RIDHA FADILA
NIM : 153110185
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2018
1
`
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan
RIDHA FADILA
NIM : 153110185
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2018
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Defisit Perawatan
Diri di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang”. Karya
Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Padang.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepeada :
1. Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa selaku pembimbing I dan
Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik kesehatan
Kementrian Kesehtan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politenik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI padang.
4. Ibu Ns.Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
6. Ibu Dr. Lily Gracediani, M.Kes selaku kepala RSJ HB Saanin Padang
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan survey awal dan
penelitian.
7. Teristimewa kepada oragtua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
iii
8. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa keperawatan Padang serta semua
pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Peneliti
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Ayah : Maizul
Ibu : Elirifda
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 04 Banja Loweh Tahun Lulus 2009
2. SMP Negeri 2 Kecamatan Suliki Tahun Lulus 2012
3. SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki Tahun Lulus 2015
4. Poltekkes Kemenkes Padang Tahun Lulus 2018
vii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
ABSTRAK
Defisit perawatan diri terjadi pada pasien gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa
di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin padang pada bulan
September-November 2017 adalah sebanyak 98 orang. Dari 98 orang tersebut
yang mengalami defisit perawatan diri adalah sebanyak 46 orang (45,08%).
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien
defisit perawatan diri di ruang melati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif.
Populasi penelitian adalah pasien ganggguan jiwa skizofrenia yang mengalami
defisit perawatan diri yang berada di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.
Saanin Padang yaitu berjumlah 15 orang, didapatkan 6 orang pasien yang
memenuhi kriteria. Kemudian dilakukan teknik simple rondom sampling untuk
mendapatkan 2 sampel. Proses penyusunan dimulai dari bulan September sampai
bulan Juni 2018 dan asuhan keperawatan selama 10 hari pada tanggal 19-28
Februari 2018. Alat pengumpulan data adalah format skrining, format pengkajian
keperawatan jiwa serta alat pemeriksaan fisik. Analisa terhadap proses asuhan
keperawatan yang dilakukan penelitian meliputi pengkajian, diiagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan dibandingkan dengan teori.
Hasil pengkajian pada kedua partisipan yaitu malas melakukan kebersihan diri,
BAK tidak disiram, pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain, hanya
mengurung diri dalam kamar, merasa dirinya tidak berguna dan klien sering
mondar-mandir dan ketawa-ketawa sendiri. Diagnosa keperawatan jiwa yang di
dapatkan defisit perawatan diri, harga diri rendah, isolasi sosial dan halusinasi.
Rencana keperawatan jiwa yang dilakukan sudah terstandar, semua rencana
tindakan keperawatan jiwa dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat
teratasi.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri dan memaksimalkan
implementasi yang dilakukan, serta sebagai referensi Karya Tulis Ilmiah
perpustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa.
viii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI KASUS
1. Pengkajian .................................................................................... 37
2. Diagnosis Keperawatan ................................................................. 51
3. Rencana Keperawatan ................................................................... 52
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 56
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 61
B. PEMBAHASAN KASUS
1. Pengkajian .................................................................................... 64
2. Diagnosis Keperawatan ................................................................. 71
3. Rencana Keperawatan ................................................................... 73
4. Implementasi Keperawatan ........................................................... 74
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Simpiulan .......................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU Kesehatan Jiwa, 2014 No. 18 Pasal 1, kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan / atau
kualitas hidup memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Di Indonesia penderita gangguan jiwa berat sebanyak 1,7 jiwa per 1.000
penduduk. Gangguan jiwa paling banyak yaitu provinsi DKI Yogyakarta
dan Aceh yaitu 2,7%. Sedangkan provinsi Sumatra Barat sebanyak 1,9%.
Rumah tangga yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat sebesar
1.655 rumah tangga, paling banyak di daerah pedesaan yaitu sebanyak
18,2% sedangkan di perkotaan sebanyak 10,7% (Riset Kesehatan Dasar,
2013)
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Secara umum gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian yaitu gangguan
jiwa ringan yang meliputi gangguan emosi yang berupa kecemasan, panik,
gangguan alam perasaan dan gangguan jiwa berat salah satunya yaitu
skizofrenia ( Riskesdas, 2013). Skizofrenia menimbulkan gejala negatif
seperti penurunan keinginan untuk melakukan kegiatan sehari-hari,
kemampuan bekerja, melakukan hubungan sosial, dan melakukan hal-hal
yang menyenangkan. Menurunnya keinginan melakukan kegiatan
disebabkan oleh kurangnya motivasi sehingga penderita gangguan jiwa
tidak mau melakukan kegiatan termasuk kegiatan perawatan diri (Rusdi &
Dermawan, 2013).
Apabila defisit perawatan diri ini tidak diatasi maka akan menimbulkan
dampak kepada pasien gangguan jiwa, diantaranya adalah dampak fisik
yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membram
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku. Dampak psikososialnya yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan
gangguan interaksi sosial. Sedangkan dampak bagi orang lain dan
lingkungan sekitarnya adalah terganggunya kenyamanan dan ketentraman
masyarakat (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Data dari Instalasi Rekam Medik RSJ. Prof. HB. Saanin Padang pada
tahun 2017, pada bulan September sampai bulan November jumlah
kunjungan rawat inap pasien gangguan jiwa yaitu 544 orang (410 pasien
laki-laki dan 144 orang pasien perempuan). Sedangkan pasien rawat jalan
sebanyak 13.832 orang (8.504 pasien laki-laki dan 5.328 pasien
perempuan). Data dari Rekam Medik ruang Melati pada bulan September
sampai November 2017, didapatkan pasien gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan sebanyak 32 orang, harga diri rendah sebanyak 27 orang,
isolasi sosial sebanyak 8 orang, halusinasi sebanyak 31 orang dan pasien
defisit perawatan diri sebanyak 46 orang. Pasien gangguan jiwa dengan
defisit perawatan diri ditemukan malas mandi, rambut acak-acakan,
penampilan kurang rapi, gigi tidak di gosok, tidak mau cuci tangan habis
makan, BAB dan BAK sembrang tempat. Masalah yang paling banyak
ditemukan yaitu pasien tidak mau mandi. Hasil wawancara dari perawat di
ruangan pasien defisit perawatan diri sudah di ajarkan kebersihan diri
sebanyak satu kali dalam sehari dan pada sorenya klien di suruh mandi
saja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan diatas, maka rumusan
masalah yang diangkat oleh peneliti adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri di Ruang Melati
Rumah Sakit Jiwa HB Saanin Padang tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit
perawatan diri di Rumah Sakit Jiwa HB Sa’anin Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
defisit perawatan diri di Ruang Melati Rumah Sakit HB Sa’anin
Padang.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
pasien defisit perawatan diri di Ruang Melati Rumah Sakit HB
Sa’anin Padang.
c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pasien
defisit perawatan diri di Ruang Melati Rumah Sakit HB Sa’anin
Padang.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien defisit perawatan diri di Ruang Melati Rumah Sakit
HB Sa’anin Padang.
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi dari tindakan keperawatan
pada pasien defisit perawatan diri di Ruang Melati Rumah Sakit
HB Sa’anin Padang.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pada pasien
defisit perawatan diri dan sebagai pedoman atau bahan berbandingan
dalam kasus defisit perawatan diri.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan daan
bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya terutama pada bidang
keperawatan.
3. Hasil penelitian juga dapat berguna bagi rumah sakit untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Bicara kacau
e. Mendengar suara yang tidak nyata
f. Bicara sendiri
g. Tidak mampu merawat diri.
f. Gangguan pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk
membandingkan atau menilai beberapa pilihan dalam suatu
kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan
maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.
g. Gangguan pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian
dari pengetahuan seseorang.
h. Gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kempampuan seseorang untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungan, serta dirinya melalui panca indra dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
i. Gangguan kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan
dipertimbangkan yang kemudian diputuskan untuk dilaksanakan
sampai mencapai tujuan.
j. Gangguan emosi dan afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan
pengaruh pada aktivitas tubuh serta menghasilkan sensasi organik
dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan
emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai
suatu pikiran, biasanya berlangsung lama dan jaarng disertai
komponen fisiologis.
k. Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan
jiwa. Bentuk-bentuk gangguan psikomotor adalah sebagai berikut :
1) Aktifitas yang meningkat
a) Aktifitas dan pergerakan yang berlebihan dengan intensitas
respon yang meningkat.
b) Hipertonisiatis, peningkatan tegangan otot tubuh
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembnangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
f. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
g. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain-lain.
h. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
kronis
Malas melakukan
Kemampuan
perawatan diri
realitas turun:
Merasa tidak berdaya
ketidakpedulian Merasa lemah
dirinya dan
lingkungan Data Obyektif :
Sosial : kurang
Badan bau, rambut kotor,
dukungan kuku panjang, mulut dan
gigi bau, berpakaian kotor
Defisit Perawatan
diri
b. Penyangkalan
Melinduni diri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan
dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan dengan
cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain
serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c. Isolasi diri, menarik diri
Usaha untuk mengatasi frustasi dengan sikap menarik diri dari
lingkungannya karena ia menganggap dirinya seolah-olah tidak
berdaya dan putus asa (Wijono, 2010).
d. Intelektualisasi
Penyekatan emosional karena beban emosi dalam suatu keadaan
yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa
sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah
nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf
dkk, 2015)
e) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien
berubungan dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai
harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
3) Hubungn social
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi dengan
orang lain.
4) spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.
b) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan
f. Status mental
1) Penampilan
Data ini didapatkan melalui observasi perawat/keluarga .
Biasanya ditemukan penampilannya tidak rapi dari ujung
rambut sampai ke ujung kaki. Misalnya rambut acak-acakan
kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik,
baju tidak diganti-ganti.
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa
tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap
hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,
penglihatan serta halusinasi perabaan yang membuat pasien
tidak mau membersihkan diri dan pasien mengalami
depersonalisasi.
8) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansial,
kadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan
meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang
pembicaraan berhenti tiba-tiba.
g. Kebutuhan pasien pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu
serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,
tubuh pasien tampak kusam dan bdan pasien mengeluarkan
aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah
BAB/BAK.
5) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat
tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di
dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa
malas.
h. Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak
bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga,
2. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Effect
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Direja, 2011
a. Defisit perawatan diri
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
4. Intervensi keperawatan
Penatalaksanaan defisit perawatan diri dapat dilakukan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan, Dermawan (2013). Strategi pelaksanaan tersebut
adalah:
SP 1 pasien :
1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
3) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
4) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
5) Melatih pasien cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti
pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku.
6) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat
gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per minggu), potong
kuku (satu kali per minggu).
SP 2 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka
untuk perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan
berdandan.
SP 3 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara dan alat makan dan minum.
4) Latih cara makan dan minum yang baik.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum yang baik.
SP 4 pasien :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum.
Beri pujian.
2) Jelaskan cara buang air besar dan buang air kecil yang baik.
3) Latih buang air besar dan buang air kecil yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum serta buang air besar dan buang air
kecil.
5. Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan. Saat memulai untuk implementasi tindakan
keperawatan, perawat harus membuat kontrak dengan pasien dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta pasien yang
diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan
apa yang telah dilaksanakan (Yusuf, dkk, 2015).
6. Evaluasi
Menurut Yusuf, dkk, (2015) evaluasi merupakan proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut :
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang teah
dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang
kontradiksi terhadap masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.
7. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan hendaknya
tidak dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun peserta didik
keperawatan, dan hal ini dianjurkan menggunakan formulir yang sama
seperti dokumentasi proses keperawatan di unit rawat jalan. Gawat darurat,
rehabilitasi (Direja, 2011).
A. Desain Penelitian
27
Poltekkes Kemenkes Padang
28
SP 4 Pasien :
a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah
b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga. Beri pujian
c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga
d) Bantu pasien memilih kegiatan keeempat yang akan dilatih
e) Latih kegiatan ke empat ( alat dan Cara )
f) Masukkan kegiatan ke empat dalan jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien :
a) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua dan
ketiga. Beri pujian
b) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga
c) Bantu pasien cara bicara saat melakukan kegiatan sosial
d) Masukkan kegiatan ke empat dalan jadwal kegiatan harian
SP 3 pasien :
a) Evaluasi gejala halusinasi klien
b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik dan minum obat. Beri pujian pada
klien.
c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain apabila halusinasi datang.
d) Masukkan dalam kegiatan harian
SP 4 pasien :
a) Evaluasi tanda dan gejala halusinasi
b) Validasi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik, minum obar dengan benar, dan bercakap-
cakap dengan orang lain.
c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan harian ( menyapu lantai dan mencuci piring )
d) Masukkan dalam kegiatan harian
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Strategi pelaksanaan defisit perawatan diri
dilakukan pada tanggal 19-22 Februari 2018, strategi pelaksanaan
harga diri rendah dilakukan pada tanggal 21-24 Februari 2018,
strategi pelaksanaan isolasi sosial dilakukan pada tanggan 23-26
Februari 2018, strategi pelaksanaan halusinasi dilakukan pada
tanggan 25-28 Februari 2018. Pelaksaan strategi pelaksanaan ada
pada responden yang mesti di ulang-ulang.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan selama 9 hari, ke
empat diagnosa yang ditemukan pada kedua partisipan dapat teratasi,
namun perlu pengulangan pada setiap strategi pelaksanaan yang di
ajarkan dan perlu arahan petugas di ruangan untuk mengingatkan
pasien.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentu tulisan dan gambar. Dalam penelitian ini mengunakan
dokumen dari rumah sakit dan catatan perkembangan pasien, medical
record, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan darah, pengobatan.
G. Hasil Analisis
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi
pengumpulan data melalui pengkajian keperawatan. Data yang ditemukan
saaan pengkajian dikelompokkan dan dianalisis berdasarkan data subyektif
dan obyektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa. Setelah diagnose
ditegakkan peneliti melaakukan intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan. Analisis selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada pasien kelolaan dengan teori dan penelitian
sebelumnya.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
Status mental
a. Penampilan Pada saat dilakukan Saat dilakukan pengkajian
pengkajian partisipan 1 partisipan 2 tampak
berpenampilan tidak berpenampilan tidak rapi,
rapi, rambut acak- kuku panjang dan kotor,
acakan, gigi tidak bersih, badan bau, gigi kuning,
kuku panjang dan kotor, malas mandi.
badan berbau malas
mandi dan terdapat
penyakit kulit pada kaki
dan tangan
b. Pembicaraan Pada saat wawancara Ny. Pada saat wawancara Ny.
S tidak mampu memulai N cukup kooperatif tetapi
pembicaraan, Ny. S Ny. N tidak mampu
hanya menunduk dan memulai pembicaraan
tidak berani menatap dengan lawan bicara. Ny.
lawan bicara. Ny. S N bicara dengan nada yang
bicara dengan nada yang lambat dan gugup. Ny. N
pelan dan keliatan takut. tampak jarang bicara
Terkadang pembicaraan dengan teman-temannya.
bisa melompat dari satu Ny. N lebih suka tiduran di
topik ke topik yang lain. kamarnya.
c. Aktivitas Partisipan 1 tampak Partisipan 2 tampak
Motorik tegang, gelisah dan tegang, dan juga jari-jari
sering mondar mandir klien tampak gemetaran.
diruangan. Ny. S juga Partisipan sering mondar-
sering ketawa-ketawa mandir di ruangan dan
sendiri. ketawa-ketawa sendiri.
d. Alam perasaan Partisipan 1 mengatakan Partisipan 2 mengatatakn
sedih karena tidak bisa ia takut dengan suara-suara
bertemu dengan ibunya, yang menyuruhnya untuk
dia sangat kangen dengan mencelakai dirinya. Ny. N
Kebutuhan pasien
pulang
a. Makan Partisipan 2 makan 3x
Partisipan 1 makan 3x sehari dengan nasi, lauk
sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran dan
pauk dan tidak suka tidak ada pantangan atau
sayuran. Ny. S tidak ada alergi. Ny. N cuci
pantangan atau alergi. tangannya kurang bersih.
Partisipan 1 makan Partisipan 1 tidak dapat
dengan menggunakan merapikan dan
tangan kanan. Setelah membersihkan alat
makan Tn. N tidak bisa makannya sendiri
membereskan alat
makannya
dilakukan: dilakukan:
B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada
partisipan 1 dan partisipan 2 dengan masalah defisit perawatan diri yang
dilakukan sejak tanggal 19 Februari – 28 Februari 2018 di ruangan Melati
Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang, maka dalam BAB ini penulis
akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh
sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan
yang di temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap partisipan
1 dan partisipan 2 dengan defisit perawatan diri. Dalam penyusunan asuhan
keperawatan penulis melakukan suatu proses yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan uraian
sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
a. Keluhan utama
Hasil pengkajian pada partisipan 1 didapatkan data partisipan 1 masuk
karena klien hanya diam dan tidur di kamar, bicara ngaur, tertawa
sendiri, telanjang-telanjang. Partisipan 1 tampak kotor, mulut bau, gigi
tampak kotor, pakaian tidak rapi, rambut acak-acakan dan terdapat
penyakit kulit di tangan dan kaki, tampak menggaruk-garuk tangan dan
kakinya. Partisipan 1 mengatakan diriinya tidak bisa bermanfaat buat
oarang lain, malas untuk bercakap-cakap dengan orang lain, lebih
sering di dalam kamar, malas untuk menggosok gigi, malas keramas,
menyisir rambut dan tidak mau berdandan.
Asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang
di temukan dilapangan. Disini sudah didapatkan kesesuaian antara
kasus dengan konsep teori bahwa tanda dan gejala yang muncul atau
yang dialami oleh kedua partisipan terdapat dalam teori.
b. Faktor Predisposisi
Penelitian yang dilakukan pada partisipan 1 didapatkan faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa defisit
perawatan diri pada klien adalah kemampuan realitas menurun yaitu
klien tidak peduli dengan dirinya dan lingkungan, klien telanjang-
telanjang di jalan dan berkeliaran di jalan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan pada partisipan 2 didapatkan faktor predisposisi
perkembangan, keluarganya terlalu melindungi dan memanjakan klien
karena klien anak perempuan satu-satunya. Klien harus menuruti
semua perintah orang tuanya. Pada pasien gangguan jiwa dengan
Asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang di
temukan dilapangan. Hanya saja peneliti mengemukakan bahwa
terdapat perbedaan faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (defisit
perawatan diri) antara partisipan 1 dan partisipan 2. Penyebab
gangguan jiwa pada partisipan 1 yaitu faktor kemampuan realitas yang
menurun dan pada partisipan 2 yaitu faktor perkembangan, merupakan
faktor yang memperberat gangguan jiwa pada klien terutama
perawatan diri.
c. Hubungan Sosial
Penelitian yang dilakukan pada partisipan 1 didapatkan data klien
mengatakan bahwa ia dulunya sangat dekat dengan ibunya, namun
akhir-akhir ini ibunya sibuk bekerja mencari uang sehingga ibunya
kurang memperhatikannya. Partisipan 1 mengatakan tidak ada
berperan dalam kegitan kelompok, klien merasa dirinya tidak berguna
dalam kelompok dan tidak bisa melakukan apa-apa. Partisipan 1
mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain, hanya saja klien merasa tidak cocok bergaul dengan orang lain
karena sudah pernah masuk rumah sakit jiwa.
d. Status Mental
Penelitian yang dilakukan terhadap penampilan pasien gangguan
defisit perawatan diri pada partisipan 1 didapatkan klien tidak rapi,
rambut acak-acakan, malas untuk ganti baju, terkadang baju dipakai
terbalik, kancing baju tidak di pasang. Sedangkan pada partisipan 2 di
dapatkan berpenampilan tidak rapi, rambut tidak di sisir, kancing baju
tidak di pasang, terkadang malas untuk ganti baju.
saat di tanya hanya menjawab seadanya dan tidak berani nanya balik.
Partisipan bicara dengan lambat, gugup dan tidak berani menatap
lawan bicara klien juga tampak tegang dan sering mondar-mandir di
ruangan.
Aktivitas motorik partisipan 1 tampak lesu dan gelisah saat
diwawancara klien juga sering terlihat ketawa-ketawa sendiri dan
mondar-mandir diruangan. Sedangkan pada partisipan 2 klien tampak
tegang, sering mengurung diri di kamar dan sering jalan mondar
mandir. Pasien tampak malas dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Asumsi peneliti yaitu tidak ada perbedaan antara teori dan praktek
lapangan. Peneliti menemukan perbedaaan pada kedua partisipan yaitu
pada partisipan 2 ada rasa curiga terhadap orang lain, sedangkan pada
partisipan 1 tidak ada rasa curiga terhadap orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa pada partisipan 1, ditemukan
diagnosa defisit perawatan diri, harga diri rendah, isolasi soial dan
halusinasi. Sedangkan pada partisipan 2, ditemukan diagnosa defisit
perawatan, harga diri rendah, isolasi sosial dan halusinasi. Teori
Damaiyanti dan Iskandar (2014), menyatakan bahwa pohon masalah pada
pasien dengan gangguan defisit perawatan diri yaitu harga diri rendah
sebagai penyebab, isolasi sosial sebagai coreproblem, halusinasi sebagai
akibat dan defisit perawatan diri sebagai akibat sampingan isolasi sosial.
Cicri-ciri harga diri rendah diatas sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Keliat, dkk (2012) yaitu klien mengungkapkan perasaan tidak
mampu, hal negatif diri sendiri dan orang lain, pandangan hidup yang
pesemis, penolakan terhadap kemampuan diri, penurunan produktivitas,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala
pada saat berinteraksi, bicara lambat dengan nada suara lemah.
Dari gejala yang didapatkan dari pasien hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh teori Keliat, dkk (2012) tanda dan gejala pasien isolasi
sosial yaitu pasien merasa sepi, perasaan tidak aman, ketidakmampuan
berkonsentrasi,banyak diam, tidak mau bicara, menyendiri,tidak mau
berinteraksi, tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal, kontak mata
kurang.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan 1 dan
partisipan 2 yaitu gangguan defisit perawatan diri, harga diri rendah,
isolasi sosilal dan halusinasi.
Diagnosa prioritas ketiga yang muncul pada kedua partisipan yaitu isolasi
sosial. Strategi pelaksanan tindakan keperawatan yang dilakukan terdiri
dari empat tondakan yaitu yang pertama dengan cara membina hubungan
saling percaya dan melatih cara bercakap-cakap dengan pasien, yang
kedua yaitu melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), yang ketiga melatih pasien cara berinteraksi secara bertahap
(pasien dengan 4-5 orang) dan yang keempat yaitu melatih cara bicara saat
melakukan kegiatan sosial.
4. Pelaksanaan keperawatan
Selasa, 26 Februari 2018 latihan yang keempat yaitu melatih cara bicara
saat melakukan kegiatan sosial.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada kasus penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
dilakukan selama 10 hari dari tanggal 19 Februari 2018 sampai 28
Februari 2018. Keempat masalah keperawatan masing-masing partisipan
telah teratasi.
Evaluasi yang peneliti lakukan pada kedua partisipan adalah meliputi telah
terjalinnya hubungan yang terapeutik dan saling percaya antara perawat
dan klien ditandai dengan klien bersedia duduk berhadapan dengan
peneliti dan mau berkenalan serta berjabat tangan dengan peneliti. Pada
diagnosa keperawatan defisit perawatan diri, pasien menunjukan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian yang ditemukan pada partisipan 1 yaitu klien malas
untuk melakukan kebersihan diri, makan berceceran, merasa dirinya
tidak berguna, lebih suka berdiam diri di dalam kamar, sering mondar-
mandir, bicara sendiri, klien mendengar suara-suara yang ingin
membunuhnya, mulut bau, penampilan tidak rapi, terdpat penyakit
kulit pada tangan dan kaki. Sedangkan pada partisipan 2 ditemukan
klien lebih suka sendiri, merasa malu, merasa dirinya tidak berguna,
curuga terhadap orang lain, penampilan tidak rapi dan kuku kotor
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada kedua partisipan adalah
defisit perawatan diri, harga diri rendah, isolasi sosial dan halusinasi.
3. Intervensi keperawatan
Pada perencanaan peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
yang ditemukan untuk diagnosa keperawatan jiwa, hanya saja terdapat
intervensi untuk diagnosa kerusakan integritas kulit. Dalam menyusun
perencanaan keperawatan, peneliti telah membuat perencanaan sesuai
teoritis yang ada dan diharapkan dapat mengatasi masalah pasien.
4. Implementasi keperawatan
Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang
telah peneliti susun yang didapat dari teoritis. Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah diagnosa gangguan defisit
perawatan diri, harga diri rendah, isolasi sosial dan gangguan persepsi
sensori : halusinasi yang dilaksanakan sampai strategi pelaksanaan 4
sesuai dengan pelaksanaan yang telah direncanakan serta diagnosa
kerusakan integritas kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa . Yogyakarta, Gosyan Publishing.
Direja, Ade Herman surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa ,
Yogyakarta : Nuha Medika.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan kepera watan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis
keperawatan jiwa berat, Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, dkk, 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil Kesehatan Kota Padang 2014. Dinas Kesehatan Kota Padang edisi 2016.
RSJ Prof HB Saanin Padang. 2017. Laporan Rekam Medik Defisit Perawatan
Diri. Padang : Instalasi Rekam Medik
Saryono & Anggreini, MD. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Nuha Medika
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika.
Wulandari, Hesti. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Jiwa Dengan
Defisit Perawatan Diri Di Ruang Jalak Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang Malang
http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUBKEP/article/dow
nload/818/621. Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 pukul 14.32 WIB