Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT KETOASIDOSIS

Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Gawat Darurat

Dosen Pengampu : Septiana Fatonah, M.Kep

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh :

Kelompok 3 / 3B

1. Dhe Rizki Febriani 12/2920183288


2. Diah Nurma Kusumarini 13/2920183289
3. Dwi Anggun Djibu 14/2920183290
4. Esmi Margiyati 15/2920183291
5. Fajar Suci Ariyani 16/2920183292
6. Fatanul Rahmawati 17/2920183293

Program Studi DIII Ilmu Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Ketoasidosis” dan dengan harapan
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehingga
lebih mengenal tentang bagaimana penanganan dan terapi yang tepat untuk pasien
dengan kondisi seperti ini. Makalah ini juga dibuat sebagai persyaratan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar, umum
dan semua yang membaca makalah ini bisa dipergunakan dengan semestinya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Definisi..........................................................................................................3
B. Etiologi..........................................................................................................3
C. Manifestasi klinis..........................................................................................4
D. Patofisiologi..................................................................................................5
E. Pathway.........................................................................................................6
F. Komplikasi....................................................................................................7
G. Pemeriksaan penunjang.................................................................................8
H. Penatalaksanaan............................................................................................8
BAB III RENCANA KEPERAWATAN...............................................................10
A. Pengkajian...................................................................................................10
B. Diagnosa keperawatan................................................................................14
C. Rencana keperawtan...................................................................................15
BAB IV PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut yang
mengancam jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Ketoasidosis diabetikum adalah keadaan dekompensasi metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolute dan relative. Kondisi kehilangan urin, air, kalium,
amonium, dan natrium menyebabkan hipovilemia, ketidakseimbangan
elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas
menyebabkan asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan komplikasi
akut diabetes mellitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat
darurat. Pasien dengan KAD dring dijumpai dengan penurunan kesadaran
bahkan koma (10% kasus). Beberapa faktor yang dapat berperan dalam
terjadinya KAD yaitu diabetes mellitus yang tidak terkontrol, infeksi dan
riwayat stroke (Tarwoto dkk, 2012).
World Health Organitation (WHO) memperkirakan bahwa 422 juta
orang dewasa di atas 18 tahun hidup dengan diabetes. Jumlah terbesar orang
dengan diabetes diperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat
terhitung sekitar setengah kasus diabetes mellitus dunia (Report, 2016 dalam
Rinawati dan Chanif, 2020). Data komunitas di Amerika Serikat, Rochester,
menunjukkan bahwa insiden KAD sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk
semua kelompok umur, sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun
sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun. Sumber lain menyebutkan insiden
KAD sebesar 4,6 dari 100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika
Serikat (Tarwoto dkk, 2012).
Di Indonesia data insiden KAD belum di ketahui secara pasti. Meskipun
begitu, insiden KAD di Indonesia tidak sebanyak di negara barat mengingat
prevalensi DM tipe 1 yang rendah. Laporan insiden KAD di Indonesia
umumnya berasal dari data rumah sakit (Tarwoto dkk, 2012). Berdasarkan data
pasien DM tipe 1 dan 2 rawat inap maupun rawat jalan periode Januari-Juni

1
2014 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, terdapat 621 pasien DM tipe 1 dengan
14 episode perawatan dan 607 pasien DM tipe 2 dengan 691 episode
perawatan. Mayoritas pasien DM tipe 1 dan 2 terdiri dari laki-laki. Sebagian
besar episode rawat inap pasien DM tipe 1 terdiri dari pasien yang berusia < 45
tahun (71,43%) sedangkan pasien DM tipe 2 terdiri dari pasien berusia 45-64
tahun (63,24%). Sebagian besar pasien DM tipe 1 memiliki lama rawat inap 1-
3 hari (21,43%) dan komplikasi diabetes yang paling banyak dialami pasien
DM tipe 1 adalah ketoasidosis (42,86%) (Fitri dkk, 2015). Pasien dengan KAD
sering dijumpai dengan penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus).
Beberapa faktor yang dapat berperan dalam terjadinya KAD yaitu diabetes
mellitus yang tidak terkontrol, infeksi dan riwayat stroke (Tarwoto,2012).
Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok kami akan menulis
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan
Ketoasidosis Diabetikum”. Kami akan membahas mengenai penyakt
thalasemia dan akan menuliskan bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat
dengan ketoasidosis diabetikum.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat Dengan Ketoasidosis Diabetikum”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan tentang kegawatan ketoasidosis diabetikum dan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, pathway,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan penyakit
ketoasidosis diabetikum.
b. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat dengan
ketoasidosis diabetikum diantaranya pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul dan rencana asuhan keperawatannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut yang
mengancam jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Ketoasidosis diabetikum adalah keadaan dekompensasi metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolute dan relative. Kondisi kehilangan urin, air, kalium,
amonium, dan natrium menyebabkan hipovilemia, ketidakseimbangan
elektrolit, kadar glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas
menyebabkan asidosis dan sering disertai koma. KAD merupakan komplikasi
akut diabetes mellitus yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat
darurat (Tarwoto dkk, 2012)

D. Etiologi
Menurut Hermayudi (2017) faktor penyebab yang berperan untuk terjadinya
ketoasidosis diabetikum adalah:
1. Infeksi
2. Infark miokard akut
3. Pankreatitis akut
4. Penggunaan obat golongan steroid
5. Menghentikan atau mengurangi dosis insulin
Sedangkan menurut Kurniati, Trisyani & Theresia. Ed (2018) Etiologi
diabetes ketoasidosis (DKA) terjadi sebagai akibat dari kurang adekuatnya
kadar insulin dan ditandai oleh dehidrasi yang berat, kehilangan elektrolit,
ketonuria, dan asidosis. Ketika insulin tidak tersedia untuk mengangkut
glukosa ke dalam sel, hati memetabolisme asam lemak menjadi keton.
Akumulasi dari keton menghasilkan asidosis metabolik. Temuan klasik
meliputi:
1. Glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
2. pH kurang dari 7,3 (asidosis metabolik)
3. Serum HCO3 kurang dari 15 sampai 20 mmol/L

3
4. Ketonemia
DKA biasanya hanya terjadi pada pasien diabetes tipe I, namun di bawah
kondisi stres yang ekstrim, hal ini bisa terjadi pada penderita diabetes tipe 2.
Penyebabnya yaitu:
1. Diabetes onset baru
2. Dosis insulin tidak memadai atau terdapat kesalahan dosis insulin
3. Penyakit atau infeksi pada pasien yang dketahui diabetes (penyebab yang
paling umum dari DKA)
4. Alkohol atau penyalahgunaan narkoba
5. Infark miokard
6. Prankreatitis dan kelainan abdomen

E. Manifestasi klinis
Menurut Kurniati, Trisyani & Theresia. Ed (2018) tanda dan gejala pada
ketoasidosis diabetikum :
1. Takikardia, hipotensia
2. Berkurangnya volume : kulit kering dan turgor kulit buruk, membran
mukosa kering
3. Kelelahan
4. Perubahan status mental akut dari rasa kantuk menjadi koma
5. Napas berbau aseton (napas berbau buah)
6. Pernapasan Kussmaul (cepat dalam) : tubuh mencoba mengkompensasi
asidosis metabolik dengan mengeluarkan karbon dioksida
7. Nyeri perut tanpa kekakuan, bising usus berkurang.
Sedangakan menurut Blesser & Sternbach (2012) tanda dan gejalanya,
1. Dehidrasi
2. Hiperventilasi
3. Perubahan status mental
4. Muntah
5. Sering ada nyeri abdomen

4
F. Patofisiologi
Ketoasidosis terjadi akibat defisiensi secara absolute atau relative
sirkulasi insulin. Hal ini terjadi karena perencanaan makanan tidak
dilaksanakan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya
sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti
kematian otot jantung, stroke dan sebagainya sehingga adanya penggunaan
jaringan lemak untuk pemenuhan kebutuhan tubuh akan membentuk keton,
apabila hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan darah menjadi asam dan
merusak jaringan tubuh dan bisa mengakibatkan koma. Faktor pemicu yang
paling umum dalam perkembangan ketoasidosis adalah infeksi, infark
miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan metabolik
pada ketoasidosis diabetik tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung
dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan-jaringan tubuh akan
menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya
lipolisis dan menyebabkan kelebihan produksi asam dan lemak yang sebagian
diantaranya akan diubah menjadi keton, menimbulkan ketoanemia, asidosis
metabolic dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan dieresis osmotic, yang
menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium,
magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi terjadi secara hebat dan akan
menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Asidosis metabolic yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan
derajat ventilasi (pernafasaan kusmaul). Muntah-muntah juga biasanya sering
terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan mempercepat kehilangan air
dan elektrolit. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemia.
Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh,
ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama dengan air dan elektrolit.
Dieresis osmotic yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan dan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit .Pada ketoasidosis

5
diabetikum,kadar glukosa darah meningkat dengan cepat akibat
glukoneogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang progresif serta terjadi
poliuria dan dehidrasi. Kadar keton juga meningkat akibat penggunaan asam
lemak. Individu dengan ketoasidosis diabetikum juga sering mengalami mual
dan nyeri pada bagian abdomen. Kadar kalium total tubuh turun akibat poliuria
dan muntah berkepanjangan (Corwin,2012).

G. Pathway

Kekurangan insulin

Penggunaan glukosa oleh otot ,lemak Asam-asam lemak


dan hati

Produksi glukosa oleh hati


Pemecahan lemak

Hiperglikemia

Penglihatan kabur Urinasi (Poliuri) Nafas Mual Asidosis


aseton,
anoreksia
Gangguan persepsi Dehidrasi
sensori penglihatan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan
Kelemahan Sakit kepala Rasa haus

(polidipsia)

Nyeri Muntah
Kekurangan volume abdomen Respirasi
cairan dan elektrolit
(Corwin, 2012) Pola Napas
Anoreksia tidak efektif

6
H. Komplikasi
Menurut Tarwoto, dkk (2012) pasien dengan DM berisiko terjadi komplikasi
baik bersifat akut maupun kronis diantaranya :
1. Komplikasi akut
a. Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi
pada NIDDM.
b. Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak
dan protein terutama terjadi pada NIDDM.
c. Koma hipoglikemia aibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol.
2. Komplikasi kronis
a. Mikroangipati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ
yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada :
1) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina di mata) sehingga
mengakibatkan kebutaan.
2) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan
baal/gangguan sensoris pada organ tubuh.
3) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal dapat
mengakibatkan gagal ginjal).
b. Makroangiopati
1) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti infark miokard
maupun gangguan fungsi jantung karena arterisklerosis.
2) Penyakit vaskuler perifer.
3) Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke.
c. Gangren diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh
d. Disfungsi erektil diabetika.

Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi akibat komolikasi seperti
karena :
a. Hiperglikemia atau hipoglikemia.
b. Meningkatnya resiko infeksi

7
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati.
d. Komplikasi neurofatik.
e. Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke.

I. Pemeriksaan penunjang
1. Mengukur kadar serum glukosa. Tes glukosa darah dengan glukometer
cukup untuk memulai perawatan (mendapatkan serum glukosa untuk
memvalidasi).
2. Uji glukosa dan keton dalam urine.
3. Melakukan pemeriksaan urinalisis (infeksi adalah faktor yang seringkali
menjadi pencetus DKA).
4. Melakukan pemeriksaan darah lengkap dengan diferensial, elektrolit, blood
urea nitrogen (BUN), kreatinin, fosfat, dan amilase.
5. Melakukan pemeriksaan analisa gas darah arteri.
6. Melakukan pemeriksaan rontgen dada, elektrokardiogram 12-lead (EKG),
dan kultur darah seperti yang diindikasikan(Kurniati, Trisyani &
Theresia.Ed, 2018)

J. Penatalaksanaan
Menurut Tanto.Ed (2018) & Sudoyo (2013) prinsip terapi KAD adalah
dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemis, dan ketidakseimbangan elektrolit
serta mengatasi penyakit penyerta yang ada. Lakukan pemasangan akses
intravena dua jalur dengan salah satu jalur dibuat cabang dengan menggunakan
three way stopcock. Pengawasan ketat KU jelek masuk HCU/ICU.
1. Fase I/ Gawat
a. Rehidrasi
1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam
pertama. Lalu 80tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-
6L/ 24 jam)
2) Atasi syok (cairan 20ml/kgBB/jam)
3) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi

8
4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi bata otak
(24-48 jam)
5) Bila gula darah ˂200mg/dl, ganti infuse dengan D5%
6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5 mEq/kgBB/jam)
7) Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/i/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB dalam cairan isotonic
3) Monitor gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4
jam sekali
4) Pemberian insulin parental diubah ke SC bila AGD ˂15 mEq/L 3250
mg% perbaikan hidrasi kadar HCO3
c. Infus K (tidak boleh bolus)
1) Bila K+ ˂ 3 mEq/L beri 75 mEq/6 jam
2) Bila K+ 3-3,5 mEq/L beri 50 mEq/6jam
3) Bila K+ 3,5-4 mEq/L beri 25 mEq/6jam
4) Bila K+ >6 mEq/L stop drip
5) Masukkan dalam NaCl 500 cc/ 24 jam
6) Infus bikarbonat bila pH 7,1 tidak diberikan
7) Antibiotik dosis tinggi batas fase I dan II sekitar GDR 250 mg/dl atau
reduksi
8) Syarat pemberian tidak ada gagal ginjal, tidak ada gelombang T yang
lancip dan tinggi pada EKG, jumlah urin adekuat.
2. Fase II/ Maintenance
a. Cairan maintenance
1) NaCl 0,9 % atau D5 atau maltose 10% bergantian
2) Sebelum maltose berikan insulin regular 41U
b. Kalium
Parenteral bila K+ 240 mg/ dl atau badan terasa tidak enak
3. Minumlah yang cukup agar tidak dehidrasi

9
BAB III
RENCANA KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut (Krisanty Paula, dkk, 2016) pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan ketoasidosis diabetikum sebagai berikut,
1. Pengkajian Anamnesis
a. Riwayat DM.
b. Poliuria, Polidipsi.
c. Berhenti menyuntik insulin.
d. Demam dan infeksi.
e. Nyeri perut, mual, mutah.
f. Penglihatan kabur.
g. Lemah dan sakit kepala.
2. Pemeriksaaan Fisik
a. Ortostatik hipotensi (keadaan saat sistole turun 20 mmHg atau lebih saat
berdiri).
b. Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
c. Hipotensi, Syok
d. Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
e. Kesadaran bisa CM, letargi atau komaf. Dehidrasi
3. Pengkajian Primer gawat darurat
a. Airways
Lakukan pengkajian pada kepatenan jalan nafas pasien, ada dan tidaknya
sputum atau benda asing yang menghalangi jalan nafas
b. Breathing
Lakukan pengkajian pada frekuensi nafas, bunyi nafas dan ada tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan pada pasien
c. Circulation
Lakukan pengkajian pada nadi, capillary refill (CRT), perubahan
tekanan darah, sesak nafas, disritmia krekels

10
d. Disability
Lakukan pengkajian pada kekuatan otot pasien, lemah/letih, adanya
peningkatan frekuensi pernapasan pada pasien
e. Exposure
Lakukan pengkajian ada tidaknya tanda-tanda ruam atau kmerahan pada
kulit pasien, perdarahan atau edema
4. Pengkajian Head to Toe
a. Data subyektif :
1) Riwayat penyakit dahulu pasien
2) Riwayat penyakit sekarang pasien
3) Status metabolik : Intake makanan melebihi kebutuhan kalori, infeksi
atau penyakit-penyakit akut lain,stress berhubungan dengan factor-
faktor psikologis atau sosial, obat-obatan atau terapi lain yang
mempengaruhi glukosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.
b. Data Obyektif :
1) Aktivitas / Istirahat
a) Gejala
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun,gangguan istrahat/tidur
b) Tanda
Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas,
letargi/disorientasi, koma
2) Sirkulasi
a) Gejala
Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan padaekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, takikardia.
b) Tanda
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang

11
menurun/tidak ada,disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit
panas, kering, dan kemerahan, bolamata cekung.
3) Integritas/ Ego
a) Gejala
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungandengan kondisi
b) Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
a) Gejala
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitanberkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan
abdomen, diare.
b) Tanda
Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang
menjadioliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi),abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
5) Nutrisi/Cairan
a) Gejala
Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet,
peningkatanmasukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu,haus, penggunaan diuretik
(Thiazid)
b) Tanda
Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen,
muntah,pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik
dengan peningkatan gula darah),bau halisitosis/manis, bau buah
(napas aseton)

12
6) Neurosensori
a) Gejala
Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot,parestesi, gangguan penglihatan
b) Tanda
Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),
gangguan memori(baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon
dalam menurun (koma), aktifitaskejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala
Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
b) Tanda
Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8) Pernapasan
a) Gejala
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantungadanya infeksi/tidak)
b) Tanda
Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi
pernapasanmeningkat
9) Keamanan
a) Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
b) Tanda
Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya
kekuatanumum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk
otot-otot pernapasan (jikakadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
10) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita

13
11) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala
Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yanglambat, penggunaan obat sepertii steroid,
diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital(dapat meningkatkan
kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obatdiabetik
sesuai pesanan.
b) Rencana pemulangan
Mungkin memerlukan bantuan dalampengaturan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.
K. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ketoasidosis diabetikum
menurut Herdman & Shigemi (2018) antara lain :
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi dinding dada
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan berat badan dibawah rentang ideal
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

14
L. Rencana Keperawatan

Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
Defisien volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen cairan (4120)
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan defisien volume cairan 1. Monitor status hidrasi
kehilangan cairan aktif berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dapat 2. Monitor vital sign
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Berikan cairan dengan tepat
Hidrasi (0602) 4. Edukasikan kepada keluarga tentang pemberian
1. Tidak ada tanda-tanda hidrasi (elastisitas dan makanan dengan baik
turgor kulit baik, mukosa lembab, tidak ada 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium:
rasa haus yang berlebihan) a. Hematokrit
2. TTV dalam batas normal b. Kreatinin
3. Pulse perifer dapat teraba c. Osmolaritas darah
4. Capillary refill baik d. Natrium
5. Keseimbangan urin output e. Kalium
6. GDS normal 6. Monitor pemeriksaan EKG
7. Monitor CVP (bila digunakan)
6. Kolaborasi pemberian cairan IV yang tepat
7. Konsultasikan dengan dokter apabila ada tanda dan
gejala kelebihan cairan menetap atau memburuk

Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam, Monitor pernafasan (3350) :
berhubungan dengan diharapkan ketidakefektifan poola nafas 1. Monitor kedalaman dan kecepatan bernafas
ekspansi dinding dada berhubungan dengan ekspansi dinding dada dapat 2. Catat perubahan pada saturasi O2
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Posisikan pasien miring ke samping sesuaidengan
indikasi, jika pasien cidera lakukan teknik logroll
Status pernafasan : pertukaran gas (0402) : 4. Edukasi kepada keluarga tentang tanda –tanda sesak
1. Saturasi oksigen normal nafas
2. Keseimbangan ventilasi dan perfusi 5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan tentang 15
3. Pernafasan dalam batas normal (16-20x/menit) pemberian terapi nafas misalnya pemberian O2
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nutrisi (1100)
kurang dari kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan berat kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan 2. Monitor asupan nutrisi
badan dibawah rentang ideal berat badan dibawah rentang ideal dapat teratasi 3. Edukasi pada klien dan keluarga tentang manfaat
dengan criteria hasil : nutrisi
Status nutrisi (1004) 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
1. Asupan gizi terpenuhi jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
2. Rasio berat badan dalam rentang normal

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam, Manajemen Nyeri (1400)
dengan agen cidera biologis diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria 1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,
hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Kontrol Nyeri (1605) dan factor pencetus.
1. Skala nyeri berkurang dari skala 8 menjadi 2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan teknik nafa
skala 6 sdalam
2. Ekspresi wajah tenang 3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
3. Klien tampak rileks nyeri, seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
4. Kelola pemberian analgesik

Sumber : Herdman & Shigemi (2018)

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut yang
mengancam jiwa seorang penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh banyak kondisi tubuh seperti terjadiya
Infeksi, Infark miokard akut, Pankreatitis akut, Penggunaan obat golongan
steroid ataupun penghentikan atau mengurangi dosis insulin yang sudah
diresepkan. Mengingatt keadaan ini adalah keadaan yang mengancam jiw maka
diperlukan penatalaksanaan atua penangan yang cepat, tepat dan sesuai dengan
kondisi pasien sehingga pasien dapat tertolong seperti penganan pertama kali
pasien akan dilakukan rehidrasi dengan beberapa cairan, dosis, batas waktu
tertentu. Kemudia pasien akan diberi insulin dengan dosis tertentu dan
diberikan juga cairan tambahan dengan konsentrasi dan kandungan tertentu,
setelah itu pasien akan masuk dalam fase pemantauan. Dalam keadaan gawat
darurat, apapun kaus dan kondisi pasien diperlukan penanganan yang cepat dan
tentunya tepat sehingga meminimalisir angka kematian dan mengcegah
keadaan tidak tertolong yang mungkin terjadi.
M.Saran
Menurut kelompok kami, jika ada seseorang mengalami ketoasidosis
diabetikum harus segera mendapatkan pertolongan dan penganan yang tepat
dan cepat sehingga disarankan untuk seggera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat. Pada keadaan ini, seseorang tersebut perlu mendapatkan rehidrasi
cairan atau penggantian cairan sehingga seseorang tersebut mempunyai status
cairan yang seimbang. Efek yang mungkin terjadi jika tidak mendapatkan
pertolongan atau penanganan yang tepat memungkinkan seseorang tersebut
mengalami kadaan syok dan keadaan pernapasan pasien terganggu atau tidak
stabil. Maka dari itu pentingnya pemantauan setelah pemantauan dan
pengobatan pada pasien. juga tidak lupa pemantauan akan nutrisi dan insulin
dengan dosis yang tepat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bresler, M J & Sternbach, G L. 2012. Manual Kedokteran Darurat Edisi 6.


Jakarta:EGC
Corwin, Elizabeth. 2012. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta
Fitri, Elny dkk. 2015. Analisis Biaya Penyakit Diabetes Melitus. Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 5 (1) : 61-62. Diunduh pada 14
September 2020 pukul 21.45 WIB
Herdman, T heather., dan ShigemiKamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Hermayudi & Ariani, P.U. 2017. Metabolik Endokrin. Yogyakarta : Nuha Medika
Krisanty, Paula dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Cetakan
Pertama. Jakarta : Trans Info Media
Kurniati, A, Trisyani, Y & Theresia, S I M. Ed. 2018. Keperawatan Gawat
Darurat dan Bencana Sheehy. Singapore : Elsevier
Rinawati, Prema & Chanif, Chanif. 2020. Peningkatan efektifitas pola nafas pada
pasien ketoasidosis diabetik. Jurnal Ners Muda. 1 (1) : 50-58. Diunduh pada
14 September 2020 pukul 22.30 WIB
Sudoyo. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Tanto, Chris. Ed. 2018. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta : Media
Aesculapius
Tarwoto, dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : Trans Info Medikal.

18

Anda mungkin juga menyukai