Tinjauan Pustaka
1.1 Personal Hygiene
Personal hygiene merupakan suatu tindakan memelihara kebersihan diri secara fisik
maupun psikis. Personal hygiene menjadi bagian penting dari proses kebersihan dan
merupakan dasar untuk membangun hubungan yang sehat dengan anggota keluarga
dan teman (Hsu, Lin, & Kuo, 2017). Kemampuan seseorang untuk melakukan
dengan perkiraan dan esensial operasi produksi untuk personal hygiene (Uliyah &
Hidayat, 2008)
untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit pada diri sendiri dan orang lain baik
mata, telinga, hidung, mulut, kuku, kaki dan tangan, kulit dan area genital (Verarica
Silalahi, 2017).
personal hygiene (perawatan diri) yang dilakukan secara efektif dapat memberikan
kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan perkembangan manusia. (Asmadi, 2008)
Manfaat dari personal hygiene bagi tiap individu menurut (Silalahi, 2017) adalah
sebagai berikut :
10
11
1. Body Image
2. Praktik Sosial
Perawatan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun mandi, pasta gigi,
sikat gigi, sampo dan semua keperluan alat mandi yang membutuhkan
4. Pengetahuan
5. Budaya
6. Kebiasaan
7. Kondisi Fisik
Dampak pada masalah personal hygiene menurut (Ambarwati dan Sunarsih 2010
1. Dampak fisik
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
Gangguan jiwa adalah suatu respon maladaptif individu berupa perubahan fungsi
psikologis atau perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
gangguan pada perilaku, pikiran, dan perasaan yang termanifestasi dari bentuk
Gangguan jiwa adalah suatu sindrom yang secara klinis memiliki makna dan
hubungan dengan distress atau penderitaan yang menimbulkan gangguan pada satu
bahkan lebih pada fungsi kehidupan manusia (Keliat 2011 dalam Pratama, 2018).
Gangguan jiwa dapat mengenai gangguan satu atau lebih fungsi jiwa dan gangguan
pada otak yang ditandai dengan terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan
Kesehatan jiwa adalah suatu hal yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk
menjadi manusia yang berkualitas dan terbebas dari gangguan jiwa yang dikaitkan
harapan. Kesehatan jiwa memiliki kondisi perasaan yang sejahtera secara subjektif,
memiliki penilaian diri tentang perasaan yang mencakup aspek konsep kebugaran diri
1. Faktor Somatogenik
2. Faktor sosiogenik
keluarga, dalam keluarga pasti terjadi konflik, konfilk dalam keluarga sering
bukan karena faktor somatik. Peran dari orang tua sangat dibutuhkan
penderita merasa bahwa ada perhatian, kasih sayang, dan penderita tidak
anak, pada pola asuh yang salah akan menyebabkan seseorang mengalami
gangguan jiwa. Pola asuh otoriter dan permisif dapat membentuk karakter
paham dan mengerti. Usia, pada fase dewasa tugas yang harus dilakukan
3. Faktor Psikogenik
Faktor psikogenik terkait dengan interaksi antara ibu dan anak seperti rasa
aman dan nyaman, distorsi dan keadaan yang terputus, selain peran ayah
2009)
1. Gangguan Kognitif
2. Gangguan perhatian
3. Gangguan ingatan
4. Gangguan asosiasi
berkaitan.
5. Gangguan pertimbangan
aktivitas.
6. Gangguan pikiran
seseorang.
7. Gangguan kesadaran
17
yang baik dengan lingkungan serta diri sendiri melalui panca indera dan
8. Gangguan kemauan
yang dapat menyertai suatu pikiran, dan dapat berlangsung lama serta
keadaan jiwa.
Menurut (Tirtawati & Rai, 2018) gangguan jiwa dibagi dalam beberapa jenis
meliputi :
1. Skizofrenia
melarikan diri dari kenyataan hidup dan sibuk dalam dunia fantasinya.
menjadi berhalusinasi, kecanduan, kerja jantung dan otak dapat lebih cepat
dari biasanya, dapat menekan sistem syaraf pusat dan dapat mengurangi
sistem fungsional pada tubuh. Perilaku yang sering muncul pada seseorang
dan zat psikoaktif penderita sering mual, berkeringat di pagi hari dan sering
berhalusinasi.
3. Gangguan Psikotik
hubungan dengan kenyataan. Saat hal ini terjadi seseorang menjadi tidak
yakin sesuatu yang nyata dan tidak nyata, sering mengalami halusinasi,
rasa curiga kepada orang lain, pembicaraan yang kacau dan aneh,
4. Gangguan depresif
Faktor yang penyebab akibat depresi seperti stress berat, kematian anggota
5. Gangguan neurotik
tetap dalam batas yang diterima. Gangguan ini dapat berulang dan relatif
bertahan lama jika tanpa pengobatan. Perilaku yang muncul pada penderita
pada fungsi kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebabkan karena efek
7. Gangguan Bipolar
psikis dan ditandai dengan perubahan suasana hati secara ekstrim berupa
maniac dan depresi. Suasana hati pada penderita bipolar dapat berganti
20
untuk tidur, perhatian mudah beralih, merasa diri lebih penting secara
suasana dapat menurun seperti merasa sedih, lalu tiba-tiba merasa senang.
8. Retardasi mental
awal kelahiran.
2.3 Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, Schizo yang berarti retak, robek, belah,
dan Phenia berarti pikiran. Jadi schizofrenia merupakan penyakit yang dapat membelah
tingkat fungsi dalam bekerja, hubungan sosial atau pemeliharaan diri. (Aprilistyawati,
2013).
manusia. (Depkes Ri, 2015). Bersifat lebih kronis melemahkan dibandingkan dengan
gangguan mental lainnya ditandai dengan sering kambuhnya skizofrenia pada penderita
Skizofrenia adalah reaksi psiokotis ditandai dengan menarik diri dari lingkungan
soosial, gangguan emosional dan afektif disertai halusinasi, delusi, dan tingkah laku
21
yang negatif atau merusak. Para ahli penyakit sampai saat ini masih menyelidiki
penyakit skizofrenia, penyakit yang bersifat kompleks, mulai dari penyebaran, tanda
2008)
disebabkan oleh kutukan roh atau dewa, yang hanya bisa disembuhkan oleh dukun
melalui berbagai kegiatan ritus, dan ada juga anggapan penderita skizofrenia adalah
orang yang sangat berbahaya dan sering melakukan kekerasan, serta masyarakat
menganggap penyakit tersebut terjadi karena lemahnya iman sehingga roh jahat mudah
Faktor penyebab skizofrenia menurut (Yati & Sarni, 2018) adalah sebagai berikut
1. Faktor Biologis
balik pada otak yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses menerima
informasi.
2. Faktor Psikologis
halusinasi.
3. Faktor lingkungan
nutrisi yang tidak memadai atau mencukupi, tidak ada perawatan sebelum
melahirkan, dan beberapa dalam hal menangani stress dan putus asa untuk
dalam berpikir dan persepsi yang realistik. Gejala tersebut biasa disebut
perhatian dalam hal berpakaian yang rapi, makan, istirahat dan kebersihan
diri.
2. Gangguan Afek
gangguan afek, seperti munculnya afek datar atau afek yang tidak sesuai.
Hilangnya afek dan afek datar yang terjadi pada penderita dikarenakan
sesuai seperti saat dalam suasana duka merasa bahagia dan mengakibatkan
23
3. Gangguan perilaku
dari persepsi atau pikiran yang salah yang dimiliki oleh penderita.
prenatal (first hit) yang disebabkan oleh gen tertentu yang rentan menyebabkan
terjadinya perubahan secara neurobiologis, proses tersebut akan berlanjut apabila pada
saat masa dewasa individu terpapar oleh faktor-faktor yang menyebabkan trauma,
stressor sosial, dan aktivitas inflamasi (secondary hit) sehingga akan memproduksi dan
GABA, penurunan myelinisasi dan banyak terjadi aktivitas reseptor lainnya sehingga
berujung pada fase psikosis dari skizofrenia. (Yudhantara & Istiqomah, 2018).
penyakit yang kompleks munculnya gejala klinis pada skizofrenia meliputi gejala positif
dan gejala negatif karena adanya gangguan pada fungsi sistem neurotransmiter.
sistematis, pengaruh yang kasar yang tidak sesuai. Gambaran klinis yang
2. Tipe Catatonic
perlawanan secara spontan dan tanpa alasan terhadap intruksi maupun dari
semangat yang terlihat seperti tanpa tujuan dan tidak ada pengaruh dari
3. Tipe Paranoid
(gender).
4. Tipe Undifferentiated
Perilaku yang tidak teratur dan tampak nyata seperti tidak adanya
5. Tipe residual
Ada beberapa tampilan dalam tipe residual pada skizofrenia seperti gejala
ekonomi.
6. Tipe Simpel
Oral hygiene merupakan derajat kebersihan rongga mulut seseorang yang terbebas
dari soft dan hard deposit. Kesehatan tubuh dimulai dari rongga mulut karena masuknya
semua nutrisi harian yang dikonsumsi dan akan bermanfaat atau bahkan sebaliknya,
oleh karena itu Oral Hygiene disebut bagian integral dari kesehatan umum sehingga jika
seseorang mengalami Oral Hygiene yang buruk maka akan berdampak buruk pada
Oral Hygiene adalah suatu bentuk kebersihan diri yang meliputi kesehatan mulut
dan gigi, menjaga kesehatan mulut dan gigi sangatlah penting untuk mengurangi
masalah kesehatan yang akan terjadi jika tidak menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Dalam proses ilmiah mulut akan melakukan pembersihan yang dilakukan oleh air liur
dan lidah, namun jika air liur dan lidah tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya akan
Menurut (Karyadi, 2017) faktor tidak menjaga kebersihan mulut ( Oral Hygiene )
akan muncul masalah dalam Personal Hygiene salah satunya yaitu masalah
Phobia merupakan gangguan jiwa yang memiliki rasa takut begitu hebat
suatu objek tertentu yang dapat mengakibatkan pingsan, lelah, panik dan
Oral Hygiene bagi tenaga medis sangat penting agar dapat diterapkan pada
kesembuhan pasien.
6. Perokok
Merokok menurut (Diba Marisa, Bany Usman, & Sunnati, 2016) adalah
kesehatan, salah satunya yaitu dampak merokok bagi kesehatan mulut dan
Berikut beberapa dampak jika tidak menjaga Oral Hygiene menurut (Setianingsih
4. Infeksi yang disebabkan akibat kebersihan mulut yang buruk, ulkus pada