX, faktor risiko utama, XIIhipertensi mempercepat
XII
XII
pengerasan/mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah arteri
Kegagalan
Kelemahan dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos
menggerakan
anggota anggota tubuh
Kehilangan Perubahan Proses
gerak sehingga mempercepat proses aterosklerosis
menelan melalui efek
fungsi tonus ketajaman
tidak efektif
penekanan
otot facialpada
selsensori,
endotel/lapisan dalam dinding arteri yang
penghidung,
berakibat pembentukan plak pembulu darah semakin cepat dan
penglihatan
Hambatan apabila dan Kemampuan
pembuluh pengecapan
Hambatan darah otak menyempit Intakeakibat plak maka aliran
melakukan
mobilitas komunikasi nutrisi
fisik darah verbal
ke otak tergan ADL &
berkurang
perawatan diri
gggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
Gangguan
b. Penyakit kardiovaskuler
persepsi
sensori Ketidakseimb
Penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan
angan nutrisi stroke dikemudian
kurang dari Defisit
hari seperti penyakit jantung rematik, penyakit jantung
kebutuhan
koroner
perawatan
tubuh irama jantung. Faktor diri
dengan infark otot jantung dan gangguan
risiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau
sumbatan aliran darah ke otak karena karena jantung melepas
gumpalan atau sel-sel atau jaringan yang telah mati ke aliran darah.
Misalnya embolisme serebral yang berasal dari jantung seperti
penyakit arteri koronaria, Congestive Heart Failure, Miocardium
Infark dan hipertrofi ventrikel kiri. Pada fibrilasi atrium,
menyebabkan penurunan CO sehingga perfusi darah ke otak
menurun dan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya stroke.
c. Diabetes mellitus
Pada penyakit diabetes mellitus terjadi gangguan atau kerusakan
vaskuler baik pada pembulu darah besar maupun pembulu darah
yang kecil karena hiperglikemi sehingga aliran darah menjadi
lambat dan terbentuk plak serta mampu menebalkan dinding
11

pembuluh darah otak yang menyebabkan sempitnya diameter


pembuluh darah dan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak
yang dapat berisiko terjadinya stroke dan infark sel-sel otak.
d. Merokok
Pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga kemungkinan penumpukan aterosklerosis dan kemudian
berakibat terhadap stroke. Merokok menyebabkan peningkatan
koagulabilitas, viskositas darah, meningkatkan kadar fibrinogen,
mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah,
meningkatkan hematocrit, menurunkan jumlah kolestrol
HDL/kolestrol baik dan meningkatkan LDL. Perokok pasif berisiko
sama dengan perokok pasif.
e. Alkohol
Alkohol dapat menyebabkan hipertensi dan penurunan aliran darah
ke otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh
darah sehingga terjadi emboli serebral. Pada tingkatan/kadar yang
tinggi dapat mengakibatkan otak berhenti berfungsi. Alkohol oleh
tubuh dipersepsikan sebagai racun dan hati akan memfokuskan
kerjanya untuk menyingkirkan alkohol tersebut. Akibatnya bahan
lain yang masuk ke tubuh seperti karbohidrat dan lemak yang
bersirkulasi dalam darah harus menunggu giliran sampai proses
pembuangan alkohol selesai dilakukan. Karena tidak
dimetabolisme dapat berisiko terkena penyakit kardiovaskuler
seperti jantung dan stroke meningkat.
f. Peningkatan kolestrol
Kolestrol yang ada di dalam tubuh terbagi dalam 3 jenis, yaitu
HDL, LDL dan Trigliserida. High Density Lipoprotein (HDL)
dikenal juga dengan kolestrol baik berfungsi untuk mencegah
terjadinya aterosklerosis atau penyempitan pembulu darah akibat
lemak, Low Density Lipoprotein (LDL) dikenal juga dengan
kolestrol jahat merupakan salah satu penyebab utama pembentukan
12

aterosklerosis dan trigliserida adalah jenis lemak yang akan


menyimpan kelebihan energi yang di dapat dari makanan menjadi
lemak didalam tubuh. Kolestrol merupakan zat di dalam aliran
darah dimana makin tinggi kolestrol semakin besar kemungkinan
dari kolestrol tersebut tertimbun pada dinding pembuluh darah dan
terbentuk aterosklerosis.hal ini menyebabkan saluran pembulu
darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke
otak. Inilah yang menyebabkan terjadinya stroke non hemoragik.
g. Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan kejadian stroke terutama bila disertai
dengan displidemia dan atau hipertensi, melalui proses
aterosklerosis. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
lewat efek snoring atau mendengkur dan sleep apnea, karena
terhentinya suplai oksigen secara mendadak di otak. Obesitas juga
membuat seseorang cenderung mempnyai tekanan darah tinggi,
meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus, juga
meningkatkan produk sampingan metabolisme yang berlebihan
yaitu oksidan/radikal bebas. Hal tersebut karena umumnya porsi
makan orang gemuk akan lebih banyak.
8. Komplikasi
1) Berhubungan dengan imobilisasi
a) Infeksi pernafasan
b) Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
c) Konstipasi
d) Tromboflebitis
2) Berhubungan dengan mobilisasi
a) Nyeri daerah punggung
b) Dislokasi sendi
3) Berhubungan dengan kerusakan otak
a) Epilepsy
b) Sakit kepala
13

c) Kraniotomi
d) Hidrosefalus
(Andra F S & Yessie M P, 2013)
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography Doppler
e. CT- Scan dan MRI
f. Pemeriksaan foto thorax
g. Pemeriksaan laboratorium
(Wijaya et al., 2013)
10. Hubungan Stroke Dengan Konstipasi
Akibat adanya kelumpuhan anggota gerak, klien akan mengalami
keterbatasan gerak dan beresiko terjadinya konstipasi. Konstipasi
menyebabkan kotoran dari sisa makanan tidak dapat dikeluarkan dan
mengendap lama di usus. Akibat dari kotoran yang menumpuk dan
tertinggal lama juga dapat menekan dinding- dinding usus sehingga
rongga usus melebar. Feses yang mengering dan keras juga dapat
menyebabkan sumbatan usus dan beresiko melukai usus. Konstipasi
akan mengakibatkan penarikan secara persisten pada nervus pudendal
sehingga pada klien stroke dapat menyebabkan komplikasi seperti
hemoroid, prolaps rektal, atau inkontinensia (Wicahyati et al., 2017).
Mobilisasi pada klien stroke juga memiliki pengaruh yang besar bagi
klien. Kurangnya mobilisasi akan menyebabkan penurunan motilitas
usus sehingga berdampak pada feses. Feses yang berada lebih lama di
dalam kolon akan menjadi lebih keras dan kering sehingga lebih sulit
dikeluarkan dari anus sehingga terjadi konstipasi.
14

B. Tinjauan Tentang Konstipasi Pada Pasien Stroke Non Hemoragik


1. Pengertian
Konstipasi merupakan gangguan pada pola eliminasi akibat adanya
feses kering atau keras yang melewati usus besar. Konstipasi adalah
bukan penyakit melainkan gejala yang dimana menurunnya frekuensi
BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan.
BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi
karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air yang
diserap. Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorpsi
sangat kurang menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Defekasi
yang normal bervariasi antara 3x sehari dan 3x seminggu (Mubarak et
al., 2015).
2. Etiologi
Konstipasi bisa menjadi masalah utama atau manifestasi penyakit
atau kondisi lainnya. Konstipasi akut merupakan perubahan pada pola
eliminasi usus, yang dimana sering kali disebabkan oleh proses organik.
Perubahan pola usus yang menetap atau menjadi lebih parah mungkin
karena tumor atau obstruksi usus parsial lainnya. Dengan Konstipasi
kronis adalah penyebab fungsional yang mengganggu penyimpanan,
transportasi, dan mekanisme evakuasi menghambat saluran kotoran.
Penyebab umum jika Konstipasi yaitu aktivitas, diet, penggunaan obat
pencahar, dan lain-lain (LeMone et al., 2011).
Faktor psikogenik adalah penyebab paling sering Konstipasi kronis.
Faktor-faktor ini termasuk menunda buang air besar ketika dorongan
dirasakan, dan persepsi kepuasan dengan buang air besar. Pasien sering
menggunakan obat pencahar dan enema untuk merangsang gerakan
usus ketika konstipasi dirasakan. Terlalu sering menggunakan obat ini
dapat menyebabkan masalah usus nyata yang memperburuk kondisi.
Misalnya, kolon katarsis (gangguan motilitas kolon dan perubahan
struktur usus) menyerupai kolitis ulserativa karena penampilan kantong
usus yang normal atau saccular dari kolon hilang (LeMone et al., 2011).
3. Patofisiologi
15

Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis


yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan
sentral dan perifer, koordinasi dari system refleks, kesadaran yang baik
dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesulitan diagnosis
dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme
yang terlibat pada proses buang air besar (BAB) normal. Dorongan
untuk defekasi secara nomal dirangsang oleh distensi rektal melalui
empat tahap kerja, antara lain rangsangan refleks penyekat rektoanal,
relaksasi otot sfingter internal, relaksasi otot sfingter eksternal dan otot
dalam region pelvik serta peningkatan tekanan intra-abdomen.
Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi
(Mardalena, 2017).
Apabila dorongan untuk defekasi diabaikan, membrane mukosa rektal
dan muskulatur menjadi tidak peka terhadap adanya massa fekal, dan
akibatnya rangsangan yang lebih kuat diperlukan untuk menghasilkan
dorongan peristaltic tertentu agar terjadi defekasi. Efek awal retensi
fekal ini adalah untuk menimbulkan kepekaan kolon, di mana pada
tahap ini sering mengalami spasme, khususnya setelah makan, sehingga
menimbulkan nyeri kolik midabdominal atau abdomen bawah. Setelah
proses ini berlangsung sampai beberapa tahun, kolon kehilangan tonus
dan menjadi sangat tidak responsif terhadap rangsangan normal,
akhirnya terjadi konstipasi (Smeltzer & Bare, 2013).
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multiple,
mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi
merupakan keluhan yang banyak terjadi pada usia lanjut, motilitas
kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang
normal tidak ada hubungannya dalam perlambatan dari perjalanan
saluran cerna. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi
bukanlah karena bertambahnya usia tetapi memang khusus terjadi pada
mereka dengan kosntipasi (Sudoyo dkk., 2010).
4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konstipasi
16

Menurut (Mubarak et al., 2015), ada banyak penyebab konstipasi yaitu :


a) Kebiasaan buang air besar (BAB) tidak teratur. Salah satu penyebab
yang paling sering terjadinya konstipasi adalah kebiasaan BAB yang
tidak teratur. Refleks defekasi yang normal dihambat atau diabaikan,
refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika
kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis. Anak pada
masa bermain bias mengabaikan refleks-refleks ini, orang dewasa
menekan keinginan buang air besar karena tekanan waktu dan
pekerjaan, klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan BAB
karena malu menggunakan bedpan atau pispot karena proses
defekasi yang tidak nyaman. Jalan terbaik untuk menghindari
konstipasi adalah membiasakan BAB teratur dalam kehidupan.
b) Penggunaan laksatif yang berlebihan. Laksatif sering digunakan
untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan
laksatif yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan
mengabaikan keinginan BAB yaitu refleks pada proses defekasi
yang alami menjadi terhambat. Kebiasaan dalam menggunakan
laksatif bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak
mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan
penggunaan secara terus-menerus (toleransi obat).
c) Peningkatan stress psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan dapat
menyebabkan gangguan konstipasi dengan menghambat gerak
peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem saraf
simpatis. Stress juga menyebabkan usus spastik (kostipasi hipertonik
atau iritasi kolon). Hal yang berhubungan dengan konstipasi pada
tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus
dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.
d) Ketidaksesuaian diet. Makanan yang lunak dan rendah serat akan
mengakibatkan berkurangnya pada feses sehingga menghasilkan
produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses
defekasi. Makanan rendah serat seperti beras, telur dan daging segar
17

bergerak lebih lambat disaluran cerna. Meningkatnya asupan cairan


dengan makanan seperti itu dapat meningkatkan pergerakan
makanan tersebut
e) Obat-obatan. Banyak obat menyebabkan efek samping konstipasi.
Beberapa diantaranya yaitu morfin, kodeina, sama halnya dengan
obat-obatan adrenergic antikolinergik, melambatkan pergerakan dari
kolon melalui kerja mereka pada system saraf pusat. Sehingga
menyebabkan konstipasi yang lainya seperti zat besi mempunyai
efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus
yang dapat menyebabkan konstipasi. Zat besi juga dapat
menyebabkan iritasi dan diare pada sebagian orang.
f) Latihan yang tidak cukup. Klien pada waktu yang lama otot secara
umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik,
yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung latihan
yang tidak cukup atau kurang dihubungkan dengan kurangnya nafsu
makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting
untuk merangsang refleks pada proses defekasi
g) Usia. Otot semakin melemah dan melemahnya tonus sfingter yang
terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi
h) Penyakit. Beberapa penyakit usus dapat menyebabkan terjadinya
konstipasi, beberapa diantaranya obstruksi usus, nyeri ketika
defekasi berhubungan hemoroid, yang membuat orang menghindari
defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan seseorang untuk
melakukan buang air besar, terjadinya peradangan pelvik yang
menghasilkan paralisis atau atoni pada usus. Konstipasi bisa jadi
berisiko pada klien, regangan ketika BAB dapat menyebabkan stres
pada abdomen atau luka pada perineum (pasca operasi). Ruptur
dapat merusak jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan
sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat
menciptakan masalah yang serius pada orang dengan sakit jantung,
trauma otak atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas dapat
18

meningkatkan tekanan intratorakan dan intracranial. Pada beberapa


tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika klien mengeluarkan
napas melalui mulut ketika terjadi regangan. Bagaimanapun,
menghindari regangan tersebut merupakan pencegahan yang terbaik.
5. Komplikasi
Walaupun konstipasi kebanyakan terjadi pada orang lanjut usia,
tetapi untuk sebagian kecil dapat berakibat komplikasi yang serius yaitu
impaksi feses dan volvulus daerah sigmoid (Sudoyo dkk., 2010)

C. Tinjauan Tentang Range Of Motion (ROM)


1. Pengertian
Rom adalah latihan Gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-
masing persendiannya sesuai Gerakan normal baik secara aktif
ataupun pasif. Rom juga merupakan jumlah pergerakan maksimum
yang dapat di lakukan pada sendi, di salah satu dari tiga bidang yaitu :
sagittal, frontal, atau transversal (Perry & Potter, 2010).
2. Gerakan Rom
Berdasarkan bagian tubuh, gerakan ROM (Hasanah & Nurul, 2015) :

Bagian tubuh Penjelasan


1. Leher Leher terdiri dari fleksi yaitu
menggerakkan dagu menempel
ke dada, ekstensi yaitu
mengembalikan kepala ke posisi
tegak, hiperekstensi yaitu
menekuk kepala ke belakang
sejauh mungkin, fleksi lateral
yaitu memiringkan kepala sejauh
mungkin kearah setiap bahu,
rotasi yaitu memutar kepala
sejauh mungkin ke arah setiap
19

bahu
2. Bahu Bahu terdiri dari fleksi yaitu
menaikkan lengan dari posisi di
samping tubuh ke depan ke
posisi diatas kepala, ekstensi
yaitu mengembalikan lengan ke
posisi di samping tubuh,
hiperekstensi yaitu
menggerakkan lengan ke
belakang tubuh, siku tetap lurus,
abduksi yaitu menaikkan lengan
ke posisi samping diatas kepala
dengan telapak tangan jauh dari
kepala, adduksi yaitu
menurunkan lengan ke samping
dan menyilang tubuh sejauh
mungkin, rotasi dalam yaitu
dengan siku fleksi, memutar
bahu dengan menggerakkan
lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke
belakang, rotasi luar yaitu
dengan siku fleksi,
menggerakkan lengan sampai ibu
jari ke atas dan samping kepala,
sirkumduksi yaitu menggerakan
lengan dengan gerakan penuh
3. Siku Siku terdiri dari fleksi yaitu
menekuk siku sehingga lengan
bawah bergerak ke depan sendi
bahu dan tangan sejajar bahu,
20

ekstensi yaitu meluruskan siku


dengan menurunkan lengan
4. Lengan bawah Lengan Bawah terdiri dari
supinasi yaitu memutar lengan
bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke
atas, pronasi yaitu memutar
lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah
5. Pergelangan tangan Pergelangan Tangan terdiri dari
fleksi yaitu menggerakkan
telapak tangan ke sisi bagian
dalam lengan bawah, ekstensi
yaitu menggerakkan jari-jari
sehingga jari-jari, tangan dan
lengan bawah berada dalam arah
yang sama, hiperekstensi yaitu
membawa permukaan tangan
dorsal ke belakang sejauh
mungkin, abduksi : yaitu
menekuk pergelangan tangan
miring ke ibu jari, adduksi yaitu
menekuk pergelangan tangan
miring ke arah lima jari
6. Jari-jari tangan Jari-Jari Tangan terdiri dari fleksi
yaitu membuat genggaman,
ekstensi yaitu meluruskan jari-
jari tangan, hiperekstensi yaitu
menggerakkan jari-jari tangan ke
belakang sejauh mungkin,
abduksi yaitu meregangkan jari-
jari tangan yang satu dengan
21

yang lain, adduksi yaitu


merapatkan kembali jari-jari
tangan
7. Ibu jari Ibu Jari terdiri dari oposisi yaitu
menyentuhkan ibu jari ke setiap
jari-jari tangan pada tangan yang
sama

8. Pinggul Pinggul terdiri dari fleksi yaitu


menggerakkan tungkai ke depan
dan ke atas, ekstensi yaitu
menggerakkan kembali ke
samping tungkai yang lain,
hiperekstensi yaitu
menggerakkan tungkai ke
belakang tubuh, abduksi yaitu
menggerakkan tungkai ke
samping menjauhi tubuh,
adduksi yaitu menggerakkan
kembali tungkai ke posisi medial
dan melebihi jika mungkin,
rotasi dalam yaitu memutar kaki
dan 25 tungkai ke arah tungkai
lain, rotasi luar yaitu memutar
kaki dan tungkai menjauhi
tungkai lain, sirkumduksi yaitu
menggerakkan tungkai memutar
9. Lutut Menggerakkan tumit kea arah
belakang paha, dan
Mengembalikan tungkai ke lantai
22

10. Mata kaki Menggerakan kaki sehingga jari-


jari kaki menekuk ke atas, dan
menggerakan kaki sehingga jari-
jari kaki menekuk kebawah

11. Kaki Kaki terdiri dari inversi yaitu


memutar telapak kaki ke
samping dalam (medial), eversi
yaitu memutar telapak kaki ke
samping luar (lateral)
12. Jari-jari kaki Jari-Jari Kaki terdiri dari fleksi
yaitu melengkungkan jari-jari
kaki ke bawah, ekstensi yaitu
meluruskan jari-jari kaki,
abduksi yaitu merenggangkan
jari-jari kaki satu dengan yang
lain, adduksi yaitu merapatkan
kembali bersama-sama

3. Manfaat ROM
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau
persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya
terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma. Range Of Motion
(ROM) gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot, dimana klien menggerakkan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun pasif.
23

D. Tinjauan Tentang Message Abdomen


1. Pengertian
Masase abdomen membantu untuk merangsang peristaltik usus dan
memperkuat otot-otot abdomen serta membantu sistem pencernaan
sehingga dapat berlangsung dengan lancar. Masase abdomen
dilakukan untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul akibat
konstipasi
a. Cara melakukan message abdomen yaitu :
a) Massage abdomen akan diberikan selama 6 hari.
b) Massage abdomen diberikan sebelum pasien sarapan pagi.
Alasannya massage abdomen tidak dapat diberikan pada saat
keadaan perut terisi karena akan mengakibatkan pasien
muntah dan memang sebaiknya massage dilakukan saat perut
dalam keadaan kosong.
c) Massage dilakukan selama 10 – 20 menit, dengan
menggunakan baby oil sebagai pelumas.
d) Posisi saat dilakukan massage yaitu fowler atau terlentang.
e) Massage dilakukan menggunakan tangan dengan tehnik
Effleurage yaitu gerakan mengusap pada daerah abdomen
untuk merangsang peristaltic usus.
2. Manfaat message abdomen
Masase abdomen adalah pijatan yang dilakukan dibagian perut dan
pijat ini memiliki dua tujuan khusus, pertama pada perut yang
membengkak/kembung perlu perawatan untuk membantu
menghilangkan flatus dan yang kedua yaitu orang yang sedang
membutuhkan perawatan untuk merangsang keluarnya tinja.
Konstipasi adalah sulit untuk buang air besar secara rutin dan feses
didalam usus besar kering mengeras sehingga sulit untuk keluar.
Konstipasi memiliki dua tipe penyebab, penyebab pertama yaitu
buang air besar terhalang (tipe ini disebabkan oleh masalah mekanik
dan fungsional, yaitu peristaltik usus besar, melemah), dan yang kedua
gerakan peristaltik usus besar yang melemah, kurang tenaga (tipe ini
24

disebabkan oleh perjalanan feses yang lambat diusus besar karena


makanan yang kurang berserat atau kekacauan hormonal)(Wang
Andri 2014).

E. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragik


1. Pengkajian
Menurut (Tarwoto, 2013), adapun pengkajian yang terkait dengan
stroke, adalah:

1) Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis


kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Keluhan yang didapatkan adalah gangguan motorik kelemahan


anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang dan
gangguan kesadaran.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan


awal yang disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal
sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak.

4) Riwayat Penyakit Dahulu


25

Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,


anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-
obat adiktif dan kegemukan.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi


ataupun diabetes mellitus.

6) Riwayat Psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk


pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

7) Aktivitas/istirahat

Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,


kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah
lelah, susah beristirahat (nyeri), gangguan tonus otot, gangguan
penglihatan, dan gangguan tingkat kesadaran

8) Sirkulasi

Adanya penyakit jantung, hipotensi arterial berhubungan


dengan embolisme/malformasi vaskuler, frekuensi nadi dapat
bervariasi karena ketidakefektifan fungsi/keadaan jantung.
26

9) Integritas ego

Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa, emosi labil dan


kesulitan untuk mengekspresikan diri.

10) Eliminasi

Perubahan pola berkemih seperti : inkontinensia urin dan anuria,


distensi abdomen, bising usus (-).

11) Makanan/cairan

Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut/peningkatan


TIK, kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah dan pipi),
Disfagia, riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah dan
kesulitan menelan.

12) Neurosensori

Adanya sinkope/pusing, sakit kepala berat, kelemahan,


kesemutan, kebas pada sisi yang terkena seperti mati/lumpuh,
penglihatan menurun, hilangnya rangsangan sensoris, gangguan
rasa pengecapan dan penciuman, penurunan status
mental/tingkat kesadaran, paralisis kontralateral, tidak dapat
menggenggam, refleks tendon melemah secara kontralateral,
afasia motorik (kesulitan mengucapkan kata), afasia sensorik
(kesulitan memahami kat-kata bermakna).

13) Nyeri
27

Sakit kepala dengan intensitas berbeda, tingkah laku yang tidak


stabil dan gelisah.

14) Pernafasan

Ketidakmampuan menelan, batuk/hambatan jalan nafas,


pernafasan sulit, tidak teratur, suara nafas terdengar ronkhi.

15) Keamanan

Masalah penglihatan, tidak mampu mengenali objek, warna dan


wajah yang pernah dikenali, tidak mandiri, gangguan dalam
memutuskan, perhatian terhadap keamanan sedikit.

16) Interaksi sosial

Masalah bicara dan tidak mampu berkomunikasi.

17) Pemeriksaan Fisik

fokus pengkajian pada stroke yaitu pada pemeriksaan sistem


persarafan dengan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
a) Pemeriksaan status mental
Langkah
langkahnya:
1. Atur posisi klien

2. Observasi kebersihan klien, cara berpakaian,


postur tubuh, bahasa tubuh, cara berjalan,
28

expresi wajah, kemampuan berbicara, dan


kemampuan mengikuti petunjuk
3. Kemampuan berbicara klien meliputi:
kecepatan, kemampuan, mengucapkan kata-
kata yang keras, lembut, jelas dan benar
4. Kaji pula kemampuan pemilihan kata-kata,
kemampuan dan kemudahan merespon
pertanyaan
b) Pemeriksaan tingkat kesadaran
c) Untuk mengetahui tingkat kesadaran secara kuantitatif
dapat digunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dengan
memperhatikan repon membuka mata, respon verbal dan
respon motorik.
 Respon Membuka Mata (E
= Eye)
Spontan 4
Dengan perintah 3
Dengan nyeri 2
Tidak berespon 1

 Respon Verbal (V =
Verbal)
Berorientasi 5
Bicara membingungkan 4
Kata-kata tidak tepat 3
Suara tidak dapat
dimengerti 2
 Respon Motorik (M =
Motorik)
Dengan perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
29

Menarik area yang nyeri 4


Fleksi Abnormal 3
Ekstensi Abnormal 2
Tidak berespon 1

Untuk tingkat kesadaran secara kualitatif, diantaranya :

1. Composmentis

Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya


maupun terhadap lingkungannya, klien dapat
menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik

2. Apatis

Kesadaran dimana klien tampak segan dan acuh tak


acuh terhadap lingkungannya

3. Delirium

Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan dan


siklus tidur bangun yang terganggu. Klien tampak
gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta

4. Somnolen

Yaitu kesadaran megantuk yang masih dapat pulih


bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti klien
akan tertidur
30

5. Sopor

Keadaan mengantuk yang dalam, klien masih dapat


dibangunkan dengan rangsangan yang kuat, misalnya
rangsangan nyeri, tetapi klien tidak terbangun dengan
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal
yang baik

6. Semi koma

Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan


respon terhadap rangsang verbal dan tidak dapat
dibangunkan sama sekali, tetapi refleks (kornea,
pupil) masih baik. Respon terhadap rangsang nyeri

tidak adekuat.

7. Koma

Yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak


ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap
rangsang nyeri

GCS 15-14 = Composmentis


GCS 13-12 = Apatis
GCS 11-10 = Delirium
GCS 9-7 = Samnolen
GCS 6-5 = Sopor
GCS 4 = Semi Koma
GCS 3 = Koma
31

2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
2) Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun
3) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal
4) Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
hipertensi
5) Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis serebral
6) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
penurunan mobilitas
3. Intervensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi
mobilitas fisik keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi adanya
berhubungan jam di harapkan mobilitas nyeri atau keluhan
dengan penurunan fisik dapat meningkat dengan fisik lainnya
kekuatan otot kriteria hasil: 2. Monitor kondisi
1. Pergerakan ekstremitas umum selama
meningkat melakukan ambulasi
2. Kekuatan otot meningkat 3. Libatkan keluarga
3. Rentang gerak (ROM) untuk membantu
meningkat pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
4. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
5. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
6. Ajarkan ambulasi
sederhana yang
32

harus dilakukan
(mis. Berjalan dari
tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur
kekamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 1. Identifikasi faktor
dengan kekuatan jam di harapkan tingkat jatuh resiko jatuh
otot menurun dapat menurun dengan 2. Monitor kemampuan
kriteria hasil : berpindah dari
1. Jatuh dari tempat tidur tempat tidur ke kursi
menurun roda dan sebaliknya
2. Jatuh saat berjalan 3. Pastikan roda tempat
menurun tidur dan dan kursi
roda selalu dalam
kondisi terkunci
4. Tempatkan pasien
berisiko tinggi jatuh
dekat dengan
pantauan perawat
dari nurse station
5. Gunakan alat bantu
berjalan
6. Anjurkan
memanggil perawat
jika membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
33

7. Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga
keseimbangan tubuh
Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 eliminasi fekal
dengan penurunan jam di harapkan : 1. Monitor buang air
motilitas 1. kontrol pengeluaran besar (mis. Warna,
gastrointestinal feses frekuensi,
2. konsistensi feses konsistensi,
3. frekuensi defekasi volume)
4. peristalvtik usus 2. Monitor tanda dan
gejala diare,
konstipasi atau
impaksi
3. Sediakan makanan
tinggi serat
4. Jelaskan jenis
makanan yang
membantu
meningkatkan
keteraturan
peristaltik usus
5. Anjurkan
meningkatkan
aktivitas fisik,
sesuai toleransi
6. Kolaborasi
pemberian obat
supositoria anal,
jika perlu
34

Risiko perfusi Setelah dilakukan tidakan Manajemen


serebral tidak keperawatan selama 2 x 24 peningkatan tekanan
efektif jam diharapkan perfusi intrakranial
berhubungan serebral dapat meningkat 1. Identifikasi
dengan hipertensi dengan kriteria hasil : penyebab
1. Tingkat kesadaran peningkatan TIK
membaik (mis.lesi,
2. Tekanan intrakranial gangguan
menurun metabolisme,
3. Nilai rata-rata tekanan edema serebral)
darah membaik 2. Monitor
4. Refleks saraf membaik tanda/gejala
peningkatan TIK
(mis. Tekanan
darah meningkat,
tekanan nadi
melebar,
bradikardia, pola
napas ireguler,
kesadaran
menurun)
3. Berikan posisi
semi fowler
4. Kolaborasi
pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
Gangguan menelan Setelah dilakukan tidakan Dukungan perawatan
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 diri : makan/minum
dengan paralisis jam diharapkan status 1. Identifikasi diet
serebral menelan dapat membaik yang dianjurkan
dengan kriteria hasil : 2. Monitor
35

1. Reflek menelan kemampuan


meningkat menelan
2. Usaha menelan meningkat 3. Atur posisi yang
3. Penerimaan makanan nyaman untuk
membaik makan/minum
4. Sediakan makanan
dan minuman yang
disukai
5. Jelaskan posisi
makanan pada
pasien yang
mengalami
gangguan
penglihatan dengan
menggunakan arah
jarum jam (mis
sayur di jam 12,
rendang di jam 3)
6. Kolaborasi
pemberian obat
(mis, analgesik,
antiemetic) sesuai
indikasi
Gangguan Setelah dilakukan tidakan Perawatan integritas
integritas keperawatan selama 2 x 24 kulit
kulit/jaringan jam diharapkan integritas 1. Identifikasi
berhubungan kulit dan jaringan dapat penyebab
dengan penurunan meningkat dengan kriteria gangguan
mobilitas hasil : integritas kulit
1. Perfusi jaringan (mis. Perubahan
meningkat sirkulasi,
36

2. Kerusakan jaringan perubahan status


menurun nutrisi, penurunan
3. Suhu kulit membaik kelembaban, suhu
lingkungan
ekstrem,
penurunan
mibilitas)
2. Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah
baring
3. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering
4. Anjurkan
menggunakan
pelembab
(mis.lotion, serum)
5. Anjurkan minum
air yang cukup

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang bertujuan untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang telah mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
dan mamfasilitasi koping. Pelaksanaan keperawatan/implementasi
harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan
pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses keperawatan.
37

Pada tahap evaluasi perawatat dapat menemukan reaksi klien terhadap


intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah
sasaran dari rencana keperawatan telah dapat diterima.
Tahap evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana
tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektifitas
tindakan keperawatan. Perawat erlu mengetahui kriteria keberhasilan
dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan
perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui
6. Dokumentasi
Perawat adalah sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi
besar bagi pelayanan kesehatan berperan penting dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya pningkatan
mutu, seorang perawat harus mampu melakukan Asuhan Keperawatan
sesuai standar, yaitu mulai dari mengkaji, sampai valuasi berikutnya
dokumentasinya.
Dokumentasi adalah suatu yang ditulis atau dicetak, kemudian
diandalkan sebagai catatan bukti bagi orang berwenang dan
merupakan bagian dari praktik profesioal.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah Deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Pada penelitian ini akan dilakukan penerapan ROM
pasif dan message abdomen terhadap pencegahan konstipasi pada asuhan
keperawatan pasien stroke non hemoragic di RSUD Poso.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini akan di laksanakan di RSUD Poso ruangan Neuro Stroke
Center Care pada bulan maret-mei 2021
C. Subyek studi kasus
Subyek penelitian 1 orang pasien stroke non hemoragic yang mengalami
imobilisasi dengan kriteria : kesadaran compos mentis, belum BAB selama
dirawat dan TD kurang dari 180 mmHg.
D. Fokus studi
Studi kasus penelitian ini berfokus pada penerapan rom pasif dan message
abdomen terhadap pencegahan konstipasi
E. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan pasien stroke merupakan proses atau rangkaian
kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada klien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi pada pasien dengan stroke non
hemoragic di ruangan Stroke Center Care RSUD Poso.
2. Rom Pasif adalah gerakan yang dilakukan kepada pasien yang belum
mampu menggerakan anggota badannya secara mandiri. ROM Pasif ini
dilakukan pada pagi dan sore hari selama 10-15 menit, diberikan selama
5 kali pengulangan setiap gerakan dan dilakukan selama 6 hari. Latihan
ROM Pasif ini diberikan setelah selesai melakukan masase abdomen.
3. Masase abdomen adalah pijatan yang dilakukan dibagian perut untuk

38
39

membantu sistem pencernaan sehingga berlangsung dengan lancar.


Masase abdomen ini dilakukan pada pagi hari sebelum pasien sarapan,
diberikan selama 10 – 20 menit dan dilakukan selama 6 hari.
4. Konstipasi adalah gangguan BAB yang di tandai dengan dengan
kurangnya BAB (kurang dari 3 kali dalam 1 minggu), ada sensasi tidak
puas saat BAB dan sakit perut saat mengeluarkan feses.alat ukur yang
digunakan yaitu menggunakan kuesioner konstipasi.
F. Pengumpulan data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber asli atau pertama dan
melalui :
a. Wawancara
b. Observasi
c. Studi dokumentasi
2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal
mencari dan data yang diambil yaitu data penderita penyakit stroke di
ruangan NSCC dengan rekam medik pasien
G. Etika peneltian
Dalam menyelesaikan studi kasus peneliti menerapkan etika penelitian
dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect Human Dignity) Hak


untuk menjadi responden berarti hak untuk mendapatkan jaminan dari
perlakuan yang diberikan dan pemberian informed consent. Sebelum
penelitian dilakukan, responden akan mendapatkan penjelasan secara
lengkap melalui informed consent yang diberikan. Penjelasan yang
diberikan berupa tujuan penelitian, prosedur, dan keuntungan yang di
dapat.

2. Prinsip manfaat (benefience)

Prinsip itu berarti bahwa responden bebas dari penderitaan, eksplorasi,


memperhatikan risiko yang akan terjadi, dan keuntungan yang akan di
40

dapatkan klien. Partisipasi responden dalam mengikuti penelitian serta


informasi yang telah diberikan, tidak dipergunakan untuk hal-hal yang
tidak menguntungkan responden dalam bentuk apapun. Tindakan yang
diberikan merupakan tindakan keperawatan alternatif yang tidak
memiliki risiko cedera dan merugikan.
DAFTAR PUSTAKA

Agusrianto, A., & Rantesigi, N. (2020). Penerapan Latihan Range of Motion


(Rom) Pasif terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas pada Pasien
dengan Kasus Stroke. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(2), 61–66.
https://doi.org/10.36590/jika.v2i2.48
Andra F S, & Yessie M P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Cet,1.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Ayu Septiandini Dyah. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Mengalami Stroke Non Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di
Ruang ICU RSUD Salatiga, Program Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Batticaca, F. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Haryono, R. dan U. (2019). MPS.2019.Keperawatan Medikal Bedah 2.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Hasanah, & Nurul. (2015). Laporan Pendahuluan Hambatan Mobilitas Fisik.
Diakses Dari Htpp://Www. Laporan-Pendahuluan-Hambatan-
Mobilitasfisikpdf.Com Pada Tanggal 18 Januari 2018.
Keperawatan, M. M., Diponegoro, U., & Tengah, J. (2019). HEMORAGIK
Constipation and Comfort Level in Non Hemoragic Stroke Patients. 3, 23–
34.
LeMone, P., Burke, K., & Bauldoff, G. (2011). Medical-Surgical Nursing (L.
Pierce (ed.); 5th ed.). Julie Levin Alexander.
Mardalena, I. (2017). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan (1st ed.). PUSTAKA BARU PRESS.
Mubarak, wahit iqbal, Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Aajar Ilmu
Keperawatan Dasar (A. Suslia (ed.); 2nd ed.). salemba medika.
Nurarif dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC Dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi

44
45

Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction.


Perry, & Potter. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses Dan
Paraktik. Jakarta: EGC.
Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Medikal Bedah II. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Putriyana Alhuda, M., Puguh Kristiyawati, S., & Purnomo, E. (2016). Efektivitas
ROM Aktif Asistif dan Masase Abdomen. 70, 1–11.
Sari, & Retno. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : PT Salemba
Emban Patria.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth (E. Mardela (ed.); 12th ed.). EGC.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, marcellus simadibrata, & Setiati, S.
(2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5th ed.). InternaPublishing.
Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
Waluyo, A., & Ohorella, U. B. (2019). The Beneficial Effects Of Abdominal
Massage On Constipation And Quality Of Life : A Literatur Review. 4(2),
72–82.
Wang, A. (2014). Menuju Hidup Sehat Dan Panjang Umur. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Wicahyati, N., Najib, M., & Widyaastuti, D. U. (2017). Penyebab Konstipasi
Pada Klien Stroke Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. 10(3), 124–
132.
Wijaya, Mariza, A. S. and, & P.yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah
Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1
Jadwa Kegiatan Penelitian

November Desember Januari Februari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1
judul
Penyusunan
2
proposal

3 Konsultasi

4 Perbaikan

5 Persetujuan
Ujian
6
proposal

7 Perbaikan

Perizinan
8
penelitian

9 Penelitian

Pengelolaan
10
data
Konsultasi
11
hasil

12 Ujian KTI

13 Perbaikan

Penyetoran
14
KTI
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Alamat :

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa :

Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari, mengerti dan memahami tentang


tujuan, manfaat, dan resiko yang timbul dalam studi kasus ini, maka saya ikut serta dalam
studi kasus yang berjudul:

“Penerapan ROM Pasif Dan Masase Abdomen Terhadap Pencegahan Konstipasi Pada
Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragic Di RSUD Poso”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada paksaan
dari pihak

Poso, 2021
Yang menyatakan

(…………………)
Lampiran 3
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Saya Steffi Graf Taluari Mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Prodi D-III
Keperawatan Poso yang sedang melakukan studi kasus tugas akhir, dengan ini meminta
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam studi kasus yang berjudul
“Penerapan ROM Pasif Dan Masase Abdomen Terhadap Pencegahan Konstipasi
Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragic Di RSUD Poso”
1. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui Penerapan ROM Pasif Dan
Masase Abdomen Terhadap Pencegahan Konstipasi Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Stroke Non Hemoragic Di RSUD Poso
2. Manfaat bagi Bapak/Ibu klien adalah untuk meningkatkan kekakukan otot dan
mencegah terjadinya konstipasi
3. Tindakan yang akan dilakukan adalah latihan Range Of Motion (ROM) pasif pada
ekstremitas tindakan tersebut dilakukan pada pagi dan sore hari, diberikan selama 8
kali pengulangan selama 10-15 menit dan dilakukan selama 6 hari dan juga masase
abdomen Dilakukan pada pagi hari sebelum pasien sarapan, diberikan selama 10 –
20 menit dan dilakukan selama 6 hari.
4. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan Bapak/Ibu bisa
sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.
5. Semua data yang telah diberikan selama studi kasus disimpan dijaga
kerahasiaannya. Penulis akan merahasiakan data anak tersebut dengan cara
memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang berarti identitas anak
tersebut hanya diketahui penulis. Untuk informasi lebih lanjut Bapak/Ibu dapat
menghubungi di nomor telepon 082260053972

Penulis

(Steffi Graf Taluari)


Lampiran 4

SOP

Standar Operasional Prosedur

ROM Pasif
Pengertian Melakukan latihan pergerakan rentang sendi (ROM)
sesuai dengan rentang gerak sendi penuh tanpa
menyebabkan ketidaknyamanan
Tujuan 1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara
aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan
pasien

2. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas


dan kekuatan otot
Indikasi 1. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik

2. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak


Tempat Ruangan NSCC RSUD Poso
Petugas Peneliti
1. Lakukan tindakan dengan 5S (senyum, salm,
Persiapan pasien
sapa, sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Jelaskan prosedur pelaksanaan
5. Buat informed consent
1. Jaga privasi pasien dengan memasang
Persiapan
sketsel/sampiran
lingkungan
2. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
1. Jelaskan prosedur dan waktu  tiap gerakan
pelaksanaan
diulangi maksimal 5 kali atau tiap ekstremitas 5-7
menit (sesuai kondisi klien) dan latihan dilakukan
2 kali sehari
2. Lindungi privasi klien, perlihatkan hanya
ekstremitas yang dilatih
3. Atur ketinggian tempat tidur senyaman mungkin
4. Rendahkan pelindung tempat tidur sisi kita
bekerja
5. Mulai latihan ROM dari kepala hingga seluruh
bagian tubuh
6. Lakukan gerakan perlahan-lahan maksimal 5 ali,
sokong penuh gerakan dengan perlahan tapi
jangan berbalik menjadi nyeri, lelah atau tertahan
7. Kepala  bila mmungkinkan posisikan duduk
dengan gerakan:
 Rotasi : Palingkan kepala ke kanan dan ke kiri
 Fleksi dan ekstensi : Gerakkan kepala
menyentuh dada kemudian kepala sedikit
didengakkan
 Fleksi lateral : Gerakkan kepala ke samping
kanan dan kiri hingga telinga dan bahu hampi
bersentuhan
8. Leher  posisi duduk
Rotasi : Putar leher setengah lingkaran, kemudian
berhenti dan lakukan pada arah yang berlawanan
9. Tubuh  posisi duduk
 Fleksi dan ekstensi : Tundukkan tubuh ke
depan, luruskan tubuh dan sedikit rentangkan
ke belakang
 Fleksi lateral : Rebahkan tubuh ke samping
kiri, luruskan, lalu rebahkan ke samping kanan
10. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
 Atur posisi lengan pasien menjauhi sisi tubuh
dengan siku menekuk dengan lengan
 Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan
tangan lain memegang pergelangan tangan
klien
 Tekuk tangan pasien ke depan sejauh yang
memungkinkan
11. Fleksi dan ekstensi siku
 Atur lengan pasien menjauhi sisi tubuh klien
dengan telapak tangan mengarah ke tubuh
klien
 Letakkan tangan di atas siku klien dan pegang
tangan klien dengan tangan lain
 Tekuk siku klien sehingga klien mendekat ke
bahu
 Kembalikan ke posisi semula
12. Pronasi dan supinasi lengan bawah
 Atur lengan bawah menjauhi tubuh pasien
dengan siku menekuk
 Letakkan satu tangan pada pergelangan tangan
dan pegang pergelangan pasien dengan tangan
lain
 Tekuk siku klien sehingga tangan klien
mendekat ke bahu
 Kembalikan ke posisi semula
13. Pronasi dan supinasi lengan bawah
 Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh
pasien dengan siku menekuk
 Letakkan satu tangan pada pergelangan tangan
dan pegang tangan lain dengan tangan satunya
 Putar lengan bawah klien sehingga telapak
klien menjauhi klien
 Kembalikan ke posisi awal
 Putar lengan bawah klien sehingga telapak
tangan klien menghadap ke arah klien
 Kembali ke posisi semula
14. Fleksi bahu
 Atur posisi tangan klien di sisi tubuhnya
 Letakkan satu tangan di atas siku klien dan
pegang tangan klien dengan tangan lainnya
 Angkat lengan klien pada posisi awal
 Abduksi dan aduksi bahu
 Atur posisi lengan klien di samping badannya
 Letakkan satu tangan di atas siku dan pegang
tangan klien dengan tangan yang lainnya
 Gerakkan tangan klien menjauhi dari tubuhnya
ke arah perawat
 Kembalikan ke posisi awal
15. Rotasi bahu
 Atur posisi lengan klien menjauhi dari tubuh
dengan siku menekuk
 Letakkan satu tangan atas klien dekat siku dan
pegang tangan klien dengan tangan lainnya
 Gerakkan lengan bawah sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas
 Kembalikan ke posisi semula
16. Fleksi dan ekstensi jari-jari
 Pegang jari-jari klien dengan satu tangan
sementara tangan lain memegang kaki erat-erat
 Bengkokkan jaru-jari kaki ke bawah
 Luruskan jari-jari kemudian dorong ke
belakang
 Kembalikan ke posisi awal
17. Infersi dan efersi kaki
 Pegang seluruh bagian atas kaki klien satu jari
dan pegang pegang pergelangan kaki dengan
tangan lainnya
 Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki
menghadap ke kaki yang lain
 Kembalikan ke posisi semula
 Putar kaki ke luar sehingga bagian telapak kai
menjauhi kaki lainnya
 Kembalikan ke posisi semula
18. Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
 Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien
dan satu tangan lainnya di atas pergelangan
kaki, jags kaki lurus dan rileks
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari kaki ke
arah dada klien
 Kembalikan ke posisi semula
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada klien
19. Fleksi dan ekstensi lutut
 Letakkan satu tangan di bawah lutut klien dan
pegang tumit klien dengan tangan klain
 Angkat kaki, tekuk lutut dan pangkal paha
 Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh
mungkin
 Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan
mengangkat kaki ke atas
 Kembalikan ke posisi semula
20. Rotasi pangkal paha
 Letakkan satu tangan pada pergelangan kaki
dan satu tangan yang lain di atas lutut
 Putar kaki menjauhi dada
 Putar kaki mengarah ke perawat
 Kembalikan ke posisi semula
21. Abduksi dan aduksi pangkal paha
 Letakkan satu tangan di bawah lutut klien dan
satu tangan lainnya pada tumit
 Jaga posisi kaki klien tetap lurus, angkat kaki 8
cm dari tempat tidur gerakkan kai menjauhi
badan klien
 Gerakkan kaki mendekati badan klien
 Kembalikan ke posisi awal
22. Observasi sendi-sendi klien dan wajah untuk
tanda-tanda kepayahan, nyeri selama gerakan
23. Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman dan
selimuti
24. Kembalikan pelindung tempat tidur
25. Mencuci tangan
26. Dokumentasi respon dan toleransi klien
SOP

Standar Operasional Prosedur

Masase Abdomen
Pengertian Masase abdomen adalah tindakan pijatan yang
dilakukan pada area perut untuk merangsang
pergerakan usus besar dan membantu sistem
pencernaan sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Tujuan 1. Merangsang peristaltik usus

2. Memperlancar sirkulasi darah

3. Memperkuat otot-otot abdomen

4. Memberikan stimulasi terhadap rektal


Indikasi 1. Konstipasi

2. Mengatasi perut kembung


Tempat Ruangan NSCC RSUD Poso
Petugas Peneliti
1. Lakukan tindakan dengan 5S (senyum, salm,
Persiapan pasien
sapa, sopan, santun)
2. Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Jelaskan prosedur pelaksanaan
1. Jaga privasi pasien dengan memasang
Persiapan
sketsel/sampiran
lingkungan
2. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
1. Minyak
Persiapan alat
2. Handuk/tisu
pelaksanaan 1. Siapkan alat dan bahan

2. Jaga privasi pasien


3. Perawat memperkenalkan diri kepada
pasien/keluarga

4. Jelaskan prosedur dan tujuan intervensi

5. Posisikan pasien tidur terlentang

6. Buka bagian tubuh yang akan dilakukan pemijatan

7. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan sesuai


prosedur

8. Oleskan secukupnya minyak pada daerah


abdomen dan ratakan

9. Mengusap abdomen dari bawah ke bagian atas


sebanyak 3x

10.Mengusap abdomen dari atas ke bagian bawah


sebanyak 3x

11.Melakukan effleurage or sircular atau teknik


mengusap secara melingkar sebanyak 3x

12.Melakukan palmer kneading yaitu gerakan


mengurut abdomen dengan satu tangan dan segera
diikuti tangan yang lain bergerak turun sebanyak
3x

13.Mengusap abdomen pasien dari sisi kiri ke


kanandan sebaliknya sebanyak 3x

14.Menggetarkan tangan di daerah abdomen di atas


pusat sebanyak 3x

15.Setelah selesai bersihkan dan rapikan kembali


pasien
16.Cuci tangan setelah melakukan tindakan sesuai
prosedur

17.Evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan masase


abdomen

18.Dokumentasikan pelaksanaan tindakan dan


evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
Lampiran 5

Kuesioner Konstipasi

Kuisioner konstipasi baku di ambil dari jurnal Agarwal Sharma dengan jumlah
item 8 soal.
Kriteria penilaiannya :
 Untuk pertanyaan A nilainya 1
 Untuk pertanyaan nomor B nilainya 1
 Untuk pertanyaan nomor C nilainya 1
 Dikatakan konstipai jika semua kriteria terpenuhi dan total nilainya 3
 Dan dikatakan tidak konstipasi jika semua kriteria tidak terpenuhi dan
nilainya 0
No Item penilaian Ya Tidak
A. Harus ada 2 gejela
1. Mengejan saat BAB
2. Kesulitan untuk BAB (Feses keras
3. Perasaan BAB yang tidak puas
4. Kembali ke kamar mandi untuk
BAB
5. Pengobatan untuk
membantu BAB
6. Frekuensi BAB
B. Lama berlangsung proses BAB
C. Riwayat konstipasi dalam 3 bulan
terakhir
Lampiran 6
Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Nama Mahasiswa : Steffi Graf Taluari
Nim : PO0220218019

Nama/Umur :
Jenis Kelamin :
Diagnosa Medis :
Tgl Masuk :

1. Keluhan Utama :

2. Riwayat Kesehatan :
3. Pemeriksaan Fisik :
 Keadaan Umum :
 TTV : TD………………mmHg Suhu…….°C
Nadi…………….X/m P…………X/m
 BB sebelum/sesudah sakit : …………./……………..Kg
 Kesadaran :
 Kepala :

 Muka :

 Mata :

 Telinga :

 Hidung :

 Mulut :

 Gigi :

 Lidah :

 Tenggorokan :

 Leher :

 Dada :

 Abdomen :

 Genetalia :

 Integument :
 Ekstremitas :

4. Pola Kebiasaan Klien


 Nutrisi :

 Eliminasi urin :

 Eliminasi facel :

 Balance cairan :
 Aktivitas :
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
(BARTHEL INDEKS)
N SKOR
FUNGSI
O KETERANGAN
0 Tidak terkendali/tidak
terukur (perlu pencahar)
Mengendalikan rangsang buang air besar
1 1 Kadang-kadang tidak
(BAB)
2 terkendali
(1 x seminggu)
Skor
Tidak terkendali/pakai
0 kateter
1 Kadang-kadang tidang
2 Mengendalikan rangsang berkemih
terkendali (hanya 1x/24
2 jam)
Mandiri
Skor
0 Perlu pertolongan orang
Membersihkan diri (mandi, basuh muka, 1 lain
3
sisir rambut,sikat gigi) Mandiri
Skor
0 Tergantung pertolongan
1 orang lain
Perlu pertolongan pada
Penggunaan kloset, masuk dan keluar
beberapa kegiatan, tetapi
4 (melepaskan, memakai celana,
2 dapat mengerjakan
membersihkan, menyiram)
sendirih beberapa
kegiatan orang lain
Mandiri
Skor
0 Tidak mampu
1 Perlu pertolongan
5 Makan
memotong makanan
2 Mandiri
Skor
Tidak mampu
0 Perlu banyak bantuan
1 untuk bisa duduk (2
6 Berubah posisi dari berbaring ke duduk
orang)bantuan minimal 1
2 orang
Mandiri
Skor
0 Tidak mampu
1 Bisa pindah dengan kursi
2 roda
7 Berpindah/berjalan
3 Berjalan dengan bantuan
1 orang
Mandiri
Skor
0 Tergantung pada orang
1 lain
8 Memakai Baju Sebagian dibantu (Misal
2 mengancing baju)
Mandiri
Skor
0 Tidak mampu
9 Naik turun tangga 1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
Skor
0 Tergantung orang lain
10 Mandi 1 Mandi

Skor
Total Skor
Keterangan :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

 Istirahat dan tidur :

 Kebiasaan lainnya :

5. Data psikologis, sosiologis, seksual dan spiritual :


Psikologis :

Sosiologis :
Seksual :
Spiritual :

6. Pemeriksaan penunjang (EKG, Laboratorium, Pemeriksaan Radiologi,


dan lain – lain) :

7. Obat – obatan :

No Nama Obat Dosis & Cara pemberian Manfaat/Cara Kerja


Analisa Data
Data Masalah & Etiologi

Diagnosis Keperawatan(PES)

Rencana Keperawatan
No Diagnosa & Tujuan Intervensi

Nama Pasien :
Ruangan :
Hari/Tgl :

Waktu Implementasi Catatan Perkembangan/Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai