Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 6 KELAS 3B

Nama Kelompok:
Desy Ananda Kusuma A
Dhea Rizki Febriyani
Retno Septamia Pramudika
Rudi Hermawan
Plasenta previa adalah plasenta
yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada
keadaan normal plasenta
terletak dibagian atas uterus.
(Dewi 2016).
3
1.Pendarahan atan 7.Pengoberasi/pembedah
intertilitas an uterus sebelumnya
2.Multiple gestation 8.Keguguran berulang
3.Erythroblastosis 9.Status sosial ekonomi
4.Riwayat opPendarahan yang rendah
(hemorrhaging) 10.Jarak antar
5.Usia lebih dari 35 kehamilan yang pendek
tahun 11.Merokok
6.Multiparitas 4
1. Gejala utama: perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan
biasanya berulang.
2. Perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan
tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya,
sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
3. Bagian terdepan janin tinggi (floating) atau belum memasuki pintu
atas panggul (PAP). Sering dijumpai kelainan letak (sungsang atau
lintang)
4. Janin biasanya masih baik, namun dapat juga disertai gawat janin
sampai kematian janin tergantung beratnya Plasenta Previa.
5. Pada pemeriksaan jalan lahir, teraba jaringan plasenta (lunak)
5
Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat dibagi
menjadi4 yaitu:
a. Plasenta Previa totalis yaitu seluruh ostea (jalan
lahir) ditutupi oleh plasenta.
b. Plasenta Previa patrialis yaitu hanya sebagian
ostea (jalan lahir) tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta Previa marginalis yaitu pinggir bawah
plasenta sampai pada pinggir osteum uteri
internum.
d. Plasenta letak rendah yaitu pinggir plasenta
berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan. Pada
periksa dalam tidak teraba. 6
Zigot menempel pada dinding rahim yang abnormal
(endometrium belum matang)
Vaskularisasi < pada residua,
Karena atropi & peradangan yang persisten
(endometrium belum matang)
Perdarahan

Terbentuk segmen rahim bawah

Terbuka ostium / manipulasi intravaginal

Pembuluh darah robek, plasenta lepas

Perdarahan banyak

Syok 7

Kematian
1. Penatalaksanaan Medik
a. Penanganan konservatif/ ekspektatif
Rencana penanganan:
1) Pasien harus dirawat dengan bedrest total total diatas tempat tidur
2) Pasien dibatasi dalam melakukan aktivitas fisik
3) Pemberian infus dan elektrolit pada pasien
4) Pemberian obat-obatan hal ini berfungsi untuk pematangan paru dan tokolitik
5) Pemeriksaan laboratorium yang meliputi Hb, Ht COT, golongan darah
6) Pemeriksaan Ultra Sonografi (USG)
7) Monitor perdarahan yang terus terjadi, dan monitor tekanan darah (tensi), nadi dan denyut
jantung janin
8) Apabila ada tanda-tanda plasenta previa dan plasenta tidak berubah hingga trimester ke 3,
tergantung keadaan, pasien di rawat sampai kehamilan 37 minggu, selanjutnya
penanganan secara aktif (kecuali bila terjadi perdarahan ulang segera di lakukan SC/seksio
caesaria) 8

9) Penanganan aktif yaitu kehamilan tersebut harus segera di akhiri


2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Terapi Ekspektatif
Syarat teratasi ekspektatif yaitu ada beberapa cara antara lain:
1) Kehamilan preterm dengan terjadinya perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti.
2) Belum ada tanda inpartu pada pasien
3) Keadaan umum ibu cukup baik (saat kadar Hb dalam batas
normal).
4) Perdarahan tidak banyak selama terapi ekspektatif diusahakan
menentukan lokalisasi plasenta dengan soft tissue technic,
dengan radio isotope atau ultrasound.
5) Janin masih hidup.
6) Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
9
Pada pendarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil
dipertimbangkan terapi ekspektif. Perlu dikemukakan cara manapun
yang diikuti, persendian darah yang cukup sangat menentukan. Cara-
cara yang dapat dilakukan antara lain:
1) Pemecahan ketuban
a) Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan apabila:
b) Setelah pemecahan ketuban ikterus mengadakan retraksi hingga
kepala anak menekan pada plasenta.
c) Plasenta tidak bertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti
gerakan dinding rahim sehingga pergeseran antara plasenta dan
dinding rahim tidak terjadi.
2) Versi Broxton Hicks
3) Dengan Cunam Willett
4) Seksio cesarea 10
b. Terapi aktif
Kehamilan harus segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
menyebabkan meninggal, antara lain:
1) Cara vaginal yang dimaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta
dan dengan kemudian menutup pembuluh-pembuluh darah yang
terbuka (tamponade pada plasenta).
2) Dengan sectio caesarea dengan maksud mengosongkan Rahim hingga
Rahim dapat mengadakan retraksi dan menghentikan pendarahan

Rencanakan terminasi kehamilan apabila:


1) Janin matur
2) Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)
3) Pada pendarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang maturitas janin. 11
•Solusio plasenta merupakan
lepasnya sebagian atau
seluruh plasenta dari insersi
sebelum waktunya, plasenta
itu secara normal terlepas
setelah anak lahir

13
1. Adanya trauma langsung terhadap uterus hamil, seperti :
a. Terjatuh, terutama tertelungkup.
b. Tendangan anak yang sedang digendong.
c. Trauma langsung lainnya.
2. Trauma kebidanan, yaitu solusio plasenta terjadi karena
tindakan kebidanan yang dilakukan, misalnya :
a. Setelah versi luar.
b. Setelah memecahkan ketuban.
c. Persalinan anak kedua hamil kembar.
14
3. Pasien yang mengalami resiko tinggi atau memiliki
faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah :
a. Hipertensi dalam kehamilan
b. Ibu yang hamil dengan tali pusat bayi pendek
Multiparitas.
c. Hamil pada usia tua/primitua.
d. Ibu perokok.
e. Ibu pemakaian kokain.
f. Tekanan Vena Java inferior yang tinggi
dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanya kehamilan dan lain-lain.
15
1. Ibu/pasien datang dengan mengeluh nyeri abdomen atau sakit perut bagian
atas dan mules yang terus-menerus, karena uterus berkontraksi dan tegang.
2. Terjadi perdarahan per vaginam yang bewarna kehitaman (darah
kehitaman menunjukan bahwa perdaahan sudah terjadi dalam kurun
waktu yang lama).
3. Kadang-kadang darah yang keluar tidak sesuai dengan keadaan umum,
seperti tidak tampak perdarahan, karena darah tidak keluar melalui
restroplasenta, perlu hati-hati. Selain itu, jika perdarahan yang tampak
bukan merupakan gambaran sesungguhnya jumlah perdarahan yang
terjadi.
4. Pada palpasi, uterus tegang dan bagian janin sukar teraba dari luar.
5. Keadadaan umum ibu pucat, sesak nafas, anemia, kadang-kadang sampe
syok. 16
6. Dapat disertai gawat janin sampai kematian janin.
1. Menurut derajad lepasnya plasenta, yaitu:
a. Solusio plasenta partsialis: bila hanya sebagian plasenta terlepas
dari tepat pelekatnya.
b. Sulosio plasenta totalis: bila seluruh plasenta turun kebawah dan
dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
c. Polapsus plasenta: bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba
pada pemeriksaan dalam.
2. Menurut derajad solusio plasenta dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Solusio plasenta ringan
b. Solusio plasenta sedang
c. Solusio plasenta berat 17
Hipertensi
Riwayat trauma
Usia ibu <20 atau >35 tahun
Multiparitas
Tali pusat yang pendek
Defisiensi asam folat
Perdarahan retroplasenta

Solusio plasenta ringan Solusio plasenta berat


Solusio plasenta sedang
Plasenta lepas 1/4 bagian Plasenta lepas >½ bagian
Plasenta lepas 1/4 – ½ bagian
Perdarahan <100-200 cc Perdarahan >500 cc
Perdarahan >200 cc
Disertai syok sampai kematian
Disertai syok dan fetal distress
janin

syok Tidak Syok


1. Infus cairan
2. oksigen Infus cairan

18
Rujuk ke RS
Rujuk ke RS

Atasi syok Janin hidup Janin mati

Janin hidup Janin mati SC


Pecah ketuban
Infus oksitosin
Partus penanganan dalam 6 jam

SC

Pembukaan <6 cm Pembukaan >6 cm :


(SC) Pecah ketuban
Infus oksitosin Bila kemajuan partus tidak memuaskan
dan perdarahan banyak lakukan SC

Persalinan per vagina


19
Prinsip utama penatalaksanaannya pada solusio plasenta, antara lain:
a. Pasien (ibu) dirawat di rumah sakit, bedrest dan mengukur keseimbangan cairan
b. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan: memberikan infus dan transfuse darah segar
c. Pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin, hematokrit, COT (Clot Observation Test/ tes pembekuan darah), kadar
fibrinogen plasma, urine lengkap, fungsi ginjal
d. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
e. Terminasi kehamilan: persalinan segera, per vaginam atau seksio caesaria.
f. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam jumlah besar dan bila
perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin
g. Untuk menguranngi tekanan intrauterine yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal (refleks utero-ginjal), selaput
ketuban segera dipecahkan
h. Mengatasi syok / pre-syok dan mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya 20
Pertolongan darurat dalam memberikan rujukan
Dalam melakukan rujukan, bidan atau perawat dapat memberikan
pertolongan darurat antara lain dengan cara:
a. Memasang infus
b. Tanpa melakukan pemeriksaan dalam
c. Menyertakan petugas dalam merujuk pasien
d. Mempersiapkan donor darah dari keluarga atau masyarakat
e. Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan dalam
pemberian pertolongan pertama

21
1. Anamnesis:
a. Gejala pertama ialah pendarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III).
b. Dalam hal ini, anamnesis tentang:
1) Riwayat pendarahan, tidak nyeri, darah merah segar.
2) Pendarahan tanpa nyeri/tanpa alasan, yaitu sifat pendarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang.
3) Sebab dari pendarahan adalah karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek.
c. Penyebabknya adalah terbentuknya segmen bawah rahim dan terbukanya ostium atau oleh
manipulasi intravaginal atau rektal.
2. Periksaan fisik umum: keadaan umum/tanda vital ibu mungkin dapat baik sampai buruk,
tergantung beratnya perdarahan.
3. Inspeksi
4. Palpasi abdomen
5. Pemeriksaan inspekulo
6. Pemeriksaan USG 23

7. Periksa luar: bagian bawah janin belum masuk p.a.p (pintu atas panggul).
8. Pemeriksaan dalam
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam:
1)Pemeriksaan dalam merupakan cara paling akhir yang paling ampuh di bidang
obstretric untuk diagnosis plasenta previa.
2)Walaupun ampuh namun kita harus hati-hati, karea bahayanya juga sangat besar.
b. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam:
1)Pasang infus dan persiapan donor darah.
2)Pemeriksaan dilakukan dikamar operasi, dimana fasilitas operasi segera telah tersedia.
3)Pemeriksaan dalam dilakukan secara hati-hati dan lembut (with lady hand)
4)Jangan langsung masuk kedalam kanalis servikalis, tapi raba dulu bantalan antara
jari dan kepala janin pada forniks (anterior dan posterior) yang disebut uji forniks.

24
5) Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-pelan.
6) Dalam hal ini, pada kecurigaan adanya plasenta previa, pemeriksaan dalam
harus dilakkan dengan hati-hati, yakni:
a)Lakukan perabaan fornises, di luar/tepi porsio serviks dan jangan
memasukkan jari ke dalam kanalis servikalis.
b)Pada perabaan porsio dapat ditemukan bagian/area yang lunak (gambarkan
posisi daerah lunak dengan jam berapa).
7) Idealnya, pemeriksaan dalam dilakukan dlan keadaan siap operasi atau disebut
PDMO (periksa dalam di atas meja operasi).
a) Dalam keadaan siap operasi, untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan
ke dalam kanalis.
b) Dan jika teraba jaringan lunak/kotiledon plasenta, pemeriksaan dihentikan
dan tangan dikeluarkan karena trauma pemeriksaan terhadap jaringan
plasenta dapat menimbulkan perdarahan sangat banyak dan cepat.
c. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum:
1) Perdarahan banyak lebih dari 500cc.
2) Perdarahan yang sudah berulang-lang.
3) His telah mulai dan janin sudah vieble. 25
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
2. Kecemasan berhubungan dengan masalah kesehatan
perdarahan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tubuh terhadap
aktivitas : Perdarahan

26
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Risiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan observasi penyebab 1. Mengetahui pemyebab pasien
volume cairan kepera-watan dalam waktu 3x kekurangan cairan (perdarahan) kekurangan cairan
berhubungan dengan 24 jam risiko kekurangan 2. Monitor tanda-tanda dehidrasi: 2. Mengetahui tanda dehidrasi,
perdarahan. Ditandai volume cairan pada klien penuru-nan kesadaran, nadi, penuru-nan kesadaran, TTV
dengan: teratasi dengan kriteria hasil: tensi, anoria. serta ganggu-an ginjal
DS: 1. Kebutuhan cairan 3. Monitor tanda-tanda perdarahan 3. Mengetahui apakah ada
Mengatakan darah terpenuhi 4. Hindari vagina touche/periksa pendarahan atau tidak
banyak keluar 2. Tensi dan nadi dalam batas dalam 4. Hindari vagina touche agar tidak
DO: normal 5. Ukur intake-output cairan mengganggu plasenta
1. Perdarahan tampak 3. Hb normal 6. Pantau kadar hematocrit dan Hb 5. Membandingkan intake output
banyak 7. Kolaborasi dengan dokter untuk cairan
2. Pasien tampak pemberian terapi dan 6. Mengetahui apakah pasien
lemah pucat pemeriksaan laboratorium kekurangan darah
27
3. Konjungtiva anemis 7. Mengurangi risiko terjadinya
4. Hb dan tensi rendah pendarahan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat dan penyebab kecemasan 1. Mengetahui tingkat kecemasan klien
dengan masalah kesehatan dalam waktu 3x 24 jam kecemasan pada 2. Orientasikan pada lingkungan dengan 2. Lingkungan yang nyaman akan
perdarahan. Ditandai dengan: klien teratasi dengan kriteria hasil: penjelasan sederhana memberikan dampak menurunnya
DS: 1. Menampilkan pola koping yang 3. Bicara perlahan dan tenang menggunakan kecemasan
1. Klien sering bertanya positif: kalimat pendek dan sederhana 3. Bicara perlahan dan tenang mencegah
tentang keadaan janinnya 2. Pasien tenang, 4. Beri informasi yang cukup mengenai kecemasan yang berlebihan
2. Klien mengungkapkan 3. Pasien tampak komunikatif, perawatan dan pengobatan yang dilakukan 4. Pasien dan kelurga mengetahu perawatan
perasaan cemasnya 4. Pasien tampak kooperatif dan direncanakan dan pengobatan yang dilakukan dan
5. Beri dorongan untuk mengekspresikan direncanakan
DO: perasaan 5. Mengetahui perasaan dan tingkat
1. Klien tampak cemas 6. Beri pendampingan, libatkan keluarga, bila kecemasan klien
karena perdarahan perlu libatkan pendamping pasien 6. Pendampingan keluarga terhadap pasien
2. Klien tidak kooperatif 7. Ajarkan teknik relaksasi: bernafas dengan dapat mengurangi kecemasan
irama lambat, meditasi, membaca 7. Teknik relaksasi nafas dalam dapat
8. Perlihatkan rasa empati: tenang, menenangkan pasien dan mengurangi
menyentuh, membiarkan menangis kecemasan
berbicara 8. Meluapkan emosi guna menenangkan
9. Singkirkan stimulasi yang berlebihan: kecemasan yang dialami klien
menjaga ketenangan lingkungan, batasi 9. Stimulus berlebihan dapat meningkat-kan
kontak dengan orang lain / keluarga yang kecemasan pada pasien 28
mengalami kecemasan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan batasan-batasan aktivitas 1. Pasien dapat mengetahui aktivitas-
berhubungan dengan keperawatan dalam waktu 3x 24 klien sesuai kondisi. aktivitas apa saja yang boleh
tubuh terhadap aktivitas : jam intoleransi aktivitas pada klien 2. Kaji respon terhadap aktivitas : dilakukan
Perdarahan, ditandai teratasi dengan kriteria hasil: perdarahan. 2. Mengetahui apakah ada pengaruh
dengan: Respon terhadap aktivitas : 3. Rencanakan waktu istirahat sesuai aktivitas terhadap pendarahan yang
DS : perdarahan berkurang jadwal sehari-hari. dapat terjadi
1. Pasien mengatakan 4. Bantu pemenuhan aktivitas yang 3. Waktu istirahat sesuai jadwal
lemas. tidak dapat/tidak boleh dilakukan supaya klien dapat beristirahat
2. Pasien mengatakan klien, kalau perlu libatkan keluarga dengan cukup
darah mengalir dari 4. Pemenuhan aktivitas berat atau
kemaluan aktivitas yang klien tidak dapat
DO : lakukan sendiri agar bisa dibantu
1. Pasien tampak lemah. oleh keluarga klien
2. Perdarahan pervagina

29

Anda mungkin juga menyukai