Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Kesehatan jiwa mempunyai rentang sehat – sakit jiwa yaitu sehat
jiwa, masalah psikososial dan gangguan jiwa ( Keliat et al., 2016).
Gangguan jiwa menurut American Phychiatric Association (APA)
merupakan sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan
adanya distress (misalnya gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian dan beberapa fungsi yang penting)
atau disertai dengan peningkatan resiko yang sera bermakna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan (APA dalam Prabowo, 2014).
Gangguan jiwa merupakan suatu perubahan dan gangguan pada fungsi jiwa
yang menyebabkan timbulnya penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial (Keliat et al., 2016).
Menurut WHO (World Health Organisasi) menunjukkan terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena Bipolar, 21 juta
terkena Skizofrenia, serta 47,5 juta terkena Demensia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia
didapatkan prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada penduduk
Indonesia sebanyak 4,6% (Riskesdas, 2007). Tahun 2013, menunjukkan
bahwa prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 orang.
Berdasarkan laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
Sumatera
Barat merupakan urutan ketiga dengan gangguan jiwa berat atau
skizofrenia
yaitu mencapai 16,7 permil. Pada tahun 2013 Sumatera Barat berada
pada urutan kesembilan yaitu sebesar 1,9% (Riskesdas, 2013). Namun
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya penurunan pada rentang
tahun
2007 sampai 2013 prevalensi gangguan jiwa skizofrenia sekitar yaitu
6.4%. Data Dinas Kesehatan Kota Padang (DKK) tahun 2014 didapatkan
pasien yang mengalami skizofrenia dan gangguan psikotik kronik lainnya itu
sekitar
6489 orang, sedangkan pada tahun 2015 yang mengalami gangguan
psikotik secara keseluruhan mengalami peningkatan menjadi 7059 orang. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan dari tahun 2014 ke tahun
2015 sekitar 4,2% (DKK).
Secara umum klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat
atau kelompok psikotik dan (2) gangguan jiwa ringan meliputi semua
gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, gangguan alam perasaan
dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk gangguan jiwa berat salah
satunya yaitu skizofrenia (Yusuf, dkk, 2015).
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai adanya
penyimpangan dasar dan adanya perbedaan dari pikiran, disertai dengan
adanya ekspresi emosi yang tidak wajar (Sulistyono, dkk, 2013). Gejala
skozofrenia dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu positif meliputi adanya
waham, halusinasi, disorentasi pikiran, bicara dan perilaku yang tidak teratur.
Sedangkan gejala negatif meliputi afek datar, tidak memiliki kemauan,
menarik diri dari masyarakat atau mengisolasi diri.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami
gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dan
menghindar dari orang lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang tak
lepas dari sebuah keadaan yang bernama interaksi dan senantiasa
melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik
dengan manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan kehidupannya (Yosep,Sutini, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial di Desa Sidorejo Kecamatan
Langsa Lama.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini untuk Mendeskripsikan Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Isolasi Sosial di di Desa Sidorejo
Kecamatan Langsa Lama.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan dengan
isolasi sosial di Desa Sidorejo Kecamatan Langsa Lama.
b) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan dengan
isolasi sosial di Desa Sidorejo Kecamatan Langsa Lama
c) Mampu mendeskripsikan intervensi asuhan keperawatandengan isolasi
sosial di di Desa Sidorejo Kecamatan Langsa Lama.
d) Mampu mendeskripsikan implementasi asuhan keperawatandengan isolasi
sosial di di Desa Sidorejo Kecamatan Langsa Lama.
e) Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi asuhan keperawatan dengan isolasi
sosial di di Desa Sidorejo Kecamatan Langsa Lama.
f) Mampu mendeskripsikan hasil dokumentasi asuhan keperawatan dengan
isolasi sosial di di Desa Sidorejo Kecamatan Langsa Lama.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan Isolasi Sosial di Desa Sidorejo yang telah dipelajari.

2. Puskesmas
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalamasuhan
keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial di desa Sidorejo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Isolai Sosial


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa tidak diterima dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain. ( Keliat,dkk.2009)
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain
maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan
cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan
dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu
yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang
lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan
(Rusdi,2013).
2. Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptive

Solitud Kesepian Manipulasi


Autonom Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisime
Saling ketergantungan

Gambar 2.1: Rentang respon Isolasi Sosial


Sumber: Ermawati Dalami,2009
Keterangan rentang respon
a) Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial
dan kuturaldimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas
normal.
Adapun respon adaptif tersebut :
1) Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
2) Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran.
3) Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4) Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.

b) Respon maladiptif adalah respon yang dilakukan individu dalam


menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik dari perilaku maladiptif tersebut adalah
1) Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
2) Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan
yang dimiliki.
4) Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang
buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5) Narkisisme
Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung.

3. Perkembangan Hubungan Sosial


Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan
proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa
lanjut, untuk mngembangkan hubungan sosial yang positif,setiap tugas
perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses.
Kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan
kemampuan tergantung pada masa bayi dan berkembang pada masa dewasa
dengan kemampuan saling tergantung (tergantung dan mandiri), mengenai
tahap perkembangan tersebut akan diuraikan secara rinci setiap tahap
perkembangan.
a) Masa Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan yang sangat
sederhana dalam menyampaikan akan kebutuhannya, misalnya menangis
untuk semua kebutuhannya. Respon lingkungan (ibu atau pengasuh)
terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri
bayi akan respon atau perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap orang
lain. Kegalalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada
orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan orang
lain, serta menarik diri.
b) Masa prasekolah
Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan
khususnya ibu atau pengasuh. Anak menggunakan kemampuan
berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan
diluar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan
dari keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap
perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi yang
berguna untuk mngembangkan kemampuan interdependen.
Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan diseratai respon
keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu
mengontrol diri, tidak mandiri (tergantung), ragu, menarik diri dari
lingkungan, kurang percaya diri, pesimis,takut perilakunya salah.
c) Masa Sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan
sekolah pada usia ini anak mulai mngenal bekerja sama, kompetisi,
kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan
dukungan yang tidak konsisten, teman dengan orang dewasa diluar
keluarga (guru,orang tua,teman) merupakan sumber pendukung yang
penting bagi anak. Kegagalan dalam membaca hubungan dengan teman di
sekolah, kurangnya dukungan guru dari pembatasan serta dukungan yang
tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi terhadap
kemampuannya,putus asa,merasa tidak mampu dan menarik diri dari
lingkungan.
d) Masa Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya
dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan
teman sangat tergantung, sedangkan hubungan dengan orang tua mulai
independent. Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya
dukungan orang tua, akan mengakibatkan keraguan akan identitas,
ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri kurang.
e) Masa Dewasa Muda
Pada usia ini individu mempertaahankan hubungan interdependen dengan
orang tua dan teman sebaya, individu belajar mengambil keputrusan
dengan memperhatkan saran dan pendapat orang lain seperti memilih
pekerjaan, memilih karir,melangsungkan perkawinan.
Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan,perkawinan
akan mengakibatkan individu menghindari hubungan intim, menjauhi
orang lain, putus asa akan karir.
f) Masa Dewasa Tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal
dengan orang tua , khusunya individu yang telah menikah. Jika ia telah
menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunya hubungan antar
orang dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan
interdependen. Individu yang perkembangannya baik akan dapat
mengembangkan hubungan dan dukungan yangbaru.
Kegagalan pisah tempat dengan orang tua, membina hubungan yang baru,
dan mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan
perhatian hanya tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan kreatifitas
berkurang,perhatian pada oran lain berkurang.
g) Masa Dewasa Lanjut
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik itu kehilangan
fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan
pasangan),anggota keluarga (kematian orang tua). Indiviidu tetap
memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang
mengalami perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang
terjadi dalam kehidupannya dan megakui bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangannya.
Kegagalan individu untuk mnerima kehilangan yan terjadi pada kehidupan
serta menolak bantuan yang disediakan untuk membantu akan
mengakibatkan perilaku menarik diri.

4. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Menurut Pusdiklatnakes (2012) kegagalan-kegagalan yang terjadi sepanjang
daur kehidupan dapat mengakibatkan perilaku menarik diri:
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa,adanya
resiko, riwayat penyakit trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.
2) Faktor Psikologis
Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak
jelasnya atau berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam
mencapai harapan atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya
penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan,yang dapat
menyebabkan gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain,dan
akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
3) Faktor Sosial Budaya
Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi
rendah,riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan
anak,tingkat penididikan rendah dan kegegalan dalam berhubungan
sosial.
b) Faktor Presipitasi
Biasanya ditemukan riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis,atau
kelaianan struktur otak,kekerasan dalam keluarga,kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, atau adanya tuntutan di keluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan klien,konflik antar masyarakat.
Faktor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress seperti kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
1) Faktor sosiokultural.
Stres dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga, dan
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena
dirawat dirumah sakit.
2) Faktor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan untuk ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tinggi
(Stuart, 2006).
5. Tanda dan gejala
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai
dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan
sosial dan didukung dengan data observasi :
a) Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4) Ketidakmampuan berkonsentrasi
5) Perasan ditolak

b) Data objektif
1) Banyak diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
5) Tampak sedih
6) Kontak mata kurang
7) Muka datar

6. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart
2006). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial
antara lain proyeksi, spliting dan merendahkan orang lain, koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang spliting, formasi reaksi,
proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan
identifikasi proyektif.
Menurut Gall W. Stuart (2006), sumber koping yaang berhubungan dengan
respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang
luasan teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas
untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau
tulisan.
7. Sumber Koping
Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptif menurut
Stuart, (2006) meliputi :
a) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
b) Hubungan dengan hewan peliharaan.
c) Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalkan: kesenian, musik atau tulisan).

8. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi
resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang
lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan
defisit perawatan diri (Dalami,2009)

9. Penataklaksanaan.
a. Terapi Medis
Berupa Therapy farmakologi
(1) Clorpromazine (CPZ)
a) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -
fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam
fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b) Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi,
dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung),gangguan ekstra piramidal
(distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia
rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik,
agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
(2) Haloperidol (HLD)
a) Indikasi : Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
b) Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan
otonomik (hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut
kering, kesulitan miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
(3) Trihexy phenidyl (THP)
a) Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska
ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya
reserpin dan fenotiazine.
b) Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan
otonomik (hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut
kering, hidung tersumbat, mata kabur,gangguan irama jantung).
b. Electro convulsif therapi
Electro convulsif therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi
shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk
terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri
pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang
neurologist Italia Ugo Cerlitti dan Lucio Bini pada tahun 1930.
Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (Therapeutic Clonic Seizure) setidaknya selama 15
detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang
kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme
pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan
dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau
ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic
Faktor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi
farmakologi.
c. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi klien dengan
gangguan interpersonal.
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan
isolasi sosial adalah :
1) Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2 : kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
7) Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi

d. Therapy Individu
Menurut Pusdiklatnakes (2012)tindakan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien dan
keluarga.
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
(3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota
keluarga
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
(1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan)
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3
orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat
melakukan dua kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan baru)
(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang

d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :


Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat
melakukan kegiatan sosial
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (beberapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial

e. Therapy Lingkungan
Menurut Rusdi (2013), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan
sehingga aspek lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam
kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan,karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak
baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.

2.2. Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial

1. Deskripsi
Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam (towsend, 1998).Seseorang dengan perilaku menarik diri akan
menghindari interaksi dengan orang lain.

2. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a) Identitas Klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
b) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen

3. Faktor predisposisi
Kehilangan,perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial.Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

4. Aspek fisik / biologis


Hasil pengukuran tada vital (TD,Nadi, suhu,Pernapasan,TB,BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Konsep diri
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan
kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam
melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap
Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

6. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.

7. Kebutuhan persiapan pulang.


a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampuBAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

8. Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada
orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).

9. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

10. Mekanisme Koping


Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien/keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah
koping adaptif dan maladaptif.

11. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Biasanya pasien dengan Isolasi Sosial memiliki masalah dengan psikososial
dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan
keluarga atau masyarakat karena merasa takut, tidak berguna dll.
12. Daftar Diagnosa Keperawatan

a) Isolasi Sosial
b) Harga diri rendah
c) Halusinasi
Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan


Effect
Resiko gangguan persepsi sensori : halusinasi

ISOLASI SOSIAL Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Gangguan Konsep Diri

Bagan 2.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial

. Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan


Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan isolasi sosial pada klien
dan keluarga yaitu :
a. Isolasi sosial
1) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada
pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian Isolasi sosial, dan melatih bercakap-cakap antara pasien dan
keluarga.
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial
(3) Melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan
anggota keluarga
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang
lain), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian.
(1) Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Memvalidasi kemampuan berkenalan (berapa orang)
(3) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian (latih 2 kegiatan)
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihanberkenalan 2-3
orang
c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :
Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5 orang),
latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian baru.
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat
melakukan dua kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian
(latih 2 kegiatan baru)
(5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4-5 orang
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :
Mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat
melakukan kegiatan sosial
(1) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat
melakukan empat kegiatan harian
(3) Tanyakan perasaan setelah melakukan kegiatan
(4) Beri pujian, melatih cara berbicara saat melakukan kegiatansocial

2) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada


keluarga
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi sosial, berkenalan dan
berkomunikasi saat melakukan kegiatan harian.
(1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
(2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial,
yangdialami klien beserta proses terjadinya.
(3) Memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan perawatan
pasien
(4) Menjelaskan cara merawat isolasi sosial dan melatih dua cara
merawat : berkenalan dan melakukan kegiatan harian

b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :


Latihan merawat : melibatkan pasien dalam kegiatan rumah tangga
sekaligus melatih bicara pada kegiatan tersebut
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengenal gejala isolasi sosial
(2) Validasi kemampuan keluarga melatih pasien berkenalan dan
berbicara saat melakukan kegiatan harian
(3) Beri pujian pada keluarga
(4) Menjelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan
pasien berbicara (makan, sholat bersama)
(5) Latih cara berbimbing pasien berbicara dan memberi pujian
(6) Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan
bercakap-cakap sesuai jadwal

c) Strategi pelaksanaan 3 untuk keluarga :


Melatih cara merawat dengan melatih berkomunikasi saat melakukan
kegiatan sosial
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial
(2) Validasi kemampuan keluarga dalam merawat atau melatih
berkenalan
(3) Berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga
(4) Menjelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap dalam
melakukan kegiatan sosial berbelanja, dan melatih keluarga
mendampingi pasien berbelanja
(5) Menganjurkan keluarga membantu melakukan kegiatan sosial
sesuai jadwal dan berikan pujian
d) Strategi pelaksanaan 4 untuk keluarga :
Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up
pasien isolasi sosial
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi
sosial
(2) Validasi kemampuan keluarga dalam merawat/melatih pasien
(3) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga
(4) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat, tanda
kambuh, dan rujuk pasien segera
(5) Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan sesuai
jadwal dan berikan pujian

b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


1) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)
pada pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian dan latihan kegiatan pertama
(1) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri
dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain,
harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan
untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi
(2) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek
positif paasien ( buat daftar kegiatan)
(3) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saatini
(pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat
dilaksanakan)
(4) Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
(5) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
(6) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan nya)
(7) Masukkan kegiatan yang telahh dilatih pada jadwal kegiatan
untuk latihan

b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :


Latihan kegiatan kedua
(1) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(2) Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama
yang telah dilatih dan berikan pujian
(3) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama
(4) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih
(5) Latih kegiatan kedua (alat dan cara)
(6) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kegiatan

c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :


Latiah kegiatan ketiga
(1) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(2) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan kedua
yang telah dilatih dan berikan pujian
(3) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua
(4) Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan dilatih
(5) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)
(6) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan

d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :


Latih kegiatan keempat
(1) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
(2) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian
(3) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga
(4) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih
(5) Latih kegiatan keempat (alat dan cara)
(6) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan empat kegiatan

2) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP)


pada keluarga
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat
melatih kegiatan pertama
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
harga diri rendah, jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya, dan akibat harga diri rendah
(2) Berikan pujian terhadap semua hal positif yang dimilik
pasien
(3) Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang
dipilih pasien , bimbing memberikan bantuan pada pasien
(4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :
Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
kedua
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga
diri rendah
(2) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(3) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat,
beri pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
(4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian

c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga :


Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
ketiga
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga
diri rendah
(2) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(3) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat,
beri pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien
(4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian

d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga :


Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan
keempat
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga
diri rendah
(2) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien
melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(3) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat,
beri pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukan kegiatan keempat yang dipilih pasien
(4) Jelaskan follow up ke puskesmas, tanda kambuh dan rujukan
(5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian

c. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


1) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada
pasien
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien :
Pengkajian dan mengenal halusinasi
(1) Mengkaji kesadaran pasien akan halusinasi nya dan pengenalan
akan halusinasi
(2) Isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon
pasien, upaya yang telah dilakukan pasien untuk mengontrol
halusinasi
(3) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
(4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien :
Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
(1) Validasi kemampuan pasien mengenal halusinasi yang dialami dan
kemampuan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik dan
berikan pujian
(2) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
(3) Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh obat (jelaskan 6
benar : jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
(4) Masukkan pada jadwal kagiatan untuk minum obat sesuai jadwal

c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien :


Evaluasi gejala halusinasi
(1) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat dan berikan pujian
(2) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan menghardik,
minum obat sesuai jadwal
(3) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
(4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :


Melakukan aktivitas sehari-hari
Pada tindakan ke empat ini dapat diulang kegiatan harian. Contohnya
membersihkan kamar :
(1) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, minum obat dan bercakap-cakap, berikan pujian
(2) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
harian
(3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

2) Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada


keluarga
a) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga :
Mengenal masalah dalam merawat pasien halusinasi dan melatih
mengontrol halusinasi pasien dengan menghardik
(1)Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien ,
jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
(2)Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara
menghardik halusinasi
(3)Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
pujian

b) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga :


Melatih keluarga merawat pasien halusinasi dengan enam benar
minum obat
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi
pasien
(2) Merawat pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, berikan pujian
(3) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
(4) Latih cara memberikan/membimbing minum obat
(5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal

c) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga :


Melatih keluarga merawat pasien halusinasi dengan bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan
(1) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi
pasien dan merawat/melatih pasien menghardik dan memberikan
obat
(2) Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga
(3) Jelaskan cara bercak-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
(4) Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama
saat halusinasi
(5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian
d) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga :
Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up
pasien halusinasi
(1)Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi
pasien dan merawat/melatih pasien menghardik, memberikan obat
dan bercakap-cakap
(2)Berikan pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga
(3)Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat, tanda
kambuh dan rujukan
(4)Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di
tetapkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005).

E. Evaluasi
Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap
tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif berupa mendeskripsikan
atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini, dengan
rancangan penelitian yang berbentuk studi kasus.
Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu
unit penelitian secara intensif misalnya suatu klien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun
jumlah variabel yang diteliti cukup luas (Nursalam, 2008).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Dilakukan 8 hari sebanyak 10x
kunjungan. Pengambilan data pada tanggal 16 Januari 2017 dan penelitian
dan melakukan penerapan Asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 22 Mei
sampai 31 Mei tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau


individu individu yang karakteristiknya hendak diteliti (Djawranto dalam
Kuntjojo, 2009).Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang
menderita gangguan jiwa skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Kota Padang. Data skizofrenia yang tercatat dari Puskesmas Nanggalo di
Kelurahan Surau Gadang tahun 2016 sebanyak 63 orang, dan di Kelurahan
Kurao Pagang sebanyak 32 orang, sedangkan di Gurun Laweh hanya 5
orang saja. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien Skizofrenia
yang berada di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang Tahun 2017.
2. Sampel Penelitian
Sampling atau sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu
yang menjadi objek penelitian (Mardalis,2010). Sampling adalah proses
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada.
Sampel penelitian ini adalah salah satu pasien gangguan jiwa Isolasi Sosial
yang berada di Kelurahan Surau Gadang wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo kota Padang tahun 2017.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Purposive


sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2008). Sebelum melakukan pengambilan sampel, semua populasi di
screening untuk memperoleh kriteria sampel yang telah ditetapkan dan
setelah itu pilih klien yang mengalami Isolasi Sosial saja dan lakukan
random smpling lalu ambil 2 klien saja.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil 2 (dua) orang,adapun kriteria


sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Klien kooperatif yaitu yang mampu berkomunikasi dengan baikdan
lancer
2) Klien bersedia menjadi responden dalam penelitian.
3) Klien tidak gelisah
4) Klien pernah dirawat di rumah sakit
5) Klien menyendiri
b. Kriteria eksklusi
1) Klien yang mengundurkan diri sebelum proses wawancara selesai
2) Klien yang mengalami gangguan pendengaran dan tidak bisa bicara
3) Klien tidak kooperatif yaitu tidak mengikuti kegiatan secara penuh
4) Klien dalam keadaan gelisah
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan antara lain kuesioner untuk menjaring klien yang
sesuai dengan kriteria penelitian, yaitu pasien Isolasi Sosial. Instrumen
lainnya yaitu format dokumentasi asuhan keperawatan dan alat pemeriksaan
fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer.
1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan
masuk,faktor presipitasi, faktor predisposisi, status mental, pemeriksaan
fisik,psikososial, aktifitas sehari-hari (ADL), mekanisme koping, masalah
psikososial dan lingkungan, pengetahuan, aspek medik.
2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,
dan masalah. Pohon masalah terdiri dari core problem, sebab, dan akibat.
3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,
serta tanggal dan paraf teratasinya masalah. Diagnosa keperawatan disusun
berdasarkan prioritas.
4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria evaluasi, intervensi.
5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi
keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.
6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam
medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan
paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Jenis – Jenis Data


1. Data Primer
Menurut Keliat dkk (2005) data primer adalah data yang langsung didapat
oleh perawat. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, seperti berikut ini:
a) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien
dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada
klien dan keluarga.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta
dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh
peneliti berupa dokumentasi data pasien gangguan jiwa Isolasi Sosialyang
diperoleh dari Medical Record Puskesmas Nanggalo kota Padang.

F. Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan mempelajari data penunjang. Sumber data adalah klien, keluarga
atau orang terdekat, tim kesehatan serta catatan lain (Muhith, 2015).
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan hasil
secara langsung. Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan melakukan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat,
2007).

Menurut Kozier, et al (1998) dalam Muhith (2015) kegiatan dalam


mengumpulkan data adalah:
1. Collect (mengumpulkan)
Data dapat dikelompokkan menjadi: 1) data subjektif: cover
data/symptoms merupakan data yang tidak bisa diukur atau diobservasi
bisa juga didapatkan dari orang lain. 2) data objektif: over data/sign data
yang bisa dideteksi oleh orang lain selain klien, biasanya didapatkan
dengan cara melakukan observasi dan pemeriksaan fisik.
2. Validate (mengesahkan)
Validate adalah mengecek kembali data untuk klarifikasi, oleh karena:
obyektif data dan subyektif data tidak sinkron, pernyataan klien berbeda
pada waktu pengkajian yang berbeda, data tampak sangat tidak normal,
adanya faktor yang sangat mempengaruhi pada waktu pengukuran.
3. Organize (mengatur)
Data yang telah didapat perlu diorganisasi berdasarkan kerangka kerja
dengan menggunakan model keperawatan (Nursing Model’s).
4. Record (merekam)
Data subyektif dituliskan dengan menulis kata-kata klien. Catat cues
bukan inference.Cues adalah apa yang klien ceritakan, apa yang anda
lihat, apa yang anda dengar, rasakan, bau, dan ukur. Inference adalah
penilaian atau apa arti dari cues.

G. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut :
1. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu Poltekkes
Kemenkes Padang.
2. Peneliti mendatangi Dinas Kesehatan Kota Padang dan menyerahkan surat
izin penelitian dari institusi ke ruangan Kepala Dinas Kesehatan Kota
Padang.
3. Meminta surat rekomendasi ke Puskesmas Nanggalo kota Padang
4. Meminta izin ke Kepala Puskesmas Nanggalo kota Padang
5. Meminta izin ke Bpk. Rt wilayah Surau Gadang
6. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian
7. Informed Consent diberikan kepada responden
8. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya
9. Responden menandatangani Informed Consent, peneliti meminta waktu
responden untuk melakukan asuhan keperawatan,dan kemudian peneliti
pamit.
H. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data penelitian deskriptif adalah analisis deskriptif. Analisis
deskriptif berfungsi untuk meringkas, mengklasifikasikan, dan menyajikan
data (Hidayat, 2007). Dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan
format pengkajian, perawat langsung merumuskan masalah keperawatan
pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya sejumlah masalah
klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah.
Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting
untuk memperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah,
yaitu penyebab (causa), masalah utama (core problem), dan akibat (effect).
Data yang telah dikelompokkan di analisis untuk menentukan masalah
yang muncul (Keliat dkk, 2005).
BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

Deskripsi menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari


pengkajian sampai evaluasi di Kelurahan Surau Gadang yang dilakukan
mulai pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 31 Mei 2017.
Didapatkan 2 orang partisipan dengan jumlah kunjungan sebanyak 14 kali
kunjungan.

Partisipan 1 dengan inisial Ny. A berusia 30 tahun berjenis perempuan,


pendidikan terakhir SMA, pekerjaan tidak bekerja, menganut agama islam,
beralamat di Jln. Pesisir Selatan no 715. Kelurahan Surau Gadang, Kec
Nanggalo Kota Padang. Mulai dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei
2017 jam 09.30 WIB.

Partisipan 2 dengan inisial Tn. W berusia 51 tahun berjenis laki-laki,


pendidikan terakhir SMA, pekerjaan tidak bekerja, menganut agama islam,
beralamat di Jln. Padang Panjang I no 200. Kelurahan Surau Gadang, Kec
Nanggalo Kota Padang. Mulai dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei
2017 jam 14.30 WIB

Tabel 4.1
Deskripsi Kasus Pada Asuhan Keperawatan pada klien dengan Isolasi
Sosial di kelurahan Surau Gadang Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Asuhan Partisipan 1 Partisipan 2
Keperawatan
Keluhan saat
Partisipan merasa bingung Partisipan mengatakan kalau
dikaji ketika diajak kenalan dia hanya berdiam diri
dengan orang lain dan dirumah dan jarang keluar
tidak tau mulai dari mana rumah, partisipan hanya
dengan apa yang akan mau berinteraksi dengan
dibicarakan. orang yang ada dirumahnya,
Keluarga terkadang partisipan mengatakan
mengajak partisipan untuk hanya menghabiskan
berinteraksi dengan harinya didalam rumah
tetangga sekitar, tetapi dengan menonton tv,
partisipan tetap tidak mau partisipan mengatakan ada
dan mengatakan ia merasa melakukan kegiatan rumah
enggan bertemu dengan tetapi tidak terlalu sering.
orang. Keluarga terkadang
mengajak partisipan untuk
berinteraksi dengan tetangga
sekitar, partisipan mau
hanya dengan beberapa
orang dan yang datang
kerumahnya saja,karena ia
merasa malas keluar rumah
untuk berinteraksi dengan
orang lain
Faktor Partisipan menjalani Partisipan sebelumnya
perawatan dirumah tetapi menjalankan perawtan
predisposisi
menjalankan pengontrolan selama satu bulan di RS.J
setiap bulannya ke Rumah HB Sa’anin Padang sekitar 5
Saikt Jiwa HB.Sa’anin bulan yang lalu. Setelah
Padang, partisipan teratur keluar RS.J HB Sa’anin
minum obat dengan Padang, partisipan teratur
diawasi oleh keluarganya. minum obat dengan diawasi
oleh keluarga nya.
Partisipan mengatakan ia
ditinggalkan ayahnya pada Keluarga mengatakan
saat umur 9 tahun yang partisipan tidak pernah
membuat dia sedih dan menjadi prilaku tindak
sangat kehilangan, kekerasan dan seksual.
partisipan tidak pernah Partisipan pernah
menjadi pelaku tindak mengalami keputus asa an
kekerasan dan seksual. karena cita-cita nya menjadi
pegawai negeri gagal.
Partisipan pernah Partisipan hanya mau
mengalami tidak bisa berdiam diri dan menahan
mengikuti lomba pidato kekesalannya sendiri,
disekolahnya karena malu. partisipan juga tidak mau
Partisipan tidak mau mengambil keputusan dan
berinteraksi lagi dengan menyelesaikan
orang lain,dan hanya diam masalahanya.
dirumah, sehingga
membuatnya tertekan,
tidak mampu mengambil
keputusan dan
memecahkan masalahnya.
Pemeriksaan Hasil tanda-tanda vital Hasil tanda-tanda vital yaitu
yaitu tekanan darah 120/70 tekanan darah 110/80
Fisik
mmHg, nadi 83 x/I, suhu mmHg, nadi 81 x/I, suhu

Poltekkes Kemenkes Padang


tubuh 36,60C, dan tubuh 36,60C, dan
pernapasan 20 x/i. Hasil pernapasan 20 x/i. Hasil
pengukuran tinggi badan pengukuran tinggi badan
didapatkan 156 cm, dan didapatkan 159 cm, dan
berat badan 57 kg. berat badan 53 kg.
Partisipantidak ada Partisipan tidak ada
merasakan keluhan fisik merasakan keluhan fisik saat
saat ini. ini.
Psikososial
Partisipan anak ke 5 dari 5 Partisipan anak ke 2 dari 3
saudara kandung. Kakak bersaudara, keluarga
kandung partisipan juga partisipan mengatakan
mengalami gangguan jiwa. partisipan mampu
Ayah partisipan sudah berinteraksi dengan orang
meninggal dunia. Ny.A lain tetapi hanya dengan
tinggal dengan ibunya dan orang yang mau
kakak kandung nya. kerumahnya saja,karena ia
malas dan enggan untuk
Didalam keluarga berkomunikasi dengan
diterapkan komunikasi dua orang diluar rumah,
arah antara partisipan Partisipan mengatakan
dengan keluarga yang merasa malu dengan
tinggal serumah dengan keadaan nya sekarang.
nya. Pola asuh dalam Partisipan berharap agar ia
keluarga partisipan bisa diandalkan keluarga
cenderung bebas karna nya dan membantu kegiatan
sejak kecil orang tua kakak dan adik nya, ia
partisipan memberikan berfikir ingin sekali
kebebasan termasuk dalam beraktifitas untuk memenuhi
bergaul dengan siapa saja. kebutuhan hidup nya.

Partisipan mengatakan Partisipan mengatakan


betah dengan keadaan yang hubungan dengan keluarga
dialami nya sekarang. cukup baik karena saat
Partisipan mengatakan berinteraksi partisipan
kurang mampu tampak menatap mata lawan
melaksanakan tugas bicara dan mampu menatap
sebagai anggota keluarga wajah perawat.
dengan baik. Karena
menurut partisipan ia lebih Menurut partisipan dirinya
baik diam dan menyendiri sangat berharap menjadi
dikamar. orang yang dapat diandalkan
dikeluarganya dan dia
Menurut partisipan dirinya sangat ingin membantu
sangat berharap menjadi kakaknya memenuhi
orang yang dapat kebutuhan ekonomi
diandalkan dikeluarganya keluarga. Partisipan juga
dan dia sangat ingin berharap cepat sembuh dari

Poltekkes Kemenkes Padang


membantu kakaknya penyakitnya dan dapat
memenuhi kebutuhan diterima orang-orang di
ekonomi keluarga. kampungnya dengan baik
dan mempunyai banyak
Partisipan juga berharap teman.
cepat sembuh dari
penyakitnya dan dapat Partisipan jarang terlibat
diterima orang-orang di dengan kegiatan-kegiatan di
kampungnya dengan baik masyarakat. Ia mengatakan
dan mempunyai banyak tidak tahu topik
teman. pembicaraan apa yang ingin
didiskusikan jika
Keluarga partisipan berinteraksi dengan orang
mengatakan bahwa lain. Partisipan meyakini
hubungan nya dengan adanya Tuhan. Partisipan
orang lain kurang baik memiliki keyakinan agama
karena ketika berinteraksi islam.
partisipan tampak
menundukkan kepala,
berbicara pelan-pelan, dan
tidak mampu menatap
wajah perawat.

Partisipan jarang terlibat


dengan kegiatan-kegiatan
di masyarakat.Ia
mengatakan tidak tahu
topik pembicaraan apa
yang ingin didiskusikan
jika berinteraksi dengan
orang lain. Partisipan
meyakini adanya Tuhan.
Partisipan memiliki
keyakinan agama islam.

Status Mental
Partisipan berpenampilan Partisipan berpenampilan
tampak tidak rapi dan tampak tidak rapi dan kotor,
kotor, partisipan jarang partisipan jarang mandi,
mandi, kebersihan gigi dan kebersihan gigi dan mulut
mulut partisipan tampak partisipan tampak kotor.
kotor. tampak tenang dan tampak tenang dan orientasi
orientasi terhadap waktu, terhadap waktu, tempat dan
tempat dan orang. orang.

Pada saat dilakukan Partisipan tidak mengalami


wawancara partisipan gangguan daya ingat,
banyak menunduk, banyak mampu mengulangi nama
melamun, partisipan selalu perawat saat di awal

Poltekkes Kemenkes Padang


menunggu pertanyaan yang berkenalan.berbicara keras
akan diberikan,brbicara dan mampu memulai
lambat tampak lesu dan pembicaraan, tampak tidak
lemah. lesu dan pergerakan cepat,
sering melamun dan tampak
Partisipan tidak mengalami berpikir,kontak mata ada.
gangguan daya ingat,
mampu mengulangi nama Isi pikir partisipan adalah
perawat saat di awal partisipan hanya ingin
berkenalan. Partisipan sembuh dan tidak minum
menyadari penyakit yang obat lagi. Partisipan tampak
sedang dideritanya. tenang dan orientasi
partisipan tidak terhadap waktu, tempat dan
menyalahkan orang lain orang.
atas apa yang terjadi pada
dirinya saat ini. Partisipan memiliki afek
tumpul hanya mau berbicara
Partisipan memiliki afek jika diberi stimulus emosi
tumpul hanya mau yang kuat.
berbicara jika diberi
stimulus emosi yang kuat. Partisipan mengatakan tidak
mendengar suara-suara
Partisipan mengatakan palsu, tidakmelihat
tidak mendengar suara- bayangan palsu, tidak
suara palsu, tidakmelihat merasakan ,mencium bau
bayangan palsu, tidak dan tidak pernah merasa
merasakan ,mencium bau sesuatu yang mengganggu.
dan tidak pernah merasa
sesuatu yang mengganggu. Partisipan tidak
menyalahkan orang lain atas
Partisipan mampu makan apa yang terjadi pada
dengan mandiri dan dirinya saat ini. Partisipan
mampu menghabiskan mampu makan dengan
makanannya, serta mandiri dan mampu
membersihkan alat makan. menghabiskan makanannya,
partisipan mampu BAB serta membersihkan alat
dan BAK tanpa bantuan makan.
perawat atau keluarga.
Partisipan mampu BAB dan
partisipan dapat mandi
BAK tanpa bantuan perawat
secara mandiri, mandi 1x
atau keluarga. partisipan
sehari pagi dan sore hari
dapat mandi secara mandiri,
serta mengganti
mandi 1x sehari pagi dan
pakaiannya sehabis mandi,
sore hari serta mengganti
partisipan memakai
pakaiannya sehabis mandi,
pakaiannya dengan rapi.
partisipan memakai
partisipan mengatakan
pakaiannya dengan rapi.
istirahat/tidur siang
partisipan mengatakan
kadang-kadang saja, tidur
istirahat/tidur siang kadang-

Poltekkes Kemenkes Padang


malam lebih kurang 6-8 kadang saja, tidur malam
jam. lebih kurang 6-8 jam.

Mekanisme Partisipan memiliki koping Partisipan memiliki koping


maladaptif yaitu adaptif yaitu mampu
koping
menghindar seperti diejek berinteraksi dengan orang
orang lain partisipan lain dan menatap lawan
tampak menunduk dan bicaranya.
tidak menatap lawan
bicaranya. Partisipan
mengatakan mengalami
masalah dalam
berhubungan dengan orang
lain karena partisipan
merasa malu dan segan jika
ditertawai oleh orang lain

Masalah Partisipan mengalami Partisipan mengalami


masalah dengan masalah yang berhubungan
psikososial dan
pendidikannya karena dengan lingkungan
lingkungan partisipan malu dengan partisipan jarang ikut
teman-teman nya dan bergabung dengan teman-
lingkungan sekitar. temannya di lingkungan
sekitar
Terapi Medik Partisipan di diagnosa Partisipan di diagnosa medis
medis skizofrenia.Terapi skizofrenia. Terapi medis
medis yang diberikan pada yang diberikan pada
pasien saat ini adalah partisipan saat ini adalah
risperidone 3 mg 2x/hari, risperidone 3 mg 2x/hari,
Fluoxetine 20 mg 2x/hari, Trihexyphenidyl 2 mg
Trihexyphenidyl 2 mg 2x/hari,
2x/hari, Clobazam 2 mg
2x/hari.

Diagnosa Sesuai dengan analisa data Sesuai dengan analisa data


terlampir didapatkan terlampir didapatkan
Keperawatan
rumusan diagnosa rumusan diagnosa
keperawatan prioritas keperawatan prioritas
pertama adalah isolasi pertama adalah isolasi
sosial, dengan ditandai sosial, dengan ditandai
adanya partisipan suka adanya partisipan suka
menyendiri dan tidak mau menyendiri dan tidak mau
berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
orang lain. orang lain.

Poltekkes Kemenkes Padang


Sedangkan prioritas kedua Sedangkan prioritas kedua
adalah harga diri rendah, adalah harga diri rendah,
ditandai dengan partisipan ditandai dengan partisipan
tidak mau berkomunikasi tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain dengan orang lain
dikarenakan malu dan takut dikarenakan malu dan takut
ditertawakan orang lain, dan ditertawakan orang lain, dan
diagnosa keperawatan diagnosa keperawatan
prioritas ketiga adalah prioritas ketiga adalah resiko
resiko prilaku kekerasan, prilaku kekerasan, ditandai
ditandai dengan suka marah dengan suka marah jika
jika merasa kesal dengan merasa kesal dengan sesuatu
sesuatu yang ditahannya. yang ditahannya.

Berdasarkan pohon masalah Berdasarkan pohon masalah


isolasi sosial sebagai core isolasi sosial sebagai core
problem, harga diri rendah problem, harga diri rendah
sebagai penyebab, dan sebagai penyebab, dan
resiko prilaku kekerasan resiko prilaku kekerasan
sebagai akibat. sebagai akibat.
Intervensi
Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan
Keperawatan prioritas pertama yang prioritas pertama yang
diambil adalah isolasi diambil adalah isolasi sosial.
sosial. Intervensi Intervensi keperawatan
keperawatan dengan dengan strategi pelaksanaan
strategi tindakan keperawatan.
pelaksanaantindakankepera Strategi pelaksanaan
watan. tindakan keperawatan yang
Strategi pelaksanaan telah dilakukan pada
tindakan keperawatan yang partisipan terdiri dari
telah dilakukan pada empat, diagnosa isolasi
partisipan terdiri dari sosial yaitu pertama perawat
empat, diagnosa isolasi melatih partisipan bercakap-
sosial yaitu pertama cakap secara bertahap antara
perawat melatih partisipan partisipan dan perawat atau
bercakap-cakap secara satu orang lain, kedua
bertahap antara partisipan perawat melatih partisipan
dan perawat atau satu bercakap-cakap dengan 2-3
orang lain, kedua perawat orang, ketiga perawat
melatih klien bercakap- melatih partisipan bercakap-
cakap dengan 2-3 orang, cakap dengan 4-5 orang,
ketiga perawat melatih keempat perawat melatih
partisipan bercakap-cakap partisipan bercakap-cakap
dengan 4-5 orang, keempat dengan 4-5 orang sambil
perawat melatih partisipan melakukan kegiatan
bercakap-cakap dengan 4-5 (berbelanja diwarung).
orang sambil melakukan

Poltekkes Kemenkes Padang


kegiatan (berbelanja Strategi pelaksanaan yang
diwarung). dilakukan pada keluarga
yaitu pertama perawat
Strategi pelaksanaan yang memberikan pendidikan
telah dilakukan pada kesehatan tentang
keluarga yaitu pertama pengertian, tanda dan gejala,
perawat memberikan proses terjadinya isolasi
pendidikan kesehatan sosial dan melatih keluarga
tentang pengertian, tanda merawat partisipan isolasi
dan gejala, proses sosial dengan latihan
terjadinya isolasi sosial dan berkenalan antar orang lain,
melatih keluarga merawat kedua yaitu perawat
partisipan isolasi sosial bersama keluarga melatih
dengan latihan berkenalan partisipan dalam melakukan
antar orang lain, kedua kegiatan rumah tangga yang
yaitu perawat bersama dipilih partisipan, ketiga
keluarga melatih partisipan yaitu perawat bersama
dalam melakukan kegiatan keluarga melatih partisipan
rumah tangga yang dipilih bercakap-cakap sambil
partisipan, ketiga yaitu melakukan kegiatan sosial
perawat bersama keluarga yang dipilih (berbelanja di
melatih partisipan warung), dan keempat
bercakap-cakap sambil perawat menjelaskan follow
melakukan kegiatan sosial up ke pelayanan kesehatan
yang dipilih (berbelanja di masyarakat, tanda kambuh,
warung), dan keempat beserta rujukan.
perawat menjelaskan
follow up ke pelayanan Diagnosa keperawatan
kesehatan masyarakat, prioritas kedua adalah harga
tanda kambuh, beserta diri rendah. Strategi
rujukan. pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah
Diagnosa keperawatan dilakukan pada partisipan
prioritas kedua adalah terdiri dari
harga diri rendah. Strategi empat,yaitupertama perawat
pelaksanaan tindakan membantu partisipan
keperawatan yang telah memilih beberapa kegiatan
dilakukan pada partisipan yang dapat dilakukannya,
terdiri dari empat, yaitu pilih salah satu kegiatan
pertama perawat yang dapat dilatih saat ini,
membantu partisipan kedua yaitu perawat
memilih beberapa kegiatan membantu partisipan
yang dapat dilakukannya, memilih kegiatan kedua,
pilih salah satu kegiatan latih kegiatan kedua, ketiga
yang dapat dilatih saat ini, yaitu perawat membantu
kedua yaitu perawat partisipan memilih kegiatan
membantu partisipan ketiga, latih kegiatan ketiga,
memilih kegiatan kedua, keempat yaitu perawat
kedua, ketig
latih
yaitu perawa
ke
membantu
Poltekkes Kemenkes Padang
partisi m pa partisipan
pan pa n menjelaskan car
memil n mel mengontrol
ih de an resiko
kegiat ha ke
an diri kee
ketiga re ya
, latih te dip
kegiat memb se
an ka menj
ketiga puj ka
, se fo
keem ha ke
pat posit pe
yaitu pa n
peraw pa ke
at n, k n
memb ya ma
antu pe at,
partisi be ka
pan ke be
memil mel ruju
ih pa
kegiat n d Di
an mel ke
keem an ta
pat, ke prio
latih ke ke
kegiat ya ad
an dip re
keem pa pril
pat. n, k ke
ya n.
Strate pe S
gi be pe
pelaks ke aa
anaan m ti
yang pa ke
dilaku n tan
kan mel tel
pada an di
keluar ke n
ga ke pa
yaitu ya n te
perta dip da
ma kee empat,
peraw ya ya
at pe pe
menje be pe
laskan ke memb
cara mel u
Poltekkes Kemenkes Padang
membantu partisipan memilih
kegiatan keempat, latih
kegiatan keempat.

Strategi pelaksanaan yang


dilakukan pada keluarga yaitu
pertama perawat menjelaskan
cara merawat partisipan dengan
harga diri rendah terutama
memberikan pujian semua
hal yang positif pada
partisipan, kedua yaitu perawat
bersama keluarga melatih
partisipan dalam melakukan
kegiatan kedua yang dipilih
partisipan, ketiga yaitu
perawat bersama keluarga
melatih partisipan melakukan
kegiatan ketiga yang dipilih,
keempat yaitu perawat bersama
keluarga melatih partisipan
melakukan kegiatan keempat
yang dipilih serta menjelaskan
follow up ke pelayanan
kesehatan masyarakat, tanda
kambuh, beserta rujukan.

Diagnosa keperawatan prioritas


ketiga adalah resiko prilaku
kekerasan. Strategi pelaksanaan
tindakan keperawatan yang
telah dilakukan pada partisipan
terdiri dari empat, yaitu
pertama perawat membantu
partisipan menjelaskan cara
mengontrol resiko prilaku
kekerasan dengan memukul
bantal, kedua perawat melatih
partisipan minum obat secara
teratur, ketiga perawat melatih
partisipan mengontrol resiko
prilaku kekerasan dengan
berbicara dengan perkataan
yang baik,

Poltekkes Kemenkes Padang


prilaku kekerasan dengan keempat perawat melatih
memukul bantal, kedua partisipan mengontrol resiko
perawat melatih partisipan prilaku kekerasan dengan
minum obat secara teratur, spiritual terjadwal.Strategi
ketiga perawat melatih pelaksanaan juga dilakukan
partisipan mengontrol pada keluarga partisipan hal
resiko prilaku kekerasan ini ditujukan untuk
dengan berbicara dengan mengefektifkan tujuan
perkataan yang baik, tindakan yang telah dibuat.
keempat perawat melatih
partisipan mengontrol Strategi pelaksanaan
resiko prilaku kekerasan yangdilakukan pada
dengan spiritual terjadwal. keluarga yaitu pertama
perawat memberikan
Strategi pelaksanaan pendidikan kesehatan
yangdilakukan pada tentang pengertian, tanda
keluarga yaitu pertama dan gejala, proses terjadinya
perawat memberikan resiko prilaku kekerasan,
pendidikan kesehatan serta cara merawat
tentang pengertian, tanda partisipan resiko prilaku
dan gejala, proses kekerasan dengan melatih
terjadinya resiko prilaku cara melepaskan kekesalan
kekerasan, serta cara dengan memukul bantal,
merawat partisipanresiko kedua yaitu perawat melatih
prilaku kekerasan dengan keluarga cara membimbing
melatih cara melepaskan partisipan minum obat
kekesalan dengan ketiga yaitu perawat melatih
memukul bantal, kedua keluarga mengejarkan
yaitu perawat melatih partisipanmengungkapkan
keluarga cara membimbing perkataan dengan baik dan
partisipan minum obat benar, dan keempat perawat
ketiga yaitu perawat melatih keluarga
melatih keluarga membimbing partisipan
mengejarkan melakukan kegiatan
partisipanmengungkapkan beribadah.
perkataan dengan baik dan
benar, dan keempat
perawat melatih keluarga
membimbing partisipan
melakukan kegiatan
beribadah.

Implementasi
Diagnosa keperawatan Implementasikeperawatan
Keperawatan
prioritas pertama yang disesuaikan dengan rencana
diambil adalah isolasi tindakankeperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


sosial. Implementasi Implementasi tindakan
keperawatan yang keperawatan yang telah
dilakukan dengan strategi dilakukan oleh penulis
pelaksanaan tindakan sesuai dengan kriteria yang
keperawatan. telah ditetapkan dengan
Strategi pelaksanaan membuat strategi
tindakan keperawatan yang pelaksanaan tindakan
telah dilakukan 7 kali keperawatan pada partisipan
kunjungan dengan dan keluarga. Implementasi
diagnosa isolasi sosial diagnosa keperawatan
yaitu pertama perawat isolasi sosial dilakukan 7
melatih partisipan kali kunjungan. Pada
bercakap-cakap secara pertemuan pertama yang
bertahap antara partisipan perawat lakukan pada
dan perawat atau satu partisipan yaitu membina
orang lain, kedua perawat hubungan saling percaya
melatih partisipan dan melatih partisipan
bercakap-cakap dengan 2-3 bercakap-cakap secara
orang, ketiga perawat bertahap antara partisipan
melatih partisipan dan perawat atau satu orang
bercakap-cakap dengan 4-5 lain, kedua perawat melatih
orang, keempat perawat partisipan bercakap-cakap
melatih partisipan dengan 2-3 orang, ketiga
bercakap-cakap dengan 4-5 perawat melatih partisipan
orang sambil melakukan bercakap-cakap dengan 4-5
kegiatan (bermain dengan orang, keempat perawat
keponakannya). melatih partisipan bercakap-
cakap dengan 4-5 orang
Strategi pelaksanaan yang sambil melakukan kegiatan
telah dilakukan pada (duduk didepan rumah
keluarga yaitu pertama pasien).
perawat memberikan
pendidikan kesehatan Begitu juga dengan strategi
tentang pengertian, tanda pelaksanaan tindakan
dan gejala, proses keperawatan pada kelurga
terjadinya isolasi sosial dan yaitu pertemuan pertama
melatih keluarga merawat memberikan pendidikan
partisipan isolasi sosial kesehatan tentang
dengan latihan berkenalan pengertian, tanda dan gejala,
antar orang lain, kedua proses terjadinya isolasi
yaitu perawat bersama sosial dan melatih keluarga
keluarga melatih partisipan merawat partisipan isolasi
dalam melakukan kegiatan sosial dengan latihan
rumah tangga yang dipilih berkenalan antar orang lain,
partisipan, ketiga yaitu kedua yaitu perawat
perawat bersama keluarga bersama keluarga melatih
melatih partisipan partisipan dalam melakukan
bercakap-cakap sambil kegiatan rumah tangga yang
kegiatan sosia
mel
yang dipili
an
(berbelanja d
Poltekkes Kemenkes Padang
warun empat pe yang dipili
g), it memb partisipan,
dan ma u
keem pe pa
pat memb n
peraw u memi
at pa ke
menje n ke
laskan memi la
follo be ke
w up ke ke
ke ya
pelay da S
anan di pe
keseh nn aa
atan pi tel
masya sa di
rakat, sa n
tanda ke ke
kamb ya ya
uh, da pe
besert di pe
a saa menj
rujuka ke ka
n. ya me
pe pa
Diagn memb n d
osa u ha
keper pa diri
awata n re
n memi te
priorit ke memb
as ke ka
kedua la puj
adala ke se
h ke ha
harga ke posit
diri ya pa
renda pe pa
h. memb n, k
Imple u ya
menta par pe
si n be
yang memi ke
dilaku ke mel
kan ke pa
pada la n d
partisi ke mel
pan kee an
terdiri kee ke
dari ya ke
Poltekkes Kemenkes Padang
pertama perawat n melatih partisipa
dipilih partisipan, ketiga yaitu
menjelaskan ma mengontrol resik
perawat bersama keluarga
cara merawat at, prilaku kekerasa
melatih klien bercakap-cakap
partisipan ka dengan berbicar
sambil melakukan kegiatan
dengan harga be dengan perkataa
sosial yang dipilih (berbelanja
diri rendah ruju yang baik
di warung), dan keempat
terutama keempat perawa
perawat menjelaskan follow up
memberikan Di melatih partisipa
ke pelayanan kesehatan
pujian semua ke mengontrol resik
masyarakat, tanda kambuh,
hal yang positif ta prilaku kekerasa
beserta rujukan.
pada partisipan, prio dengan spiritua
Implememntasi dilakukan kedua yaitu ke terjadwal.
sesuai pada diagnoosa perawat bersama ad
keperawatan harga diri keluarga melatih re Strategi
rendahyaitu membantu partisipan dalam pril pelaksanaan yang
mengarahkan partisipan untuk melakukan ke telah
mengidentifikasikan aspek kegiatan kedua n. dilakukan
positif yang partisipan miliki, yang dipilih Imp pada keluarga
lalu menolong partisipan untuk partisipan, nt yaitu pertama
menilai kegiatan yang dapat ketiga yaitu ya perawat
partisipan lakukan yaitu perawat bersama di memberikan
menyapu lantai dan mencuci keluarga melatih pa pendidikan
piring membantu partisipan partisipan pa kesehatan tentang
untuk mengetahui alat dan cara melakukan te pengertian, tand
melakukan kegiatan yang kegiatan ketiga da dan gejala,
partisipan pilih. yang dipilih, empat, proses terjadinya
keempat yaitu ya resiko prilaku
Strategi pelaksanaan yang telah perawat bersama pe kekerasan,
dilakukan pada keluarga yaitu keluarga pe serta cara
melatih memb merawat
pat u partisipan resiko
ketiga
pe pa
yaitu
be menj
peraw
ke ka
at
mel men
bersa
pa ol r
ma
n pril
keluar
mel ke
ga
an n d
melati
ke memukul
h
kee ba
partisi
ya ke
pan
dip pe
melak
se mel
ukan
menj pa
kegiat
ka m
an
fo ob
ketiga
up seca
yang
pe te
dipili
n ke
h,
ke pe
keem
Poltekkes Kemenkes Padang
partisipan melakukan kegiatan
keempat yang dipilih serta
menjelaskan follow up ke
pelayanan kesehatan
masyarakat, tanda kambuh,
beserta rujukan.

Implementasi pada diagnosa


keperawatan resiko prilaku
kekerasan dilakukan yaitu
pertama perawat membantu
partisipan dengan melatih
cara melepaskan kekesalan
dengan memukul bantal,
kedua yaitu perawat melatih
keluarga cara membimbing
partisipan minum obat
ketiga yaitu perawat melatih
keluarga mengajarkan
partisipanmengungkapkan
perkataan dengan baik dan
benar, dan keempat perawat
melatih membimbing
partisipan melakukan
kegiatan beribadah.

Strategi pelaksanaan yang telah


dilakukan pada keluarga
yaitu pertama perawat
memberikan pendidikan
kesehatan tentang pengertian,
tanda dan gejala, proses
terjadinya resiko prilaku
kekerasan, serta cara
merawat partisipan resiko
prilaku kekerasan dengan
melatih cara melepaskan
kekesalan dengan memukul
bantal, kedua yaitu perawat
melatih keluarga cara
membimbing partisipan
minum obat ketiga yaitu
perawat melatih keluarga
mengejarkan
partisipanmengungkapkan
perkataan dengan baik dan
benar, dan keempat perawat
melatih keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


prilaku kekerasan dengan membimbing partisipan
melatih cara melepaskan melakukan kegiatan
kekesalan dengan beribadah.
memukul bantal, kedua
yaitu perawat melatih
keluarga cara
membimbing partisipan
minum obat ketiga yaitu
perawat melatih keluarga
mengejarkan
partisipanmengungkapkan
perkataan dengan baik dan
benar, dan keempat
perawat melatih keluarga
membimbing partisipan
melakukan kegiatan
beribadah.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap Evaluasi dilakukan setiap
Keperawatan selesai tindakan selesai tindakan
keperawatan pada keperawatan pada klien dan
partisipan dan keluarga.Evaluasi dilakukan
keluarga.Evaluasi pada ketiga diagnosa
dilakukan pada ketiga keperawatan prioritas yang
diagnosa keperawatan penulis angkat.
prioritas yang penulis
angkat. Evaluasi yang penulis
lakukan meliputi hubungan
Evaluasi yang penulis saling percaya antara
lakukan meliputi hubungan perawat dan partisipan
saling percaya antara tercapai ditandai dengan
perawat dan partisipan partisipan bersedia duduk
tercapai ditandai dengan berhadapan dengan penulis,
partisipan bersedia duduk partisipan bersedia
berhadapan dengan berkenalan dan menjabat
penulis, partisipan bersedia tangan penulis, partisipan
berkenalan dan menjabat bersedia menyebutkan nama
tangan penulis, partisipan dan nama panggilan yang
bersedia menyebutkan disukai oleh partisipan.
nama dan nama panggilan Partisipan bersedia
yang disukai oleh menceritakan tentang
partisipan. Partisipan masalah yang dialaminya,
bersedia menceritakan partisipan juga menjelaskan
tentang masalah yang kenapa ia tidak mau
dialaminya, partisipan juga berinteraksi dengan orang
menjelaskan kenapa ia lain, selain itu partisipan
tidak mau berinteraksi juga bersedia diajarkan cara
dengan orang lain, selain berkenalan dengan orang

Poltekkes Kemenkes Padang


itu partisipan juga bersedia lain, partisipan juga mampu
diajarkan cara berkenalan memperagakan ulang cara
dengan orang lain, yang dilatih dengan benar.
partisipan juga mampu
memperagakan ulang cara Partisipan menunjukkan
yang dilatih dengan benar. kemajuan dengan ia mampu
memperkenalkan dirinya
Partisipan menunjukkan kepada orang lain. Selain itu
kemajuan dengan ia pada diagnosa keperawatan
mampu memperkenalkan harga diri rendah, partisipan
dirinya kepada orang lain. juga menunjukkan
Selain itu pada diagnosa perbaikan yang cukup
keperawatan harga diri signifikan.
rendah, partisipan juga
menunjukkan perbaikan Partisipan tidak lagi malas
yang belum cukup melakukan kegiatan sehari-
signifikan.Partisipanmasih hari yang bisa ia lakukan.
malas melakukan kegiatan
sehari-hari yang bisa ia Sedangkan pada diagnosa
lakukan. keperawatan resiko prilaku
kekerasan juga
Diagnosa keperawatan menunjukkan kemajuan
resiko prilaku kekerasan pasien mengatakan merasa
juga menunjukkan tenang, partisipan juga
kemajuan pasien mampu memperagakan
mengatakan merasa ulang cara yang dilatih
tenang, partisipan juga dengan benar sehingga
mampu memperagakan diharapkan resiko prilaku
ulang cara yang dilatih kekerasan tidak terjadi,
dengan benar sehingga karena penyebab dan
diharapkan resiko prilaku masalah utama partisipan
kekerasan tidak terjadi, teratasi. Pada keluarga
karena penyebab dan perawat juga mengevaluasi
masalah utama partisipan terhadap setiap tindakan
teratasi. Pada keluarga yang telah dilakukan.
perawat juga mengevaluasi
terhadap setiap tindakan
yang telah dilakukan.

Poltekkes Kemenkes Padang


B. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan ini penulis akan membahas perbandingan antara dua


partisipan 1 dan partisipan 2 dengan kasus yang sama berdasarkan teori
dengan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah isolasi sosial yang telah
dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 31 Mei 2017.
Pembahasan ini meliputi tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi sampai dengan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian dimulai dari pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping
dan mekanisme koping (Keliat, 2005).

Hasil pengkajian pada partisipan 1 dengan isolasi sosial, pada partisipan 1


keluarga partisipan mengeluh kalau partisipan merasa enggan untuk
berinteraksi dengan orang lain, partisipan juga merasa malu untuk
bertemu dengan orang lain, keluarga partisipan mengatakan sering
dikamar sendiri dan melamun, ia malas melakukan kegiatan yang ada
dirumahnya, partisipan minum obat teratur.

Partisipan2 mengeluh mengatakan kalau dia hanya berdiam diri dirumah


dan jarang keluar rumah, partisipan hanya mau berinteraksi dengan orang
yang ada dirumahnya, partisipan mengatakan hanya menghabiskan
harinya didalam rumah dengan menonton tv, partisipan mengatakan ada
melakukan kegiatan rumah tetapi tidak terlalu sering, partisipan minum
obat tidak teratur.
Berdasarkan data pengkajian awal yang harus diketahui pada Isolasi sosial
merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara
menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan
dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap
sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi
dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya
mengindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).

Menurut Keliat (2009), kekambuhan kembali mantan penderita gangguan


jiwa sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perhatian dari lingkungan
dan bahkan keluarga sendiri tidak memberikan pengobatan sehingga
berakibat pada lambatnya proses penyembuhan.

Menurut teori (Direja, 2011) sesorang mengalami kekambuhan adalah


ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah, stimulus lingkungan,
konflik interpersonal, status mental, putus obat, penyalahgunaan narkoba
atau alkohol, ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuannya dalam menempatkan diri.

Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi peneliti dengan data yang


didapatkan yaitu salah satu faktor yang memperberat timbulnya
kekambuhan pada partisipan isolasi sosial karena putus pengobatan atau
tidak memberikan dorongan dan motivasi kepada partisipan dan juga
tidak memberikan pengobatan sehingga mengakibatkan lambatnya proses
penyembuhan pada partisipan isolasi sosial.

Selain itu, berdasarkan data yang didapatkan pada partisipan 1 dan


partisipan 2 bahwa menurut (Keliat,dkk.2009). Keadaan ketika individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain dan sekitarnya. Partisipan mungkin merasa ditolak,dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain itu
adalah isolasi sosial.

Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi peneliti terhadap data diatas


bahwa perilaku yang dilakukan partisipan seperti tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Partisipan mungkin merasa
ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain

Faktor predisposisi yang dialami pada partisipan 1 yaitu pada partisipan 1


partisipan sebelumnya pernah merasa malu untuk tampil lomba pidato
disekolahnya sedangkan pada partisipan 2 faktor predisposisi karena
frustasi keinginan partisipan untuk mencapai cita-citanya gagal karena
dihentikan ditempat kerjanya untuk melamar ketempat lain sebagai
pegawai negeri.

Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi peneliti adalah faktor predisposisi


yang dialami oleh partisipan 1 dan patisipan 2 ini merupakan bagian dari
faktor psikologis, bahwa pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
yang berupa frustasi terhadap diri sendiri, keinginan yang tidak tercapai
dan terpapar hanya diam saja dirumah tidak mau berkomunikasi dengan
orang lain, itu salah satu penyebab terjadinya isolasi sosial pada
partisipan.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori dari Yusuf, dkk (2015), setelah data terkumpul dan
didokumentasikan dalam format pengkajian kesehatan jiwa, maka
seseorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan menetapkan
suatu kesimpulan terhadap masalah yang dialami pasien. Hasil
kesimpulan tersebut kemudian dirumuskan menjadi masalah keperawatan.
Partisipan biasanya memiliki lebih dari satu masalah keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan 1 adalah isolasi
sosial dengan adanya datakalau partisipan merasa enggan untuk
berinteraksi dengan orang lain, partisipan juga merasa malu untuk
bertemu dengan orang lain, keluarga partisipan mengatakan sering
dikamar sendiri dan melamun, ia malas melakukan kegiatan yang ada
dirumahnya, Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan 2
adalahkalau dia hanya berdiam diri dirumah dan jarang keluar rumah,
partisipan hanya mau berinteraksi dengan orang yang ada dirumahnya,
partisipan mengatakan hanya menghabiskan harinya didalam rumah
dengan menonton tv, partisipan mengatakan ada melakukan kegiatan
rumah tetapi tidak terlalu sering

Diagnosa kedua yang ditemukan pada pasrtisipan 1 yaitu harga diri


rendah ditandai dengan adanya sikap partisipan yang merasa dirinya tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain karena malu ditertawakan.
Diagnosa pada partisipan 2 yaitu harga diri rendah diketaui dengan data
partisipan yang tidak mau keluar rumah dan hanya berdiam diri dirumah
karena malu dengan orang lain,dan merasa dirinya tidak percaya diri dan
putus asa karena tidak tercapainya cita-cita partisipan.
Diagnosa ketiga yang ditemukan pada partisipan 1 yaitu resiko prilaku
kekerasan yang ditandai dengan data dari keluarganya yang mengatakan
jika partisipan merasa kesal dan tertahan didalam dirinya dia marah-
marah sendiri. Diagnosa ketiga pada partisipan 2 yaitu resiko prilaku
kekerasan yang ditandai dengan data dari keluarganya yang mengatakan
jika partisipan merasa kesal dan tertahan didalam dirinya dia marah-
marah sendiri.
Sejumlah masalah akan saling berhubungan dan dapat digambarkan
dengan pohon masalah, minimal harus ada tiga masalah sebagai penyebab
(causa), masalah utama (core problem), dan akibat (effect)
(Yusuf,dkk,2015).
Berdasarkan teori diatas bahwa asumsi peneliti didapatkan bahwa
diagnosa utama yang timbul adalah isolasi sosial menjadi core problem.
3. Intervensi Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana
intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus (Yosep dalam Muhith,
2015).
Intervensi keperawatan prioritas pada partisipan 1 dan 2 adalah isolasi
sosial. Penulis membuat intervensi keperawatan dengan identfikasi
penyebab, tanda dan gejala isolasi sosial, akibat isolasi sosial dan
melakukan strategi pelaksanaan untuk mengontrol rasa menyendiri dan
malu dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, berkenalan dengan 2
orang, berkenlan dan berkomunikasi dengan 3 orang dan berkenalan
dengan 4-5 orang untuk saling berinteraksi.

Rencana keperawatan pada keluarga dengan diagnosa isolasi sosial


memiliki tujuan keluarga dapat meneruskan melatih partisipan dan
mendukung agar kemampuan partisipan isolasi sosial mengatasi masalah
masalahnya dapat meningkat. Kriteria yang diharapkan keluarga
mengenal isolasi sosial, keluarga mampu melatih mengajak partisipan
berkomunikasi dengan orang lain, keluarga mampu melatih partisipan
berkenalan dengan 2 orang, keluarga mampu melatih partisipan
berkenalan dengan 3 orang dan keluarga mampu melatih partisipan
berkenalan dengan 4-5 orang, keluarga mampu melakukan follow up ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Intervensi keperawatan kedua pada partisipan 1 dan 2 yang diambil pada


harga diri rendah. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada partisipan terdiri dari empat, yaitu pertama perawat
membantu partisipan memilih beberapa kegiatan yang dapat
dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dapat dilatih saat ini, kedua
yaitu perawat membantu partisipan memilih kegiatan kedua, latih
kegiatan kedua, ketiga yaitu perawat membantu partisipan memilih
kegiatan ketiga, latih kegiatan ketiga, keempat yaitu perawat membantu
partisipan memilih kegiatan keempat, latih kegiatan keempat.

Strategi pelaksanaan yang dilakukan pada keluarga yaitu pertama perawat


menjelaskan cara merawat partisipan dengan harga diri rendah terutama
memberikan pujian semua hal yang positif pada partisipan, kedua yaitu
perawat bersama keluarga melatih partisipan dalam melakukan kegiatan
kedua yang dipilih partisipan, ketiga yaitu perawat bersama keluarga
melatih partisipan melakukan kegiatan ketiga yang dipilih, keempat yaitu
perawat bersama keluarga melatih partisipan melakukan kegiatan keempat
yang dipilih serta menjelaskan follow up ke pelayanan kesehatan
masyarakat, tanda kambuh, beserta rujukan.

Intervensi keperawatan ketiga pada partisipan 1 dan 2 adalah perilaku


kekerasan. Perawat membuat intervensi keperawatan dengan identifikasi
penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat perilaku kekerasan
dan melakukan strategi pelaksanaan untuk mengontrol rasa marah dengan
cara minum obat secara teratur, latihan fisik tarik napas dalam dan pukul
bantal, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak dengan
cara yang baik) serta latihan cara spiritual.

Rencana keperawatan pada keluarga dengan diagnosa perilaku kekerasan


memiliki tujuan keluarga dapat meneruskan melatih partisipan dan
mendukung agar kemampuan partisipan perilaku kekerasan mengatasi
masalah masalahnya dapat meningkat. Kriteria yang diharapkan keluarga
mengenal perilaku kekerasan, keluarga mampu melatih merawat
partisipan dengan minum obat, keluarga mampu melatih partisipan
dengan latihan fisik 1 dan 2, kleuarga mampu melatih partisipan secara
verbal dan keluarga mampu melatih partisipan secara spiritual, keluarga
mampu melakukan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.
4. Implementasi Keperawatan
Pada partisipan 1 tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa keperawatan dengan isolasi sosial yaitu identfikasi penyebab,
tanda dan gejala isolasi sosial, akibat isolasi sosial dan melakukan
strategi pelaksanaan untuk mengontrol rasa menyendiri dan malu dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain, berkenalan dengan 2 orang,
berkenlan dan berkomunikasi dengan 3 orang dan berkenalan dengan 4-5
orang untuk saling berinteraksi.

Masalah keperawatan kedua harga diri rendah yaitu pertama perawat


membantu partisipan memilih beberapa kegiatan yang dapat
dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dapat dilatih saat ini, kedua
yaitu perawat membantu partisipan memilih kegiatan kedua, latih
kegiatan kedua, ketiga yaitu perawat membantu partisipan memilih
kegiatan ketiga, latih kegiatan ketiga, keempat yaitu perawat membantu
partisipan memilih kegiatan keempat, latih kegiatan
keempat.Implementasi pada diagnosa keperawatan kedua yaitu harga diri
rendah. Implementasi dilakukan 4 kali kunjungan yaitu membantu
mengarahkan pasien untuk mengidentifikasikan aspek positif yang pasien
miliki, lalu menolong pasien untuk menilai kegiatan yang dapat pasien
lakukan yaitu melipat kain, mengelap meja,menyapu dan mencuci piring,
membantu pasien untuk mengetahui alat dan cara melakukan kegiatan
yang pasien pilih.

Masalah keperawatan ketiga resiko prilaku kekerasan Pada partisipan 2


tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk diagnosa keperawatan
pertama perilaku kekerasan tindakan yang telah dilakukan yaitu
identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat
perilaku kekerasan, latihan mengontrol rasa marah strategi pelaksanaan 1
perilaku kekerasan dengan cara minum obat ,latihan strategi pelaksanaan
2 perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik tarik napas dalam dan
pukul bantal, latihan strategi pelaksanaan 3 perilaku kekerasan dengan
mengungkapkan, meminta dan menolak dengan baik, latihan strategi
pelaksanaan 4 perilaku kekerasan dengan cara spiritual.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua
yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan
(Afnuhazi, 2015).

Evaluasi keperawatan yang peneliti simpulkan untuk tiga diagnosa yang


peneliti terapkan pada partisipan 1 telah sesuai dengan kriteria hasil yang
didapatkan. Hasil evaluasi untuk diagnosa isolasi sosial.Evaluasi yang
penulis lakukan meliputi hubungan saling percaya antara perawat dan
partisipan tercapai ditandai dengan partisipan bersedia duduk berhadapan
dengan penulis, partisipan bersedia berkenalan dan menjabat tangan
penulis, partisipan bersedia menyebutkan nama dan nama panggilan yang
disukai oleh partisipan 1. Partisipan bersedia menceritakan tentang
masalah yang dialaminya, partisipan juga menjelaskan kenapa ia tidak
mau berinteraksi dengan orang lain, selain itu partisipan juga bersedia
diajarkan cara berkenalan dengan orang lain, partisipan juga mampu
memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar. Partisipan
menunjukkan kemajuan dengan ia mampu memperkenalkan dirinya
kepada orang lain.

Diagnosa keperawatan harga diri rendah, partisipan juga menunjukkan


perbaikan yang belum cukup signifikan. Partisipanmasih malas
melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa ia lakukan. Sedangkan pada
diagnosa keperawatan resiko prilaku kekerasan, partisipan mengatakan
kadang-kadang partisipan masih sering marah. Partisipan dapat menerima
kedatangan peneliti dengan baik, partisipan cukup kooperatif selama
berinteraksi dengan peneliti dan partisipan mau mengikut saran dan
motivasi yang diberikan peneliti bersama- sama dengan keluarga. Hal
tersebut sesuai dengan teori pada kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu,
partisipan mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan, menangani
perilaku dengan cara yang telah diajarkan, partisipan dapat merasakan
manfaat dari cara mengontrol marah yang telah diajarkan.

Pada keluarga perawat juga mengevaluasi terhadap setiap tindakan yang


telah dilakukan. Hasil evaluasi pada keluarga cukup baik, keluarga mau
menerima keberadaan perawat diantara keluarga, dan keluarga bersedia
diajarkan cara membimbing partisipan dalam mengontrol perilaku
kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan hubungan saling percaya antara
keluarga dan perawat terjalin dengan baik, keluarga bersedia dikunjungi
oleh perawat selama 6 kali kunjungan, keluarga mau berkenalan dengan
perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah yang dialami saat
merawat partisipan. Selain itu keluarga dapat mengulangi 4 cara yang
telah diajarkan untuk membimbing partisipan perilaku kekerassan
didepan perawat bersama partisipan.

Evaluasi keperawatan yang peneliti simpulkan untuk tiga diagnosa yang


peneliti terapkan pada partisipan 2 telah sesuai dengan kriteria hasil yang
didapatkan. Hasil evaluasi untuk diagnosa isolasi sosial.Evaluasi yang
penulis lakukan meliputi hubungan saling percaya antara perawat dan
partisipan tercapai ditandai dengan partisipan bersedia duduk berhadapan
dengan penulis, partisipan bersedia berkenalan dan menjabat tangan
penulis, partisipan bersedia menyebutkan nama dan nama panggilan yang
disukai oleh partisipan, partisipan bersedia menceritakan tentang masalah
yang dialaminya, partisipan juga menjelaskan kenapa ia tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, selain itu partisipan juga bersedia
diajarkan cara berkenalan dengan orang lain, partisipan juga mampu
memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar. Partisipan
menunjukkan kemajuan dengan ia mampu memperkenalkan dirinya
kepada orang lain.

Pada diagnosa keperawatan harga diri rendah, partisipan juga


menunjukkan perbaikan yangcukup signifikan. Partisipansudah mau
melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa ia lakukan. Sedangkan pada
diagnosa keperawatan resiko prilaku kekerasan, partisipan mengatakan
kadang-kadang partisipan masih sering marah. Partisipan dapat menerima
kedatangan peneliti dengan baik, partisipan cukup kooperatif selama
berinteraksi dengan peneliti dan partisipan mau mengikut saran dan
motivasi yang diberikan peneliti bersama- sama dengan keluarga. Hal
tersebut sesuai dengan teori pada kriteria hasil yang hendak dicapai yaitu,
partisipan mengetahui penyebab dari perilaku kekerasan, menangani
perilaku dengan cara yang telah diajarkan, partisipan dapat merasakan
manfaat dari cara mengontrol marah yang telah diajarkan.

Pada keluarga perawat juga mengevaluasi terhadap setiap tindakan yang


telah dilakukan. Hasil evaluasi pada keluarga cukup baik, keluarga mau
menerima keberadaan perawat diantara keluarga, dan keluarga bersedia
diajarkan cara membimbing partisipan dalam mengontrol perilaku
kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan hubungan saling percaya antara
keluarga dan perawat terjalin dengan baik, keluarga bersedia dikunjungi
oleh perawat selama 6 kali kunjungan, keluarga mau berkenalan dengan
perawat, keluarga dapat mendiskusikan masalah yang dialami saat
merawat partisipan. Selain itu keluarga dapat mengulangi 4 cara yang
telah diajarkan untuk membimbing partisipan perilaku kekerassan
didepan perawat bersama partisipan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada kedua


pasien gangguan jiwa dengan Isolasi sosial di wilayah kerja Puskesmas
Nanggalo Kota Padang tahun 2017, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut

1. Hasil pengkajian didapatkan partisipan mengatakan enggan untuk


berkomunikasi dengan orang lain, malu untuk berbicara karena takut unuk
diertawakan.
2. Diagnosa utama yang muncul berdasarkan prioritas yaitu Diagnosa yang
muncul pada kasus partisipan adalah isolasi sosial sebagai masalah utama,
harga diri rendah sebagai penyebab dan resiko halusinasi sebagai
akibat.Dalam mengumpulkan data dan menggerakkan diagnosa penulis
tidak menemukan hambatan karena pasien kooperatif dan keluarga pasien
yang terbuka dengan penulis.
3. Intervensi yang dilakukan dirumuskan berdasarkan diagnosa Pada
perencanaan dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang ditemukan.
Penulis telah membuat perencanaan sesuai teoritis yang ada dan
diharapkan dapat mengatasi masalah pasien. Rencana keperawatan yang
dibuat oleh perawat ditujukan kepada pasien dan keluarga demi
tercapainya tujuan tindakan keperawatan yang optimal. untuk
memudahkan pelaksanaan tindakan perawat membuat strategi pelaksanaan
tindakan kepada pasien dan keluarga. Intervensi yang dilakukan pada
diagnosa isolasi sosial yaitu pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
secara optimal, pada diagnosa harga diri rendah yaitu identifikasi aspek
positif yang dimiliki dan melakukan kegiatan harian terjadwal, sedangkan
pada diagnosa resiko halusinasi pasien diharapkan tidak ada tanda-tanda
halusinasi.
4. Implementasi dilakukan berdasarkan Intervensi keperawatan yang telah
dibuat. Implementasi dilakukan dengan metode konseling, diskusi,
demonstrasi, dan penyuluhan. Dalam pelaksanaan ada beberapa
implementasi yang digabung seperti tugas khusus keluarga keempat dan
kelima yaitu demonstrasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan
perencanaan yang telah penulis susun yang didapat dari teoritis.
Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan adalah diagnosa isolasi sosial,
harga diri rendah dan resiko halusinasi dilaksanakan sampai strategi
pelaksanaan 4 sesuai strategi pelaksanaan yang direncanakan pada pasien
juga keluarga nya.
5. Pada tahap akhir peneliti mengevaluasi kepada pasien dan keluarga. Pada
evaluasi untuk masalah keperawatan Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 8 hari klien mampu melakukan interaksi secara
bertahap, melakukan kegiatan yang telah dipilih, melatih mengontrol
halusinasi. dengan baik namun belum mampu secara mandiri dan dalam
pengawasan keluarga. Faktor pendukung bagi penulis dalam
mengumpulkan data dimana pasien dan keluarga kooperatif dalam
memberi informasi yang dibutuhkan untuk kelengkapan data.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagi berikut :
1. Bagi Pimpinan Puskesmas Nanggalo Kota Padang
Bagi pemegang program Keperawatan Jiwa dapat mengembangkan program
kesehatan jiwa yang dapat memfasilitasi penanganan masalah gangguan
kesehatan jiwa pada klien dengan Isolasi Sosial.
2. Penulis.
Penulisan ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan penulis dalam mendiskripsikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial di Kelurahan Surau Gadang
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang.
3. Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan isolasi sosial di klinikn maupun dikomunitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yusuf Zainal. (2015). Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep, dan


Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia
Badar.(2016).Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial :
Samarinda

Dalami, Ermawati dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Jiwa.Jakarta

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2013). Profil Kesehatan. Padang: Dinas

Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, dkk. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta:EGC

Kuntjojo. 2009. Metode Penelitian. Jakarta

Muhith A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:


Penerbit ANDI.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Purba,dkk (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Psikosial Dan Gangguan Jiwa.
Medan

Pusdiklatnakes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Masyarakat. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar (2007). Laporan Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI

Riset Kesehatan Dasar (2013). Laporan Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI

Riyadi, Sujono, 2009, Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Sulistyono, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Surakarta.
http://repository.unri.ac.id. Diakses tanggal 10 Januari 2017, Pukul 20.05
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance mental
healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Ny.A Umur


: 30 Tahun Jenis Kelamin :
Perempuan Agama :
Islam Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jln. Pesisir Selatan no 715. Kelurahan Surau Gadang, Kec
Nanggalo Kota Padang
Tanggal Pengkajian: 22 Mei 2017

II. KELUHAN SAAT DIKAJI


Keluarga partisipan mengeluh kalau partisipan merasa enggan untuk
berinteraksi dengan orang lain, partisipan juga merasa malu untuk bertemu
dengan orang lain, keluarga partisipan mengatakan sering dikamar sendiri dan
melamun, ia malas melakukan kegiatan yang ada dirumahnya, partisipan
merasa bingung ketika diajak kenalan dengan orang lain dan tidak tau mulai
dari mana dengan apa yang akan dibicarakan.
Keluarga terkadang mengajak partisipan untuk berinteraksi dengan tetangga
sekitar, tetapi partisipan tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa malu
bertemu dengan orang
III.FAKTOR PREDISPOSISI
Partisipan menjalani perawatan dirumah tetapi menjalankan pengontrolan
setiap bulannya ke Rumah Saikt Jiwa HB.Sa’anin Padang, partisipan teratur
minum obat dengan diawasi oleh keluarganya.
Partisipan mengatakan ia ditinggalkan ayahnya pada saat umur 9 tahun yang
membuat dia sedih dan sangat kehilangan, partisipan tidak pernah menjadi
pelaku tindak kekerasan dan seksual. Partisipan pernah mengalami tidak bisa

Poltekkes Kemenkes Padang


mengikuti lomba pidato disekolahnya karena malu. Partisipan tidak mau
berinteraksi lagi dengan orang lain,dan hanya diam dirumah, sehingga
membuatnya tertekan, tidak mampu mengambil keputusan dan memecahkan
masalahnya. Tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan gangguan jiwa
yang dialami klien saat ini. Klien tidak pernah mengalami penganiyayaan
fisik , tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak pernah mengalami
tindakan kriminal. Keluarga klien mengatakan bahwa kakak kandung nya
juga mengaalami gangguan jiwa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda vital : TD : 120/70 mmHg N : 83x/i S : 36,6 0C P : 20x/i
2. Ukuran : TB : 156 cm BB : 57 Kg
3. Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik saat
ini.

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Klien
: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah

Jelaskan : Klien anak ke 5 dari 5 saudara kandung, saat ini klien


tinggal dirumah bersama dengan Ibu kandung dan satu
orang kakak kandung. Ayah klien telah meninggal dunia
sejak klien kecil

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri :Klien mengatakan tidak ada bagian anggota tubuh
yang tidak disukai
b. Identitas diri :Klien merupakan anak ke 5 dari 5 saudara.
c. Peran diri :Klien mengatakan sekarang hanya bekerja
membantu orang tua dirumah.
d. Ideal diri :Klien mengatakan ingin sembuh dan bisa
berinteraksi dengan masyarakat.
e. Harga diri :Klien mengatakan merasa tidak mampu, merasa
tidak b erguna, mudah putus asa dan
kurang percaya diri.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan dan sokongan terutama ibunya.
dan.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat. Klien
mengatakan malas ikut dalam kegiatan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan merasa enggan untuk berinteraksi dengan orang
lain, dan juga merasa malu untuk bertemu dengan orang lain.

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah


4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.

b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan
puasa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
seperti

tidak sesuai biasanya

Jelaskan :
...................................................................................................................

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren



Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

3. Aktivitas Motorik:
√ √
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

4. Alam perasaaan
√ √
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan

Jelaskan
:

Masalah Keperawatan :

5. Afek


Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

6. lnteraksi selama wawancara



Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi


flight of idea blocking pengulangan
pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Klien tampak saat berinteraksi tiba-tiba berhenti saat berbicara dan
kemudian melanjutkan kembali

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Jelaskan :

Masalah Keperawatan: Tidak ada

10. Tingkat kesadaran



bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan :
............................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat
jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi


Jelaskan :
............................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

√ mudah beralih tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :
................................................................................................
...................

Masalah Keperawatan :

13. Kemampuan penilaian



Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan :
..........................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

14. Daya tilik diri


mengingkari penyakit yang dider ta menyalahkan hal-hal diluar
dirinya

Jelaskan :
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :

VII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah √ reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya lainnya :

Masalah Keperawatan :

VIII. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan merasa enggan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
juga merasa malu untuk bertemu dengan orang lain.
X. Pengetahuan Kurang Tentang:

√ Penyakit jiwa sistem pendukung


Faktor presipitasi √ penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : skizofrenia

Terapi Medik : risperidone 3 mg 2x/hari, Fluoxetine 20 mg 2x/hari,


Trihexyphenidyl 2 mg 2x/hari, Clobazam 2 mg 2x/hari.

FORMAT ANALISA DATA


No Data Masalah
1. Ds:
- Keluarga partisipan mengeluh
kalau partisipan merasa
enggan untuk berinteraksi
dengan orang lain
- keluarga partisipan Isolasi Sosial
mengatakan sering dikamar
sendiri dan melamun
Do:
- Klien merasa bingung ketika
diajak kenalan dengan orang
lain dan tidak tau mulai dari
mana dengan apa yang akan
dibicarakan.
- Saat wawancara kontak mata
kurang dan klien banyak
menunduk
- Klien memiliki afek tumpul
hanya mau berbicara jika
diberi stimulus emosi yang
kuat.

2 Ds: Harga Diri Rendah


- Keluarga mengatakan
mengajak klien untuk
berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi
klien tetap tidak mau dan
mengatakan ia merasa
malu bertemu dengan
orang.
- Keluarga mengatakan
sering dikamar sendiri dan
melamun, ia malas
melakukan kegiatan yang
ada dirumahnya.
DO :
- Klien tampak banyak
menghabiskan waktu dengan
diam dan menyendiri dikamar
- Partisipan jarang terlibat
dengan kegiatan-kegiatan di
masyarakat
3 DS : Perilaku Kekerasan
- Keluarga klien mengatakan
jika klien menahan emosi nya
maka ia akan melemparkan

Poltekkes Kemenkes Padang


benda yang ada didekatnya
DO: - Klien
tampak
gelisah
jika diajak
berbicara
lama-lama
- Saat
sedang
interaksi
terkadang
klien
tampak
meng
gera
m
karen
a
bosan

FORMAT DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Keperawatan Muncul Teratasi
1. Isolasi Sosial 22 Mei 2017 25 Mei 2017
2. Harga Diri Rendah 22 Mei 2017 26 Mei 2017
3 Resiko Perilaku 22 Mei 2017 27 Mei 2017
Kekerasan
Polte
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Isolasi Sosial 1. Pasien berinteraksi Setelah 2-4 kali pertemuan SP Pasien
dengan orang lain saat dilakukan interaksi SP 1 Pasien
sehingga tidak dengan pasien, pasien 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial,
terjadi menarik diri menunjukkan ekspresi dengan siap serumah, orang terdekat,
dari lingkungan. wajah yang bersahabat, yang tidak dekat, dan apa
menunjukkan rasa senang, penyebabnya.
ada kontak mata, mau 2. Jelaskan keuntungan punya teman dan
berjabat tangan, mau bercakap-cakap
menyebutkan nama, mau 3. Kerugian tidak punya teman dan tidak
menjawab salam, pasien bercakap-cakap
mau duduk berdampingan 4. Latih cara berkenalan dengan anggota
dengan perawat, mau keluarga
mengutarakan masalah yang 5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
dihadapi. untuk latihan berkenalan

Poltekkes Kemenkes Padang


SP 2 Pasien
1. Evaluasi kegiatan berkenalan
(beberapa orang) beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan 2 sampai 3 orang,
bebicara saat melakukan kegiatan
harian

Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan
dan bicara saat melakukan 2 kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian
3. Masukkan kedalam jadwal kegiatan

Poltekkes Kemenkes Padang


harian untuk latihan berkenalan 4
sampai 5 orang, berbicara saat
melakukan 4 kegiatan harian

Sp 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,
bicara saat melakukan 4 kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih bicara social : belanja kewarung,
meminta sesuatu, menjawab pertanyaan
3. Masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian berkenalan lebih dari 5 orang

Sp keluarga
Sp 1 keluarga
1. Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian tanda dan gejala
dan proses terjadinya isolasi social

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Jelaskan cara merawat isolasi social
4. Latih 2 cara merawat dengan
berkenalan, berbicara saat melakukan
kegiatan harian
5. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian

Sp 2 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih klien berkenalan
dan berbicara saat melakukan kegiatan
harian. Beri pujian
2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang
dapat melibatkan klien berbicara
(makan, sholat bersama)
3. Latih cara membimbing klien berbicara
4. Anjurkan membantu klien mengatur
jadwal

Poltekkes Kemenkes Padang


Sp 3 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat klien dengan cara berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan
harian dan rumah tangga
2. Jelaskan cara melatih klien melakukan
kegiatan social seperti berbelanja,
meminta sesuatu yang lain
3. Latih keluarga mengajak klien belanja
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan member pujian
Sp 4 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat klien dengan cara berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan
harian, berbelanja dan beri pujian
2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu klien sesuai

Poltekkes Kemenkes Padang


jadwal dan beri pujian

2 Harga Diri Rendah 1. Klien mampu Setelah 2-4x pertemuan: SP 1 Pasien:


meningkatkan Klien mampu meningkatkan 1. Identifikasikan kemampuan melakukan
kepercayaan diri kepercayan diri yang kegiatan dan aspek positif pasien (buat
yang dimiliki klien dimiliki klien dengan cara: daftar kegiatan)
dan melatih 1. Mengkaji kemampuan 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang
kemampuan yang yang dimiliki klien serta dapat dilakukan saat ini (pilih dari
dimiliki klien melatih kegiatan yang daftar kegiatan): buat daftar kegiatan
melalui strategi pertama. yang dapat dilakukan saat ini.
pelaksanaan 2. Latihan kegiatan kedua 3. Bantu pasien memilih salah satu
tindakan yang telah disepakati kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
keperawatan dengan klien. untuk dilatih
sehingga klien tidak 3. Latihan kegiatan ketiga 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan
lagi merasa putus yang telah disepakati cara melakukanya)
asa dan merasa lebih dengan klien. 5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
berarti. 4. Latihan kegiatan ke- latihan dua kali per hari.
empat yang telah
disepakati dengan klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


SP 2 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan pertama yang dilatih
dan berikan pujian.
2. Bantu klien memilih kegiatan yang
kedua untuk dilatih
3. Latih kegiatan yang kedua (alat dan
cara)
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing
dua kali per hari.

SP 3 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu klien memilih kegiatan yang
ketiga untuk dilatih
3. Latih kegiatan ketiga ( alat-cara)
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


latihan: tiga kegiatan, masing-masing
dua kali perhari.

SP 4 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian.
2. Bantu klien memilih kegiatan keempat
yang akan dilatih.
3. Latih kegiatan keempat ( alat dan cara)
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan: empat kegiatan masing-masing
dua kali per hari.

SP 1 Keluarga:
1. Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,

Poltekkes Kemenkes Padang


dan proses terjadinya Harga Diri
Rendah (gunakan booklet)
3. Diskusikan kemampuan atau aspek
positif klien yang pernah dimiliki
sebelum dan setelah sakit.
4. Jelaskan cara merawat Harga Diri
Rendah terutama memberikan pujian
semua hal yang positif pada klien.
5. Latih keluarga memberikan tanggung
jawab kegiatan pertama yang dipilih
klien: bimbing dan berikan pujian.
6. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberikan pujian.

SP 2 Keluarga:
1. Evalusi kegiatan keluarga dalam
membimbing klien melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan
dilatih klien, beri pujian

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukan kegiatan kedua yang dipilih
klien.
3. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

SP 3 Keluarga:
1. Evalusi kegiatan keluarga dalam
membimbing klien melaksanakan
kegiatan pertama dan kedua yang telah
dipilih dan dilatih, beri pujian
2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukan kegiatan ketiga yang
dipilih.
3. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

SP 4 Keluarga:
1. Evalusi kegiatan keluarga dalam

Poltekkes Kemenkes Padang


membimbing klien melaksanakan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga
yang telah dipilih dan dilatih, beri
pujian
2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukan kegiatan keempat yang
dipilih.
3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
3 Resiko Perilaku Pasien mampu : Setelah 2-6x pertemuan: SP 1 Pasien
1. Membina hubungan Klien mampu mengontrol 1. Membina hubungan saling percaya.
Kekerasan
saling percaya perilaku kekerasan dengan 2. Mengidentifikasi penyebab,tanda
2. Mengidentifikasi PK cara: &gejala perilaku kekerasan yang
3. Menjelaskan 1. Latihan minum obat yang dilakukan, akibat perilaku kekerasan
perasaan saat terjadinya benar dan baik 3. Latihan mengontrol perilaku kekerasan
marah 2. Latihan tarik napas dalam dengan minum obat (6
4. Menjelaskan dan pukul bantal benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,cara)
perilaku saat maraH 3. Latihan dengan cara 4. Memasukkan kedalam jadwal harian.
5. Menyebutkan cara verbal
mengontrol marah. SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi tanda dan gejala PK
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Mengevaluasi latihan minum obat
3. Melatih cara mengontrol marah dengan
latihan fisik 1 dan 2
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan

SP 3 pasien
1. Evaluasi latihan mengontrol marah 1
dan 2
2. Melatih cara mengontrol marah dengan
cara verbal
3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan

SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1,2, dan
2. Memberi pujian
3. Melatih mengonrol marah dengan
spritual
Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian

Poltekkes Kemenkes Padang


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


1 23 Mei 2017 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S:
1. klien mengatakan tidak
SP 1 Pasien mau berkenalan dengan
1. Membina hubungan saling orang lain
percaya, 2. klien mengatakan tidak
2. Membantu pasien tau keuntungan
menyadari maslah isolasi berinteraksi dengan orang
sosial, laim
3. Melatih bercakap-cakap O: .
antara pasien dan keluarga 1. klien tampak menyendiri
2. klien tidak nampak
bergaul dengan teman
disekitar ruangan klien
3. klien tidak bisa
menyebutkan kembali
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
A: Masalah belum teratasi
P: Optimalkan kemampuan
SP 1 isolasi sosial yaitu
melatih klien cara berkenalan
24 Mei 2017 Isolasi sosial SP 2 Isolasi sosial S:
SP 2 pasien 1. Klien mengatakan sudah
1. Melatih pasien berinteraksi bisa berinteraksi dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


secara bertahap orang lain
2. Latihan bercakap-cakap 2. Klien mengatakan tau
dengan 1 orang keuntungan berinteraksi
3. Memasukan pada jadwal dengan orang lain
kegiatan harian O:
1. Klien tampak sudah bisa
berkenalan dengan 1
orang
2. Klien bisa menyebutkan
keuntungan berkenalan
dengan orang lain
A:
1. klien mampu
mengidentifikasi
keutungan berkenalan
2. Klien bisa berkenalan
dengan 1 orang
25 Mei 2017 SP 3 Isolasi sosial S:
SP 3 Pasien 1. Klien mengatakan sudah
1. Melatih pasien berinteraksi bisa berkenalan
secara bertahap-tahap 2. klien sudah dapat
2. Latihan bercakap-cakap mempraktekan berkenalan
3. Memasukan pada jadwal dengan 1 orang
kegiatan harian O:
1. Klien sudah bisa
berkenalan dengan 1
orang
2. Klien sudah bisa

Poltekkes Kemenkes Padang


menyebutkan keuntungan
berinteraksi
A:
1. Klien mampu
mengidentifikasi
keuntungan berkenalan
2. Klien bisa berkenalan
dengan 1 orang dan 2
orang
P: Optimalkan SP 3

2 26 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 1 dan SP 2 : Melatih klien S:


meningkatkan kemampuan - Partisipan 1 mengatakan
melakukan kegiatan pertama sudah bisa menyapu
(menyapu ruangan dan ruangan dan memasak
memasak) - Partisipan 1 mengatakan
1. Melakukan salam kadang-kadang ia
terapeutik. memasak
2. Mengevaluasi perasaan
klien O:
3. Melakukan kontrak waktu - Partisipan 1 tampak bisa
dengan klien melakukan setelah
4. Menjelaskan dan diarahkan
mempraktekan cara
menyapu ruangan dan A:
memasak - Partisipan 1 melakukan
5. Menyuruh klien
kegiatan mandiri tanpa
mempraktekan menyapu
arahan

Poltekkes Kemenkes Padang


ruangan dan memasak P: Optimalkan kemampuan
6. Melakukan evaluasi SP
terhadap latihan kegiatan
menyapu ruangan dan
memasak yang diajarkan
pada klien
7. Melakukan rencana tindak
lanjut
Melakukan kontrak waktu
selanjutnya.
27 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 3 : Melatih klien S : Klien mengatakan sudah
meningkatkan kemampuan bisa mengaji/ membaca
melakukan kegiatan pertama Al Quran
(mengaji/membaca Al Quran). O : Klien tampak biSA
1. Melakukan salam melakukannya setelah
terapeutik. diarahkan
2. Mengevaluasi perasaan A : Klien melakukan kegiatan
klien mandiri tampa arahan.
3. Melakukan kontrak waktu P : Optimalkan kemampuan
dengan klien SP 3 HDR
4. Menjelaskan dan
mempraktekan cara
mengaji/ membaca Al
Quran.
5. Menyuruh klien
mempraktekan membaca Al
Quran
6. Melakukan evaluasi

Poltekkes Kemenkes Padang


terhadap latihan kegiatan
(mengaji/membaca Al
Quran ) yang diajarkan
pada klien
7. Melakukan rencana tindak
lanjut
8. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya
28 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP4 : Melatih klien S : Klien mengatakan sudah
meningkatkan kemampuan bisa melakukan mencuci
melakukan kegiatan kedua O : Klien tampak bisa
(mencuci). melakukannya setelah
1. Melakukan salam diarahkan
terapeutik. A : Klien melakukan kegiatan
2. Mengevaluasi kembali cara mandiri tampa arahan.
merapikan membaca Al P : Optimalkan kemapuan SP
Quran 4 HDR
3. Melakukan kontrak waktu
dengan klien
4. Menjelaskan dan
mempraktekan cara
mencuci yang benar
5. Menyuruh klien
mempraktekan cara
mencuci yang benar
6. Melakukan evaluasi
terhadap latihan kegiatan
(mencuci) yang diajarkan

Poltekkes Kemenkes Padang


pada klien
7. Melakukan rencanatindak
lanjut
8. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya.

3 Senin/ 22 Mei Perilaku Kekerasan Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:


1. Membina hubungan saling - Klien mengatakan
2017
percaya. nama klien Tn.A
2. Mengidentifikasi - Klien mengatakan
penyebab,tanda &gejala
perilaku kekerasan yang bersedia untuk
dilakukan, akibat perilaku dikunjungi selama
kekerasan 10 hari
3. Latihan mengontrol dirumahnya
perilaku kekerasan dengan O:
minum obat (6 - Klien tampak
benar,jenis,fungsi,dosis,frek
menerima perawat
uensi,cara)
- Klien mulai
4. Memasukkan kedalam
jadwal harian. tampak kooperatif
- Klien tampak
sudah mulai bisa
mengulangi yang
dijelaskan
A: Hubungan saling percaya
P : Strategi pelaksanaan 1

Poltekkes Kemenkes Padang


pasien
Selasa/ 23 Mei Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:
1. Membina hubungan - Klien mengatakan
2017
saling percaya. mengetahui Klien
2. Mengidentifikasi
mengadakan
penyebab,tanda &gejala
perilaku kekerasan yang merasa kaku
dilakukan, akibat setelah minum
perilaku kekerasan obat
3. Latihan mengontrol O:
perilaku kekerasan -
Klien tampak
dengan minum obat (6
mengerti dengan
benar,jenis,fungsi,dosis,
frekuensi,cara) prinsip obat dan
4. Memasukkan kedalam cara minum obat
jadwal harian. - Klien dapat
mengulanginya
lagi
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2
pasien
Strategi Pelaksanaan 1 S:
Keluarga: - Keluarga
1. Mendiskusikan masalah mengatakan
yang dirasakan dalam mengerti tentang
merawat pasien. penyakit yang
2. Menjelaskan dialami klien
Poltekkes Kemenkes Padang
pengertian, - Keluarga
penyebab,tanda mengatakan
&gejala, PK yang mengerti tentang
dilakukan, akibat PK
pengertian,
3. Jelaskan cara merawat
PK penyebab dan
4. Melatih merawat pk tanda gejala pk
dengan minum obat (6 O:
benar, - Keluarga tampak
jenis,fungsi,dosis,freku antusias saat
ensi ,cara) berinteraksi
5. Anjurkan membantu
- Keluarga mampu
klien memasukan
kedalam jadwal harian. mengajarkan cara
minum obat yang
benar kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2
keluarga
Selasa/ 23 Mei Strategi Pelaksanaan 2 S:
pasien - Klien mengatakan
2017
1. Mengevaluasi tanda dan mengetahui cara
gejala PK
mengontrol marah
2. Mengevaluasi latihan
minum obat - Klien bisa
3. Melatih cara mengontrol mengontrol marah
marah dengan latihan fisik dengan tarik napas
1 dan 2 dalam dan pukul
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Memasukkan pada jadwal bantal
kegiatan O:
- Klien tampak
mengerti dengan
latihan fisik 1 dan
2
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3
pasien

Strategi Pelaksanaan 2 S:
Keluarga: - Keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan mengatakan
keluarga dalam merawat mengerti tentang
pasien latihan minum penyakit yang
obat. Beri pujian
dialami klien
2. Melatih keluarga cara
mengontrol marah - Keluarga
dengan latihan fisik 1 mengatakan
dan 2 mengerti tentang
3. Anjurkan membantu pengertian,
klien memasukan
kedalam jadwal harian. penyebab dan
tanda gejala pk
- Keluarga mengerti
tentang latihan
fisik 1 dan 2
Poltekkes Kemenkes Padang
O:
- Keluarga tampak
antusias saat
berinteraksi
- Keluarga mampu
mengajarkan cara
mengontrol marah
dengan latihan
fisik yang benar
kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3
keluarga
Rabu/ 24 Mei Strategi Pelaksanaan 3 pasien S:
1. Evaluasi latihan mengontrol - Klien mengatakan
2017
marah 1 dan 2 mengetahui cara
2. Melatih cara mengontrol
menontrol marah
marah dengan cara verbal
3. Memasukkan ke dalam dnegan bercakap-
jadwal kegiatan cakap
O:
- Klien tampak
mengerti dengan
latihan yang
diajarkan
- Klien dapat
Poltekkes Kemenkes Padang
mempraktekannya
saat marah
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4
pasien

Strategi Pelaksanaan 3 S:
Keluarga: - Keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga mengatakan
melatih mengontrol marah mengerti tentang
dengan minum obat dan cara mengontrol
latihan fisik 1 dan 2
marah dengan cara
2. Melatih keluarga cara
mengontrol marah dengan verbal
cara verbal O:
3. Anjurkan membantu klien - Keluarga mampu
memasukan kedalam jadwal mengajarkan cara
harian. mengungkapkan
marah dengan
verbal yang benar
kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4
keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


Rabu/ 24 Mei Strategi Pelaksanaan 4 S:
Pasien - Klien mengatakan
2017
1. Mengevaluasi kegiatan mengetahui cara menontrol
latihan 1,2, dan 3
marah cara spiritual
2. Memberi pujian
3. Melatih mengonrol marah
dengan spritual O:
Memasukkan kedalam jadwal - Klien tampak
kegiatan harian mengerti dengan
latihan yang
diajarkan
- Klien dapat
mempraktekannya
saat marah
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4
pasien

Strategi Pelaksanaan 4 S:
Keluarga: - Keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan mengatakan
keluarga dalam latihan mengerti tentang
1,2, dan 3 cara mengontrol
2. Memberi pujian
marah dengan cara
3. Melatih keluarga
mengonrol marah spiritual
O:
Poltekkes Kemenkes Padang
dengan spritual - Keluarga tampak
4. Anjurkan membantu antusias saat
klien memasukan berinteraksi
kedalam jadwal harian. - Keluarga mampu
Menganjurkan follow up ke
mengajarkan cara
fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur minum obat yang
benar kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan
dioptimalkan keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn.W Umur


: 51 Tahun Jenis Kelamin :
Laki-laki Agama :
Islam Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Padang panjang 1 no 200, suaru gadang, siteba
Tanggal Pengkajian: 22 Mei 2017

II. KELUHAN SAAT DIKAJI


Tn.W mengatakan kalau dia hanya berdiam diri dirumah dan jarang keluar
rumah, partisipan hanya mau berinteraksi dengan orang yang ada
dirumahnya, partisipan mengatakan hanya menghabiskan harinya didalam
rumah dengan menonton tv, partisipan mengatakan ada melakukan kegiatan
rumah tetapi tidak terlalu sering.
Keluarga terkadang mengajak partisipan untuk berinteraksi dengan tetangga
sekitar, partisipan mau hanya dengan beberapa orang dan yang datang
kerumahnya saja,karena ia merasa malas keluar rumah untuk berinteraksi
dengan orang lain

III. FAKTOR PREDISPOSISI


Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa keluarga klien mengatakan
sebelumnya klien pernah mengalami keputus asa an karena cita-cita nya
menjadi pegawai negeri gagal. Klien hanya mau berdiam diri dan menahan
kekesalannya sendiri, klien juga tidak mau mengambil keputusan dan
menyelesaikan masalahanya. Klien pernah dibawa ke RSJ.HB.Sa’anin.

Poltekkes Kemenkes Padang


Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
penyakit seperti klien. Tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan
gangguan jiwa yang dialami klien saat ini. Klien tidak pernah mengalami
penganiyayaan fisik , tidak ada kekerasan dalam rumah tangga dan tidak
pernah mengalami tindakan kriminal.

Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa


Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami sakit seperti klien.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda vital : TD : 110/80% mmHg N :80 x/menit S : 36,60C P :
20x/menit
2. Ukuran : TB : 159 cm BB : 53 Kg
3. Keluhan Fisik : Klien mengatakan sering merasa kaku dan pusing

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Perempuan : Klien

: Laki-laki : Hubungan keluarga

: Meninggal --------- : Tinggal serumah


Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

2. Konsep diri
a. Gambaran diri :Klien mengatakan tidak ada yang tidak disukainya
b. Identitas diri :Klien merupakan anak ke 2, klien mengatakan
c. Peran diri :Klien mengatakan sekarang hanya bekerja
membantu saudaramya dirumah.
d. Ideal diri :Klien mengatakan ingin sembuh dan bisa bekerja
seperti teman-temannya.
e. Harga diri :Klien mengatakan merasa tidak mampu, merasa
tidak berguna, mudah putus asa dan
kurang percaya diri.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien memiliki orang-orang terdekat dalam kehidupannya sebagai
tempat mengadu, meminta bantuan kepada saudaranya dan. Partisipan
beragama islam partisipan rajin melaksanakan ibadah.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat


Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat. Klien
mengatakan malas ikut dalam kegiatan.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain .

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan semua yang dimiliki adalah
pemberian Tuhan.

b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rajin melaksanakan ibadah. Klien rajin shalat dan
puasa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

Vi. STATUS MENTAL


1. Penampilan

√ Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian


tidak seperti tidak sesuai biasanya

Jelaskan :
...................................................................................................................

2. Pembicaraan
Cepat √ Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu


mulai pembicaraan

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :
3. Aktivitas Motorik:


Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan √ Putus asa Khawatir Gembira
berlebihan

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

5. Afek

Datar Tumpul √
Labil Tidak sesuai

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

6. lnteraksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung


Kontak mata (-) Defensif √ Curiga
Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi


flight of idea blocking pengulangan
pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Klien tampak saat berinteraksi tiba-tiba berhenti saat berbicara dan
kemudian melanjutkan kembali
9. Isi Pikir

Obsesi Fobia √
Hipokondria

Depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Jelaskan :

Masalah Keperawatan: Tidak ada


10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan :
............................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat
jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan :
............................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung



mudah beralih tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan :
................................................................................................
.........
Masalah Keperawatan :

13. Kemampuan penilaian



Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan :
..........................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

14. Daya tilik diri


mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar
dirinya

Jelaskan :
...........................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

Vii. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah √ reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan


Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya lainnya :

Masalah Keperawatan :

Viii. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengalami masalah yang berhubungan dengan lingkungan. Klien
jarang ikut bergabung dengan teman-temannya di lingkungan sekitar, karena
merasa tidak percaya diri dan merasa tidak mampu.

Ix. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa sistem pendukung


Faktor presipitasi √ penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

X. Aspek Medik

Diagnosa Medik : Skizofrenia

Terapi Medik : risperidone 3 mg 2x/hari, Trihexyphenidyl 2 mg 2x/hari

FORMAT ANALISA DATA


No Data Masalah
1. Ds:
- Klien mengatakan kalau dia
hanya berdiam diri dirumah
dan jarang keluar rumah
- Klien mengatakan hanya mau Isolasi sosial
berinteraksi dengan orang
yang ada dirumahnya,
Do:
- Klien tampak gelisah
- Emosi klien tampak labil

2 DS : Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan merasa
tidak mampu,
- Klien mengatakan merasa
tidak berguna,
- Klien mengatakan mudah
putus asa dan kurang percaya
diri.
DO:
- Kontak mata klien kurang
- Klien tampak sering melamun
dan bingung

3 DS : Resiko prilaku kekerasan


- Keluarga klien mengatakan
klien terkadang suka marah
dan merasa kesal sendiri jika
sudah sendiri
- Keluarga klien mengatakan
pernah melemparkan benda ke

Poltekkes Kemenkes Padang


lantai
DO: - Klien tampak bingung
- Klien
tampak
sesekali
menggera
m

FORMAT DIAGNOSA
KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal Tanggal Paraf


Keperawatan Muncul Teratasi
1. Isolasi sosial 22 Mei 2017 25 Mei 2017
2. Harga Diri Rendah 22 Mei 2017 28 Mei 2017
3 Resiko prilaku 22 Mei 2017 31 Mei 2017
kekerasan
Polte
C. FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Isolasi sosial Pasien berinteraksi dengan Setelah 2-4 kali pertemuan SP Pasien
orang lain sehingga tidak saat dilakukan interaksi SP 1 Pasien
terjadi menarik diri dari dengan pasien, pasien 1. Identifikasi penyebab isolasi sosial,
lingkungan. dengan siap serumah, orang terdekat,
menunjukkan ekspresi
yang tidak dekat, dan apa penyebabnya.
wajah yang bersahabat, 2. Jelaskan keuntungan punya teman dan
menunjukkan rasa senang, bercakap-cakap
ada kontak mata, mau 3. Kerugian tidak punya teman dan tidak
berjabat tangan, mau bercakap-cakap
menyebutkan nama, mau 4.Latih cara berkenalan dengan anggota
menjawab salam, pasien keluarga
5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian
mau duduk berdampingan
untuk latihan berkenalan
dengan perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi. SP 2 Pasien
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa
orang) beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan berkenalan 2 sampai 3 orang,
bebicara saat melakukan kegiatan harian

Poltekkes Kemenkes Padang


Sp 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan
dan bicara saat melakukan 2 kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan
kegiatan harian
3. Masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian untuk latihan berkenalan 4
sampai
4. orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian

Sp 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan,
bicara saat melakukan 4 kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih bicara social : belanja kewarung,
meminta sesuatu, menjawab pertanyaan
3. Masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian berkenalan lebih dari 5 orang

Sp keluarga
Sp 1 keluarga
1. Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian tanda dan gejala
dan proses terjadinya isolasi social
3. Jelaskan cara merawat isolasi social

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Latih 2 cara merawat dengan
berkenalan, berbicara saat melakukan
kegiatan harian
5. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
dan memberi pujian

Sp 2 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih klien berkenalan
dan berbicara saat melakukan kegiatan
harian. Beri pujian
2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yang
dapat melibatkan klien berbicara
(makan, sholat bersama)
3. Latih cara membimbing klien berbicara
4. Anjurkan membantu klien mengatur
jadwal

Sp 3 keluarga
1.Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat klien dengan cara berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan
harian dan rumah tangga
2.Jelaskan cara melatih klien melakukan
kegiatan social seperti berbelanja,
meminta sesuatu yang lain
3.Latih keluarga mengajak klien belanja
4.Anjurkan membantu klien sesuai jadwal

Poltekkes Kemenkes Padang


dan member pujian

Sp 4 keluarga
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat klien dengan cara berkenalan,
berbicara saat melakukan kegiatan
harian, berbelanja dan beri pujian
2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
dan beri pujian

2 Harga Diri Rendah 2. Klien mampu Setelah 2-4x pertemuan: SP 1 Pasien:


meningkatkan Klien mampu 1. Identifikasikan kemampuan melakukan
kepercayaan diri yang meningkatkan kepercayan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
dimiliki klien dan diri yang dimiliki klien daftar kegiatan)
melatih kemampuan dengan cara: 2. Bantu pasien menilai kegiatan yang
yang dimiliki klien 1. Mengkaji kemampuan dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
melalui strategi yang dimiliki klien serta kegiatan): buat daftar kegiatan yang dapat
pelaksanaan tindakan melatih kegiatan yang dilakukan saat ini.
keperawatan sehingga pertama. 3. Bantu pasien memilih salah satu
klien tidak lagi merasa 2. Latihan kegiatan kedua kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
putus asa dan merasa yang telah disepakati untuk dilatih
dengan klien. 4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan
lebih berarti.
3. Latihan kegiatan ketiga cara melakukanya)
yang telah disepakati 5. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
dengan klien. latihan dua kali per hari.

Poltekkes Kemenkes Padang


4. Latihan kegiatan ke- SP 2 Pasien:
empat yang telah 1. Evaluasi kegiatan pertama yang dilatih
disepakati dengan klien. dan berikan pujian.
2. Bantu klien memilih kegiatan yang
kedua untuk dilatih
3. Latih kegiatan yang kedua (alat dan
cara)
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan : dua kegiatan masing-masing dua
kali per hari.

SP 3 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua
yang telah dilatih dan berikan pujian
2. Bantu klien memilih kegiatan yang
ketiga untuk dilatih
3. Latih kegiatan ketiga ( alat-cara)
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan: tiga kegiatan, masing-masing dua
kali perhari.

SP 4 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan
ketiga yang telah dilatih dan berikan
pujian.
2. Bantu klien memilih kegiatan
keempat yang akan dilatih.
3. Latih kegiatan keempat ( alat dan

Poltekkes Kemenkes Padang


cara)
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan: empat kegiatan masing-
masing dua kali per hari.

SP 1 Keluarga:
1. Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
dan proses terjadinya Harga Diri
Rendah (gunakan booklet)
3. Diskusikan kemampuan atau aspek
positif klien yang pernah dimiliki
sebelum dan setelah sakit.
4. Jelaskan cara merawat Harga Diri
Rendah terutama memberikan pujian
semua hal yang positif pada klien.
5. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal
dan memberikan pujian.

SP 2 Keluarga:
1. Evalusi kegiatan keluarga dalam
membimbing klien melaksanakan
kegiatan pertama yang dipilih dan dilatih
klien, beri pujian
2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukan kegiatan kedua yang dipilih
klien.

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Latih keluarga memberikan tanggung
jawab kegiatan pertama yang dipilih
klien: bimbing dan berikan pujian.
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

SP 3 Keluarga:
1. Evalusi kegiatan keluarga dalam
membimbing klien melaksanakan
kegiatan pertama dan kedua yang telah
dipilih dan dilatih, beri pujian
2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukan kegiatan ketiga yang dipilih.
3. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

SP 4 Keluarga:
1. Evalusi kegiatan keluarga dalam
membimbing klien melaksanakan
kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang
telah dipilih dan dilatih, beri pujian
2. Bersama keluarga melatih klien dalam
melakukan kegiatan keempat yang
dipilih.
3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.

Poltekkes Kemenkes Padang


3 Perilaku Kekerasan Pasien mampu : Setelah 2-6x pertemuan: Strategi pelaksanaan 1 pasien
1. Membina hubungan Klien mampu mengontrol 1. Membina hubungan saling percaya.
saling percaya perilaku kekerasan dengan 2. Mengidentifikasi penyebab,tanda
2. Mengidentifikasi PK &gejala perilaku kekerasan yang
cara:
3. Menjelaskan perasaan dilakukan, akibat perilaku kekerasan
saat terjadinya marah 1. Latihan minum obat 3. Latihan mengontrol perilaku kekerasan
4. Menjelaskan perilaku yang benar dan baik dengan minum obat (6
saat marah 2. Latihan tarik napas benar,jenis,fungsi,dosis,frekuensi,cara)
5. Menyebutkan cara dalam dan pukul bantal 4. Memasukkan kedalam jadwal harian.
mengontrol marah. 3. Latihan dengan cara
verbal Strategi Pelaksanaan 2 pasien
1. Mengevaluasi tanda dan gejala PK
4. Latihan dengan cara 2. Mengevaluasi latihan minum obat
spiritual 3. Melatih cara mengontrol marah dengan
latihan fisik 1 dan 2
4. Memasukkan pada jadwal kegiatan

Strategi Pelaksanaan 3 pasien


1. Evaluasi latihan mengontrol marah 1
dan 2
2. Melatih cara mengontrol marah dengan
cara verbal
3. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan

Strategi Pelaksanaan 4 Pasien


1. Mengevaluasi kegiatan latihan 1,2, dan
2. Memberi pujian

Poltekkes Kemenkes Padang


3. Melatih mengonrol marah dengan
spritual
4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian

Poltekkes Kemenkes Padang


D. FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


1 23 Mei 2017 Isolasi sosial SP 1 Isolasi sosial S:
1. klien mengatakan tidak
SP 1 Pasien mau berkenalan dengan
1. Membina hubungan saling orang lain
percaya, 2. klien mengatakan tidak tau
2. Membantu pasien keuntungan berinteraksi
menyadari maslah isolasi dengan orang laim
sosial, O:
3. Melatih bercakap-cakap 1. klien tampak menyendiri
antara pasien dan keluarga 2. klien tidak nampak bergaul
dengan teman disekitar
ruangan klien
3. klien tidak bisa
menyebutkan kembali
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
A: Masalah belum teratasi
P: Optimalkan kemampuan
SP 1 isolasi sosial yaitu
melatih klien cara berkenalan
24 Mei 2017 Isolasi sosial SP 2 Isolasi sosial S:
SP 2 pasien 1. Klien mengatakan sudah
1. Melatih pasien berinteraksi bisa berinteraksi dengan
secara bertahap orang lain

Poltekkes Kemenkes Padang


2. Latihan bercakap-cakap 2. Klien mengatakan tau
dengan 1 orang keuntungan berinteraksi
3. Memasukan pada jadwal dengan orang lain
kegiatan harian O:
1.Klien tampak sudah bisa
berkenalan dengan 1 orang
2.Klien bisa menyebutkan
keuntungan berkenalan
dengan orang lain
A:
1.klien mampu
mengidentifikasi keutungan
berkenalan
2.Klien bisa berkenalan
dengan 1 orang
25 Mei 2017 SP 3 Isolasi sosial S:
SP 3 Pasien 1. Klien mengatakan sudah
1. Melatih pasien berinteraksi bisa berkenalan
secara bertahap-tahap 2. klien sudah dapat
2. Latihan bercakap-cakap mempraktekan berkenalan
3. Memasukan pada jadwal dengan 1 orang
kegiatan harian O:
1. Klien sudah bisa
berkenalan dengan 1 orang
2. Klien sudah bisa
menyebutkan keuntungan
berinteraksi

Poltekkes Kemenkes Padang


A:
1. Klien mampu
mengidentifikasi keuntungan
berkenalan
2. Klien bisa berkenalan
dengan 1 orang dan 2 orang
P: Optimalkan SP 3

2 26 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 1 dan SP 2 : Melatih klien S:


meningkatkan kemampuan - Partisipan 1 mengatakan
melakukan kegiatan pertama sudah bisa menyapu
(menyapu ruangan dan ruangan dan memasak
memasak) - Partisipan 1 mengatakan
1. Melakukan salam kadang-kadang ia
terapeutik. memasak
2. Mengevaluasi perasaan
klien O:
3. Melakukan kontrak waktu - Partisipan 1 tampak bisa
dengan klien melakukan setelah
4. Menjelaskan dan diarahkan
mempraktekan cara
menyapu ruangan dan A:
memasak
- Partisipan 1 melakukan
5. Menyuruh klien
kegiatan mandiri tanpa
mempraktekan menyapu
arahan
ruangan dan memasak
P: Optimalkan kemampuan
6. Melakukan evaluasi
SP
terhadap latihan kegiatan

Poltekkes Kemenkes Padang


menyapu ruangan dan
memasak yang diajarkan
pada klien
7. Melakukan rencana tindak
lanjut
Melakukan kontrak waktu
selanjutnya.
27 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP 3 : Melatih klien S : Klien mengatakan sudah
meningkatkan kemampuan bisa mengaji/ membaca
melakukan kegiatan pertama Al Quran
(mengaji/membaca Al Quran). O : Klien tampak biSA
- Melakukan salam melakukannya setelah
terapeutik. diarahkan
- Mengevaluasi perasaan A : Klien melakukan kegiatan
klien mandiri tampa arahan.
- Melakukan kontrak P : Optimalkan kemampuan
waktu dengan klien SP 3 HDR
- Menjelaskan dan
mempraktekan cara
mengaji/ membaca Al
Quran.
- Menyuruh klien
mempraktekan
membaca Al Quran
- Melakukan evaluasi
terhadap latihan
kegiatan
(mengaji/membaca Al

Poltekkes Kemenkes Padang


Quran ) yang diajarkan
pada klien
- Melakukan rencana
tindak lanjut
- Melakukan kontrak
waktu selanjutnya
28 Mei 2017 Harga Diri Rendah SP4 : Melatih klien S : Klien mengatakan sudah
meningkatkan kemampuan bisa melakukan mencuci
melakukan kegiatan kedua O : Klien tampak bisa
(mencuci). melakukannya setelah
1. Melakukan salam diarahkan
terapeutik. A : Klien melakukan kegiatan
2. Mengevaluasi kembali mandiri tampa arahan.
cara merapikan membaca P : Optimalkan kemapuan SP
Al Quran 4 HDR
3. Melakukan kontrak waktu
dengan klien
4. Menjelaskan dan
mempraktekan cara
mencuci yang benar
5. Menyuruh klien
mempraktekan cara
mencuci yang benar
6. Melakukan evaluasi
terhadap latihan kegiatan
(mencuci) yang diajarkan
pada klien
7. Melakukan rencanatindak

Poltekkes Kemenkes Padang


lanjut
8. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya.

3 Senin/ 22 Mei Perilaku Kekerasan Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:


1. Membina hubungan - Klien mengatakan
2017
saling percaya. nama klien Tn.A
2. Mengidentifikasi
- Klien mengatakan
penyebab,tanda &gejala
perilaku kekerasan yang bersedia untuk
dilakukan, akibat perilaku dikunjungi selama
kekerasan 10 hari
3. Latihan mengontrol dirumahnya
perilaku kekerasan dengan O:
minum obat (6 - Klien tampak
benar,jenis,fungsi,dosis,fre
menerima perawat
kuensi,cara)
- Klien mulai
4. Memasukkan kedalam
jadwal harian. tampak kooperatif
- Klien tampak
sudah mulai bisa
mengulangi yang
dijelaskan
A: Hubungan saling percaya
P : Strategi pelaksanaan 1
pasien
Selasa/ 23 Mei Strategi pelaksanaan 1 pasien : S:

Poltekkes Kemenkes Padang


2017 - Membina hubungan saling - Klien mengatakan
percaya. mengetahui Klien
- Mengidentifikasi mengadakan
penyebab,tanda &gejala
merasa kaku
perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibat perilaku setelah minum
kekerasan obat
- Latihan mengontrol O:
perilaku kekerasan dengan - Klien tampak
minum obat (6 mengerti dengan
benar,jenis,fungsi,dosis,fre
kuensi,cara) prinsip obat dan
- Memasukkan kedalam cara minum obat
jadwal harian. - Klien dapat
mengulanginya
lagi
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2
pasien
Strategi Pelaksanaan 1 S:
Keluarga: - Keluarga
- Mendiskusikan masalah mengatakan
yang dirasakan dalam mengerti tentang
merawat pasien. penyakit yang
- Menjelaskan pengertian, dialami klien
penyebab,tanda &gejala, - Keluarga
PK yang dilakukan, akibat
mengatakan

Poltekkes Kemenkes Padang


PK mengerti tentang
- Jelaskan cara merawat PK pengertian,
- Melatih merawat pk penyebab dan
dengan minum obat (6
tanda gejala pk
benar,
jenis,fungsi,dosis,frekuens O:
i ,cara) - Keluarga tampak
- Anjurkan membantu klien antusias saat
memasukan kedalam berinteraksi
jadwal harian. - Keluarga mampu
mengajarkan cara
minum obat yang
benar kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 2
keluarga
Selasa/ 23 Mei Strategi Pelaksanaan 2 S:
pasien - Klien mengatakan
2017
- Mengevaluasi tanda dan mengetahui cara
gejala PK
mengontrol marah
- Mengevaluasi latihan
minum obat - Klien bisa
- Melatih cara mengontrol mengontrol marah
marah dengan latihan dengan tarik napas
fisik 1 dan 2 dalam dan pukul
- Memasukkan pada bantal
jadwal kegiatan
O:

Poltekkes Kemenkes Padang


- Klien tampak
mengerti dengan
latihan fisik 1 dan
2
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3
pasien

Strategi Pelaksanaan 2 S:
Keluarga: - Keluarga
- Mengevaluasi kegiatan mengatakan
keluarga dalam merawat mengerti tentang
pasien latihan minum penyakit yang
obat. Beri pujian
dialami klien
- Melatih keluarga cara
mengontrol marah - Keluarga
dengan latihan fisik 1 mengatakan
dan 2 mengerti tentang
- Anjurkan membantu pengertian,
klien memasukan
kedalam jadwal harian. penyebab dan
tanda gejala pk
- Keluarga mengerti
tentang latihan
fisik 1 dan 2
O:
- Keluarga tampak

Poltekkes Kemenkes Padang


antusias saat
berinteraksi
- Keluarga mampu
mengajarkan cara
mengontrol marah
dengan latihan
fisik yang benar
kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 3
keluarga
Rabu/ 24 Mei Strategi Pelaksanaan 3 pasien S:
1. Evaluasi latihan - Klien mengatakan
2017
mengontrol marah 1 dan 2 mengetahui cara
2. Melatih cara mengontrol
menontrol marah
marah dengan cara verbal
3. Memasukkan ke dalam dnegan bercakap-
jadwal kegiatan cakap
O:
- Klien tampak
mengerti dengan
latihan yang
diajarkan
- Klien dapat
mempraktekannya
saat marah

Poltekkes Kemenkes Padang


A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4
pasien

Strategi Pelaksanaan 3 S:
Keluarga: - Keluarga
- Evaluasi kegiatan keluarga mengatakan
melatih mengontrol marah mengerti tentang
dengan minum obat dan cara mengontrol
latihan fisik 1 dan 2
marah dengan cara
- Melatih keluarga cara
mengontrol marah dengan verbal
cara verbal O:
- Anjurkan membantu klien -
Keluarga mampu
memasukan kedalam mengajarkan cara
jadwal harian. mengungkapkan
marah dengan
verbal yang benar
kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4
keluarga
Rabu/ 24 Mei Strategi Pelaksanaan 4 S:
Pasien - Klien mengatakan
2017
- Mengevaluasi kegiatan mengetahui cara menontrol

Poltekkes Kemenkes Padang


latihan 1,2, dan 3 marah cara spiritual
- Memberi pujian
- Melatih mengonrol O:
marah dengan spritual
- Klien tampak
- Memasukkan kedalam
mengerti dengan
jadwal kegiatan harian
latihan yang
diajarkan
- Klien dapat
mempraktekannya
saat marah
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan 4
pasien

Strategi Pelaksanaan 4 S:
Keluarga: - Keluarga
- Mengevaluasi kegiatan mengatakan
keluarga dalam latihan mengerti tentang
1,2, dan 3 cara mengontrol
- Memberi pujian
marah dengan cara
- Melatih keluarga
mengonrol marah spiritual
dengan spritual O:
- Anjurkan membantu - Keluarga tampak
klien memasukan antusias saat
kedalam jadwal harian. berinteraksi

Poltekkes Kemenkes Padang


- Menganjurkan follow - Keluarga mampu
up ke fasilitas pelayanan mengajarkan cara
kesehatan secara teratur minum obat yang
benar kepada klien
A: Masalah teratasi
P : Strategi pelaksanaan
dioptimalkan keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai