Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KETOASIDOSIS DIABETIKUM


HALAMAN JUDUL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Perioperatif
Dosen Pembimbing : Brigitta Ayu DS, M.Kep

Disusun :
KELAS 3B

Lusi Ismayanti 2910283304

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi Penyuluhan : Pendidikan Kesehatan Tentang Ketoasidosis Diabetikum


Pokok Bahasan : Penanganan ketoasidosis diabetikum
Waktu : 30-40 menit
Sasaran : keluarga pasien dengan penurunan kesadaran akibat
ketoasidosis diabetikum
Tempat : ICU
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan
keluarga mampu memahami dan mengerti tentang ketoasidosis dan
bisa memantau keadaan klien.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang cara keoasidosis diabetikum ,
diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian ketoasidosis
2. Menyebutkan penyebab ketoasidosis
3. Menjelaskan tanda dan gejala ketoasidosis
4. Menyebutkan penatalaksanaan ketoasidosis
B. Materi : Terlampir
C. Strategi Pelaksanaan
WAKTU KEGIATAN PENYULUH KLIEN
5 menit Pembukaan a. Mengucapkan a. Menjawab salam.
salam. b. Menerima
b. Memperkenalkan dengan baik..
diri. c. Menyimak
c. Menjelaskan dengan baik.
tujuan.
20-30 Kegiatan Inti a. Menjelaskan a. Menyimak dan
menit materi. mengikuti
b. Memberi dengan baik.
kesempatan b. Mengajukan
bertanya. beberapa
c. Menjawab pertanyaan.
pertanyaan. c. Mendengarkan
dengan baik.
5 menit Penutup a. Menutup a. Menyimak
pertemuan dengan dengan baik.
menyimpulkan b. Menjawab salam.
materi yang telah
dibahas.
b. Mengucapkan
salam.

D. Metode : Ceramah
E. Media :
Leaflet
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tersedia leaflet.
b. Lingkungan cukup memadai untuk penyuluhan.
c. Waktu pelaksanaan penyuluhan tepat waktu.
2. Evaluasi Proses
a. Penyuluh dapat memimpin jalannya penyuluhan dengan tertib dan
teratur.
b. Klien mengikuti penyuluhan dengan baik dan dapat menerapkan
perawatan pada klien dengan ketoasidosis
3. Evaluasi hasil
a. Menjelaskan pengertian ketoasidosis
b. Menyebutkan penyebab ketoasidosis
c. Menjelaskan tanda dan gejala ketoasidosis
d. Menyebutkan penatalaksanaan ketoasidosis
LAMPIRAN
1. Definisi
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut yang
mengancam jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak
terkontrol. Ketoasidosis diabetikum adalah keadaan dekompensasi
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolute dan relative.
Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium, dan natrium
menyebabkan hipovilemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar
glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas
menyebabkan asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan
komplikasi akut diabetes mellitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat (Tarwoto dkk, 2012)

2. Etiologi

Menurut Hermayudi (2017) faktor penyebab yang berperan untuk


terjadinya ketoasidosis diabetikum adalah:
a. Infeksi
b. Infark miokard akut
c. Pankreatitis akutPenggunaan obat golongan steroid
d. Menghentikan atau mengurangi dosis insulin
Sedangkan menurut Kurniati, Trisyani & Theresia. Ed
(2018) Etiologi diabetes ketoasidosis (DKA) terjadi sebagai akibat
dari kurang adekuatnya kadar insulin dan ditandai oleh dehidrasi
yang berat, kehilangan elektrolit, ketonuria, dan asidosis. Ketika
insulin tidak tersedia untuk mengangkut glukosa ke dalam sel, hati
memetabolisme asam lemak menjadi keton. Akumulasi dari keton
menghasilkan asidosis metabolik. Temuan klasik meliputi:
1) Glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
2) pH kurang dari 7,3 (asidosis metabolik)
3) Serum HCO3 kurang dari 15 sampai 20 mmol/L
4) Ketonemia
DKA biasanya hanya terjadi pada pasien diabetes tipe
I, namun di bawah kondisi stres yang ekstrim, hal ini bisa
terjadi pada penderita diabetes tipe 2. Penyebabnya yaitu:

1) Diabetes onset baru


2) Dosis insulin tidak memadai atau terdapat kesalahan
dosis insulin
3) Penyakit atau infeksi pada pasien yang dketahui
diabetes (penyebab yang paling umum dari DKA)
4) Alkohol atau penyalahgunaan narkoba
5) Infark miokard
6) Prankreatitis dan kelainan abdomen

3. Manifestasi klinis

Menurut Kurniati, Trisyani & Theresia. Ed (2018) tanda dan gejala


pada ketoasidosis diabetikum :
a. Takikardia, hipotensia
b. Berkurangnya volume : kulit kering dan turgor kulit buruk,
membran mukosa kering
c. Kelelahan
d. Perubahan status mental akut dari rasa kantuk menjadi koma
e. Napas berbau aseton (napas berbau buah)
f. Pernapasan Kussmaul (cepat dalam) : tubuh mencoba
mengkompensasi asidosis metabolik dengan mengeluarkan
karbon dioksida
g. Nyeri perut tanpa kekakuan, bising usus berkurang.

Sedangakan menurut Blesser & Sternbach (2012) tanda dan


gejalanya,

a. Dehidrasi
b. Hiperventilasi
c. Perubahan status mental
d. Muntah
e. Sering ada nyeri abdomen
4. Patofisiologi

Ketoasidosis terjadi akibat defisiensi secara absolute atau relative


sirkulasi insulin. Hal ini terjadi karena perencanaan makanan tidak
dilaksanakan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa
dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat
lainnya seperti kematian otot jantung, stroke dan sebagainya sehingga
adanya penggunaan jaringan lemak untuk pemenuhan kebutuhan tubuh
akan membentuk keton, apabila hal ini dibiarkan maka akan
menyebabkan darah menjadi asam dan merusak jaringan tubuh dan
bisa mengakibatkan koma. Faktor pemicu yang paling umum dalam
perkembangan ketoasidosis adalah infeksi, infark miokardial, trauma,
ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan metabolik pada
ketoasidosis diabetik tergolong konsekuensi langsung atau tidak
langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan-jaringan
tubuh akan menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan
glukosuria. Meningkatnya lipolisis dan menyebabkan kelebihan
produksi asam dan lemak yang sebagian diantaranya akan diubah
menjadi keton, menimbulkan ketoanemia, asidosis metabolic dan
ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan dieresis osmotic, yang
menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium,
kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi terjadi secara hebat
dan akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Asidosis metabolic yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (pernafasaan
kusmaul). Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan
mempercepat kehilangan air dan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga. Disamping itu produksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan
hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa
bersama dengan air dan elektrolit.
Dieresis osmotic yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
dan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit .Pada
ketoasidosis diabetikum,kadar glukosa darah meningkat dengan cepat
akibat glukoneogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang
progresif serta terjadi poliuria dan dehidrasi. Kadar keton juga
meningkat akibat penggunaan asam lemak. Individu dengan
ketoasidosis diabetikum juga sering mengalami mual dan nyeri pada
bagian abdomen. Kadar kalium total tubuh turun akibat poliuria dan
muntah berkepanjangan (Corwin,2012).

5. Pathway

Kekurangan insulin

Penggunaan glukosa oleh otot ,lemak Asam-asam lemak


dan hati

Produksi glukosa oleh hati

Pemecahan lemak

Hiperglikemia

Penglihatan kabur Urinasi (Poliuri)


Nafas Mual Asidosis
aseton,
anoreksia
Gangguan persepsi Dehidrasi
sensori penglihatan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
Kelemahan Sakit kepala
Rasa haus

(polidipsia)

Nyeri Muntah
Kekurangan volume abdomen Respirasi
cairan dan elektrolit

Pola Napas
(Corwin, 2012)
Anoreksia tidak efektif

6. Komplikasi

Menurut Tarwoto, dkk (2012) pasien dengan DM berisiko terjadi


komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya :

a. Komplikasi akut
1) Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat
tinggi biasanya terjadi pada NIDDM.
2) Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil
metabolisme lemak dan protein terutama terjadi pada
NIDDM.
3) Koma hipoglikemia aibat terapi insulin yang
berlebihan atau tidak terkontrol.
b. Komplikasi kronis
1) Mikroangipati (kerusakan pada saraf-saraf perifer)
pada organ-organ yang mempunyai pembuluh darah
kecil seperti pada :
2) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina di mata)
sehingga mengakibatkan kebutaan.
3) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)
mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada organ
tubuh.
4) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal
dapat mengakibatkan gagal ginjal).
c. Makroangiopati
1) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti
infark miokard maupun gangguan fungsi jantung
karena arterisklerosis.
2) Penyakit vaskuler perifer.
3) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke.
d. Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka
yang tidak sembuh-sembuh
e. Disfungsi erektil diabetika.

Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi akibat komplikasi


seperti karena :

a. Hiperglikemia atau hipoglikemia.


b. Meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati.
d. Komplikasi neurofatik.
e. Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner,
stroke.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Mengukur kadar serum glukosa. Tes glukosa darah dengan
glukometer cukup untuk memulai perawatan (mendapatkan serum
glukosa untuk memvalidasi).
b. Uji glukosa dan keton dalam urine.
c. Melakukan pemeriksaan urinalisis (infeksi adalah faktor yang
seringkali menjadi pencetus DKA).
d. Melakukan pemeriksaan darah lengkap dengan diferensial,
elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, fosfat, dan
amilase.
e. Melakukan pemeriksaan analisa gas darah arteri.
f. Melakukan pemeriksaan rontgen dada, elektrokardiogram 12-lead
(EKG), dan kultur darah seperti yang diindikasikan(Kurniati,
Trisyani & Theresia.Ed, 2018)

8. Penatalaksanaan

Menurut Tanto.Ed (2018) & Sudoyo (2013) prinsip terapi KAD


adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemis, dan
ketidakseimbangan elektrolit serta mengatasi penyakit penyerta yang
ada. Lakukan pemasangan akses intravena dua jalur dengan salah satu
jalur dibuat cabang dengan menggunakan three way stopcock.
Pengawasan ketat KU jelek masuk HCU/ICU.
a. Fase I/ Gawat
1) Rehidrasi
a) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading
dalam 2 jam pertama. Lalu 80tpm selama 4 jam, lalu
30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/ 24 jam)
b) Atasi syok (cairan 20ml/kgBB/jam)
c) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat
dehidrasi
d) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari
herniasi bata otak (24-48 jam)
e) Bila gula darah ˂200mg/dl, ganti infuse dengan D5%
f) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5
mEq/kgBB/jam)
g) Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin
a) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/i/sc)
b) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB dalam
cairan isotonic
c) Monitor gula darah tiap jam pada 4 jam pertama,
selanjutnya tiap 4 jam sekali
d) Pemberian insulin parental diubah ke SC bila AGD ˂15
mEq/L 3250 mg% perbaikan hidrasi kadar HCO3
c. Infus K (tidak boleh bolus)
a) Bila K+ ˂ 3 mEq/L beri 75 mEq/6 jam
b) Bila K+ 3-3,5 mEq/L beri 50 mEq/6jam
c) Bila K+ 3,5-4 mEq/L beri 25 mEq/6jam
d) Bila K+ >6 mEq/L stop drip
e) Masukkan dalam NaCl 500 cc/ 24 jam
f) Infus bikarbonat bila pH 7,1 tidak diberikan
g) Antibiotik dosis tinggi batas fase I dan II sekitar GDR
250 mg/dl atau reduksi
d. Syarat pemberian tidak ada gagal ginjal, tidak ada gelombang T
yang lancip dan tinggi pada EKG, jumlah urin adekuat.
1) Fase II/ Maintenance
2) Cairan maintenance
a) NaCl 0,9 % atau D5 atau maltose 10% bergantian
b) Sebelum maltose berikan insulin regular 41U
3) Kalium
Parenteral bila K+ 240 mg/ dl atau badan terasa tidak enak
Minumlah yang cukup agar tidak dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2012. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

Hermayudi & Ariani, P.U. 2017. Metabolik Endokrin. Yogyakarta : Nuha Medika

Kurniati, A, Trisyani, Y & Theresia, S I M. Ed. 2018. Keperawatan Gawat


Darurat dan Bencana Sheehy. Singapore : Elsevier

Sudoyo. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Tanto, Chris. Ed. 2018. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta : Media
Aesculapius

Tarwoto, dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta : Trans Info Medikal.

Anda mungkin juga menyukai