Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN GERONTIK

ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA

DISUSUN OLEH
(KELOMPOK 5)

1. Absya Khoiry Sarah Lubis


2. Deby Eriska
3. Sanggita Fitria
4. Mhd Azland Fikry
5. Febrisa
6. Nisa Angraini

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Dewi Kurniati, S.Kep, MS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMAD NATSIR YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami ucapkan
puji syukur atas kehadirat Nya yg sudah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami bisa menuntaskan makalah ilmiah ini mengenai  “Activity
DailyLiving pada Lansia.”
Kami selaku tim penulis mengucapkan terima kasih kepada ibuk Ns. Dewi
Kurniawati, S.Kep, MS selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan
Gerontik yang sudah memberikan kami saran serta bimbingan pada pembuatan makalah ini.
Terlepas berasal seluruh itu, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan asal segi
susunan kalimat maupun rapikan bahasanya. sang sebab itu, menggunakan tangan terbuka
kami mendapatkan segala saran serta kritik berasal pembaca agar kami bisa memperbaiki
makalah ini. Akhir istilah kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
para pembaca.

Bukittinggi, 27 November 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II: KERANGKA TEORI
2.1 Konsep Activity Daily Living Lansia............................................................. 3
2.2. Konsep Kemandirian pada Lansia................................................................ 11
2.3.Cara Mempertahankan Activity Daily Living pada Lansia ........................... 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 29
3.2 Saran................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua dan menjadi tua merupakan suatu kondisi yang terjadi dalam
kehidupan manusia, masa penurunan kemampuan intelektual dan fisik yang
diawali dengan beberapa perubahan alami dalam kehidupan. Menurut World
Health Organization ada empat kelompok umur, yaitu kelompok umur
menengah (mean age) 45-59 tahun, kelompok tua (older people) 60-70 tahun
dan kelompok umur (old). antara 75-90 tahun, kelompok usia sangat tinggi di
atas 90 tahun (Felpina et al., 2016)

Lansia mengalami penurunan kemampuannya pada memenuhi kebutuhan


(Activity Daily Living). Dukungan Activity Daily Living (ADL) buat orang
tua dapat bersifat ad interim, tetap atau rehabilitatif. Activity Daily Living
(ADL) artinya fungsi serta kegiatan yang umumnya dilakukan
tanpa bantuan, antara lain: mandi, berpakaian, menggunakan toilet, olahraga,
kontinental, makan. Aktivitas hidup sehari-hari adalah fungsi dan aktivitas
individu yang biasanya dilakukan tanpa bantuan. Kegiatan ADL meliputi
mandi, berpakaian, dan bangun dari tempat tidur atau kursi(Felpina et al.,
2016)

Keadaan fisik seorang yang sudah memasuki lanjut usia mengalami


penurunan. Lansia harus tetap menjaga kebutuhan Activity Daily Living
(ADL)  menggunakan cara melibatkan famili dengan cara mengaktifkan fungsi
afektif  keluarga. Fungsi famili sangat berperan  krusial  untuk  mendukung
lansia pada pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living (ADL) lansia  di
kenyataanya lansia kurang mendapat fungsi afektif  keluarga. Ketergantungan
lanjut usia  ditimbulkan  syarat  lansia  mengalami kemunduran fisik juga
psikis. Proyeksi sang Biro pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun
2005– 2010 jumlah lansia akan sama menggunakan jumlah anak balita
yaitu lebih kurang 19 juta jiwa atau 8,5 % dari seluruh jumlah penduduk.
((Felpina et al., 2016)
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa saja Konsep dari Activity Daily Living pada Lansia?
3. Apa saja Konsep dari Kemandirian Lansia?
4. Bagaimana Cara Mempertahankan Activity Daily Living pada Lansia?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Lansia ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja Konsep dari Activity Daily Living pada Lansia
2. Mengetahui apa saja Konsep dari Kemandirian Lansia
3. Mengetahui cara mempertahankan Activity Daily Living pada Lansia
4. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Lansia
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian ADL (Activity DailyLiving)


Menurut Setyani (Setyani et al., 2016) Activity Daily Living atau ADL 
merupakan  kegiatan  perawatan diri  yang  harus  dilakukan pasien setiap hari buat
memenuhi kebutuhan  serta  tuntututan  hidup  sehari-hari. ADL  ialah  aktivitas 
yang  umumnya  dilakukan selama hari normal,  kegiatan  meliputi  berjalan,
makan, berpakaian, mandi, menggosok gigi  dan  berhias  menggunakan  tujuan
memenuhi/berperan terkait  menjadi  eksklusif  dalam  keluarga serta masyarakat. 
syarat  yang  menyebabkan  perlunya  donasi  pada  ADL  bisa  bersifat akut,
kronis,  sementara, tetap atau rehabilitatif. (Mujiastuti et al., 2019)
Kebutuhan Lansia pada donasi Activuty Daily Living (ADL) mungkin
saja bersifat sementara, tetap  atau rehabilitatif. Activity Daily Living (ADL) ialah 
fungsi  dan kegiatan  yang  umumnya  dilakukan tanpa bantuan. mencakup : mandi,
berpakaian, kekamar  kecil, berpindah, kontinen, makan. ADL  adalah  keterampilan
serta pekerjaan dasar  yang wajib dimiliki  seseorang untuk  menjadi  mandiri  dan 
dilakukan  sang  seseorang  setiap hari  menggunakan  tujuan memenuhi atau 
bekerjasama  menggunakan  perannya  menjadi  eksklusif  pada  famili  dan 
masyarakat.(Setiahardja, 2005)
Istilah ADL  mencakup  perawatan diri (seperti  berpakaian, makan  dan
minum,  memakai toilet, mandi, kebersihan  eksklusif, termasuk menyiapkan
makanan, menelepon, menulis, mengelola uang, dll.)  dan  mobilitas  (mirip 
membalikkan badan  di daerah  tidur). bangun  dan  duduk,  berkecimpung  atau
berpindah  asal  daerah  tidur ke  daerah  tidur). Dari tempat  tidur ke kursi atau  dari
satu kawasan ke tempat lain) (Setiahardja, 2005)

2.2 Klasifikasi ADL (Activity DailyLiving)


ADL dasar,  sering kali dikatakan ADL,  merupakan  keterampilan dasar  yang 
harus  dimiliki  seseorang, termasuk berpakaian, makan  dan  minum,  memakai  
toilet, mandi, berhias.  ada  pula  yang  termasuk buang air  besar  serta  buang air 
kecil dalam  kategori ADL dasar ini. Keterampilan mobilitas juga termasuk
dalam literatur lain.(Setiahardja, 2005)
2.2.3 ADL instrumental, adalah ADL sehubungan dengan penggunaan alat
atau benda untuk menunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan
makan, melakukan panggilan, menulis, mengetik, mengelola uang
(Setiahardja, 2005)
2.2.4 ADL vokasional yaitu ADL sehubungan dengan kegiatan kerja atau
sekolah.
2.2.5 ADL non vokasional, yaitu ADL bersifatrekreasional, hobi, dan
mengisiwaktuluang.

2.3 Cara PengukuranADL

ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi menjadi


subkategori atau domain, seperti berpakaian, makan dan minum, menggunakan
toilet atau kebersihan diri sendiri, mandi, berpakaian, transfer, mobilitas,
komunikasi, pekerjaan, waktu luang, instrumental dasar ADL, sering hanya
disebut ADL, merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang
untuk mengurus diri sendiri meliputi berpakaian, makan dan minum,
menggunakan toilet, mandi, dan berhias. Lainnya termasuk kontinensia buang
air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Keterampilan
mobilitas juga dipertimbangkan dalam literatur lain (Setiahardja, 2005)
Penilaian ADL penting dalam menentukan tingkat ketergantungan atau
jumlah bantuan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran
kemandirian ADL lebih mudah dinilai dan dikuantifikasi dengan menggunakan
sistem penilaian yang dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering
disebut ADL saja, yang merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk dapat melakukan perawatan dirinya sendiri, termasuk
berpakaian, makan. dan minum, menggunakan toilet, mandi, berhias. Lainnya
termasuk kontinensia usus dan kandung kemih dalam kategori ADL dasar ini.
Keterampilan mobilitas juga dipertimbangkan dalam literatur lain (Setiahardja,
2005)

Tabel 2.1 BeberapaIndeksPengukuran ADL (Activity


DailyLiving)menurut Andi Sugiarto dan Setiahardja (Setiahardja, 2005)
Skala Deskripsi dan Kehandalan, Waktu dan Komentar
jenis skala keshahihan, dan Pelaksanaaan
sensitivitas
Indeks Barthel Skala ordinal Sangat handal < 10 menit, Skala ADL yang
dengan skor 0 dan sangat sangat sesuai sudah di terima
( total sahih, dan cukup untuk skrinning, secara luas,
dependen): sensitif penilaian kehandalan dan
makan, berhias, formal, keshahihan
berpakaian, pemantauan dan sangat buruk
control kandung pemeliharaaan
kemih dan terapi
control anus,
toileting,
transfer kursi
atau tempat
tidur, mobilitas
dan naik tangga.

Indeks Katz Merupakan Kehandalan dan < 10 menit Skala ADL yang
penilaian Kesahihan sangat sesuai sudah di terima
kehadiran yang cukup, kisaran untuk skrining, secara luas,
diukur depensasi ADL sangat penilaian kehandalan dan
yang hierarkis : terbatas (6 item) formal, kesahihan
mandi, pemantauan dan cukup, menilai
berpakaian, pemeliharaan keterampilan
toileting, terapi. dasar, tetapi
berpindah tidak menilai
tempat dan berjalan dan
makan. naik tangga
Penilaian dari A
((Mandiri pada
kelima item
sampai G
(dependen pada
kelima item)
FIM (functional Skala ordinal Kehandalan dan < 20 menit Skala ADL yang
independen dengan 18 item, kesahihan baik, sangat sesuai sudah diterima
Measure) 7 level dengan sensitif dapat untuk skrinning, secara luas.
skor berkisar mendeteksi penilaian Pelatihan untuk
antara 18-126 perubahan kecil formal, petugas pengisi
area yang dengan 7 level pemantauan dan lebih lama
dievaluasi, pemeliharaan karena item
perawatan diri, terapi serta banyak
kontrol stingfer, evaluasi
komunikasi dan program
kognitif sosial.

1. Indeks Barthel(IB)
Indeks Barthel adalah alat penilaian yang digunakan untuk mengukur
kemandirian fungsional dalam kaitannya dengan kemandirian dan mobilitas
dan juga dapat digunakan sebagai kriteria untuk menilai fungsional pasien
dengan gangguan keseimbangan.(Setyani et al., 2016)
Dengan menggunakan 10 indikator, yaitu :
Tabel 2.2 Instrumen Pengukuran Activity Daily Living (ADL) dengan Indeks
Barthel menurut Florence I. Mahoney, MD (Florence I. Mahoney, 1965;
Sincihu Y & Dewi BDN, 2015)
No Item yang di nilai Skor Nilai
1 Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu 2

1 = Butuh bantuan memotong, mengoles,


dll
2 = Mandiri
2 Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain 1

1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain 1
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 2
(Dressing)
1 = Sebagaian dibantu (misal mengancing
baju)
2 = Mandiri
5 Buang Air Kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan 2
(Bowel) tidak terkontrol

1 = Kadang Inkontinensia (maks 1x24


jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6 Buang Air Besar ( 0 = Intkontinensia (tidak teratur atau perlu 2
Bladder) enema
7 Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain 2

1 = memerlukan bantuan, tetapi dapat


melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu 3

1 = Butuh bantuan untuk duduk ( 2 orang)

2 = Bantuan kecil (1 oramg)


= Mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile ( tidak mampu) 3

1 = Menggunakan kursi roda

2 = Berjalan dengan bantuan 1 orang lain


3 = Mandiri
(meskipunmenggunakanalatbantuseperti,
tongkat)

10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 2

1 = Membutuhkan bantuan/ alat bantu


Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
1-4 : Ketergantungan Total

2. IndeksKats
Indeks Katz merupakan alat penilaian pengkajian berdasarkan
kemampuan seseorang untuk secara mandiri terlibat dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Menentukan kemandirian fungsional dapat
mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien untuk memfasilitasi
pemilihan intervensi yang tepat (Raden Siti Maryam, 2008)
Penilaian ini menggunakan Katz Independence Index untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari berdasarkan penilaian fungsi independen atau dependen
klien dalam kaitannya dengan 1) makan, 2) kontinental (usus besar atau usus
besar), 3) olahraga, 4) menggunakan toilet, 5) mandi. dan berpakaian(Raden
Siti Maryam, 2008)

Tabel 2.3 PenilaianIndeks Katz(S. Katz & Akpom, 1976; Pratama, 2017;
Raden Siti Maryam, 2008)
Skor Kriteria

A Kemandiriandalamhalmakan, kontinen, berpindah, kekamar

kecil, berpakaian dan mandi

B Kemandirian dalam semua aktivitas kehidupan sehari-hari kecuali satu


dari fungsi tersebut
C Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari, kecuali

mandi dan satufungsitambahan


D Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian dan satufungsitambahan

E Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian,kekamarkecil dan satufungsitambahan

F Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari, kecuali

mandi, berpakaian, berpindah, dan satufungsitambahan

G Ketergantungan pada enamfungsitersebut

LAIN Ketergantungan setidaknya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan


LAIN sebagai C,D,E,F,G

Keterangan:

Kemandirian berarti tanpa pengawasan aktif, bimbingan atau bantuan orang lain. Seseorang
yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak terpenuhi meskipun ia mampu
melakukannya.

a. Mandi

Mandiri: Bantuan dengan hanya sebagian mandi (misalnya dengan punggung


cacat atau ekstremitas) atau mandi sendiri.

Ketergantungan: membantu memandikan beberapa bagian tubuh, membantu


keluar masuk dan tidak mandi sendiri.

b. Berpakaian

Mandiri: mengeluarkan pakaian dari lemari, mengenakan pakaian, melepas


pakaian, mengancingkan atau mengikatnya.

Tergantung : Tidak bisa memakai baju sendiri atau hanya sebagian.

c. Ke Kamar Kecil

Mandiri : masuk dan keluar WC kemudian membersihkan alat kelamin.


Pecandu: Menerima bantuan memasuki toilet dan menggunakan pispot.

d. Berpindah
mandiri: bergerak ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendirian.
Dependent: bantuan untuk naik dan turun dari tempat tidur atau kursi, tidak ada
satu atau lebih berpindah .
e. Kontinen
Mandiri : buang air kecil dan buang air besar dikendalikan sendiri
Tergantung pada : Inkontinensia parsial atau lokal, menggunakan kateter, pispot,
enema, pembalut
f. Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memakannya secara sendiri
Ketergantungan : Membantu menurunkan berat badan dan memberi makan, tidak
makan sama sekali, dan nutrisi parenteral (NGT)

Tabel 2.4 ModifikasiIndeksKemandirian Katz (S. Katz & Akpom, 1976;


Sidney Katz et al., 1963; Pratama, 2017)
N Aktivitas Mandi Tergantu
o ri ng nilai
Nilai (2)
(1)
1 Mandi di kamar mandi (menggosok, membersihkan, dan
mengeringkan badan).
2 MenyiapkanMenyiapkanpakaian, membuka pakaian dan
menggunakannya
3 Memakan makananyang telah di siapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri (menyisir
rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur kumis)
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan
mengeringkaandaerahbokong)
6 Dapatmengontrolmengontrolpengeluaranpengeluaranfeses (tinja).
7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan
mengeringkandaerah
8 Dapatmengontrolmengontrolpengeluaranpengeluaran air kemih.
9 BerjalanBerjalan di
lingkunganlingkungantempattinggalataukeluarruangantanpaalatbant
u, sepertitongkat
1 MenjalankanMenjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan
0 yang dianu
1 MelakukanMelakukanpekerjaanpekerjaanrumah, seperti:
1 merapikantempattidur, mencucipakaian, memasak, dan
membersihkanruangan
1 BerbelanjaBerbelanjauntukkebutuhankebutuhansendiriataukebutuh
2 ankeluarga.
1 MengelolaMengelolakeuangankeuangan (menyimpan dan
3 menggunakan uang sendiri)
1 MengguanakanMengguanakansaranatransfortasiumumuntuk
4 berpergian
1 MenyiapkanMenyiapkanobat dan minumobatsesuaidenganaturan
5 (takaranobat dan waktuminumobattepat).
1 Merencanakan dan
6 mengambilkeputusanuntukkepentingankeluargadalamhal
penggunakan uang, aktivitassosial yang dilakukan dan
kebutuhanakanpelayanankesehatan.
1 MelakukanMelakukanaktivitasaktivitas di waktuluang
7 (kegiatankeagamaan, sosial, rekreasi, olah raga dan
menyalurkanhobi

AnalisisHasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan

2.4   Faktor-Faktoryang MempengaruhiADL

1. Usia/Umur
Dengan menggunakan indeks ADL menurut Katz, harapan hidup aktif
tertentu dalam suatu masyarakat dapat diprediksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa setelah melalui kategori usia 65-69 tahun, lansia hanya memiliki angka
harapan hidup 10 tahun dalam keadaan aktif, sedangkan lansia memiliki angka
harapan hidup yang lebih pendek. Untuk individu berusia 85 tahun ke atas (di
AS), masa aktif hanya 2,5 tahun (Marlita et al., 2018)
2. Imobilisasi
Imobilisasi pada lansia disebabkan oleh nyeri, kekakuan,
ketidakseimbangan, dan gangguan mental. Penyebab utama imobilisasi adalah
ketakutan akan jatuh. Tindakan yang paling penting dalam situasi ini adalah
pencegahan. Pemberian nutrisi yang cukup dan olahraga yang cukup juga harus
ditekankan(Marlita et al., 2018)

2.5 Pengertian Kemandirian


Kemandirian lansia  dalam  kemampuan melakukan  kegiatan  sehari-
hari diartikan menjadi  kemandirian  seseorang  dalam  melaksanakan  aktivitas  serta 
fungsi hidup  sehari-hari  yang  rutin  serta  universal dilakukan sang  rakyat. Kemp 
dan  Mitchel menemukan bahwa  aktivitas  sehari-hari lansia  ditentukan  oleh 
kecemasan  dan  depresi.  keliru  satu faktor  yg  mempengaruhi  kemandirian  dalam 
kegiatan  sehari-hari lansia  artinya  rasa takut(Pratama, 2017)
The International Journal of Geriatric Psychiatry menemukan bahwa
lebih  27% lansia mengalami kesulitan melakukan  kegiatan  sehari-hari  sebab 
kecemasan. (Sonza et al., 2020).

Kemandirian lansia dalam ADL diartikan sebagai kemandirian


seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi hidup sehari-hari yang rutin dan
universal dilakukan oleh masyarakat. Kemandirian lanjut usia dalam ADL diartikan
sebagai kemandirian seseorang dalam pelaksanaan aktivitas dan fungsi hidup sehari-
hari yang rutin dan universal dilakukan oleh masyarakat. Berbagai skala seperti Indeks
Katz, Barthel yang dimodifikasi dan Kuesioner Aktivitas Fungsional (FAQ) digunakan
untuk menilai ADL.(Pratama, 2017)

2.6 Fungsi Kemandirian


Fungsi kemandirian pada hari tua mencakup pemahaman bahwa kemampuan
orang lanjut usia untuk tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan
aktivitasnya melakukan segala sesuatunya sendiri dengan keputusannya sendiri
dalam rangka memenuhi kebutuhannya.(Sincihu Y & Dewi BDN, 2015)

2.7 Aspek Kemandirian


Menurut Lora Marlita(Marlita et al., 2018) kemandirian adalah kemampuan seseorang
untuk berperilaku sendiri. Pencapaian kemandirian melibatkan tiga aspek, yaitu:
1. Aspek Kemandirian Emosional ( emotional autonomy), adalah aspek
kemandirian  yang  berkaitan  menggunakan  perubahan  hubungan 
individu, terkhusus orang tua.
2. Aspek kemandirian bertingkah laku (behavioral autonomy), adalah
kemampuan untuk mengambil keputusan
secara mandiri dan melaksanakan keputusan.

3. Aspek kemandirian nilai (value autonomy) merupakan aspek yang


memiliki  seperangkat prinsip  tentang  apa  yang  benar  dan  apa  yang
keliru.

2.8 Faktor-faktor yang MempengaruhiKemandirian


Faktor-faktor yang mempengaruhikemandirianlanjutusiameliputi:
1. Kondisi Kesehatan
Lanjut usia dengan tingkat kemandirian tertinggi adalah mereka
yang cukup sehat jasmani dan rohani. Persentase tertinggi adalah
mereka yang dalam kondisi sehat. Dalam keadaan sehat, mereka dapat
melakukan segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
mengurus diri sendiri, bekerja dan bersantai.(Akbar et al., 2020)
Hal ini sejalan dengan pendapat (Marlita et al., 2018)bahwa
kemandirian lansia dapat diukur dari kualitas kesehatannya sehingga
dapat beraktivitas. Kehidupan sehari-hari. Karena kesehatan seseorang
secara bertahap memburuk karena cacat fisik, mereka hanya tertarik
pada aktivitas yang membutuhkan lebih sedikit tenaga dan aktivitas
fisik. (Marlita et al., 2018)
2. KondisiEkonomi
Dalam kondisi ekonomi, responden yang mandiri memiliki
kondisi ekonomi sedang. Responden dengan keadaan ekonomi berusaha
tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup agar tidak tergantung
pada anak atau keluarga lain. Pekerjaan memberi mereka beberapa
keuntungan, selain manfaat dapat mengisi waktu luang mereka dengan
kegiatan yang berarti sehingga kegiatan fisik dan psikologis dapat
dilanjutkan. Partisipasi lansia dalam kegiatan produktif akan menunjang
kemandiriannya dalam berumah tangga.(Marlita et al., 2018)
3. KondisiSosial
Umat Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan seperti Yasinan
mingguan dan pengajian bulanan, Kristen/Katolik aktif dalam kebaktian.
Tidak hanya orang tua yang mengikuti kegiatan ini, tetapi juga bapak/ibu
muda dan tua. Mereka berkumpul untuk melakukan kegiatan ini.(Marlita et
al., 2018)

2.9 Mempertahankan Activity Daily Living

Beberapa  gerakan tubuh  yang  dibentuk oleh otot-otot skeletal  dan


membuat  pengeluaran  energi  yg  diekspresikan  menggunakan  kilokalori  serta
dapat  dilakukan  di  lingkup pekerjaan,  saat  luang  dan  aktivitas  rutin sehari hari.

(Stahl, 2014)

Kegiatan  Fisik  bisa  dilakukan  menggunakan  frekuensi 1-3  kali seminggu 


serta  durasi 15-60  menit. Rekomendasi  buat  melakukan activitas  artinya dilakukan
setiap hari, durasi selama 30  menit  sehari melalui kombinasi  aktivitas, 
menggunakan  nadi mksimum kurang  berasal  60%. Jenis  aktivitas  moderat  seperti 
berjalan cepat, bersepeda  pada  jalan  yang  lapang  serta  lurus, berenang  dan 
berdansa. (Stahl, 2014)

Kegiatan aktivitas  Jasmani  yang  akan diarahkan  di  gaya  hidup  aktif
para lansia sebenarnya  tidak  harus  terstruktur  dengan  latihan  yang  rumit,  namun 
mampu  melalui  berbagai  kegiatan  jasmani sehari- hari  yang  dilakukan  oleh  para
lansia. Hal ini dikarenakan begitu sensitifnya  syarat  fisiologis  pada  lansia. (Stahl,
2014)

(Stahl, 2014)merekomendasikan Tujuh (7) langkah memulai


aktivitas jasmani para lansia agar tetap aktif secara jasmani lakukanlah
cara berikut ini:

Pertama, Ambil beberapa dukungan sosial dari teman teman,


anggota keluarga, atau orang lain dalam kelompok aktivitas, berikan
pesan positif dan hadiah,sebelum kita tahu bahwa aktivitas jasmani
merupakan rutinitas sehari-hari kita.

Kedua, Mulai dengan 5-10 menit aktivitas jasmani dan tingkatkan


terus dalam waktu 30 menit sehari. Buat perasaan menjadi baik dengan
mentapkan tujuan yang dapat diraih .

Ketiga, Lakukan 30 menit sehari aktivitas jasmani dengan


intensitas sedang, seperti jalan cepat, Bagilah 30 menit dalam sehari, 10
menit di pagi hari, 10 menit di siang hari dan 30 menit di malam hari.

Keempat, Lakukan aktivitas yang memberikan hubungan antara


jiwa dan raga jika suka seperti yoga.

Kelima, kebanyakan lansia merasa lebih baik  bila  ia  aktif secara
jasmani. Memeriksakan kesehatan sebelum melakukan  kegiatan  jasmani perlu
dilakukan, terlebih  Jika  lansia  memiliki  penyakit-penykit kronis. Otot- otot
akan terasa sakit. Latihan kekuatan  bisa  dilakukan  buat  mengurangi rasa
sakit akibat asal arthritis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

kegiatan  sehari- hari  yang  wajib  dilakukan  oleh  lansia  antara lain
dibagi sebagai  makan, minum, mandi, berpakaian,  mobilitas, toileting buat 
memenuhi kebutuhan lansia  dibutuhkan  pengetahuan atau kognitif  serta  sikap 
yang  bisa  mempengaruhi  perilaku  lansia  dalam  kemandirian pemenuhan
kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif  ialah  domain yang  sangat  krusial  buat
terbentuknya tindakan  seseorang,  semakin tinggi pengetahuan  seorang  semakin
baik kemampuannya terutama kemampuannya  dalam  pemenuhan kebutuhan
ADL.
Kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas sehari hari atau
Activity Daily Living diartikan sebagai kemandirian seseorang dalam
melakukan aktivitas dan fungsi hidup sehari hari yang rutin dan universal
dilakukan oleh lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R. R., Pitra, D. A. H., Anissa, M., & Anggraini, D. (2020). Hubungan Tingkat
Kemandirian Dan Gangguan Kognitif Pada Lansia. Human Care Journal, 5(3), 671.
https://doi.org/10.32883/hcj.v5i3.814

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (SMELTZER. Suzanna
C (Ed.); 8th ed.). Jakarta, ECG. http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?
pId=630&pRegionCode=PLTKB&pClientId=133

Felpina, D., Wiyono, J., & Maryah, V. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan ADL di Kelurahan Tlogomas Kota Malang.
Nursing News, 1(2), 101–114.

Florence I. Mahoney, M. . (1965). Barthel_Reprint. Maryland State Medical Journal.

Katz, S., & Akpom, C. A. (1976). A measure of primary sociobiological functions.


International Journal of Health Services, 6(3), 493–508. https://doi.org/10.2190/UURL-
2RYU-WRYD-EY3K

Katz, Sidney, Ford, A. B., Moskowitz, R. W., Jackson, B. A., & Jaffe, M. W. (1963). Studies
of Illness in the Aged The Index of ADL: A Standardized Measure of Biological and
Psychosocial Function Downloaded From: by a UNIVERSITY OF ADELAIDE
LIBRARY User on 10/08/2017 Table 1.—Index of Independence in Activities of Daily
Living. Jama, 185(12), 914–919.

Marlita, L., Saputra, R., & Yamin, M. (2018). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Activity Daily Living (Adl) Di Upt Pstw
Khusnul Khotimah. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 1(2), 64–68.

Mujiastuti, R., Ravi, M., Arasy, M., Risanty, R. D., Ayuning, H., & Meilina, P. (2019).
Aplikasi Status Pemeriksaan Activity of Daily Living (ADL) dan Risiko Jatuh Pasien
Geriatri. Prosiding Semnastek, 16(0), 1–10.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/article/view/5230

Pratama, I. H. (2017). Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas


Sehari – Hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Karya Tulis Ilmiah
Poltekkes Kendari, 1–82.

Raden Siti Maryam. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:Salemba
Medika,2008.

Setiahardja, A. S. (2005). Penilaian Kesembangan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari


pada Lansia Dengan Menggunakan Berg Balance Scale dan Indeks Barthel. In FK
Undip (p. 15). http://ejurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/view/306/279

Setyani, N. D., Asih, S. W., & Rhosma, S. D. (2016). Hubungan Tingkat Kemandirian
Activity Of Daily Living (ADL) Dengan Kualitas Hidup Lansia Di UPT Pslu Jember.
Jurnal of Undergraduate Thesis, 1–12.

Sincihu Y, & Dewi BDN. (2015). Peningkatan Kemandirian Lansia Berdasarkan Perbedaan
Activities Daily Living: Perawatan Lansia di Rumah dan di Panti Werda.
PROCEDING TEMU ILMIAH: KONSEP MUTAKHIR TATALAKSANA BERBAGAI
PERSOALAN MEDIS Dalam Rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Ke-33, Oktober, 190–209.

Sonza, T., Badri, I. A., & Erda, R. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Tingkat
Kemandirian Activities of Daily Living Pada Lansia. Human Care Journal, 5(3), 688.
https://doi.org/10.32883/hcj.v5i3.818

Stahl, J. S. (2014). Balance. In Encyclopedia of the Neurological Sciences (Vol. 11, pp. 373–
374). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385157-4.00122-6

http://jurnal.akper-whs.ac.id/index.php/mak/article/view/56/4

https://sg.docworkspace.com/d/sIESyh7M3pO27jQY

https://sg.docworkspace.com/d/sIESyh7M3pO27jQY

Anda mungkin juga menyukai