P Dengan
Masalah Isolasi Sosial
lenisuryani.lase@gmail.com
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Berbagai masalah kesehatan sering muncul karena kondisi kesehatan mental
dan pikiran yang tidak terkendali. Salah satu masalah yang mengancam
kesehatan jiwa adalah Skizofrenia (Silpiah et al., 2021). Skizofrenia
merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, merasakan dan
menunjukkan emosi serta gangguan otak yang ditandai dengan pikiran
kacau, waham, halusinasi, dan perilaku aneh (Pardede & Ramadia, 2021).
Pasien skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih
besar dari masyarakat sekitarnya dibandingkan individu yang menderita
penyakit medis lainnya. Penderita skizofrenia biasanya timbul pada usia
sekitar 18-45 tahun, dan berusia 11-12 tahun menderita skizofrenia
(Damanik, Pardede & Manalu. 2020).
2.1.2 Etiologi
Pasien dengan masalah kekurangan keterampilan sosial, tidak biasa
berkomunikasi dengan orang lain secara efektif, mengalami kesulitan
dalam menjalin pertemanan, mampu memecahkan masalah,
menemukan dan memelihara pekerjaan, yang merupakan alasan
mereka mengisolasi diri masyarakat, keterampilan sosial yang buruk
terkait erat dengan kekambuhan penyakit dan pasien kembali ke
rumah sakit (Pardede & Ramadia, 2021).
a. Predisposisi
Predisposisi adalah ada juga faktor presipitasi yang menjadi
penyebab antara lain adanya stressor sosial budaya serta stressor
psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami kecemasan
(Arisandy, 2017).
1. Aspek Biologis Sebagian besar faktor predisposisi pada klien
yang diberikan terapi latihan ketrampilan sosial adalah adanya
riwayat genetik yaitu sebanyak 66,7%. Faktor genetik memiliki
peran terjadinya gangguan jiwa pada klien yang menderita
skizofrenia
2. Aspek Psikologis Faktor predisposisi pada aspek psikologis
sebagian besar akibat adanya riwayat kegagalan/kehilangan
(77,8%). Pengalaman kehilangan dan kegagalan akan
mempengaruhi respon individu dalam mengatasi stresornya
3. Aspek sosial budaya Dimana pada klien kelolaan didapatkan
aspek sosial budaya sebagian besar adalah pendidikan menengah
dan sosial ekonomi rendah masingmasing
b. Presipitasi Merupakan faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami isolasi sosial: menarik diri adalah adanya tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan
baik, adanya gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu
juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam keluarga
serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga
yang menyebabkan klien menderita gangguan jiwa (Arisandy,
2017).
Objektif
a. Banyak diam
b. Tidak mau bicara
c. Menyendiri
d. Tidak mau berinteraksi
e. Tampak sedih
f. Ekspresi datar dan dangkal
g. Kontak mata kurang
a. Respons adaptif
1. Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk mengendalikan
perilaku mereka sendiri saat menerima dukungan saat bantuan
dari orang yang berarti dan diperlukan (Stuart,2016). Respon
yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang terjadi
atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk kemudian
menentukan rencana-rencana (Sutejo, 2019).
2. Otonomi
Kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku mereka
sendiri, membangun ikatan afektif yang kuat untuk kepribadian
yang matang (Stuart,2016).
3. Mutualisme atau bekerja sama
Kemampuan individu untuk menerima,membangun ikatan
afektif yang kuat dengan orang lain (Stuart,2016). Kemampuan
individu untuk saling memberi dan menerima dalam hubungan
sosial (Sutejo, 2019).
4. Interdependen atau saling ketergantungan
Dalam hubungan antara manusia biasanya mengembangkan
keseimbangan perilaku dependen dan independen (Stuart, 2016).
b. Respons maladaptive
1. Merasa sendiri (kesepian) merasa tidak tahan atau yang lain
menganggap bahwa dirinya sendirian dalam menghadapi
masalah, cenderung pemalu, sering merasa tidak percaya diri
dan minder (Muhith, 2015).
2. Menarik diri suatu keadaan di mana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan
orang lain (Muhith, 2015).
3. Tergantungan (Dependen) Seseorang yang gagal
mengembangkan kemampuannya untuk berfungsi secara sukses,
merasa kesulitan yang beresiko menjadi gangguan depresi dan
gangguan cemas sehingga berkecenderungan berpikiran untuk
bunuh diri (Muhith, 2015).
4. Manipulasi perilaku dimana orang memperlakukan orang lain
sebagai objek dan bentuk hubungan yang berpusat di sekitar isu-
isu kontrol dan perilaku mereka sulit dipahami (Stuart, 2016).
gangguan sosial yang memperlakukan sebagai objek, dimana
hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri, atau sikap
mengontrol yang digunakan sebagai pertahanan terhadap
kegagalan atau frustasi yang dapat digunakan sebagai alat
berkuasa atas orang lain (Sutejo, 2019).
5. Impulsif suatu keadaan marah ketika orang lain tidak
mendukung ketidak mampuan untuk merencanakan sesuatu,
ketidak mampuan belajar dari pengalaman dan tidak dapat
diandalkan (Stuart, 2016). respon sosial yang ditandai dengan
individu sebagai subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat
dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk
belajar dari pengalaman dan tidak dapat melakukan penilaian
secara objektif (Sutejo, 2019).
6. Narcisme orang dengan gangguan kepribadian narsistik
memiliki harga diri yang rapuh, mendorong mereka untuk
mencari pujian dan kekaguman secara terus-menerus,
penghargaan, sikap yang egosentrik, iri hati dan marah ketika
orang lain tidak mendukungnya (Stuart, 2016). Respon sosial
ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,
harga diri rapuh, dan mudah marah-marah jika tidak mendapat
dukungan dari orang lain (Sutejo, 2019).
a. Terapi Farmakologi
Pada pendekatan farmakologis, penderita skizofrenia biasanya
diberikan obat anti psikotik. Antipsikotik juga dikenal sebagai
penenang mayor atau neuroleptic. Pengobatan antipsikotik
membantu mengendalikan perilaku skizofrenia yang mencolok dan
mengurangi kebutuhan untuk perawatan rumah sakit jangka
panjang apabila dikonsumsi pada saat pemeliharaanatau secara
teratur setelah episode akut. Prinsip pemberian farmakoterapi pada
skiofrenia adalah “start low, go slow” dimulai dengan dosis rendah
ditingkatkan sampai dosis noptimal kemudian diturunkan perlahan
untuk pemeliharaan. Berikut adalah sediaan antipsikotik yang
sering diberikan. Pemberian antipsikotik dilakukan melalui 3
tahapan dosis, initial, optimal dan maintenance. Dosis optimal
dipertahankan sampai 1-2 tahun. Dosis maintenance diturunkan
perlahan sampai mencapai dosis terkecil.
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien :
Inisial : Ny. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Agama : Kristen
Status : Sudah Menikah
Tanggal pengkajian : 21-02-2022
Informan : Status klien dan komunikasi dengan pasien
IV. Fisik
Klien tidak mempunyai keluhan fisik. Pada saat dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital, didapatkan hasil TD : 96/60 mmhg, N: 84x/i, S:
36,20c, P: 21x/i. Klien memiliki TB: 153 cm, BB: 53 cm.
V. Psikososial
1. Genogram
Penjelasan : Klien anak ke 9 dari 9 bersaudara, klien
sudah menikah dan mempunyai 2 orang
anak
Ket :
: perempuan
: laki-laki
: klien
: cerai
: garis keturunan
: garis perkawinan
: tinggal serumah dengan klien
: meninggal
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
b. Identitas : Klien mampu menyebutkan dengan benar
nama, umur dan alamat
c. Peran : Klien berperan sebagai istri bagi suaminya
d. Ideal diri : Klien ingin cepat pulang
e. Harga diri : Klien merasa tidak berguna dan merasa
kesepian, klien merasa malu dengan
penyakitnya sekarang
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronik
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Orang tua klien
b. Peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat : Klien tidak pernah serta dalam
kegiatan kelompok/masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain : Klien lebih suka menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
1. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama kristen dan menyakini
adanya Tuhan
b. Kegiatan ibadah : Klien beribadah 2 kali sehari yaitu pukul 5
pagi dan pukul 10 malam
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Data Masalah
DS : Isolasi Sosial
1. Klien mengatakan lebih suka menyendiri
2. Klien mengatakan tidak mempunyai teman dekat
3. Klien mengatakan merasa kesepian
4. Klien mengatakan tidak berguna
DO :
1. Klien tidak mampu memulai pembicaraan
2. Klien tampak labil dan sering menunduk
3. Klien tampak mudah teralih dan kontak mata
kurang
4. Klien tampak tidak banyak berbicara
5. Klien tampak diam dan menyendiri
6. Klien tampak tidak berbaur dengan orang lain
dan hanya diam ditempat tidur
DS : Gangguan Konsep
1. Klien mengatakan malu dengan dengan Diri : Harga Diri
penyakitnya sekarang Rendah
2. Klien mengatakan ingin pulang
3. Klien mengungkapkan dirinya kesepian karna
tidak pernah dijenguk
4. Klien mengatakan dirinya tidak berguna
DO :
1. Klien tampak gelisah dan sering menunduk
2. Kontak mata kurang dan mudah beralih
DS : Gangguan Persepsi
1. Klien mengatakan masih mendengar suara-suara Sensorik : Halusinasi
bisikan seperti suara anaknya yang memanggil- Pendengaran
manggil dia “mama-mama sini peluk aku”
2. Klien mengatakan tidak bisa tidur ketika suara-
suara bisikan itu datang
DO :
1. Klien tampak bicara-bicara dan senyum-senyum
sendiri
2. Klien tampak sulit berkonsentrasi
3. Klien tampak gelisah
4. Klien tampak bingung dan mondar-mandir
5. Klien tampak sedih ketka mendengar suara-
suara bisikan
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Daftar Masalah Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Halusinasi Pendengaran
b. Pohon Masalah
Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial
DO : Sp 4 :
1. Klien tidak mampu Melatih berbicara sosial : seperti
memulai pembicaraan meminta sesuatu, dan sebagainya.
2. Klien tampak labil
dan sering menunduk
3. Klien tampak mudah
teralih dan kontak
mata kurang
4. Klien tampak tidak
banyak berbicara
5. Klien tampak diam
dan menyendiri
6. Klien tampak tidak
berbaur dengan orang
lain dan hanya diam
ditempat tidur
2 Gangguan Konsep Diri : SP 1 :
Harga Diri Rendah Mengidentifikasi kemampuan dan
DS : aspek positif yang dimiliki pasien
1. Klien mengatakan
malu dengan dengan SP 2 :
penyakitnya sekarang 1. Menilai kemampuan yang dapat
2. Klien mengatakan digunakan
ingin pulang 2. Menetapkan/memilih kegiatan
3. Klien sesuai kemampuan
mengungkapkan 3. Melatih kegiatan sesuai
dirinya kesepian kemampuan yang dipilih 1
karna tidak pernah
dijenguk SP 3 :
4. Klien mengatakan
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
dirinya tidak berguna
yang dipilih 2
DO :
SP 4 :
1. Klien tampak gelisah
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
dan sering menunduk
yang dipilih 3
2. Kontak mata kurang
dan mudah beralih
3 Gangguan Persepsi SP 1 :
Sensori : Halusinasi 1. Mengidentifikasi isi, frekuensi,
Pendengaran waktu terjadi, situasi pencetus,
DS : perasaan dan respon halusinasi.
1. Klien mengatakan 2. Mengontrol halusinasi dengan
masih mendengar cara menghardik
suara-suara bisikan
seperti suara anaknya SP 2 :
yang memanggil- Mengontrol halusinasi dengan minum
manggil dia “mama- obat secara teratur
mama sini peluk aku”
2. Klien mengatakan SP 3 :
tidak bisa tidur ketika Mengontrol halusinasi dengan
suara-suara bisikan itu bercakap- cakap dengan orang lain
datang
SP 4 :
DO : Mengontrol halusinasi dengan
1. Klien tampak bicara- melakukan kegiatan terjadwal
bicara dan senyum-
senyum sendiri
2. Klien tampak sulit
berkonsentrasi
3. Klien tampak gelisah
4. Klien tampak bingung
dan mondar-mandir
5. Klien tampak sedih
ketka mendengar
suara-suara bisikan
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan :
SP 1 :
Menjelaskan keuntungan dan
kerugian mempunyai teman
SP 2 :
Melatih klien berkenalan
dengan dua orang atau lebih
3. Tindakan
Keperawatan : A: Harga Diri
SP 3 : Rendah (+)
Melatih kegiatan sesuai
P:
kemampuan yang dipilih 2
- Latih
kemampuan yang
4. Rencana
Tindak Lanjut :
dipilih 1:
SP 4 :
menyapu ruangan
Melatih kegiatan sesuai
1 x 1 hari
kemampuan yang dipilih 3
- Latih
kemampuan yang
dipilih 2:
mencuci piring
setelah makan 1 x
1 hari
Jumat 1. Data S: Klien mengatakan
04/03/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih
- Klien mengatakan malu tenang setelah
15:00 dengan dengan penyakitnya mengikuti terapi
sekarang O:
- Klien mengatakan ingin - Klien mampu
pulang melakukan
- Klien mengungkapkan kegiatan sesuai
dirinya kesepian karna tidak kemampuan yang
pernah dijenguk dipilih 1 yaitu
- Klien mengatakan dirinya menyapu ruang
tidak berguna dengan motivasi
- Klien tampak gelisah dan - Klien mampu
sering menunduk melakukan
- Kontak mata kurang dan kegiatan sesuai
mudah beralih kemampuan yang
dipilih 2 yaitu
2. DiagnosaKeperawatan mencuci piring
Gangguan Konsep Diri : Harga setelah makan
Diri Rendah Kronik dengan motivasi
- Klien mampu
3. Tindakan Keperawatan : melakukan
SP 4 : kegiatan sesuai
Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang
kemampuan yang dipilih 3 dipilih 3 yaitu
berolahraga
4. RencanaTindak Lanjut : dipagi hari
Follow up dan Evaluasi SP 1 – dengan motivasi
SP 4 Harga Diri Rendah Kronik
A: Harga Diri
Rendah (+)
P:
- Latih
kemampuan yang
dipilih 1:
menyapu ruangan
1 x 1 hari
- Latih
kemampuan yang
dipilih 2:
mencuci piring
setelah makan 1 x
1 hari
- Latih
kemampuan yang
dipilih 3:
berolahraga
dipagi hari 1 x 1
hari
Senin 1. Data S: Klien mengatakan
07/03/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih
- Klien mengatakan malu tenang setelah
10:00 WIB dengan dengan penyakitnya mengikuti terapi
sekarang O:
- Klien mengatakan ingin - Klien mampu
pulang melakukan
- Klien mengungkapkan kegiatan sesuai
dirinya kesepian karna tidak kemampuan yang
pernah dijenguk dipilih 1 yaitu
- Klien mengatakan dirinya menyapu ruang
tidak berguna dengan motivasi
- Klien tampak gelisah dan - Klien mampu
sering menunduk melakukan
- Kontak mata kurang dan kegiatan sesuai
mudah beralih kemampuan yang
dipilih 2 yaitu
2. DiagnosaKeperawatan mencuci piring
Gangguan Konsep Diri : Harga setelah makan
Diri Rendah Kronik dengan motivasi
- Klien mampu
3. TindakanKeperawatan : melakukan
Follow up dan Evaluasi SP 1 – kegiatan sesuai
SP 4 Harga Diri Rendah Kronik kemampuan yang
dipilih 3 yaitu
berolahraga
dipagi hari
dengan motivasi
A: Harga Diri
Rendah (-)
P:
- Latih
kemampuan yang
dipilih 1:
menyapu ruangan
1 x 1 hari
- Latih
kemampuan yang
dipilih 2:
mencuci piring
setelah makan 1 x
1 hari
- Latih
kemampuan yang
dipilih 3:
berolahraga
dipagi hari 1 x 1
hari
Selasa 1. Data S: Klien mengatakan
08/03/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih
- Klien mengatakan masih tenang setelah
10:00 WIB mendengar suara-suara mengikuti terapi
bisikan seperti suara
anaknya yang memanggil-
manggil dia “mama-mama O:
sini peluk aku” - Klien mampu
- Klien mengatakan tidak mengenali
bisa tidur ketika suara-suara halusinasi nya
bisikan itu datang dengan bantuan
- Klien tampak bicara-bicara perawat
dan senyum-senyum sendiri - Klien mampu
- Klien tampak sulit mengontrol
berkonsentrasi halusinasi nya
- Klien tampak gelisah dengan menghardik
- Klien tampak bingung dan secara mandiri
mondar-mandir
- Klien tampak sedih ketka A: Halusinasi
mendengar suara-suara Pendengaran (+)
bisikan
- P : Latih cara
2. Diagnosa Keperawatan menghardik
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi 3 x 1 hari
Halusinasi Pendengaran
3. Tindakan Keperawatan :
SP 1:
- Mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan
dan respon halusinasi.
- Mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
3. Tindakan Keperawatan : P:
SP 3: - Latihan cara
Mengontrol halusinasi dengan menghardik
bercakap- cakap dengan orang halusinasi 3 x 1
lain hari
SP 4: - Latihan cara
Mengontrol halusinasi minum obat secara
dengan melakukan teratur 2 x 1 hari
kegiatan terjadwal - Latihan bercakap-
cakap dengan
4. Rencana Tindak Lanjut : orang lain 2 x 1
Follow up dan Evaluasi SP1- hari.
SP4 Perubahan Persepsi Sensori - Latihan
: Halusinasi Pendengaran melakukan
kegiatan terjadwal
2 x 1 hari
Jumat 1. Data S: Klien mengatakan
11/03/2022 Tanda dan Gejala : senang dan lebih
- Klien mengatakan masih tenang setelah
10:00 WIB mendengar suara-suara mengikuti terapi
bisikan seperti suara
anaknya yang memanggil- O:
manggil dia “mama-mama - Klien mampu
sini peluk aku” melakukan cara
- Klien mengatakan tidak menghardik
bisa tidur ketika suara-suara dengan mandiri
bisikan itu datang - Klien mampu
- Klien tampak bicara-bicara minum obat secara
dan senyum-senyum sendiri teratur dengan
- Klien tampak sulit bantuan
berkonsentrasi - Klien mampu
- Klien tampak gelisah bercakap cakap
- Klien tampak bingung dan dengan orang lain
mondar-mandir dengan mandiri
- Klien tampak sedih ketka - Klien mampu
mendengar suara-suara melakukan
bisikan kegiatan terjadwal
dengan mandiri mampu melakuka
2. DiagnosaKeperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : A:Halusinasi
Halusinasi Pendengaran Pendengaran (-)
3. Tindakan Keperawatan : P:
Follow up dan Evaluasi SP1- - Latihan cara
SP4 Perubahan Persepsi Sensori menghardik
: Halusinasi Pendengaran halusinasi 3 x 1
hari
- Latihan cara
minum obat secara
teratur 2 x 1 hari
- Latihan bercakap-
cakap dengan
orang lain 2 x 1
hari.
- Latihan
melakukan
kegiatan terjadwal
2 x 1 hari
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu
dari pasien dan pengawas yayasan. Mahasiswa mendapat sedikit kesulitan
dalam menyimpulkan data kerena keluarga pasien jarang mengkunjungi
pasien di yayasan pemenang jiwa. Maka mahasiwa melakukan pendekatan
pada pasien melalui komunikasi terapautik yang lebih terbuka membantu
pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada pasien.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
a. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan
menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat
mendukung data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat
mengunakan komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling
percaya antara perawat-klien. Pada kasus Ny. P, diperoleh bahwa klien
mengalami gejala-gejala isolasi sosial seperti suka mnyendiri, kontak
mata kurang, gelisah, sedih dan sering menunduk, menarik diri dan lain-
lain. Faktor predisposisi pada Ny. P yaitu pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya
b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny. P : isolasi sosial,
koping individu inefektif, halusinasi pendengaran, inefektif keluarga
inefektif, harga diri rendah. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus
pada masalah utama yaitu isolasi sosial.
c. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien isolasi sosial, halusinasi pendengaran dan harga
diri.
d. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan isolasi sosial yang dialami serta dampak pada penurunan
gejala halusinasi pendengaran yang dialami.
5.2 Saran
a. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam
pelaksanaan strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan isolasi sosial
sehingga dapat mempercepat proses pemulihan klien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien-pasien yang mengalami isolasi sosial.
c. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadai acuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anggraini, & Maula, (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada An S Dengan Gangguan
Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Kusuma
Husada Surakarta.
2. Apriliani, D, & Herliawati H (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Isolasi
Sosial: Menarik Diri Dengan Menerapkan Terapi Social Skill Trainning. Diss. Sriwijaya
university
3. Arisandy, W. (2017). Pengaruh Penerapan Terapi Musikal Pada Pasien Isolasi Sosial
Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Dirumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2017. In Proceeding Seminar Nasional Keperawatan. 3(1), 285-292.
Http://Www.Conference.Unsri.Ac.Id/Index.Php/SNK/Article/View/785
4. Azizah, L., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
5. Badriah. A.R. (2020). Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Musik
Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Dengan
Menggunakan Literature Review. KTI., Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
http://repository.umtas.ac.id/id/eprint/82
6. Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu, L. W. (2020). Terapi Kognitif Terhadap
Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), 226-235. DOI:
http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v11i2.822
7. Fadly, M., & Hargiana, G. (2018). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Pada Klien
Isolasi Sosial Pasca Pasung. Faletehan Health Journal, 5(2), 90-98.
8. Fairly, Gandis Permatasari Purniawan. Asuhan Keperawatan Keluarga NY. W Dan
TN. S Yang Anggota Keluarganya Mengalami Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Isolasi Sosial Di Wilayah Puskesmas Rogotrunan Lumajang Tahun
2018. Diss. Https://Doi.Org/10.33746/Fhj.V5i2.14
9. Gasril,Yarnita,Afrilliya,&Devita,(2021) “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) :
Stimulus Persepsi Sesi 1-3 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skizofernia ”, Photon: Jurnal Sain dan Kesehatan, 12(1),
19-24. https://doi.org/10.37859/jp.v12i1.3271
10. Harefa, A. R. (2021). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan
Masalah Isolasi Sosial.
11. Pardede, J. A. (2022). Koping Keluarga Tidak Efektif Dengan Pendekatan Terapi
Spesialis Keperawatan Jiwa.
12. Henry Dhany Saputra, Muhammad. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien
Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Isolasi Sosial Di Rsjd Dr. Arif Zainudin
Surakarta. Diss. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2020.
13. Lombu, D. H. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. M Dengan
Masalah Isolasi Sosial Di Desa Dahana Kec. Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.
14. Manao, B. M., & Pardede, J. A. (2019). Correlation of Family Burden of The
Prevention of Recurrence of Schizophrenia Patients. Mental Health, 4(1), 31-42.
15. Ni'mah, A. L. (2019). Hubungan Status Mental Dengan Interaksi Sosial Pada Orang
Dengan Isolasi Sosial di Griya Cinta Kasih Jogoroto Jombang (Doctoral dissertation,
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang).
16. Ningsih, Y. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. K Dengan
Masalah Isolasi Sosial Di Wih Nongkal Toa.
17. Pardede, J. A. (2017). The Implementation of Family Tasks with The Frequency of
Recurrence of Social Isolation Patients. Mental Health, 4(2).
18. Pardede, J. A. (2017). The Implementation of Family Tasks with The Frequency of
Recurrence of Social Isolation Patients. Mental Health, 4(2).
19. Pardede, J. A. (2018). Pelaksanaan Tugas Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(2)
20. Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact With Schizophrenic
Patients through Socialization Group Activity Therapy. International Journal, 9(1), 7.
21. Pardede, J. A., Hamid, A. Y. S., & Putri, Y. S. E. (2020). Application Of Social Skill
Training Using Hildegard Peplau Theory Approach To Reducing Symptoms And The
Capability Of Social Isolation Patients. Jurnal Keperawatan, 12(3), 327- 340.
Https://Doi.Org/10.32583/Keperawatan.V12i3.78
22. Pardede, J. A., Silitonga, E., & Laia, G. E. H. (2020). The Effects of Cognitive Therapy
on Changes in Symptoms of Hallucinations in Schizophrenic Patients. Indian Journal
of Public Health, 11(10), 257.
23. Manurung, J., & Pardede, J. A. (2022). Mental Nursing Care Management with
Delusion of greatness Problems in Schizophrenic Patients: A Case Study.
24. Piana, E., Hasanah, U., & Inayati, A. (2021). Penerapan Cara Berkenalan Pada
Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Cendikia Muda, 2(1), 71-77.
25. Putri, N., & Pardede, J. A. (2022). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Penderita Skizofrenia Dengan Masalah Isolasi Sosial Menggunakan Terapi Generalis
Sp 1-4: Studi Kasus.
26. Riskesdas (2018) Hasil Utama riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. https://www.kemkes.go.id/resources/
27. Satrio, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung: LP2M
28. Silpiah, A., Arisandi, D., & Yulianti, W. (2021). Perancangan Sistem Pakar dalam
Mendiagnosa Penyakit Skizofrenia dengan Metode Dempster-Shafer. Explorer
Journal of Computer Science and Information Technology, 1(1), 14-20.
https://journal.fkpt.org/index.php/Explorer/article/view/37
29. Stuart & Laraia. 2015. Principles & Practice of Psychiatric Nursing 7th edision.
St.louise: Mosby
30. Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
31. Stuart, G., Keliat, A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip Praktek Keperawatan Kesehatan
Jiwa (edisi Indonesia). Singapura: Elsever.
32. Suciati, N. M. A. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Tak Sosialisasi
Sesi 2: Kemampuan Berkenalan Untuk Mengatasi Isolasi Sosial Pada Pasien
Skizofrenia (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan
Keperawatan)
33. Pardede, J. A. (2013). Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
Skizofrenia Di Kecamatan Medan Helvetia. Jurnal Pengmas Mutiara Ners (1)1.
34. Sutejo (2019). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
35. Syahdi, D., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) 1-4
Dengan Masalah Halusinasi Pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus.
36. WHO (2022) https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia
37. Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis
dan Komunitas. Deepublish.